• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Hak Perusahaan Hutan Tanaman Indonesia

(HPHTI) PT. Sumatera Sylva Lestari (Unit-II) dan analisis data dilakukan di

Laboratorium Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2007 hingga September 2007.

Alat dan Bahan Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : vegetasi

tumbuhan bawah dan anakan pohon, serta contoh tanah dari hutan satu tahun

pasca kebakaran yakni dari areal terbuka dan areal di bawah tegakan serta areal

hutan normal di Hak Perusahaan Hutan Tanaman Indonesia (HPHTI) PT.

Sumatera Sylva Lestari (Unit-II), Nutrien Agar (NA), aquadest, alkohol, larutan

natrium pirofosfat, KCl, air, kalium bikromat (K2Cr2O7), asam sulfat (H2SO4)

pekat, asam fosfat (H3PO4) 85%, difenilamin, NaF 4%, Fe(SO4)2 0,5 N.

Alat

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian adalah : kantong plastik

yang digunakan sebagai media penyimpanan tanah dan juga tumbuhan bawah,

kertas label yang digunakan untuk menandai kantong plastik, meteran yang

digunakan untuk mengukur pengambilan contoh tanah dan petak ukur analisis

vegetasi, tali sebagai penanda/pembatas petak ukur, tally sheet sebagai tempat

data, cangkul yang digunakan untuk menggali tanah, tali sebagai penanda jarak

membersihkan area disekitar tempat pengambilan contoh tanah, pisau dan gunting

sebagai alat pemotong, alat tulis yang digunakan sebagai keperluan menulis.

Metode Penelitian

Analisis Vegetasi

Penentuan Lokasi Petak Ukur

Petak ukur yang akan diamati adalah areal hutan pasca satu tahun terbakar

yaitu dibawah tegakan dan areal terbuka serta hutan normal. Adapun kondisi

lokasi petak ukur pada masing - masing areal ditunjukkan pada Gambar 2,

Gambar 3 dan Gambar 4.

Gambar 2. Kondisi Areal Terbakar Gambar 3. Kondisi Areal Terbakar Terbuka Dibawah Tegakan

Metode Penentuan Jalur

Menurut Suin (2002), metoda jalur/transek paling efektif untuk

mengetahui perubahan komposisi jenis berdasarkan perubahan fungsi lingkungan

dan jalur harus dibuat memotong garis topografi, misal tegak lurus garis pantai,

memotong sungai, dan menaik atau menurun lereng gunung. Jalur adalah bentuk

persegi panjang dimana panjangnya beberapa kali lebar. Penentuan jalur pertama

di lapangan ditentukan berdasarkan banyak tidaknya tumbuhan bawah yang

terdapat pada suatu titik tertentu pada lokasi penelitian dan titik tersebut

memotong kontur serta mudah dijangkau.

Menurut Cochran dalam Onrizal dan Kusmana (2005), untuk tumbuhan

bawah dan anakan pohon ukuran petak contoh adalah 2 x 2 m dan peletakan petak

contoh dalam keadaan tertentu yang terkait dengan keterbatasan biaya, tenaga dan

waktu, purposive sampling dapat digunakan dalam analisis vegetasi. Banyaknya

jalur yang dibuat untuk masing-masing petak ukur berbeda-beda sesuai dengan

luasan areal masing-masing dengan jarak antar jalur adalah 100 meter. Sementara

panjang jalur ditentukan berdasarkan pengamatan pada tumbuhan bawah dan

anakan pohon yang oleh Cochran dalam Onrizal dan Kusmana (2005),

menyebutkan bahwa pengamatan dilakukan hingga diperoleh penambahan jenis

sebanyak 10 %. Ilustrasi teknik penentuan petak contoh dalam analisis vegetasi

disajikan pada Gambar 5 dan contoh petak ukur pada masing-masing areal

2 x 4 2 x 6 ... ....dst Jalur 1

Jarak antar

Arah rintis jalur 100 m

2 x 4 2 x 6 ... ....dst Jalur 2

Gambar 5. Ilustrasi Teknik Penentuan Petak contoh Dalam Analisis Vegetasi

Gambar 6 Gambar 7

Gambar 8

Ket. : Gbr. 6. Contoh petak ukur pada areal terbakar terbuka

Gbr. 7. Contoh Petak ukur pada areal terbakar dibawah tegakan Gbr. 8. Contoh petak ukur pada areal hutan normal

Pengamatan Tumbuhan Bawah dan Anakan Pohon

Dalam setiap petak ukur dilakukan pengamatan terhadap tumbuhan

bawah/semai yang tumbuh pada masing-masing areal. Parameter yang diamati

adalah tingkat jenis dan banyaknya jenis. Untuk jenis jenis vegetasi yang belum

jenis tumbuhan bawah pada areal penelitian ditunjukkan pada Gambar 9, Gambar

10 dan Gambar 11 dibawah ini.

Gbr. 9. Rumput Sanggar Gbr. 10. Sidaguri Gbr. 11. Melastoma

Analisis Tanah

Penentuan Petak Pengambilan Contoh Tanah

Contoh tanah yang diambil untuk dianalisis adalah contoh tanah dari

ketiga areal penelitian. Sampel tanah diambil secara komposit pada 5 titik untuk

tiap kedalaman (lapisan top soil kedalaman 0-30 cm dan lapisan sub soil > 30 cm)

Pengambilan Contoh Tanah

Prosedur pengambilan contoh tanah menurut Hanafiah dan Elfiati, (2005) : • Dibersihkan tanah yang akan diambil dari kotoran atau semak/ranting • Dilakukan pengambilan contoh tanah secara komposit pada 5 titik pada

lapisan topsoil dan subsoil masing-masing sebanyak ± 2 kg

• Kemudian contoh tanah tersebut dicampur hingga merata, lalu dimasukkan ke dalam kantung plastik

Lap.serasah

Lap.Top soil

Lap.sub soil

Gambar 12. Ilustrasi Teknik Pengambilan Contoh Tanah

Adapun teknik pengambilan contoh tanah di lapangan untuk lapisan top soil

dan sub soil ditunjukkan pada Gambar 13 dan Gambar 14 berikut ini.

Gambar 13 Gambar 14

Ket. : Gbr. 13. Teknik pengambilan contoh tanah pada lapisan top soil Gbr. 14. Teknik pengambilan contoh tanah pada lapisan sub soil

Parameter Pengamatan

Contoh tanah yang telah diambil selanjutnya dianalisis untuk mengetahui

sifat fisika dan sifat kima tanah. Sifat fisika tanah meliputi tekstur tanah dan kadar

air tanah. Untuk sifat kima tanahnya yang diamati ialah pH tanah, kapasitas tukar

kation (KTK) dan nisbah C/N.

Analisis Data

Analisis tumbuhan bawah dan anakan pohon

a. Indeks Nilai Penting (INP)

Data vegetasi yang telah terkumpul kemudian dianalisis untuk mengetahui

Kerapatan jenis, kerapatan relatif, dominansi jenis, dominansi relatif, frekuensi

jenis dan frekuensi relatif serta Indeks nilai penting menggunakan rumus

Soerianegara dan Indrawan (1998) sebagai berikut :

Kerapatan = Jumlah individu Luas petak ukur

Kerapatan relatif = Kerapatan satu jenis x 100% Kerapatan seluruh jenis

Frekuensi = Jumlah petak penemuan suatu jenis Jumlah seluruh petak

Frekuensi relatif = Frekuensi suatu jenis x 100% Frekuensi seluruh jenis

b. Indeks Keanekaragaman Jenis

Menurut Krebs (1989) dalam Soerianegara dan Indrawan (1998),

perhitungan indeks keragaman dilakukan dengan menggunakan indeks

Shannon-Wienner :

Keterangan : H = indeks Shannon-Wienner

Pi = kelimpahan relatif dari spesies ke-i

c. Indeks Kekayaan Jenis (Species Richness Index)

Merupakan jumlah jenis dalam suatu komunitas. Indriyanto (2006),

menyebutkan perhitungan dilakukan dengan indeks Margalef :

Keterangan : d = indeks kekayaan jenis

s = jumlah spesies

N = jumlah individu INP = KR + FR

H = - ∑ Pi (ln Pi)

Tabel 1. Nilai Tolak Ukur Indeks Keanekaragaman dan Kekayaan Jenis

Nilai Tolak Ukur Keterangan

H < 1.0 Keanekaragaman rendah, miskin, produktivitas sangat

rendah sebagai indikasi adanya tekanan yang berat dan

ekosistem tidak stabil

1.0 < H < 3.322 Keanekaragaman sedang, produktivitas cukup, kondisi

ekosistem cukup seimbang, tekanan ekologis sedang

H > 3.322 Keanekaragaman tinggi, stabilitas ekosistem mantap,

produktivitas tinggi, tahan terhadap tekanan ekologis

Sumber : (Restu (2002) dalam Fitriana, 2005)

Analisis Tanah

Data hasil analisis laboratorium selanjutnya disajikan dalam bentuk

deskriptif. Dimana menurut Nawawi dan Martini (1994), metode deskriptif

dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan

menggambarkan/melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang dan

Dokumen terkait