• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan Desain Survei deskriptif korelasional. Pemilihan tempat dalam penelitian ini dilakukan secara purposive yaitu Kampung Ujung Harapan Bekasi, Kampung Tugu Jakarta Utara, Kampung Condet Jakarta Timur, dengan pertimbangan bahwa kampung Ujung Harapan, kampung Tugu dan kampung Condet merupakan kampung yang masih memegang teguh nilai-nilai budaya Betawi. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam waktu 2 tahun, dengan pokus penelitian pada tahun pertama kepada pola komunikasi dalam pengasuhan anak balita dan remaja pada masyarakat Betawi Jakarta dan Bekasi.

Tempat dan waktu penelitian

Metode survei dilakukan kepada seluruh masyarakat budaya Betawi yang tinggal di Kampung Tugu Jakarta Utara, Kampung Condet Jakarta Timur dan Kampung ujung Harapan Bekasi. Survei dengan menggunakan kuesioner yang ditujukan kepada 150 sampel yang diambil dengan menggunakan teknik pengambilan sampling secara purposive. Penelitian pada tahun pertama dilaksanakan pada bulan April 2013 sampai dengan Desember 2013.

Populasi dan sampel

Populasi penelitian adalah penduduk Betawi di Jakarta dan penduduk Betawi di Bekasi yang memiliki anak usia 3-5 tahun dan memiliki anak remaja berusia 11-17 tahun yang di bagi dalam 2 kategori yaitu keluarga miskin dan keluarga mampu. Sampel dari penelitian ini adalah orangtua baik laki-laki ataupun perempuan.

Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan Purposif Sampling dengan kriteria ditentukan yaitu: (1) Penduduk Betawi yang tinggal di kampung Ujung Harapan, Condet dan Kampung Tugu, (2) Keluarga yang memiliki anak Balita dan anak remaja.

Teknik pengumpulan Data

Pengumpulan data primer untuk penelitian tahun pertama dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang di bagi dalam tiga bagian yaitu: bagian pertama berisikan tentang karakteristik keluarga dan anggota keluarga Betawi di tiga lokasi. Bagian kedua, berisikan tentang pola-pola komunikasi antara individu dalam keluarga pada keluarga

Betawi di tiga wilayah penelitian. Bagian ketiga, berisikan Bentuk-bentuk pengasuhan dan aktivitas pengasuhan yang dilakukan oleh keluarga Betawi di tiga lokasi penelitian. Data kualitatif untuk mendalami materi ataupun pengolahan data primer dilakukan dengan teknik wawancara mendalam dan observasi.

Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu peubah dengan cara memberikan suatu pengertian operasional yang diperlukan untuk mengukur peubah tersebut (Arikunto, 2006). Proses mengubah konsep atau peubah menjadi indikator atau mengkonstruksi indikator- indikator untuk konsep atau peubah disebut operasionalisasi. Operasionalisasi konsep/peubah merupakan kegiatan mengurai peubah menjadi sejumlah peubah operasional yang menunjukkan langsung pada hal-hal yang dapat diamati atau diukur (Silalahi, 2009).

Definisi operasional penelitian terdiri dari tiga bagian, dimana bagian pertama adalah uraian mengenai karakteristik responden, Komunikasi keluarga dan pola pengasuhan keluarga; bagian kedua adalah komunikasi verbal dan nonverbal; bagian ketiga adalah konsep diri, persepsi diri dan indentifikasi anak balita dan remaja.

Uraian secara spesifik bagian pertama dari kuesioner penelitian tersaji pada Tabel 1.2.dan 3. Karakteristik responden yaitu ciri-ciri yang terdapat pada responden sebagai orangtua dari anak usia 3-5 tahun dan remaja umur 12 – 17 tahun. Karakter ini terdiri dari beberapa peubah, dimana setiap peubah terdiri dari sejumlah indikator dan parameter. Komunikasi keluarga terdiri dari sikap keterbukaan, sikap empati dan sikap sportif. Pola pengasuhan yang terdiri dari; konsistensi mendidik, pengamalan Agama. Penerapan norma dan sikap orangtua, dimana setiap peubah terdiri dari sejumlah indikator dan parameter.

Tabel 1 Definisi Operasional peubah Karakteristik responden

Peubah Indikator Parameter

Umur:

Usia responden dihitung sejak tahun kelahirannya samapai waktu penelitian dilakukan dalam satuan tahun, diukur dengan skala rasio dalam tiga kategori

Agama:

Agama dihitung berdasarkan pada keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang dianut oleh responden dan diakui oleh negara

Umur Muda Umur Sedang Umur Tua Islam Khatolik Protestan Budha

Umur dihitung dalam tahun dengan skala rasio.

Agama di hitung berdasarkan keyakinan yang dianut reponden dengan skala nominal.

dan dijalankan dalam kehidupan responden.

Pendidikan:

Jenjang sekolah formal terakhir yang pernah di tempuh responden Pekerjaan;

Jenis aktivitas yang menghasilkan uang/pendapatan dan digunakan untuk pembiayaan kehidupan Pengahasilan:

Suatu kemampuan yang dimiliki oleh keluarga yang diukur secara finansial dengan memakai satuan rupiah dan diukur dengan skala interval berdasarkan jumlah uang yang diterima kepala keluarga setiap bulan.

Kategori Keluarga:

Kalsifikasi keluarga yang dibagi berdasarkan kemampuan keluarga dalam menghidupi anggota keluarganya yang di ukur berdasarkan pemenuhan kebutuhan dasar Hindu Pendidikan dasar Pendidikan Menengah Pendidikan Tinggi

PNS,BUMN, Swasta, dagang

<Rp. 500.000/bulan >Rp. 500.000 s/d 1,5 juta/bulan >Rp. 1,5 juta s/d 2,5 juta/bulan Diatas 2,5 juta Keluarga miskin Keluarga mampu Macam pendidikan:

SD,SMP,SMU, Diploma, Sarjana. Diukur dengan skala nominal.

Jenis pekerjaan yang ditekuni, diukur dengan skala nominal.

Jumlah uang yang diterima setiap bulannya oleh responden diukur dengan skala interval.

Keluarga miskin diukur dengan pemenuhan kebutuhan dasar yang rendah, keluarga mampu diukur dengan pemenuhan kebutuhan dasar sesuai standar hidup layak.

Tabel 2. Definisi operasional peubah komunikasi keluarga

Peubah Indikator Parameter

Sikap Keterbukaan:

Perilaku orangtua kepada anak balita dan remaja yang menyampaikan perasaan, keinginan.

Sikap Empati:

Perilaku orangtua yang memahami perasaan anak balita dan remaja dan ditunjukkan dengan sikap.

Sikap Sportif:

Perilaku orangtua yang mendorong anak melakukan sikap sportif dengan memberikan contoh.

- lebih jelas - lebih rinci - terus terang - tanpa rahasia

- Menyelesaikan masalah anak - Membicarakan untuk solusi

- Berani mengakui kesalahan - Bertanggungjawab

Intensitas perilaku orangtua dalam mengembangkan sikap terbuka kepada anak balita dan remaja. Diukur dengan skala ordinal kategori 4; tidak pernah, jarang, sering dan selalu.

Intensitas aktivitas orangtua dalam menyelesaikan masalah anak balita dan remaja. Diukur dengan skala ordinal kategori 4; tidak pernah, jarang sering dan selalu.

Intensitas orangtua dalam memberikan contoh melakukan sikap sportif kepada anak balita dan remaja. Diukur dengan skala ordinal kategori 4; tidak pernah, jarang, sering dan selalu.

Tabel 3 Pola pengasuhan anak balita dan remaja

Konsistensi dalam mendidik: Perbuatan orangtua dalam bertindak dan melakukan pencontohan kepada anak balita dan remaja.

Penghayatan dan pengamalan Agama yang dianut:

Perbuatan orangtua dalam memberikan contoh kepada anak balita dan remaja dalam menjalankan ajaran agama. Sikap konsistensi dalam menerapkan norma;

Perilaku orangtua yang di tunjukan dengan perbuatan kepada anak balita dan remaja tentang norma kesopanan, kesusilaan, pergaulan, norma adat.

Sikap Orangtua dalam Keluarga: Perilaku dan tindakan orangtua yang dilakukan dalam keluarga yang dijadikan contoh anak balita dan remaja.

-membuat kesepakatan -peraturan

-kata-kata yang diucapkan

-Sholat/sembahyang -Perbuatan baik -Menolong oranglain Nilai kesopanan Nilai kesusilaan Nilai pergaulan Nilai adat Betawi

Sikap penyayang Sikap toleransi

Sikap harga menghargai

Keteguhan orangtua dalam menjalankan kesepakatan, peraturan dan kata-kata yang diucapkan kepada anak balita dan remaja. Diukur dengan skala ordinal kategori 4; tidak pernah, jarang, sering dan selalu.

Kegiatan orangtua dalam memberikan contoh kepada anak balita dan remaja. Diukur dengan skala ordinal kategori 4; tidak pernah, jarang, sering dan selalu.

Intensitas perilaku orangtua menerapkan norma yang dicontohkan kepada anak balita dan remaja. Diukur dengan skala ordinal kategori 4; tidak pernah, jarang, sering dan selalu.

Intensitas perilaku orangtua yang menunjukkan sikap penyayang, toleransi dan harga menghargai dalam keluarga. Diukur dengan skala ordinal kategori 4; tidak pernah, jarang, sering dan selalu.

Bagian kedua adalah adalah komunikasi verbal dan nonverbal yang mencakup; Komunikasi verbal terdiri dari; Bahasa, kata-kata. Komunikasi nonverbal terdiri dari sentuhan, belaian dan kedekatan. Tersaji dalam Tabel 4 berikut.

Tabel 4 Definisi operasional peubah komunikasi verbal dan non verbal

Peubah Indikator Parameter

Bahasa:

Bahasa adalah lisan yang diucapkan orangtua kepada anaknya menggunakan logat, dialek, tekanan nada secara budaya Betawi

Kata-kata;

Penggunaan kata-kata dalam berinteraksi dengan anak yang menunjukkan kata persetujuan atau ketidaksetujuan orangtua

Sentuhan:

Gerakan yang dilakukan orangtua dalam menyentuh wajah anak atau

Logat Betawi Dialek Betawi Tekanan Nada

Kata “jangan” Kata” Awas” Kata” tidak boleh”

Menyentuh wajah Menyentuh punggung

Intensitas orangtua menggunakan bahasa secara budaya Betawi saat berinteraksi dengan anak Balita dan remaja. Diukur dengan skala ordinal kategori 4: tidak pernah, jarang, sering dan selalu.

Intensitas orangtua dalam penggunaan kata”jangan”, “Awas” dan “tidak boleh” kepada anak Balita dan remaja. Diukur dengan skala ordinal kategori 4; tidak pernah, jarang, sering dan selalu. Intensitas orangtua dalam menyentuh wajah, punggung,

punggung anak dalam melakukan interaksi kepada anak balita dan remaja.

Belaian:

Gerakan yang dilakukan orangtua dalam membelai rambut anak balita dan remaja disaat berinteraksi.

Kedekatan:

Gerakan yang dilakukan orangtua yang menunjukan sikap dekat dengan anak balita dan remaja

Menyentuh bahu Membelai rambut Berpelukan Bergandengan tangan Mengendong Menyisirkan rambut

bahu anak balita dan remaja. Diukur dengan skala ordinal kategori 4; tidak pernah, jarang, sering, selalu.

Intensitas orangtua dalam membelai rambut anak balita dan remaja saat interaksi, serta menyelesaikan masalah anak remaja. Diukur dengan skala ordinal kategori 4; tidak pernah, jarang, sering, selalu.

Intensitas orangtua dalam menunjukkan kedekatan dengan anak balita dan remaja. Diukur dengan skala ordinal kategori 4; tidak pernah, jarang, sering, selalu.

Bagian ketiga adalah perkembangan anak balita dan remaja yang terdiri dari konsep diri, persepsi diri dan identifikasi diri, tersaji dalam Tabel 5 berikut.

Tabel 5 Definisi operasional perkembangan anak balita dan remaja

Peubah Indikator Parameter

Konsep diri:

Perasaan yang dimiliki oleh anak balita dan remaja dalam mencerminkan diri.

Persepsi diri:

Perilaku anak balita dan remaja terhadap diri sendiri dalam melakukan kegiatan.

Identifikasi diri:

Perilaku anak balita dan remaja memposisikan diri dalam pencontahan sikap dan perilaku.

- Cita-Cita - Motivasi - Keinginan belajar - Pemilihan teman - Pemilihan Kegiatan -Menilai teman

-kemampuan melakukan kegiatan -keinginan bermain.

-Meniru perilaku orang lain -Memposisikan sebagai ayah/ibu -Memposisikan sebagai Tokoh.

Intensitas anak balita dan remaja dalam menentukan aktivitas yang mencerminkan diri. Diukur dengan skala ordinal kategori 4; tidak pernah, jarang, sering dan selalu

Intensitas anak balita dan remaja dalam melakukan kegiatan. Diukur dengan skala ordinal kategori 4; tidak pernah, jarang, sering dan selalu.

Intensitas anak balita dan remaja dalam meniru peran orang lain. Diukur dengan skala ordinal kategori 4; tidak pernah, jarang, sering dan selalu.

Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi Validitas Instrumentasi

Validitas instrumen merupakan suatu tingkat keabsahan kuesioner sehingga alat ukur untuk menunjukkan sejauhmana instrumen tersebut benar-benar menggukur apa yang sebenarnay diukur (Kerlinger, 2006). Menurut Singarimbun dan Efenndi (2006) kesahihan atau valitas menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Instrumen yang mengungkapkan data yang diperlukan jika instrumen yang berupa pertanyaan mempunyai nilai validitas yang tinggi (Cresswell, 2002) mengingat pentingnya validitas instrumen yang dipergunakan maka pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner disusun berdasarkan referensi kepustakaan yang relevan dengan penelitian ini (validitas konstruk)

Untuk menguji validitas alat ukur dicari nilai korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir, dengan rumus pearson produkct Moment adalah;

n(∑XiYi) – (∑ Xi) . (∑ Yi)

r.hitung = ---

√ { n.∑ Xi² - (∑ Xi)²} . { n. ∑ Yi² - (∑ Yi)²}

Dimana:

R hitung = Koefisien korelasi ∑Xi = Jumlah skor item

∑ Yi = Jumlah skor total (seluruh item) n = Jumlah Responden

Distribusi (tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-2) Kaidah keputusan: jika t hitung > t tabel berarti valid

Jika t hitung < t tabel berarti tidak valid

Jika instrument valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) sebagai berikut:

Antara 0,800 sampai dengan 1.000 : sangat tinggi Antara 0.600 sampai dengan 0.799 : tinggi

Antara 0.400 sampai dengan 0,599 : cukup tinggi Antara 0.200 sampai dengan 0.399 : rendah

Antara 0.000 sampai dengan 0.199 : sangat rendah (tidak valid).

Sebuah Instrumen penelitian yang dipergunakan untuk mengukur dua gejala yang sama dan memperoleh hasil yang relatif sama atau konsisten maka instrumen tersebut disebut handal atau reliabel (Singarimbun 1995). Sebelum mengadakan penelitian maka untuk menguji keandalan instrumen penelitian dilakukan uji reliabilitas instrumen dengan mempergunakan uji reliabilitas menggunakan metode Alpha yaitu menganalisis alat ukur dari satu kali pengukuran (Riduwan 2004) rumus yang digunakan adalah Alpha sebagai berikut:

k ∑Si

r¹¹ = {---}{1- ----}

k-1 St

Dimana: r¹¹ = nilai reliabilitas

∑Si =jumlah varians skor tiap item St =Varian Total

k = Jumlah item

Analisis data

Analisis data untuk data tahun pertama dilakukan dengan mengunakan analisis uji statistik Rank Spearmen untuk melihat rangking pola komunikasi yang digunakan keluarga dalam pengasuhan anak dan remaja di keluarga Betawi. Juga menggunakan Analisis Wicolson untuk melihat perbedaan pola yang digunakan orangtua dalam pengasuhan anak balita dan remaja di tiga lokasi penelitian. Data penelitian tahun pertama di analisis menggunakan analisis statistik sofware SPSS version.18.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait