• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini didesain sebagai penelitian survei yang yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989), desain penelitian survei adalah penelitian yang mengambil contoh dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Data yang terkumpul meliputi data primer dan sekunder baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Penelitian ini difokuskan pada proses komunikasi yang menghasilkan output berupa Sistem Usahatani Intensifikasi dan Diversifikasi (SUID) dan penerapannya. Oleh karena itu, penelitian ini mendeskripsikan peubah peubah seperti karakteristik individu petani, komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani dan efektivitas komunikasi model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan serta menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak Propinsi Kalimantan Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja ( purposive ). Alasan pemilihan lokasi karena Desa Sungai Itik merupakan wilayah yang pertama kali ditetapkan sebagai lokasi Prima Tani. Sejak pertama kali dilaksanakan pada tahun 2005, Prima Tani di Desa Sungai Itik telah dapat berjalan baik dan telah memasuki tahun ke tiga. Selain itu juga, sesuai dengan tujuan penelitian Desa ini memenuhi persyaratan untuk dilakukan penelitian yaitu mengembangkan model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan. Waktu yang digunakan untuk pengumpulan data selama 3 bulan, terhitung mulai dari bulan Juni 2007 sampai dengan Agustus 2007.

Populasi

Populasi (Riduwan, 2004), merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Terkait dengan tujuan penelitian, maka populasi dalam penelitian adalah seluruh petani yang tergabung dalam kelompok tani berjumlah 17 kelompok dengan jumlah keseluruhan anggota 502 orang serta berdomisili di

Desa Sungai Itik. Keseluruhan jumlah kelompok tani dan anggotanya di Desa Sungai Itik dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah Populasi Petani yang Mengikuti Prima Tani di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap Tahun 2007

No Nama kelompok Jumlah anggota (orang)

1. Flamboyan 22 2. Gemar usaha 24 3. Baru sepakat 29 4. Maju bersama 30 5. Usaha Tani I 30 6. Usaha Tani II 23 7. Abdi Tani 30 8 Sadar 24 9. Kenangan 29 10. Bhakti Karya 27 11. Jaya Tani 29 12. Dandan setia I 22

13. Dandan Setia III 31

14. Bina Tani 40

15. Usaha Tani III 32

16 Dandan Setia II 40

17. Taruna 40

Jumlah Total 502

Sumber : UPTD Pertanian Kec. Sei Kakap, 2007 Sampel Penelitian

Responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anggota kelompok tani. Jumlah responden yang dijadikan sampel dalam penelitian adalah sebanyak 100 orang. Untuk objektivitas informasi yang diperoleh dari sumber sekunder, maka beberapa sumber yang dianggap dapat mewakili untuk dijadikan sumber informasi, yaitu: (a) tokoh kunci informal dan formal masyarakat setempat, kepala desa (b) penyuluh, (c) UPTD Pertanian Kecamatan dan (d) BPTP yang secara fungsional menangani prima tani.

Teknik Penarikan Sampel

Didasarkan pada besarnya populasi penelitian, dan kemampuan peneliti baik dana, waktu maupun tenaga maka untuk keperluan penelitian dilakukan penarikan sampel. Pemilihan kelompok tani dan anggota kelompok tani dilakukan secara “simple random sampling”. Pengambilan sampel dan anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam populasi

tersebut. Berdasarkan cara tersebut terpilih 10 kelompok tani untuk dijadikan sampel penelitian.

Pemilihan anggota kelompok tani dilakukan secara acak dengan mengambil paling sedikit sepuluh orang anggota kelompok tani dari tiap kelompok dengan ketentuan sekurang kurangnya dua orang pengurus kelompok dan yang lainnya adalah anggota kelompok, sehingga jumlah keseluruhan sampel adalah 100 orang petani. Hal ini didasarkan pada pendapat Arikunto (1998), bahwa apabila subyek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehinga hasil penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subyeknya besar, maka dapat diambil antara 10 persen - 15 persen atau 20 persen - 25 persen atau lebih. Jumlah sampel pada setiap kelompok tani disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Jumlah Sampel Kelompok dan Petani

Nama Kelompok Jumlah Sampel (orang)

Baru sepakat Maju bersama Usaha Tani I Abdi Tani Sadar Kenangan Jaya Tani Dandan Setia 3 Bina Tani Dandan Setia 2 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 Total 100

Data dan Instrumen Sumber data penelitian

Sumber data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Data Primer, yang meliputi:

a. Data atau informasi yang diperoleh dari responden yang meliputi pengurus kelompok tani dan anggota kelompok tani

2. Data Sekunder, yaitu data atau informasi yang diperoleh: a. Kantor Pemerintah yang menangani Prima Tani. b. Kantor Desa di lokasi Prima Tani.

c. Petugas lapangan dan penyuluh dalam Prima Tani. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat pada waktu peneliti menggunakan metode (Arikunto, 1998). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kuesioner, sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden berkaitan dengan topik penelitian.

2. Interviu, dialog yang dilakukan untuk memperoleh informasi dari responden. 3. Observasi, kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan

menggunakan seluruh alat indra.

Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian adalah:

1. Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data melalui studi dokumentasi terhadap laporan-laporan yang berkaitan dengan sumber data sekunder.

2. Wawancara tertutup dengan menggunakan kuesioner

3. Wawancara berstruktur (setengah terbuka), yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan berbagai pertanyaan-pertanyaan secara mendalam kepada responden secara tatap muka dengan pedoman wawancara yang sebelumnya telah disediakan, diarahkan guna memperoleh data yang belum terungkap dengan kuesioner.

4. Survei dan observasi berstruktur, yaitu bentuk pengumpulan data melalui pengamatan langsung di lapangan dengan melihat secara langsung kenyataan yang ada di masyarakat

Definisi Operasional

Definisi operasional variabel adalah penjelasan pengertian mengenai beberapa variabel yang diukur. Variabel-variabel tersebut diukur dengan cara meminta pendapat dan respons dari para responden tentang beberapa hal yang berhubungan dengan variabel variabel tersebut. Pada penelitian ini, variabel variabel yang diukur terdiri atas (1) Variabel bebas berupa karakteristik individu

petani (2) Variabel terikat yaitu efektivitas komunikasi model usahatani terpadu sapi, padi dan ikan (3) Variabel antara yaitu komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi dengan menggunakan definisi operasional sebagai berikut:

Karakteristik Individu

Karakteristik individu adalah ciri ciri yang melekat pada seseorang yang meliputi: (a) Usia, yaitu umur responden pada waktu penelitian dilaksanakan yang

diukur dalam satuan tahun dengan pembulatan ke ulang tahun terdekat. (b) Pendidikan Formal, adalah tingkat pembelajaran tertinggi yang pernah

dicapai responden, dikatagorikan dalam SD atau Madrasah Ibtidaiyah, SLTP atau Madrasah Tsanawiyah, SLTA atau Madrasah Aliyah, DIII atau Diploma, dan Sarjana.

(c) Pendidikan non formal, adalah kegiatan pembelajaran di luar sekolah yang pernah diperoleh melalui kursus, pelatihan dan penataran dalam bidang pertanian, peternakan ataupun perikanan.

(d) Pengalaman berusahatani, adalah lamanya (tahun) responden terlibat langsung dalam mengolah lahan, khususnya dalam usahatani, diukur dalam tahun kerja, mulai dari awal sampai saat wawancara dilakukan.

(e) Motivasi adalah alasan yang mendorong petani untuk melakukan usahataninya, diukur berdasarkan hierarkhi kebutuhan petani dalam pengelolaan usahataninya.

(f) Luas pemilikan lahan adalah luas lahan garapan yang dikelola oleh petani dalam usahataninya, dinyatakan dalam satuan Meter ( m2 ).

(g) Tingkat pendapatan, adalah penghasilan yang diperoleh petani dalam mengelola lahan usahataninya rata rata setiap bulan, dihitung selama sebulan terakhir.

(h) Keanggotaan dalam kelompok tani adalah kedudukan responden dalam kelompok tani, pengalamannya dalam berkelompok.

Komunikasi Partisipatif

Komunikasi partisipatif adalah komunikasi yang dilaksanakan antara penyuluh (Tim Prima Tani) dengan petani, dimana terjadi proses komunikasi dua arah dan dialogis sehingga menghasilkan suatu pemahaman yang sama terhadap program yang akan di diseminasikan dalam Prima Tani.

(a) Penumbuhan ide, adalah kegiatan mensosialisasikan dan memperkenalkan Prima Tani kepada petani, untuk memperoleh masukan dan keinginan serta dukungan terhadap program Prima Tani yang akan dilaksanakan.

(b) Perencanaan program, adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan antara Tim Prima Tani dengan Petani untuk mengidentisifikasi wilayah dan permasalahannya dalam usahatani padi, tanaman perkebunan, hortikultura/ sayuran, ternak dan ikan serta peluang dan solusinya dalam rangka menemukan model usahatani yang tepat untuk meningkatkan pendapatan petani.

(d) Pelaksanaan program yang dihasilkan, adalah komunikasi yang dilakukan antara Tim Prima Tani dengan petani dalam melaksanakan komponen teknologi inovatif model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan yang didiseminasikan dalam Prima Tani baik melalui pelatihan, model percontohan maupun pendampingan oleh penyuluh.

(e) Penilaian terhadap pelaksanaan program yang dihasilkan, Kegiatan komunikasi yang dilakukan antara Tim Prima Tani dengan petani, dimana petani diberikan kebebasan untuk menilai model usahatani terpadu yang dilaksanakan.

Definisi operasional tersebut dijabarkan menjadi indikator. Selanjutnya indikator tersebut dijabarkan dalam bentuk parameter. Penilaian dilakukan dengan skala Likert dimana nilai-nilai pertanyaan mempunyai lima kemungkinan jawaban yaitu;

- Sangat setuju dengan skor = 5 - Setuju skor = 4

- Ragu-ragu atau netral skor = 3 - Tidak setuju dengan skor = 2 - Sangat tidak setuju dengan skor = 1

Efektivitas Komunikasi Model Usahatani Terpadu Padi, Sapi dan Ikan Peubah efektivitas komunikasi model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan adalah proses perubahan yang terjadi setelah melalui proses komunikasi partisipatif mulai dari penumbuhan ide, perencanaan program, pelaksanaan program yang dihasilkan, penilaian terhadap pelaksanaan program. Perubahan yang terjadi mencakup perubahan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan konatif (penerapan) terhadap model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan dilokasi Prima Tani. Pengukuran efektivitas komunikasi dilakukan dengan tiga indikator sebagai berikut :

a. Aspek kognitif, yaitu tingkat pengetahuan responden tentang teknologi inovatif berupa model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan yang didiseminasikan dalam Prima Tani.

b. Aspek afektif, yaitu sikap dan pendapat responden terhadap teknologi inovatif model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan yang didiseminasikan dalam Prima Tani.

c. Aspek konatif, yaitu penerapan teknologi inovatif model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan oleh responden. Penerapan diukur berdasarkan dilaksanakan atau tidak teknologi inovatif model usahatani terpadu dalam Prima Tani.

Indikator tersebut selanjutnya dijabarkan dalam bentuk parameter. Untuk tingkat pengetahuan (kognitif) penilaian dilakukan dengan skoring skala guttman dimana nilai-nilai pertanyaan mempunyai tiga kemungkinan jawaban, dari ketiga jawaban tersebut hanya satu jawaban yang benar. Apabila jawaban yang diberikan benar maka skornya adalah 1 dan apabila jawaban yang diberikan salah maka skornya adalah 0. Sedangkan untuk aspek afektif dan konatif penilaian dilakukan dengan skala Likert dimana nilai-nilai pertanyaan mempunyai lima kemungkinan jawaban yaitu:

- Sangat setuju dengan skor = 5 - Setuju skor = 4

- Ragu-ragu atau netral skor = 3 - Tidak setuju dengan skor = 2

Validitas dan Reliabilitas Instrumen Validitas Instrumen

Pengujian validitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan suatu data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Uji validitas instrumen yang dilakukan adalah membangun suatu pengertian (Construct Validity) yang berkenaan dengan kesanggupan alat ukur untuk mengukur pengertian yang terkandung dalam materi yang diukur (Sudjana dan Ibrahim, 1989).

Metode yang digunakan untuk menguji validitas instrumen ini adalah dengan menetapkan indikator suatu konsep dengan cara:

1. Menggunakan pemahaman dan logika berpikir atas dasar teori ilmiah. 2. Memperhatikan saran saran para ahli.

3. Menyesuaikan daftar pertanyaan sesuai dengan judul dan masalah penelitian. Reliabilitas Instrumen

Menurut Arikunto (1998), reliabilitas menunjukkan keterpercayaan suatu alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Lebih lanjut dikatakan suatu instrumen dikatakan baik bila instrumen tersebut tidak akan bersifat tendensius yang mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Untuk mencapai reliabilitas alat ukur yang maksimal maka akan dilakukan penyempurnaan instrumen melalui pengujian terhadap 20 responden dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha (Riduan, 2004) sebagai berikut:

( )

=

s

s

r

t i

k

k

1

1

11

di mana: r11 = Nilai Reliabilitas

k = Jumlah item

∑Si = Jumlah varian skors tiap tiap item

St = varian total

Untuk melihat apakah instrumen yang digunakan reliabel atau tidak, maka nilai r11 yang diperoleh dikonfirmasikan dengan nilai t tabel pada taraf signifikansi 0,05. Jika nilai r11 tehitung lebih besar dari t tabel, maka instrumen

yang digunakan dinyatakan reliabel, jika sebaliknya maka instrumen dinyatakan tidak reliabel.

Uji coba kuesioner dilakukan pada 20 petani responden yang tergabung dalam kelompok tani karya tani di Desa Jeruju Besar Kecamatan Sungai Kakap. Lokasi Desa ini bersebelahan dengan Desa Sungai Itik. Hasil uji coba instrumen menunjukkan bahwa pada signifikansi α = 0,05 dengan jumlah responden 20 orang responden petani diperoleh koefisien reliabilitas untuk 7 peubah sebesar 0,631 apabila dibandingkan dengan r tabel (r tabel 0,05; 20 = 0,456). Berdasarkan ketentuan uji statistik, kuesioner sudah valid dan reliabel untuk digunakan. Hasil analisis reliabilitas kuesioner untuk masing masing peubah selengkapnya disajikan pada Lampiran 1.

Analisis Data

Berdasarkan pada tujuan penelitian, model teoritis yang dikembangkan dan hipotesis yang diajukan, maka untuk keperluan deskripsi penelitian dipergunakan interpretasi data dari masing masing variabel. Dengan demikian pada penelitian ini dilakukan beberapa analisis:

1. Hasil perhitungan skor untuk melihat sebaran pada masing-masing variabel. Interpretasi data dilakukan atas hasil perhitungan skor dengan menggunakan kriteria interpretasi skor sebagai berikut:

a. Angka 0 - 1 = Sangat rendah b. Angka 1,1 - 2 = Rendah c. Angka 2,1 - 3 = Sedang d. Angka 3,1 - 4 = Tinggi e. Angka 4,1 - 5 = Sangat tinggi

2. Analisis tabulasi silang dipergunakan untuk melihat proporsi dari masing masing variabel kategori.

3. Untuk melihat hubungan antar variabel karakteristik individu yang meliputi data usia, pendidikan, pendidikan non formal, pengalaman berusahatani, motivasi, tingkat pendapatan dan luas pemilikan lahan dengan komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani serta variabel komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani dengan variabel efektivitas

komunikasi model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan dianalisis dengan menggunakan Rank Spearman (Riduan, 2004) dengan rumus seperti berikut :

)

(

1 2 6 1 1 2 =

=

n

d

r

n n i i s Keterangan : rs = Nilai korelasi

di2 = Selisih antara peringkat n2 = Pasangan data

4. Hubungan antara keanggotaan dalam kelompok tani dengan komunikasi partisipatif yang meliputi penumbuhan ide, perencanaan program, pelaksanaan program dan penilaian program dianalisis berdasarkan metode khi kuadrat (Riduwan, 2004) dengan rumus:

χ2 = Σ

Keterangan : χ2

= Nilai Khi-kuadrat

fo = Frekuensi yang diobservasi (frekuensi empiris) fe = Frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis)

(fo – fe)2

Kecamatan Sungai Kakap merupakan salah satu bagian dari wilayah Kabupaten Pontianak yang mempunyai potensi pengembangan pertanian (termasuk perikanan) yang cukup besar. Kecamatan Sungai Kakap memiliki luas wilayah 564,2 km2 (6,83% dari wilayah Kabupaten Pontianak) dan terdiri dari 12 desa. Kecamatan ini berada pada ketinggian 0-2 m di atas permukaan laut (dpl). Suhu harian di Kecamatan Sungai Kakap berkisar antara 26-34o C, kelembaban nisbi 55-75 persen dan curah hujan rata-rata selama 10 tahun terakhir 2.679,5 mm dengan jumlah hari hujan 164 hari (Cabang Dinas Pertanian Sungai Kakap, 2003).

Jenis tanah yang ada di Kecamatan Sungai Kakap adalah Histosol. Dari keseluruhan lahan yang ada 20.243 hektar berpotensi sebagai lahan kering, 14.386 hektar lahan pantai, 13.865 hektar lahan pasang surut, 3.575 hektar perairan umum dan 3.190 hektar lahan tadah hujan. Luasan lahan yang baru dapat difungsikan mencapai 13.835 hektar untuk lahan kering, 10.258 hektar untuk lahan pantai, 9.495 hektar lahan pasang surut 2.201 hektar perairan umum dan 1.625 hektar lahan tadah hujan (Cabang Dinas Pertanian Sungai Kakap, 2003).

Penduduk Kecamatan Sungai Kakap berdasarkan hasil sensus tahun 2006 berjumlah 94.965 jiwa (20.970 KK), yang terdiri dari 52.343 jiwa laki-laki dan 42.622 jiwa perempuan. Kepadatan penduduk rata-rata di Kecamatan ini adalah 5,3 jiwa/km2. Penduduk yang bertempat tinggal di Kecamatan Sungai Kakap terdiri dari berbagai etnis, seperti Melayu, Bugis, Jawa, Madura, Dayak, Bali, Sunda, Batak dan Cina. Sebagian besar penduduk merupakan usia produktif, yaitu 51.739 jiwa dan 33.226 jiwa rata-rata berada pada usia tidak produktif. Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Sungai Kakap terdiri dari petani tanaman pangan 21.850 jiwa, petani tanaman perkebunan 6.180 jiwa, peternak 1.591 jiwa, nelayan 1.076 jiwa dan mata pencaharian lain berjumlah 2.850 jiwa.

Desa Sungai Itik merupakan salah satu dari 12 desa yang ada di Kecamatan Sungai Kakap. Desa ini merupakan desa pertama di Provinsi Kalimantan Barat yang ditetapkan sebagai lokasi pengembangan program Prima Tani. Luas Desa Sungai Itik sekitar 1800 hektar yang meliputi 3 dusun, yaitu dusun Mawar, dusun Melati dan dusun Cempaka. Desa ini memiliki topografi

datar dan merata pada ketiga dusunnya dengan ketinggian tempat 0 – 2 m dpl. Lahan di desa ini memiliki jenis tanah alluvial dan didominasi oleh lahan sulfat masam bersulfida dangkal dengan kedalaman pirit berkisar antara 45 hingga 50 cm yang belum teroksidasi serta memiliki kesuburan tanah rendah sampai sedang. Desa Sungai Itik mempunyai aksesibiltas yang cukup baik, berjarak sekitar 3 km dari Kecamatan Sungai Kakap dengan infrastruktur jalannya beraspal dan sebagian masih jalan tanah dengan waktu tempuh sekitar 20 menit dari ibukota Kecamatan. Jarak dari Desa Sungai Itik ke kota Provinsi (Pontianak) sekitar 20 km dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Jarak dari Desa ke Kota Kabupaten (Mempawah) sekitar 90 km, dengan waktu tempuh sekitar 3 jam. Untuk mencapai kota Pontianak dan kota Mempawah dari Kecamatan Sungai Kakap dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan umum (oplet dan bis), sedangkan untuk masuk ke Desa Sungai Itik tidak ada kendaraan umum, penduduk biasanya menggunakan sepeda motor, sepeda atau berjalan kaki.

Penduduk Desa Sungai Itik berjumlah 4.645 jiwa. Berdasarkan umur penduduk, golongan umur 1–10 tahun sebanyak 377 orang, 11-20 tahun sebanyak 847 jiwa, 21–30 tahun sebanyak 1.465 jiwa, 31–40 tahun sebanyak 902 jiwa, 41-50 tahun sebanyak 769 jiwag 51-60 tahun sebanyak 75 jiwa dan di atas 60 tahun sebanyak 50 jiwa. Jika dilihat dari tingkat pendidikan, Penduduk Sungai Itik sebagaian besar tidak/belum sekolah yaitu sekitar 39,37 persen dari jumlah penduduk, tamat SD 19 persen, SLTP 26 persen, SLTA 15 persen serta Akademi (diploma) 1 persen. Dilihat dari jenjang tingkat pendidikan, diharapkan penduduk cukup mampu untuk menerima inovasi yang akan diberikan. Jika dilihat dari mata pencaharian, sebagian besar adalah petani yaitu sekitar 2.209 orang atau 47,56 persen. Selain petani, ada juga pegawai, pedagang, tukang dan lain-lain.

Desa Sungai Itik merupakan salah satu desa dengan lahan pasang surut yang potensial untuk pengembangan agribisnis pedesaan, karena memiliki kondisi lahan yang cukup baik dan lokasi strategis, maka memerlukan pengelolaan sumberdaya yang lebih baik. Sumber pengairan di desa ini dipengaruhi oleh gerakan pasang surut air laut dengan kategori tipe luapan sebagian besar merupakan tipe B artinya merupakan daerah yang hanya terluapi oleh pasang surutnya air laut pada saat pasang air cukup besar. Selain itu terdapat juga daerah

pasang tipe luapan A terutama sepanjang sungai itik yang dekat dengan wilayah ibukota Kecamatan. Masuknya air pasang ke lahan-lahan pertanian di wilayah ini selain dari Sungai Kakap juga dari berbagai saluran/parit yang telah di bangun. Desa Sungai Itik hanya berjarak sekitar 2 km dari sungai Kakap dan 6 km dari sungai Kapuas.

Berdasarkan data Cabang Dinas Pertanian Sungai Kakap (2003), Desa Sungai Itik memiliki potensi lahan sawah seluas 1.643 hektar, lahan kering 1.126 hektar. Dari luas lahan pasang surut, lahan fungsional yang dapat digunakan adalah 950 hektar sedangkan lahan kering yang fungsional sebesar 975 hektar. Dari 950 hektar lahan sawah fungsional, telah dimanfaatkan seluruhnya untuk tanaman padi terutama pada musim rendengan. Pada musim kemarau dua tahun terakhir ini hampir seluruh lahan sawah yang ada telah dimanfaatkan untuk menanam padi. Sedangkan 975 hektar lahan kering fungsional, 829 hektar digunakan untuk kebun campuran (kelapa, pisang, pinang). Dari 829 hektar kebun campuran, 600 hektar di antaranya ditanami kelapa sedangkan sisanya tanaman perkebunan lain seperti pisang, pinang dan lain-lain.

Lahan di dusun Mawar merupakan areal perkebunan kelapa, sedangkan dusun Melati dan Cempaka merupakan areal tanaman pangan. Dusun Cempaka mempunyai areal persawahan yang terluas dan merupakan penghasil beras yang utama bagi Desa Sungai Itik. Dusun Melati meskipun cukup banyak areal persawahannya, namun sebagian lahan di dusun ini ditanami kelapa. Berbeda dengan dua dusun lainnya, potensi lahan di dusun Mawar adalah kebun kelapa dan menjadi mata pencaharian utama bagi penduduk di dusun ini.

Deskripsi Prima Tani di Desa Sungai Itik

Prima Tani merupakan Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian, yang dilaksanakan secara partisipatif oleh semua pemangku kepentingan pembangunan pertanian, dalam bentuk laboratorium agribisnis. Prima Tani dilaksanakan selama 5 tahun mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2009, dengan mengambil lokasi di 14 Provinsi mencakup 21 Laboratorium Agribisnis. Pada tahun 2006 dan 2007, Prima Tani dimulai pula di provinsi-provinsi lain, sehingga di setiap provinsi akan ada kegiatan Prima Tani.

Prima Tani pada tahun anggaran 2005–2009 difokuskan di 3 (tiga) agroekosistem yaitu: (1) agroekosistem lahan sawah, (2) agroekosistem lahan kering, dan (3) lahan rawa pasang surut. Salah satu wilayah di Indonesia yang dijadikan lokasi Prima Tani pada tahun 2005 adalah Propinsi Kalimantan Barat dengan lokasi di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak. Desa Sungai Itik merupakan salah satu Desa dengan Sub Agroekosistem lahan rawa, dimana lahan ini mempunyai karakteristik berupa rawa yang dipengaruhi oleh pasang-surut air laut, terletak di dataran pantai, dengan tanah gambut atau mineral atau campuran keduanya. Model usahatani yang dikembangkan di Desa Sungai Itik merupakan model renovasi/lanjutan dari model agribisnis yang ada, sehingga pada akhirnya mencerminkan revitalisasi inovasi yang ada pada sistem dan usaha agribisnis saat ini. Prinsip dasar yang dikembangkan dalam model ini adalah: (1) reinventing system dan usaha agribisnis yang ada melalui reformasi sistem, usaha, pelayanan publik dan kelembagaan; (2) renovasi dan revitalisasi teknologi dan kelembagaan. Rancangan model inovasi yang dibangun berpijak pada kondisi sistem dan usaha agribisnis yang ada.

Sebelum masuknya Prima Tani di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap, Pemda Kalimantan Barat telah mengembangkan Program Kawasan Usaha

Dokumen terkait