• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PARTISIPATIF DALAM PELAKSANAAN PRIMA TANI DI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN PONTIANAK PONTI GESANG CAHYANTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PARTISIPATIF DALAM PELAKSANAAN PRIMA TANI DI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN PONTIANAK PONTI GESANG CAHYANTO"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN PONTIANAK

PONTI GESANG CAHYANTO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2007

(2)

Under direction of BASITA GINTING S and HADIYANTO.

Objectives this research are to know the participatory communication effectiveness in implementation of integrated farming model and to analyze the relationship between individual characteristics of farmer with participatory communication in implementation of Prima Tani. The research was designed as survey the character of descriptive correlation. Sample chosen by simple random sampling method consist of 100 farmers or peasants from 10 groups of peasants that participating in Prima Tani Program. The survey was conducted starting from June until August 2007. The collected data analyzed using non-parametric statistics procedure, in this case Rank Spearman and Chi Square.

Results of study indicated that: Age correlate significantly with planning, Non formal education correlate significantly with inspiring idea, planning and implementation, motivation correlate significantly with inspiring idea, income level correlate significantly with planning, implementation and assessment, membhership period correlate significantly with inspiring idea and implementation. Inspiring idea correlate with attitude and knowledge in integrated farming model or program. Implementation program correlate with attitude and knowledge, and negativity correlate with behavior change. The assesment program correlate significantly with attitude and knowledge. Farmer attitude and knowledge in this model do not always in line with behavior change that would expected.

Keywords: Individual Characteristic, Participatory Communication, Integrated Far- ming model

(3)

participatory communication effectiveness Prima Tani Implementation in Sungai Kakap sub district, Pontianak Regency) dibimbing oleh BASITA GINTING S dan HADIYANTO.

Mengatasi permasalahan lambannya penyampaian informasi dan rendahnya tingkat adopsi inovasi teknologi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian,maka tahun 2005 dilaksanakan Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian ( Prima Tani ). Suatu model atau konsep baru diseminasi teknologi untuk mempercepat penyampaian informasi, bahan dasar inovasi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian.

Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak dengan karakteristik lokasi sebagai lahan rawa/pasang surut merupakan salah satu desa yang ditetapkan sebagai lokasi Prima Tani. Lahan pasang surut ini diusahakan secara intensif oleh masyarakat, namun produksinya masih terbatas disebabkan kondisi lahannya kurang mendukung untuk pertumbuhan tanaman. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui Prima Tani.

Melalui Prima Tani masyarakat diajak untuk mengenali berbagai permasalahan yang dihadapi dalam berusahatani, merencanakan dan melaksanakan model usahatani yang sesuai dengan keinginan dan karakteristik lokasi dimana Prima Tani dilaksanakan. Proses mengenali, merencanakan dan melaksanakan model usahatani dalam Prima Tani menggunakan proses komunikasi yang partisipatif karena melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan. Komunikasi yang efektif sangat diperlukan agar perencanaan dan pelaksanaan dapat sesuai dengan harapan.

Penelitian ini bertujuan untuk: a) Mengetahui efektivitas komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap, b) Menganalisis hubungan antara karakteristik individu petani dengan komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap. c) Menganalisis hubungan antara komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani dengan efektivitas komunikasi model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan.

Penelitian ini dirancang sebagai survey yang bersifat deskriptif korelasional dan dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2007. Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling. Sampel terdiri dari 100 orang petani yang berasal dari 10 kelompok tani yang menjadi sasaran program Prima Tani. Data yang dihimpun dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan Rank Spearman dan Khi Kuadrat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Komunikasi Partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap petani terhadap model usahatani terpadu dalam pelaksanaan Prima Tani. Karakteristik individu petani mempunyai hubungan nyata dengan komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani untuk beberapa peubah antara lain: usia

(4)

berhubungan nyata dengan perencanaan program, berhubungan sangat nyata dengan pelaksanaan program dan berhubungan nyata dengan penilaian program. Lama menjadi anggota kelompok berhubungan nyata dengan penumbuhan ide dan berhubungan nyata dengan pelaksanaan program.

Komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani mempunyai hubungan nyata dengan efektivitas komunikasi model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan untuk beberapa peubah antara lain: Penumbuhan ide mempunyai hubungan sangat nyata dengan pengetahuan dan sikap terhadap model usahatani terpadu. Perencanaan program berhubungan sangat nyata dengan pengetahuan dan sikap terhadap model usahatani terpadu. Pelaksanaan program berhubungan nyata dengan pengetahuan dan berhubungan sangat nyata dengan sikap terhadap model usahatani terpadu serta berhubungan nyata negatif dengan penerapan model usahatani terpadu. Penilaian program berhubungan sangat nyata dengan pengetahuan dan sikap terhadap model usahatani terpadu.

Saran yang diberikan dari hasil penelitian ini (1) Untuk mempercepat perubahan perilaku petani dalam menerapkan inovasi dalam model usahatani terpadu maka perlu dilakukan percontohan model usahatani padi, sapi dan ikan yang lengkap pada beberapa kelompok tani dan sosialisasi perlu terus ditingkatkan agar merata di tiap kelompok tani. (2) Pelatihan dan kursus yang berkaitan dengan inovasi teknologi dalam model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan perlu terus ditingkatkan untuk mempercepat perubahan perilaku petani dalam menerapkan inovasi teknologi dalam model usahatani terpadu.(3) Perlu peningkatan koordinasi dan dukungan Dinas/ Instansi serta swasta yang terkait dengan Prima Tani agar tujuan Prima Tani dapat tercapai.

Kata kunci: Karakteristik individu, Komunikasi partisipatif, Model usahatani terpadu.

(5)

KABUPATEN PONTIANAK

PONTI GESANG CAHYANTO

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Departemen Komunikasi dan Pembangunan Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2007

(6)

Program Studi : Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

Disetujui Komisi Pembimbing

Diketahui

Tanggal Ujian: 26 Nopember 2007 Tanggal Lulus : Dr. Ir. Basita Ginting S. MA

Ketua

Ir. Hadiyanto, MS Anggota

Program Studi Komunikasi

Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Ketua

Dr. Ir. Sumardjo, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

(7)
(8)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Efektivitas Komunikasi Partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani di Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Nopember 2007

Ponti Gesang Cahyanto P 054050171

(9)

Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Efektivitas Komunikasi Partisipatif dalam Pelaksanaan Prima Tani di Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister pada program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Sekolah Pascasarjana IPB.

Judul ini dipilih dilatarbelakangi oleh kondisi pentingnya komunikasi dalam kegiatan pembangunan khususnya dalam pelaksanaan Prima Tani, dimana komunikasi yang efektif dalam pelaksanaan Prima Tani akan memudahkan pencapaian tujuan yang diinginkan.

Penulis menyadari bahwa tesis ini tidak akan tersusun tanpa bantuan berbagai pihak. Sehubungan dengan itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Basita Ginting, MA selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Hadiyanto, MS selaku anggota komisi pembimbing yang telah memacu dan membantu penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis serta dengan sabar dan tulus telah memberikan bimbingan dan ilmunya kepada penulis.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat/ BKD Provinsi Kalimantan Barat yang telah memberikan kesempatan dan dukungan biaya untuk menimba ilmu di Sekolah Pascasarjana IPB.

Terima kasih mendalam penulis sampaikan kepada yang tercinta ibunda Hj. Salimi dan Ayahnda Sahlan Prayitno (Alm) yang selalu mendoakan keberhasilan Ananda. Teristimewa penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada istri tercinta Gusmalasari yang dengan sabar merelakan dan mendoakan keberhasilan penulis. Ananda tercinta Dzaki Zuhditiya Maulana, Dzavira Mutiya Wulandari dan Dzakli Aditiya Fadlullah terima kasih atas pengertian dan pengorbanan yang telah diberikan selama ini.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh dosen pengasuh di Program Studi Komunikasi pembangunan Pertanian dan Pedesaan atas ilmu yang

(10)

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala keterbukaan diharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bogor, Nopember 2007

Penulis

(11)

Sahlan Prayitno (alm) dan ibu Hj. Salimi. Penulis merupakan putra kedua dari enam bersaudara.

Tahun 1985 penulis lulus dari SMA Negeri 4 Pontianak dan pada tahun 1986 diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil pada Departemen Penerangan Provinsi Kalimantan Barat. Pada tahun 1987, penulis melanjutkan Tugas Belajar di Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Pontianak dan lulus pada tahun 1990. Pendidikan Strata satu ditempuh pada Universitas Tanjungpura Pontianak, Program Studi Ilmu Administrasi, lulus tahun 1995.

Penulis pernah bekerja di Kantor Camat Pontianak Barat Kota Pontianak dari tahun 1991 sampai dengan 1999, kemudian dari tahun 1999 sampai dengan 2003 penulis bekerja di Pemerintah Kabupaten Sanggau Propinsi Kalimantan Barat, pada bulan maret 2003 sampai dengan sekarang penulis bekerja pada dinas Sosial Propinsi Kalimantan Barat.

Pada tahun 2005, penulis diterima pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana IPB melalui biaya Pemerintah Propinsi Kalimantan Barat dan menyelesaikannya pada tahun 2007.

(12)

i v vi vii KATA PENGANTAR ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang Penelitian ... 1

Perumusan Masalah Penelitian ... 3

Tujuan Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA ... 6 Pengertian Komunikasi ...

Efektivitas Komunikasi ... Komunikasi Partisipatif dalam Pelaksanaan Prima Tani... Karakteristik Individu ... Partisipasi Masyarakat ... Program Rintisan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi

Teknologi Pertanian (Prima Tani) ... Hasil Penelitian yang Relevan ...

6 7 9 13 14 17 23 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ...

Kerangka Pemikiran ... Hipotesi Penelitian ... 25 25 26 METODE PENELITIAN ... Desain Penelitian ... Lokasi dan Waktu Penelitian ... Populasi ... Sampel Penelitian ... Teknik Penarikan Sampel ...

iii 27 27 27 27 28 28

(13)

Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... Analisis Data ...

34 35 HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Lokasi Penelitian ... Deskripsi Prima Tani di Desa Sungai Itik ... Karakteristik Petani ... Komunikasi Partisipatif dalam Pelaksanaan Prima Tani ... Efektivitas Komunikasi Model Usahatani Terpadu Padi, Sapi dan Ikan ... Hubungan Karakteristik Individu Petani dengan

Komunikasi Partisipatif ... Hubungan Komunikasi Partisipatif dengan Efektivitas Komunikasi Model Usahatani Terpadu Padi, Sapi

dan Ikan ... 37 37 39 45 50 59 76 81

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... Saran ... 85 85 85 DAFTAR PUSTAKA ... 86 LAMPIRAN ... 89 iv

(14)

1. Jumlah Populasi Petani yang Mengikuti Prima Tani di Desa 28

Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap Tahun 2007 ……… 2. Jumlah Sampel Kelompok dan Petani ………. 29

3. Model Usahatani berbasis Padi ………... 44

4. Karakteristik Individu Petani ……….. 46

5. Jenis Pelatihan/ Kursus yang pernah diikuti Petani …...……… 47

6. Keadaan Petani yang pernah mengikuti Pelatihan/ Kursus 48

dengan Petani yang tidak pernah mengikuti Pelatihan/ Kursus……… 7. Keterlibatan Petani dalam Penumbuhan Ide ……….. 51

8. Keterlibatan Petani dalam Perencanaan Program ……….. 53

9. Keterlibatan Petani dalam Pelaksanaan Model Usahatani Terpadu… 56

10. Keterlibatan Petani dalam Penilaian Program yang dilaksanakan….. 58

11. Tingkat Pengetahuan Petani dalam Model Usahatani Terpadu …….. 62

12 Sikap Petani terhadap Model Usahatani Terpadu ……….. 64

13. Penerapan Model Usahatani Terpadu ………. 69

14. Hubungan Karakteristik IndividuPetani dengan Komunikasi 77

Partisipatif dalamPelaksanaan Prima Tani ……….. 15. Hubungan Komunikasi Partisipatif dalam Pelaksanaan 82 Prima Tani dengan Efektivitas Komunikasi

Model Usahatani Terpadu adi, Sapi dan Ikan ………..

(15)

1. Model Sirkuler Osgood dan Schramm ………... 10 2. Hubungan antara Peubah Penelitian ……….. 25

(16)

1. Hasil Uji Analisis Reliabilitas Alpha .………. 89 2. Hasil Analisis Korelasi Spearman Antara Karakteristik Individu 90 Petani dengan Komunikasi Partisipatif dalam Pelaksanaan

Prima Tani dan Efektivitas Komunikasi Model Usahatani Terpadu Padi, Sapi dan Ikan di Desa Sungai Itik Kecamatan

Sungai Kakap 2007 ………. 3. Hasil Analisis Chi Kuadrat antara Kedudukan dalam Kelompok 91

Tani dengan Komunikasi Partisipatif dalam Prima Tani ………….

3. Peta Penggunaan Lahan Pertanian di Desa Sungai Itik………. 92 4. Peta Kecamatan Sungai Kakap ..………... 93 5. Kuesioner Penelitian ………... 94

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian

Pembangunan pertanian di Indonesia pada awalnya adalah sangat sentralistis dan cenderung top down, dan pola ini diakui memang telah banyak membawa perubahan dan kemajuan pembangunan pertanian di Indonesia pada umumnya. Di sisi lain pola ini juga banyak menimbulkan masalah pembangunan pertanian seperti ketergantungan petani terhadap bantuan pemerintah sangat tinggi, kemandirian masyarakat menjadi sangat rendah dan potensi yang ada pada akhirnya menjadi tidak berkembang.

Berdasarkan pengalaman tersebut memasuki awal tahun 1993 paradigma pembangunan pertanian di Indonesia telah mengalami pergeseran dari pendekatan peningkatan produksi ke pendekatan yang mengarah pada pendapatan dan kesejahteraan keluarga petani. Pembangunan pertanian diarahkan pada potensi daerah dengan mengembangkan kebijakan desentralisasi mulai dari perencanaan hingga pelaksanaannya, sehingga setiap program pengembangan pertanian dapat menyesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi wilayah .

Sejalan dengan itu, untuk mendukung suatu pengembangan usaha agribisnis yang berdaya saing, maka Departemen Pertanian telah membentuk Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di setiap Provinsi, salah satunya adalah di Provinsi Kalimantan Barat yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Pusat yang berada di daerah dan bertangung jawab langsung kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian di tingkat pusat.

Evaluasi eksternal maupun internal menunjukkan bahwa kecepatan dan tingkat pemanfaatan adopsi inovasi yang dihasilkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian cenderung lamban bahkan menurun (BPTP Kalbar, 2005). Untuk mengatasi permasalahan lambannya penyampaian informasi dan rendahnya tingkat adopsi inovasi, mulai tahun 2005 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melaksanakan Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani), suatu model atau konsep baru diseminasi teknologi yang dipandang perlu, mampu dan dapat mempercepat penyampaian informasi, bahan dasar inovasi baru yang dihasilkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (BPTP Kalbar, 2005).

(18)

Program ini pada tahap awal dilaksanakan pada 14 Provinsi di Indonesia, salah satunya adalah di Provinsi Kalimantan Barat, dengan lokasi pada lahan rawa/pasang surut di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak.

Lahan pasang surut mempunyai karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan lahan pertanian pada umumnya. Lahan ini merupakan daerah rawa yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut, di mana terletak pada dataran pantai dengan tanah gambut atau mineral atau campuran keduanya serta memiliki kondisi tanah yang relatif kurang subur. Desa Sungai Itik sebagai desa dengan karakteristik lahan pasang surut merupakan salah satu desa di Kecamatan Sungai Kakap yang lahan pertaniannya diusahakan secara intensif, namun produksinya masih terbatas karena disebabkan oleh kondisi lahannya yang kurang mendukung untuk pertumbuhan suatu tanaman. Hal ini disebabkan karena reaksi tanahnya yang sangat asam atau pH tanahnya rendah sehingga menyebabkan tanaman sering keracunan besi (Fe), kekurangan unsur hara makro dan mikro lainnya yang diperlukan tanaman. Akibatnya tanaman kurang subur sehingga produktivitas rendah, pada akhirnya tingkat pendapatan petani menjadi rendah. Kondisi ini menggambarkan pentingnya bagi petani untuk mendapatkan bantuan informasi dan teknologi tepat guna, permodalan dan informasi pasar untuk memasarkan hasil produksinya sehingga tercapai peningkatan hasil usahatani dan pendapatannya.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah khususnya Balai Pengkajian Teknologi Pertanian adalah melalui Prima Tani, karena tujuan utama Prima Tani adalah untuk mempercepat waktu dan memperluas adopsi inovasi pertanian yang dihasilkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang disesuaikan dengan karakteristik lokal spesifik sesuai dengan penggunanya (petani). Melalui Prima Tani diharapkan akan ditemukan suatu teknologi inovatif yang didukung dengan kelembagaan yang baik, sesuai dengan keinginan petani dan karakteristik lokal spesifik sehingga Prima Tani tersebut dapat dilaksanakan.

(19)

Salah satu cara untuk memotivasi dan memfasilitasi masyarakat tani untuk secara partisipatif membangun pertanian wilayah adalah melalui percepatan pemasyarakatan inovasi teknologi dan kelembagaan pertanian dengan memberdayakan potensi sumber daya lokal (Deptan, 2006). Prima Tani direncanakan dari dan oleh masyarakat tani bersama pemangku kepentingan pembangunan pertanian masyarakat pedesaan. Mengacu pada kenyataan tersebut maka pendekatan komunikasi dalam Prima Tani adalah melibatkan berbagai unsur dari Pemerintah, dalam hal ini Dinas/Instansi terkait mulai dari provinsi, kabupaten, kecamatan, desa dan swasta serta petani sebagai sasaran program. Melalui komunikasi yang partisipatif sesuai dengan tahapan dalam Prima Tani, maka masyarakat diajak untuk turut bersama-sama pemerintah untuk merencanakan apa yang menjadi kebutuhan dan keinginannya, melaksanakan dan memberikan penilaian terhadap apa yang akan dan telah dilaksanakannya.

Komunikasi yang efektif sangat diperlukan agar apa yang diinginkan baik oleh Pemerintah, Swasta maupun petani dalam pelaksanaan Prima Tani dapat tercapai. Dengan komunikasi yang efektif diharapkan akan dapat menghilangkan berbagai hambatan terutama dalam hal tukar-menukar informasi maupun berbagai ketimpangan dalam pelaksanaan Prima Tani. Oleh karena itu, sejauh mana efektivitas komunikasi dalam pelaksanaan Prima Tani perlu dikaji, apakah melalui proses komunikasi partisipatif dalam Prima Tani yang menghasilkan model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan petani. Hal lain yang menarik adalah karena Prima Tani merupakan suatu program baru dan sampai saat ini penelitian atau kajian yang secara spesifik membahas tentang efektivitas komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani belum pernah dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dianggap perlu agar program Prima Tani dapat lebih dikembangkan lagi.

Perumusan Masalah Penelitian

Proses penetapan model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan dalam Prima Tani di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak merupakan suatu proses komunikasi partisipatif. Melalui tahapan yang dilaksanakan, diharapkan petani sebagai sasaran akhir akan terlibat secara

(20)

langsung untuk memberikan masukkan kepada Tim Prima Tani mengenai berbagai permasalahan usaha tani yang dihadapinya, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraannya. Setelah diperoleh berbagai informasi dari petani serta mengkaji karakteristik lokal spesifik dimana Prima Tani tersebut dilaksanakan maka disusunlah suatu model usahatani untuk didiseminasikan yaitu berupa teknologi inovatif yang sesuai dengan sistem usahatani dan wilayahnya.

Walaupun model usahatani terpadu ini telah didiseminasikan dan disosialisasikan kepada petani, ternyata belum semua teknologi pada usahatani terpadu mampu dilaksanakan oleh petani. Faktor yang di duga mempengaruhi efektivitas komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan usahatani terpadu yang didiseminasikan kepada petani dalam Prima Tani adalah karakteristik individu yang ada pada petani itu sendiri dan komunikasi partisipatif yang masih belum berjalan dengan baik.

Keberhasilan diseminasi teknologi inovatif usahatani terpadu sangat ditentukan oleh petani sebagai pelaksana teknologi inovatif usahatani terpadu serta komunikasi partisipatif yang digunakan dalam Prima Tani. Karakteristik individu petani akan berpengaruh terhadap komunikasi partisipatif yang dilaksanakan dalam Prima Tani. Komunikasi partisipatif yang dilakukan mulai dari tahapan penumbuhan ide, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam Prima Tani akan mempengaruhi efektivitas komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani yang diukur dari tingkat pengetahuan, sikap dan penerapan model usahatani terpadu oleh petani. Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah komunikasi partisipatif efektif dalam pelaksanaan Prima Tani di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak?

2. Bagaimana hubungan antara karakteristik individu petani dengan komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak?

(21)

3. Bagaimana hubungan antara komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani dengan efektivitas komunikasi model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak?

Tujuan Penelitian

Secara spesifik penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui efektivitas komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak.

2. Menganalisis hubungan antara karakteristik individu petani dengan komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak.

3. Menganalisis hubungan antara komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani dengan efektivitas komunikasi model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan.

Kegunaan Penelitian

1. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman dan memperluas wawasan akademis dan pengembangan ilmu tentang komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani dan pelaksanaan pembangunan pada umumnya.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi Pemerintah Daerah khususnya Dinas Pertanian atau pihak yang berkepentingan, sehingga sebagai bahan masukan oleh Pemerintah Daerah dalam mengambil kebijakan untuk menerapkan program pembangunan secara umum dan khususnya program pembangunan pertanian di bidang Prima Tani di pedesaan.

(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses yang sangat asasi, yaitu pengalihan (pengoperan) atas informasi, perasaan, penilaian, hiburan, gagasan atau idea. Istilah komunikasi tersebut dikenal dengan istilah lambang yang mengandung arti atau makna, sehingga komunikasi dapat didefinisikan sebagai “kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti atau makna “(Pratikto, 1986). Secara umum Effendy (1979), mendefinisikan komunikasi sebagai proses dimana seorang insan (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambang- lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku insan-insan lainnya (komunikate, sasaran). Oleh karena itu tujuan komunikasi menurut Effendy (2000) ada empat, yaitu: (1) mengubah sikap, (2) mengubah opini pendapat atau pandangan, (3) mengubah perilaku dan (4) mengubah masyarakat.

Aktivitas komunikasi selalu menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia, karena komunikasi adalah suatu pernyataan manusia, baik secara perorangan maupun secara kelompok, yang bersifat umum (tidak bersifat rahasia) dengan menggunakan tanda-tanda, kode-kode atau lambang-lambang tertentu (Soekartawi, 2005). Tujuan dasar dalam komunikasi antar manusia adalah mencapai pengertian bersama yang lebih luas dan mendalam. Bila masing-masing telah memahami makna yang disampaikan maka para peserta saling percaya mempercayai atau menyetujui penafsiran masing-masing. Mempercayai adalah tindakan menerima informasi yang digunakan bersama sebagai hal yang sah dan benar. Dengan mempercayai berarti menerima ketulusan orang yang menggunakan informasi bersama-sama (Schramm dan Kincaid, 1977).

Untuk lebih memahami komunikasi, ada tiga kerangka pemahaman yang dapat digunakan, yaitu komunikasi sebagai tindakan satu-arah, komunikasi sebagai interaksi dan komunikasi sebagai transaksi (Mulyana, 2002). Sebagai tindakan satu-arah, suatu pemahaman populer mengenai komunikasi manusia adalah komunikasi yang mengisyaratkan penyampaian pesan searah dari seseorang (atau suatu lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap-muka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah, radio, atau televisi. Komunikasi dianggap suatu

(23)

proses linear yang dimulai dengan sumber atau pengirim dan berakhir pada penerima, sasaran atau tujuannya.

Komunikasi sebagai interaksi menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau menganggukkan kepala, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respons atau umpan-balik dari orang kedua, dan begitu seterusnya. Komunikasi sebagai interaksi dipandang sedikit lebih dinamis daripada komunikasi sebagai tindakan satu-arah. Salah satu unsur yang dapat ditambahkan dalam konseptualisasi kedua ini adalah umpan- balik (feed back), yakni apa yang disampaikan penerima pesan kepada sumber pesan.

Komunikasi sebagai transaksi, komunikasi dianggap telah berlangsung bila seseorang telah menafsirkan perilaku orang lain, baik perilaku verbal maupun perilaku nonverbalnya. Berdasarkan konseptualisasi ini, komunikasi pada dasarnya adalah suatu proses yang dinamis yang secara sinambung mengubah pihak-pihak yang berkomunikasi. Menurut pandangan ini, maka orang-orang yang berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara aktif mengirimkan dan menafsirkan pesan. Setiap pihak dianggap sumber sekaligus juga penerima pesan.

Efektivitas Komunikasi

Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti tercapai keberhasilan yang telah ditetapkan. Menurut Sugandha (1988) prinsip efektif itu adalah kemampuan untuk mencapai sasaran dan tujuan akhir melalui kerja sama orang-orang dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada seefisien mungkin. Komunikasi dikatakan efektif bila rangsangan yang disampaikan dan dimaksudkan oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima. Semakin besar kaitan antara yang dimaksud oleh komunikator dapat direspon oleh komunikan, maka semakin efektif pula komunikasi yang dilaksanakan.

Selanjutnya Effendi (2001) menyatakan komunikasi untuk dapat dikatakan efektif jika dapat menimbulkan dampak yaitu: 1) kognitif, yakni meningkatnya pengetahuan komunikan, 2) Afektif, yaitu perubahan pandangan komunikan,

(24)

karena hatinya tergerak akibat komunikasi dan 3) Behavioral yaitu perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi pada komunikan. Efek pada aras kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar dan tambahan pengetahuan. Pada aras afektif meliputi efek berhubungan dengan emosi, perasaan dan sikap, sedangkan efek pada aras konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu menurut cara tertentu (Jahi, 1988).

Tubbs dan Moss (2000) menyatakan ada lima hal yang menjadikan ukuran bagi komunikasi yang efektif, yaitu: pemahaman, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan.

(1) Pemahaman

Arti pokok pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas kandungan stimuli seperti yang dimaksud oleh pengirim pesan (komunikator), dikatakan efektif bila penerima memperoleh pemahaman yang cermat atas pesan yang disampaikan.

(2) Kesenangan

Komunikasi tidak semua ditujukan untuk menyampaikan maksud tertentu, adakalanya komunikasi hanya sekedar untuk bertegur sapa dan menimbulkan kebahagian bersama.

(3) Mempengaruhi sikap

Tindakan mempengaruhi orang lain dan berusaha agar orang lain memahami ucapan kita adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Pada waktu menentukan tingkat keberhasilan berkomunikasi ternyata kegagalan dalam mengubah sikap orang lain belum tentu karena orang lain tersebut tidak memahami apa yang dimaksud. Dapat dikatakan bahwa kegagalan dalam mengubah pandangan seseorang jangan disamakan dengan kegagalan dalam meningkatkan pemahaman, karena memahami dan menyetujui adalah dua hal yang sama sekali berlainan.

(4) Memperbaiki hubungan

Komunikasi yang dilakukan dalam suasana psikologis yang positif dan penuh kepercayaan akan sangat membantu terciptanya komunikasi yang efektif. Apabila hubungan manusia dibayang bayangi oleh

(25)

ketidakpercayaan, maka pesan yang disampaikan oleh komunikator yang paling kompeten pun bisa saja mengubah makna.

(5) Tindakan

Mendorong orang lain untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan yang diinginkan merupakan hasil yang paling sulit dicapai dalam berkomunikasi. Lebih mudah mengusahakan agar pesan dapat dipahami orang lain daripada mengusahakan agar pesan tersebut disetujui, tindakan merupakan feed back komunikasi paling tinggi yang diharapkan pemberi pesan.

Komunikasi Partisipatif dalam Pelaksanaan Prima Tani

Mengatasi masalah pembangunan masyarakat yang semakin komplek, maka diperlukan suatu pendekatan yang memungkinkan masyarakat memiliki kemampuan untuk memecahkan masalahnya sendiri, diperlukan suatu bentuk komunikasi yang mengkondisikan masyarakat bebas berpendapat, berekspresi dan mengungkapkan diri secara terbuka satu sama lainnya (Sulistyowati dkk. 2005).

Pendekatan komunikasi yang dibutuhkan adalah pendekatan atau model komunikasi yang memungkinkan adanya pertukaran informasi antar komponen dalam proses komunikasi dengan banyak dimensi. Pendekatan ini sering disebut dengan model partisipasi (participatory model) atau model interaksi (interaktif model). Menurut Sulistyowati dkk. (2005), model participatory ini memiliki pertanyaan utama “ who is talking back to the who talked to them ?, artinya semakin banyak dimensi yang diperhatikan. Tekanannya bukan saja pada komunikator yang ingin mencapai sasaran tetapi terutama kepada reaksi komunikan terhadap usul komunikator. Model komunikasi ini memiliki anggapan bahwa manusia bukanlah komunikan yang pasif, tetapi merupakan hasil dari lingkungan sosialnya. Artinya reaksi terhadap setiap pesan yang masuk akan ditentukan oleh lingkungan tersebut. Dengan demikian di dalam model ini tidak hanya mencakup komunikasi dua tahap dan bahkan banyak tahap, tetapi juga banyak dimensi. Selain komunikasi dengan lingkungan komunikan masih ada juga unsur seberapa jauh lingkungan komunikator cocok dengan lingkungan komunikan

(26)

Menurut Sulistyowati dkk. (2005), pemikiran inti dari model komunikasi partisipatif adalah bahwa dalam proses pembicaraan dapat dimungkinkan dan diperhitungkan timbulnya ide-ide baru pada waktu komunikasi sedang berlangsung. Jika dalam model linier titik berat pada pesan-pesan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, dalam model partisipasi ini ada suatu cerminan situasi komunikasi yang sebenarnya, sehingga dengan jelas dapat dilihat apakah pihak pihak yang berkomunikasi telah berhasil saling mempengaruhi atau tidak, dapat dilihat akibat dari pesan yang telah dikirim. Model ini juga memperlihatkan situasi interaktif antara pihak-pihak yang berkomunikasi dan dapat berlangsung dalam bentuk komunikasi antar pribadi dan kelompok.

Situasi interaktif antara pihak-pihak yang berkomunikasi dapat digambarkan seperti dalam model Sirkuler yang dikemukakan oleh Osgood dan Schramm (1974) dalam Wiryanto (2004). Model ini menggambarkan suatu proses yang dinamis. Pesan ditransmisikan melalui proses encoding dan decoding. Hubungan antara encoding dan decoding layaknya sumber (encoder) penerima (decoder) yang saling mempengaruhi satu sama lain. Namun pada tahap berikutnya penerima (encoder) dan sumber (decoder), intepreter berfungsi ganda sebagai pengirim dan penerima pesan. Model ini menempatkan sumber dan penerima mempunyai kedudukan yang sederajat.

Pesan Sumber Penerima Interpreter Interpreter Penerima Sumber Pesan

Gambar 1 Model Sirkuler Osgood dan Schramm

Menurut Hamijoyo (2005), komunikasi partisipatif mengasumsikan adanya proses humanis yang menempatkan individu sebagai aktor aktif dalam merespons setiap stimulus yang muncul dalam lingkungan yang menjadi medan

(27)

kehidupannya. Individu bukanlah wujud yang pasif yang hanya bergerak jika ada yang menggerakkan. Individu adalah wujud dinamis yang menjadi subyek dalam setiap perilaku yang diperankan termasuk perilaku komunikasi.

Proses komunikasi pada dasarnya merupakan salah satu ekspresi dinamis individu dalam merespons setiap simbol yang diterimanya melalui mekanisme psikologis untuk memberikan makna sesuai dengan referensi yang dimilikinya. Melalui proses komunikasi simbol simbol itu kemudian diberi makna. Maka jadilah pesan yang bisa diterima dan digunakan untuk merumuskan pesan baru sehingga melahirkan situasi komunikasi dua arah (two ways communication). Dalam situasi interaktif inilah kemudian terbentuk norma sosial yang disepakati, sehingga semakin lama komunikasi itu berlangsung, maka semakin besar pula kesamaan-kesamaan yang terbangun dalam diri seseorang yang akan menjadi mediator penting aktivitas komunikasi.

Dalam komunikasi dua arah bukan hanya pesan yang diperhatikan tetapi juga arusnya yang dua arah. Kalau pesan yang dipentingkan, maka yang keluar hanya perintah, pengarahan atau petunjuk yang tanpa diskusi atau komunikasi sekalipun. Tetapi arusnya yang diutamakan dalam komunikasi dua arah, maka yang terjadi adalah alternatif pendapat, saran dan cara pemecahan yang timbul dari keinginan bersama. Menurut Hamijoyo (2005), model ini disebut model konvergensi komunikasi, model ini berlandaskan konsepsi komunikasi sosial sebagai suatu proses dialog dua arah dalam upaya mencapai saling pengertian dan kesepakatan antara dua individu atau dua kelompok atau lebih, dan bukan satu orang atau satu kelompok yang berkuasa atau berwibawa memaksakan kekuasaan atau kewibawaannya kepada yang lain. Proses dialog dua arah menurut Effendy (2000), selalu lebih baik daripada monologis. Proses komunikasi dialogis menunjukkan terjadinya interaksi dimana mereka yang terlibat dalam komunikasi berupaya untuk terjadinya pengertian bersama (mutual understanding) dan empati.

Mengacu pada konsep pengembangan wilayah serta pola pendekatan komunikasi Top-down dan Bottom-up, Sumardjo (1999) juga mengemukakan bahwa model komunikasi pembangunan yang dinilai layak untuk dikembangkan adalah model komunikasi “interaktif” yang menghasilkan keseimbangan dalam

(28)

perspektif teori pertukaran (exchange theory), melalui jalur kelembagaan yang telah mapan, didukung oleh bentuk-bentuk komunikasi yang efektif baik vertikal maupun horisontal dalam sistem sosial pertanian. Mengacu pada Schramm, Kincaid, Rogers dan Kincaid dan Swanson, Sumardjo (1999) menyatakan bahwa model komunikasi interaktif ini sejalan dan memperhatikan prinsip-prinsip yang berlaku dalam model komunikasi tipe Relational maupun tipe-tipe Convergence. Model “interaktif” sebenarnya lebih dekat dengan model komunikasi “konvergen”.

Model komunikasi konvergen atau interaktif menurut Sumardjo (1999), bersifat dua arah, yakni partisipatif baik vertikal maupun horisontal. Artinya, keputusan di tingkat perencanaan program pembangunan sangat memperhatikan kebutuhan dan kepentingan di tingkat “bawah” (yang biasa disebut sasaran pembangunan), tanpa harus mengabaikan arah dan percepatan pembangunan, dengan titik berat pembangunan beroriantasi pada peningkatan kesejahteraan rakyat dan memperhatikan hak-haknya sebagai manusia dan warga negara.

Pengalaman pembangunan yang telah dilaksanakan, memang terbukti bahwa kesadaran masyarakat yang tinggi akan tumbuh dan berkembang apabila kebutuhan dan kepentingan mereka mendapat tempat yang layak dalam proses pembangunan yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan maupun pemanfaatan hasilnya. Perencanaan bukan hanya menjadi tugas pemerintah, bahkan masyarakat lokalpun dapat membuat suatu perencanaan pembangunan untuk dilaksanakan di desa atau wilayah mereka. Pemerintah dan masyarakat juga dapat membuat suatu perencanaan pelaksanaan suatu program agar sesuai dengan keinginan masyarakat, yang sesuai pula dengan situasi dan kondisi yang dihadapi oleh masyarakat sebagai sasaran program pembangunan. Model perencanaan seperti ini, dikenal dengan perencanaan partisipatif. Lionberger dan Gwin (1982) menyatakan perencanaan partisipatif diartikan sebagai perencanaan yang dilakukan masyarakat lokal (dengan pendampingan dari penyuluh spesialis) bagi program-program yang memenuhi kebutuhan lokal. Program tidak direncanakan secara Top Down oleh lembaga pemerintah, tetapi hasilnya benar-benar diminati oleh masyarakat lokal menjadi kebutuhan mereka.

(29)

Paradigma komunikasi konvergen ditandai dengan terakomodasinya aspirasi pihak atas (pemerintah) dan pihak bawah (masyarakat) dalam program pembangunan wilayah setempat. Oleh karena itu pendekatan konvergen lebih tepat digunakan dalam era globalisasi, karena menurut Sumardjo (1999), pendekatan tersebut lebih memungkinkan terjalin integrasi (interface) antara kepentingan nasional dengan kepentingan masyarakat dan potensi (dan permasalahan) lingkungan setempat. Pendekatan tersebut lebih menempatkan martabat manusia secara lebih layak, keberadaan masyarakat dengan aspek kepentingan dan kemampuannya menjadi lebih dikenali dan dihargai, sehingga lebih mendorong terjadinya partisipasi masyarakat yang lebih luas.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa inti dari komunikasi partisipatif adalah suatu proses komunikasi dapat terjadi komunikasi dua arah atau dialogis, sehingga menghasilkan suatu pemahaman yang sama terhadap pesan yang disampaikan. Dalam kaitannya dengan penelitian ini maka komunikasi partisipatif dapat dilaksanakan antara penyuluh dengan petani, dimana terjadi proses komunikasi dua arah dan dialogis sehingga menghasilkan suatu pemahaman yang sama terhadap program yang akan dilaksanakan. Dengan demikian dalam model komunikasi partisipatif, petani terlibat aktif dalam memberikan masukan dan informasi kepada petugas penyuluh serta petani terlibat aktif dalam setiap pengambilan keputusan pelaksanaan Prima Tani. Proses keterlibatan petani dalam pengambilan keputusan ini dilakukan melalui tahapan perencanaan program, pelaksanaan dan evaluasi terhadap program, yang dalam penelitian ini indikatornya dilihat sebagai (1) tahap penumbuhan ide, (2) perencanaan program, (3) pelaksanaan program dan (4) penilaian program.

Karakteristik Individu

Karakteristik individu sangat menentukan pemahaman terhadap informasi yang diterima. Lionberger dan Gwin (1982) mengungkapkan bahwa peubah yang penting dalam mengkaji masyarakat lokal di antaranya adalah peubah karakteristik individu. Karakteristik anggota kelompok pada dasarnya merupakan karakteristik individu, karakteristik individu meliputi: usia, tingkat pendidikan, dan ciri psikologis. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Imami (2003)

(30)

menyatakan bahwa karakteristik individu meliputi: Umur, Pendidikan, Pengalaman kerja, Jenis kelamin, Tingkat Kekosmopolitan, Akses terhadap jaringan komunikasi dan sikap terhadap perubahan.

Menurut Rogers (2003) proses pengambilan keputusan para petani apakah menerima atau menolak suatu inovasi tergantung pada sikap mental (sikap terhadap perubahan), situasi intern dan situasi ekstern. Situasi intern individu dipengaruhi antara lain oleh usia, tingkat pendidikan formal dan pendidikan non formal, pengalaman bertani padi, keberanian mengambil resiko dan tingkat kekosmopolitan. Soekartawi (2005) lebih rinci mengemukakan karakteristik individu antara lain: umur, pendidikan, keberanian mengambil resiko, pola hubungan, sikap terhadap perubahan, motivasi berkarya, aspirasi, fatalisme, sistem kepercayaan tertentu dan karakteristik psikologi.

Menurut Devito (1997) karakteristik seseorang merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Powel dalam Hermawanto (1988), menyatakan bahwa persepsi seseorang tentang sesuatu ditentukan oleh jenis kelamin dan umur. Pengalaman seseorang tentang obyek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dalam menyimpulkan suatu informasi dan menafsirkan pesan disebut persepsi (Rakhmat, 2000). Bagaimana seseorang mempersepsi suatu pesan atau informasi akan mempengaruhi efektivitas komunikasi.

Dalam konteks penelitian ini, karakteristik internal petani yang diduga dapat mempengaruhi partisipasi dalam pelaksanaan Prima Tani terdiri dari peubah peubah: Usia, Pendidikan, Pendidikan non formal, Pengalaman berusaha tani, Motivasi, Tingkat Pendapatan, Luas pemilikan lahan, Keanggotaan dalam kelompok tani. Faktor usia, Pendidikan, Pendidikan non formal, Pengalaman berusaha tani, Luas pemilikan lahan akan mempengaruhi kemampuan petani berpartisipasi dalam Prima Tani, Faktor Motivasi berhubungan dengan kemauan dan kemampuan petani untuk berpartisipasi sedangkan faktor keanggotaan dalam kelompok tani berhubungan dengan kesempatan petani untuk berpartisipasi dalam Prima Tani.

(31)

Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat sering diberi makna sebagai keterlibatan seseorang secara sukarela tanpa tekanan yang jauh dari pemerintah. Partisipasi masyarakat merupakan suatu kerelaan, ada bermacam-macam faktor yang mendorong kerelaan seseorang untuk terlibat, bisa karena kepentingan atau karena solidaritas, karena mempunyai tujuan dan kepentingan yang sama, dan karena ingin melakukan perubahan bersama walaupun tujuannya berbeda. Oleh karena itu untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan maka diperlukan beberapa persyaratan. Menurut Slamet (2003), syarat untuk berpartisipasi dapat digolongkan dalam tiga golongan, yaitu adanya kesempatan untuk membangun dalam pembangunan, kedua adanya kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan, dan ketiga adanya kemauan dan kemampuan untuk berpartisipasi.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan menurut Slamet (2003), dapat diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan, ikut serta dalam pemanfaatannya dan menikmati hasil hasil pembangunan. Partisipasi ini menurut Kuswartojo (2004), dapat dimulai dari tahap menentukan mana yang akan dituju dan apa yang akan dihasilkan, yang biasanya disebut dengan tahap rumusan kebijakan dan rencana. Selanjutnya diikuti dengan partisipasi pada tahap menentukan cara untuk mencapai tujuan dan mempertaruhkan sumber daya agar tujuan dapat tercapai. Sehingga pada akhirnya partisipasi akan sampai pada tahap mencapai kesamaan pandangan tentang bagaimana memantau dan menilai hasilnya. Dengan demikian secara umum dapat dikatakan bahwa partisipasi dapat dimulai dari tahap perumusan kebijakan dan penyusunan rencana, tahap implementasi sampai tahap pemantauan/pengawasan dan evaluasi.

Definisi partisipasi menurut Uphoff ( 1979), dibagi menjadi empat jenis yaitu dimulai dari partisipasi dalam pembuatan keputusan, partisipasi dalam penerapan keputusan, partisipasi dalam pencapaian hasil serta partisipasi dalam evaluasi. Partisipasi dalam pembuatan keputusan adalah partisipasi dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengemukakan pendapat dan aspirasinya untuk menilai suatu perencanaan kegiatan, masyarakat juga diberikan kesempatan untuk menimbang suatu keputusan yang akan diambil. Partisipasi dalam penerapan keputusan adalah partisipasi dengan mengikutsertakan

(32)

masyarakat dalam kegiatan operasional berdasarkan perencanaan yang telah disepakati bersama. Partisipasi dalam pencapaian hasil pembangunan adalah partisipasi masyarakat dalam menggunakan hasil hasil pembangunan yang telah dilaksanakan. Partisipasi dalam mengevaluasi dan mengawasi kegiatan pembangunan adalah partisipasi masyarakat dalam bentuk keikutsertaannya menilai serta mengawasi kegiatan pembangunan dan memelihara hasil hasil pembangunan.

Analisis proses partisipasi atau peran serta masyarakat sangat penting untuk dilakukan karena dengan demikian usaha komunikasi program pembangunan dalam masyarakat akan memperoleh suatu hasil yang maksimal. Analisis proses partisipasi masyarakat dalam pembangunan telah dilakukan oleh Levis (1996), yaitu meliputi 4 tahap yang antara lain:

1. Tahap penumbuhan ide untuk membangun dan Perencanaan

Dalam pelaksanaan program tersebut dapat dilihat apakah pelaksanaan program tersebut didasarkan atas gagasan atau ide yang tumbuh dari kesadaran masyarakat sendiri atau diturunkan dari atas. Jika ide dan prakarsa untuk membangun datangnya dari masyarakat itu sendiri karena didorong oleh tuntutan situasi dan kondisi yang menghimpitnya pada saat itu, maka peran serta aktif masyarakat akan lebih baik. Jika masyarakat ikut dilibatkan didalam proses perencanaan untuk membangun daerahnya, maka dapat dipastikan bahwa seluruh anggota masyarakat merasa dihargai sebagai manusia yang memiliki potensi atau kemampuan sehingga mereka lebih mudah berperan serta aktif atau berpartisipasi dalam melaksanakan, melestarikan program pembangunan itu sendiri.

2. Tahap pengambilan keputusan

Landasan filosofis dalam tahap ini adalah bahwa setiap orang akan merasa dihargai jika mereka diajak untuk berkompromi, memberikan pemikiran dalam membuat suatu keputusan untuk membangun diri, keluarga, bangsa dan daerah dan negaranya. Keikutsertaan anggota atau seseorang didalam pengambilan suatu keputusan secara psikososial telah memaksa anggota masyarakat yang bersangkutan untuk turut bertanggung jawab dalam melaksanakan, mengamankan setiap paket program yang dikomunikasikan. Mereka merasa ikut memiliki serta bertanggung jawab secara penuh atas keberhasilan program yang akan

(33)

dilaksanakan. Dengan demikian dalam diri masyarakat akan tumbuh rasa tanggung jawab secara sadar kemudian berprakarsa untuk berpartisipasi secara positif dalam pembangunan.

3. Tahap pelaksanaan dan evaluasi

Untuk mewujudkan kondisi masyarakat agar berpartisipasi didalam melaksanakan program pembangunan yang telah dikomunikasikan, mereka harus dilibatkan dalam melaksanakan setiap pelaksanaan program pembangunan. Tujuan melibatkan masyarakat dalam tahap pelaksanaan adalah agar masyarakat dapat mengetahui secara baik tentang cara melaksanakan suatu program yang akan dilaksanakan sehingga nantinya mereka dapat secara mandiri dan mampu melanjutkan, meningkatkan serta melestarikan program pembangunan yang dilaksanakan. Tujuan lainnya adalah untuk menghilangkan ketergantungan masyarakat terhadap pihak luar dalam hal ini komunikator atau penyuluh yang selama ini selalu terjadi dan akan menjamin bahwa program pembangunan itu sendiri tidak akan lenyap serta merta setelah kepergian para petugas dari desa atau wilayah yang bersangkutan. Sedangkan dalam evaluasi masyarakat diharapkan mampu menilai diri sendiri, dengan mengungkapkan apa yang mereka tahu dan diperlukan. Mereka diberi kebebasan untuk menilai sesuai dengan apa yang ada dalam benaknya, pengalaman, kelebihan atau keuntungan dari program, kelemahannya, manfaat, hambatan, faktor pelancar yang mereka hadapi dalam operasionalisasi program secara bersama sama mencarikan alternatif terbaik sebagai bahan pertimbangan bagi pelaksanaan program.

4. Tahap pembagian keuntungan ekonomis

Tahap ini ditekankan pada pemanfaatan program pembangunan yang telah diberikan secara merata kepada seluruh anggota masyarakat dalam desa atau wilayah bersangkutan. Pertimbangan pokok dalam penerapan suatu program jika dilihat aspek keuntungan ekonomis adalah program tersebut akan mampu memberikan kesuksesan secara ekonomis kepada seluruh atau sebagian besar masyarakat disekitarnya.

(34)

Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani)

Dalam rancangan Dasar Prima Tani (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2004) menyatakan bahwa Prima Tani adalah suatu Program Rintisan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian untuk memperkenalkan dan memasyarakatkan inovasi hasil penelitian dan pengembangan kepada masyarakat dalam bentuk laboraturium agribisnis pada wilayah yang mudah dilihat dan dikenal masyarakat tani. Prima Tani ini merupakan suatu model atau konsep baru diseminasi teknologi yang dipandang dapat mempercepat penyampaian informasi sebagai bahan dasar inovasi yang dihasilkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Prima Tani diharapkan dapat berfungsi sebagai jembatan penghubung langsung antara Peneliti dalam bidang Pengembangan Pertanian sebagai penghasil inovasi dengan lembaga penyampaian (delivery system) maupun pelaku agribisnis (receiving system) pengguna inovasi.

Tujuan utama pelaksanaan Prima Tani adalah untuk mempercepat waktu dan memperluas adopsi inovasi pertanian yang dihasilkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian, 2004). Di samping itu pelaksanaan Prima Tani ditujukan untuk memperoleh umpan balik mengenai karakteristik teknologi tepat guna yang bersifat lokal spesifik di wilayah setempat. Umpan balik ini merupakan informasi esensial dalam rangka mewujudkan dan memperbaiki penelitian dan pengembangan yang berorientasi pada kebutuhan penggunanya.

Prima Tani sebagai modus diseminasi hasil-hasil penelitian dan pengembangan bertujuan untuk:

y Merancang serta memfasilitasi penumbuhan dan pembinaan percontohan sistem dan usaha agribisnis yang berbasis pengetahuan dan teknologi inovatif. y Membangun pengadaan sistem teknologi dasar (antara lain benih dasar,

prototipe alat/mesin pertanian, model usaha pasca panen skala komersial) secara luas dan desentralistis.

y Menyediakan informasi, konsultasi dan sekolah lapang untuk pemecahan masalah melalui penerapan inovasi pertanian bagi para praktisi agribisnis.

(35)

y Memfasilitasi dan meningkatkan kemampuan masyarakat dan pemerintah setempat untuk melanjutkan pengembangan dan pembinaan percontohan sistem dalam usaha agribisnis yang berbasis pengetahuan dan teknologi mutakhir secara mandiri.

Sasaran akhir dari Prima Tani adalah diterapkannya teknologi inovatif yang dihasilkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian oleh praktisi agribisnis secara cepat, tepat dan massal (Simatupang, 2004). Kegiatan diseminasi teknologi yang akan dilakukan Badan Litbang Pertanian hanyalah membuktikan dan menunjukkan kepada masyarakat bahwa teknologi tersebut tepat guna dan unggul sehingga mereka yakin dan mengadopsinya. Tetapi kegiatan diseminasi oleh Badan Litbang Pertanian hanya dalam skala terbatas dan sementara waktu saja. Fasilitas difusi dan replikasi atau perluasan Prima Tani diharapkan akan dilakukan oleh instansi pemerintah yang bertugas untuk itu, baik itu Direktorat jenderal lingkup Departemen Pertanian melalui program nasional maupun dinas lingkup pertanian pemerintah daerah melalui program pembangunan daerah.

Paradigma dan Strategi

Prima Tani merupakan suatu strategi dalam mengimplementasikan paradigma baru dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Sehingga dipandang dari segi pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan, Prima Tani merupakan wahana untuk pelaksanaan penelitian dan pengembangan partisipatif dalam rangka mewujudkan penelitian dan pengembangan berorientasi kepada konsumen/pengguna. Dilihat dari segi pelaksanaan kegiatan diseminasi, maka Prima Tani merupakan wahana untuk menghubungkan secara langsung Badan Penelitian dan Pengembangan sebagai penyedia teknologi sumber/dasar dengan masyarakat luas atau pengguna teknologi secara komersial maupun lembaga-lembaga pelayanan penunjang pembangunan sehingga adopsi teknologi yang dihasilkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian tidak saja tepat guna, tetapi juga langsung diterapkan dalam pembangunan sistem dan usaha agribisnis, setidaknya dalam tahap rintisan atau percontohan. Rintisan atau percontohan tersebut diharapkan akan menjadi titik awal difusi massal teknologi inovatif yang dihasilkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

(36)

Prima Tani dapat dilaksanakan melalui empat strategi (BPTP Kalbar, 2005) yaitu:

1. Menerapkan teknologi inovatif tepat guna secara partisipatif berdasarkan paradigma penelitian untuk pembangunan.

2. Membangun model percontohan sistem dan usaha agribisnis berbasis teknologi inovatif yang mengintegrasikan sistem inovasi dan kelembagaan dengan sistem agribisnis.

3. Mendorong proses difusi dan replikasi model percontohan teknologi inovatif melalui ekspose dan demonstrasi lapang, diseminasi informasi, advokasi serta fasilitasi.

4. Mengembangkan agroindustri pedesaan berdasarkan karakteristik wilayah agroekosistem dan kondisi sosial ekonomi setempat.

Keterkaitan Antar Komponen

Prima Tani pada intinya adalah membangun model percontohan sistem dan usaha agribisnis progresif berbasis teknologi inovatif yang memadukan sistem inovasi dan sistem agribisnis. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian tidak lagi hanya berfungsi sebagai produsen teknologi sumber/dasar, tetapi juga terlibat aktif dalam memfasilitasi penggandaan, penyaluran dan penerapan teknologi inovatif yang dihasilkan. Prima Tani pada dasarnya merupakan model terpadu dari Penelitian – Penyuluhan – Agribisnis – Pelayanan Pendukung. Pembentukan jejaring kerja model terpadu dari Penelitian – Penyuluhan – Agribisnis – Pelayanan pendukung merupakan salah satu terobosan kelembagaan dalam Prima Tani.

Sedangkan Prima Tani itu mengandung dua unsur pembaharuan: 1. Inovasi teknologi tepat guna siap terap dan manajemen usaha agribisnis. 2. Inovasi kelembagaan yang memadukan sistem atau rantai pasok inovasi dan

sistem agribisnis.

Pada tahap awal penumbuhan sistem inovasi diintroduksikan paket rintisan dengan rantai pasok inovasi yang amat pendek (diintroduksikan secara langsung oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian sebagai sumber informasi). Balai penelitian dalam lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian sebagai penghasil teknologi dasar (generating system) sekaligus berfungsi sebagai

(37)

penyalur langsung teknologi “komersial” kepada petani/praktisi agribisnis penerima atau pengguna teknologi tersebut. Sementara bersama sama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian hanya melaksanakan pembekalan keterampilan dan pengetahuan teknis kepada penyuluh yang selanjutnya bertindak sebagai nara sumber bagi para praktisi agribisnis. Tahapan selanjutnya adalah pemantapan, dengan ciri utama penumbuhan segmen pemasok teknologi lokal (delivery segment). Pada tahap awal, pelaksana perintis adalah BPTP, unit kerja teknis Badan Penelitian Pengembangan Pertanian yang berada di seluruh propinsi di Indonesia dan kelembagaan/institusi teknologi pertanian milik pemerintah daerah (misalnya benih). Tahapan akhir dari pengembangan sistem inovasi adalah penumbuhan dan pengembangan usaha komersial produsen teknologi (antara lain benih sebar) di daerah pengembangan Prima Tani

Sistim dan Usaha Agribisnis

Sistem dan usaha agribisnis dibangun dengan menggunakan sistem inovasi berdasarkan paradigma agribisnis. Pertama, walaupun berupa usaha keluarga skala kecil, usahatani haruslah dipandang sebagai usaha komersial yang otonom, berorientasi pasar dan bertujuan untuk meraih sisa hasil usaha (laba) sebesar besarnya. Kedua, keberadaan dan kinerja usahatani amat atau bahkan terutama ditentukan oleh keberadaan dan kinerja usaha-usaha terkait, baik dari segment rantai hulu, yakni bidang usaha pengadaan dan penyaluran sarana dan prasarana usahatani; disegmen rantai hilir, yakni bidang usaha pengolahan dan pemasaran hasil-hasil usahatani; maupun disegmen rantai sisi, yakni bidang usaha jasa fasilitator (misalnya usaha pembiayaan, transportasi, energi, komunikasi), dan infrastruktur penunjang (antara lain irigasi, penyuluhan, pasar)

Usahatani yang dikembangkan pada Prima Tani adalah “Sistem Usaha Intensifikasi Diversifikasi “ (SUID). Salah satu contohnya adalah Sistem integrasi tanaman-ternak (crop-livestock system = CLS) yang diusahakan secara intensif. Karena sasaran Prima Tani adalah usahatani keluarga skala kecil, maka usahatani yang akan dikembangkan adalah pola usaha SUID-keluarga yang mengintegrasikan kegiatan rumah tangga, usahatani dan kegiatan non usahatani. Rancang operasioanal usaha SUID-keluarga disusun antara lain dengan

(38)

menyesuaikan dengan kondisi agroekosistem maupun tatanan sosial-ekonomi setempat.

Keluaran akhir Prima Tani adalah terbentuknya unit Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) dan Sistem Usahatani Intensifikasi dan Diversifikasi (SUID), yang merupakan representasi industri pertanian dan usahatani berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi di suatu kawasan pengembangan. Kawasan ini mencerminkan suatu pengembangan agribisnis yang lengkap dan padu padan antar subsistem, yang berbasis agroekosistem, dan mempunyai kandungan teknologi dan kelembagaan lokal yang diperlukan.

Model Pengembangan

Ada dua rancang bangun atau desain model inovasi yaitu: (1) model introduksi dan (2) model renovasi. Model introduksi adalah rancangan agribisnis yang dibangun untuk pengembangan inovasi teknologi berikut susbsistem pendukungnya yang baru. Dengan demikian, model introduksi ini dibangun dengan pendekatan cetak biru (blue print) murni dan inovasi teknologi yang hendak dikembangkan dengan struktur sistem dan usaha agribisnis yang berbeda dengan kondisi di lapang. Model ini mengakomodasi inovasi teknologi baru yang membutuhkan rancangan model sistem dan usaha agribisnis yang baru pula.

Model renovasi merupakan model penyempurnaan dan model sistem dan usaha agribisnis yang ada, sehingga mencerminkan suatu revitalisasi inovasi. Prinsip dasarnya adalah : (1) reinventing system dan usaha agribisnis yang ada melalui reformasi sistem, usaha, pelayanan publik dan kelembagaan; (2) renovasi dan revitalisasi teknologi dan kelembagaan. Dengan demikian rancangan model yang dibangun berpijak pada kondisi sistem dan usaha agribisnis yang ada.

Prima Tani diimplementasikan secara partisipatif dalam suatu desa atau laboratorium agribisnis, dengan menggunakan lima pendekatan, yaitu (i) agroekosistem, (ii) agribisnis, (iii) wilayah, (iv) kelembagaan, dan (v) pemberdayaan masyarakat. Penggunaan pendekatan agroekosistem berarti Prima Tani diimplementasikan dengan memperhatikan kesesuaian dengan kondisi bio-fisik lokasi yang meliputi aspek sumber daya lahan, air, wilayah komoditas, dan komoditas dominan. Pendekatan agribisnis berarti dalam implementasi Prima Tani diperhatikan struktur dan keterkaitan subsistem penyediaan input, usahatani,

(39)

pascapanen, pemasaran, dan penunjang dalam satu sistem. Pendekatan wilayah berarti optimasi penggunaan lahan untuk pertanian dalam satu kawasan (desa atau kecamatan). Salah satu komoditas pertanian dapat menjadi perhatian utama sedangkan beberapa komoditas lainnya sebagai pendukung, terutama dalam kaitannya dengan upaya untuk mengatasi risiko ekonomi akibat fluktuasi harga. Pendekatan kelembagaan berarti pelaksanaan Prima Tani tidak hanya memperhatikan keberadaan dan fungsi suatu organisasi ekonomi atau individu yang berkaitan dengan input dan output, tetapi juga mencakup modal sosial, norma, dan aturan yang berlaku di lokasi Prima Tani. Pendekatan pemberdayaan masyarakat menekankan perlunya penumbuhan kemandirian petani dalam memanfaatkan potensi sumber daya pedesaan. Resultan dari kelima pendekatan di atas adalah terciptanya suatu model pengembangan pertanian dan pedesaan dalam bentuk unit Agribisnis Industrial Pedesaan dan Sistem Usahatani Intensifikasi dan Diversifikasi di lokasi Prima Tani yang berkelangsungan.

Hasil Penelitian yang Relevan

Berbagai penelitian tentang efektivitas komunikasi dalam pelaksanaan program pembangunan telah banyak dilakukan oleh berbagai pihak, baik oleh praktisi komunikasi, mahasiswa maupun para ahli lainnya. Berbagai faktor telah diketahui dapat mempengaruhi efektivitas komunikasi dalam pelaksanaan suatu program pembangunan. Hasil penelitian Tutud (2001), menemukan bahwa efektif tidaknya komunikasi sangat dipengaruhi karakteristik personal dan situasional komunikan, kualitas komunikasi yang dilakukan serta kredibilitas sumber informasi.

Anas (2003), juga menemukan bahwa karakteristik nelayan merupakan faktor penentu dalam membentuk efektivitas komunikasi. Nelayan dengan karakteristik mempunyai tanggungan keluarga yang kecil dan nelayan yang mempunyai pendapatan yang besar akan lebih efektif berkomunikasi dalam meningkatkan pengetahuan, menentukan sikap dan mengambil suatu tindakan terhadap program pembangunan yang disampaikan. Metode komunikasi kelompok dianggap efektif oleh nelayan untuk meningkatkan pengetahuan, menentukan sikap dan mengambil tindakan.

(40)

Penelitian tentang faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi anggota kelompok tani dalam penerapan panca usaha tanaman padi sawah dilakukan oleh Arfani (1987) di Lampung. Dalam penelitian ini diketahui ada lima parameter ciri-ciri individu yang berpengaruh terhadap tingkat partisipasi dalam kegiatan kelompok, yaitu tingkat pendidikan, status keanggotaan, sifat kosmopolit, pengertian terhadap tujuan kelompok dan pemahaman terhadap kejiwaan sebagai anggota kelompok. Sedangkan pada aspek penerapannya ciri-ciri individu yang berpengaruh terhadap tingkat penerapan panca usaha yaitu: umur, status keanggotaan, sifat kosmopolit dan pengertian terhadap tujuan kelompok. Partisipasi anggota dalam kegiatan kelompok tani berhubungan relatif nyata dengan tingkat penerapan panca usaha.

Penelitian Wahyuni (2006), menemukan bahwa peningkatan partisipasi masyarakat dengan cara mengimplementasikan program melalui proses komunikasi yang cenderung top-down dan searah serta kurang terjadinya komunikasi yang bottom-up dan interaktif cenderung kurang dapat menggali aspirasi masyarakat. Akibatnya peningkatan partisipasi masyarakat menjadi kurang efektif.

Rahmani (2006), juga membuktikan bahwa karakteristik individu berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi terutama pada aspek afektif dan konatif. Pelatihan dan kursus yang diikuti responden merupakan faktor penentu dalam membangun komunikasi yang efektif pada program PIDRA di Kabupaten Sumbawa. Partisipasi anggota dalam kelompok mandiri merupakan faktor penentu efektivitas komunikasi serta berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi pada aspek kognitif, afektif dan konatif.

(41)

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Kerangka Pemikiran

Komunikasi partisipatif dalam Prima Tani yang dilaksanakan di desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap menghasilkan suatu model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan serta dukungan kelembagaannya. Sasaran pelaksanaan model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan dalam Prima Tani adalah petani, oleh karena itu proses komunikasi dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan teknologi inovatif model usahatani terpadu dalam Prima Tani dipengaruhi oleh karakteristik individu petani itu sendiri.

Faktor karakteristik individu petani ( usia, pendidikan, pendidikan non formal, pengalaman berusaha tani, motivasi, tingkat pendapatan, luas pemilikan lahan dan keanggotaan dalam kelompok) akan mempengaruhi proses komunikasi partisipatif (penumbuhan ide, perencanaan program, pelaksanaan program yang dihasilkan, penilaian terhadap program yang dilaksanakan). Oleh karena itu, untuk mengukur efektif tidaknya komunikasi partisipatif yang dilaksanakan, maka perlu diukur bagaimana tingkat pengetahuan petani (kognitif), sikapnya (afektif) serta penerapannya (konatif) terhadap model usahatani terpadu yang didiseminasikan dalam Prima Tani. Hubungan antara faktor faktor di atas dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini:

Gambar 2 Hubungan antara Peubah Penelitian X1. Karakteristik individu petani X1.1. Usia X1.2. Pendidikan X1.3. Pendidikan non formal X1.4. Pengalaman berusaha tani X1.5. Motivasi X1.6. Tingkat pendapatan X1.7. Luas pemilikan lahan X1.8. Keanggotaan dalam kelompok tani Y1. Komunikasi Partisipatif dalam Pelaksanaan Prima Tani Y1..1. Penumbuhan ide Y1..2. Perencanaan program Y1..3. Pelaksanaan program yang dihasilkan Y1.4. Penilaian terhadap program yang dihasilkan Y2. Efektivitas Komunikasi Model Usahatani Terpadu Padi, Sapi dan Ikan

Y2..1. Kognitif

Pengetahuan dalam model usaha tani terpadu

Y2..2. Afektif

Sikap terhadap model usaha tani terpadu Y2..3. Konatif

Penerapan model usahatani terpadu

(42)

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

H1: Ada hubungan yang nyata antara karakteristik individu petani (usia,

pendidikan, pendidikan non formal, pengalaman berusaha tani, motivasi, luas pemilikan lahan, tingkat pendapatan dan keanggotaan dalam kelompok tani) dengan komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani (penumbuhan ide, perencanaan program, pelaksanaan program yang dihasilkan, penilaian pelaksanaan program yang dihasilkan).

H2: Ada hubungan yang nyata antara komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan

Prima Tani ( penumbuhan ide, perencanaan program, pelaksanaan program yang dihasilkan, penilaian pelaksanaan program yang dihasilkan) dengan efektivitas komunikasi dalam pelaksanaan model usahatani terpadu sapi, padi dan ikan ( tingkat pengetahuan /kognitif, Sikap /afektif dan penerapan/ konatif ).

(43)

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini didesain sebagai penelitian survei yang yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989), desain penelitian survei adalah penelitian yang mengambil contoh dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Data yang terkumpul meliputi data primer dan sekunder baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Penelitian ini difokuskan pada proses komunikasi yang menghasilkan output berupa Sistem Usahatani Intensifikasi dan Diversifikasi (SUID) dan penerapannya. Oleh karena itu, penelitian ini mendeskripsikan peubah peubah seperti karakteristik individu petani, komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani dan efektivitas komunikasi model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan serta menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak Propinsi Kalimantan Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja ( purposive ). Alasan pemilihan lokasi karena Desa Sungai Itik merupakan wilayah yang pertama kali ditetapkan sebagai lokasi Prima Tani. Sejak pertama kali dilaksanakan pada tahun 2005, Prima Tani di Desa Sungai Itik telah dapat berjalan baik dan telah memasuki tahun ke tiga. Selain itu juga, sesuai dengan tujuan penelitian Desa ini memenuhi persyaratan untuk dilakukan penelitian yaitu mengembangkan model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan. Waktu yang digunakan untuk pengumpulan data selama 3 bulan, terhitung mulai dari bulan Juni 2007 sampai dengan Agustus 2007.

Populasi

Populasi (Riduwan, 2004), merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Terkait dengan tujuan penelitian, maka populasi dalam penelitian adalah seluruh petani yang tergabung dalam kelompok tani berjumlah 17 kelompok dengan jumlah keseluruhan anggota 502 orang serta berdomisili di

(44)

Desa Sungai Itik. Keseluruhan jumlah kelompok tani dan anggotanya di Desa Sungai Itik dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah Populasi Petani yang Mengikuti Prima Tani di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap Tahun 2007

No Nama kelompok Jumlah anggota (orang)

1. Flamboyan 22 2. Gemar usaha 24 3. Baru sepakat 29 4. Maju bersama 30 5. Usaha Tani I 30 6. Usaha Tani II 23 7. Abdi Tani 30 8 Sadar 24 9. Kenangan 29 10. Bhakti Karya 27 11. Jaya Tani 29 12. Dandan setia I 22

13. Dandan Setia III 31

14. Bina Tani 40

15. Usaha Tani III 32

16 Dandan Setia II 40

17. Taruna 40

Jumlah Total 502

Sumber : UPTD Pertanian Kec. Sei Kakap, 2007

Sampel Penelitian

Responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anggota kelompok tani. Jumlah responden yang dijadikan sampel dalam penelitian adalah sebanyak 100 orang. Untuk objektivitas informasi yang diperoleh dari sumber sekunder, maka beberapa sumber yang dianggap dapat mewakili untuk dijadikan sumber informasi, yaitu: (a) tokoh kunci informal dan formal masyarakat setempat, kepala desa (b) penyuluh, (c) UPTD Pertanian Kecamatan dan (d) BPTP yang secara fungsional menangani prima tani.

Teknik Penarikan Sampel

Didasarkan pada besarnya populasi penelitian, dan kemampuan peneliti baik dana, waktu maupun tenaga maka untuk keperluan penelitian dilakukan penarikan sampel. Pemilihan kelompok tani dan anggota kelompok tani dilakukan secara “simple random sampling”. Pengambilan sampel dan anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam populasi

(45)

tersebut. Berdasarkan cara tersebut terpilih 10 kelompok tani untuk dijadikan sampel penelitian.

Pemilihan anggota kelompok tani dilakukan secara acak dengan mengambil paling sedikit sepuluh orang anggota kelompok tani dari tiap kelompok dengan ketentuan sekurang kurangnya dua orang pengurus kelompok dan yang lainnya adalah anggota kelompok, sehingga jumlah keseluruhan sampel adalah 100 orang petani. Hal ini didasarkan pada pendapat Arikunto (1998), bahwa apabila subyek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehinga hasil penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subyeknya besar, maka dapat diambil antara 10 persen - 15 persen atau 20 persen - 25 persen atau lebih. Jumlah sampel pada setiap kelompok tani disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah Sampel Kelompok dan Petani

Nama Kelompok Jumlah Sampel (orang) Baru sepakat Maju bersama Usaha Tani I Abdi Tani Sadar Kenangan Jaya Tani Dandan Setia 3 Bina Tani Dandan Setia 2 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 Total 100

Data dan Instrumen Sumber data penelitian

Sumber data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Data Primer, yang meliputi:

a. Data atau informasi yang diperoleh dari responden yang meliputi pengurus kelompok tani dan anggota kelompok tani

Gambar

Gambar 1  Model Sirkuler Osgood dan Schramm
Gambar 2  Hubungan antara Peubah Penelitian
Tabel 1  Jumlah Populasi Petani yang Mengikuti Prima Tani di Desa Sungai  Itik Kecamatan Sungai Kakap Tahun 2007
Tabel  2  Jumlah Sampel Kelompok dan Petani
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lembaga Masyarakat Desa dalam mengelola kegiatan dan keuangan harus sesuai dengan aturan atau prosedur yang berlaku.. Jika terjadi manipulasi atau korupsi, maka pemerintah desa

Lokasi infeksi Tuberkulosis Ekstra paru terbnyak 30,9% pada TB pleuritis dan gejala klinis terbanyak pada TB pleuritis dan TB limfadenitis berupa batuk, pada TB tulang berupa nyeri

Berdasarkan hasil pengukuran analisis deskriptif terhadap variabel kepuasan pelanggan (X2) secara keseluruhan berdasarkan dimensi serta tanggapanresponden adalah sebesar

Dari hasil uji reliabilitas yang dilakukan di Kelurahan Bandarharjo pada 20 responden yang dihitung dengan menggunakan program Komputer SPSS menunjukan bahwa nilai uji

Jika mengutip dari hasil komunikasi pribadi, nama sumber ditulis secara lengkap (nama depan dan tengah inisial saja diikuti nama keluarga/ belakang). Karena data yang diberikan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) perbedaan hasil belajar antara siswa yang diberi pembelajaran Biologi menggunakan model PBL dengan metode

Primipara atau melahirkan anak pertama saat usia >35 tahun juga lebih banyak memiliki resiko gangguan emosional, hal ini disebabkan karena ibu usia >35

Manfaat penelitan ini bagi mahasiswa adalah melatih kemampuan mahasiswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh departemen Teknik Industri FT-USU dalam menghasilkan para