PERSEPSI Y (Pemahaman atau
METODE PENELITIAN Desain Penelitian
Penelitian menggunakan metode survei deskriptif korelasional, yaitu mendeskripsikan secara sistematis karakteristik populasi secara faktual dan cermat. Langkah ini untuk menghimpun data, menyusun data secara statistik dan mencari hubungan di antara variabel-variabel yang diteliti. Hubungan dapat bersifat positif atau negatif. Tujuannya meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lain. Menurut Nazir (2003), metode deskriptif yaitu membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta serta menjelaskan hubungan antara fenomena yang diteliti.
Penelitian ini menggunakan korelasi sederhana (Simple Corelation), yaitu membahas tentang peubah X (Karakteristik demografi), meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan dan pekerjaan, serta pada dimensi psikografi meliputi Keterdedahan pemirsa pada infotainment, pengalaman masa lalu pemirsa dan Frekuensi menonton infotainment.
Ciri peubah X tersebut hubungannya dengan peubah Y (persepsi) pemirsa
infotainment televisi swasta pada dimensi pemahaman atau pemaknaan dan penafsiran dilihat dari nilai informasi yang mendidik dan menghibur (nilai pencerahan) dan dayatarik format tayangan, apakah pada dialog interaktif, narasi atau wawancara. Peubah X (karakteristik pemirsa secara demografis dan pada dimensi psikografisnya) diduga akan memperlihatkan korelasi dengan peubah Y (persepsi pemirsa). Karakteristik pemirsa di perumahan Gaperi Bojong Depok Baru, RT 01 dan RT 02, RW 18, Bojong Gede, Bogor, memperlihatkan Kondisi bauran karakteristik dari berbagai latar belakang masyarakat dari wilayah nusantara, yang memiliki ciri berbeda sebagai bentuk karakteristik masyarakat wilayah desa-kota.
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian
Penelitian diadakan di Perumahan Gaperi Rt 01 dan Rt 02, Rw 18, Desa Bojong Gede, Kecamatan Bojong Gede, Bogor.
Waktu penelitian
Penelitian mencapai target waktu dua bulan setengah dari tanggal 10 Nopember 2008 sampai dengan 26 Januari 2009 untuk mengumpulkan data primer dan data sekunder di lapangan serta pengolahan data, dengan harapan pula pencapaian anggaran sekaligus kualitas dapat dipertahankan secara efisien dan efektif.
Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian
Populasi penelitian adalah pemirsa infotainment televisi swasta yang sudah dewasa terdiri dari laki-laki dan perempuan yaitu berusia 17 tahun ke atas. Bingkai sampel (frame sampling) sampel diambil dari seluruh warga Gaperi Rt 01 dan Rt 02 Rw 18.
Sampel penelitian
Sampel penelitian adalah warga penghuni rumah Rt 01 dan Rt 02 Rw 18 yang sudah dewasa berusia 17 tahun ke atas, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Responden adalah penghuni rumah di perumahan Gaperi tersebut yang menonton acara infotainment pada pagi hingga petang hari mulai pukul 05.00-18.00, dengan unit analisis individu. Penarikan sampel dilakukan secara acak sederhana ditentukan 50% (80 orang) dari jumlah populasi 160 orang, dengan pertimbangan sebagai berikut: secara geografis responden ada dalam satu wilayah pemukiman, sehingga peneliti lebih mudah mengumpulkan data; biaya penelitian relatif kecil; waktu penelitian relatif singkat; secara metodologi 50% besar sampel diharapkan akan mencapai hasil yang sempurna atau mendekati presisi yang tinggi.
Data dan Instrumentasi Data
Data penelitian diperoleh dari informasi berbagai pihak yang terkait, meliputi data primer dan data sekunder, sebagai berikut:
1. Data primer, didapat dari wawancara langsung dengan responden melalui kuesioner yang dibagikan kepadanya untuk diisi.
2. Observasi lapangan untuk mengamati kondisi responden secara psikologis terkait dengan karakteristik sosial budaya secara langsung dan aktivitas
pemirsa menonton acara infotainment di stasiun televisi swasta tertentu dengan persepsinya tentang tayangan infotainmen tersebut.
Data sekunder diperoleh melalui sumber-sumber terkait, yaitu: (1) data atau dokumen dari petugas Kantor Desa Bojong Gede, (2) RW 18, (3) RT 01 dan (4) RT 02 dan dokumen program acara televisi tentang format tayangan
infotainment dan studi kepustakaan. Instrumentasi
Instrumentasi data primer dibangun dalam bentuk kuesioner. Kuesioner dikelompokkan menjadi dua bagian:
(1) berkaitan dengan pendataan karakteristik responden secara demografik dan pada dimensi psikografiknya.
(2) pertanyaan kepada responden mengenai persepsinya tentang tayangan
infotainment televisi swasta.
Definisi Operasional
Peubah penelitian terdiri dari Karakteristik demografi pemirsa (jenis kelamin, umur, pendidikan dan pekerjaan) serta pada dimensi psikografi yaitu keterdedahan pemirsa pada infotainment, pengalaman masa lalu pemirsa pada
infotainment dan frekuensi pemirsa menonton infotainment dengan persepsinya tentang infotainment televisi swasta. Perlu terlebih dahulu diberi batasan (definisi operasional) untuk memudahkan pengukuran indikator dan menganalisis data penelitian.
Karakteristik Demografis Responden
X1 Jenis kelamin, merupakan perbedaan seks responden, dengan kategori (1) laki- laki dan (2) perempuan, dengan skala nominal.
X2 Umur, diukur berdasarkan usia responden sejak lahir hingga saat penelitian berlangsung, dihitung dalam satuan tahun, yaitu responden yang beusia 17 tahun ke atas, dengan menggunakan skala rasio.
X3 Pendidikan responden, merupakan jenjang pendidikan formal yang telah ditempuh responden berdasarkan satuan tahun, menggunakan skala ordinal dengan kategori (1) tamat SD, (2) tamat SMP, (3) tamat SMA, (4) Diploma (5) Sarjana.
X4 Pekerjaan, merupakan kedudukan responden yang melakukan aktivitas tertentu. Kategori pekerjaan: (1) pelajar atau mahasiswa (2) karyawan swasta (3) PNS (4) TNI atau Polri (5) Ibu rumah tangga (6) wiraswasta (7) tidak bekerja atau menganggur, diukur dengan skala nominal.
Karakteristik Psikografis Responden
X5 Keterdedahan responden pada infotainment, merupakan keterdedahan seseorang pada infotainment dari media massa infotainment seperti (1) televisi swasta (2) radio (3) suratkabar (4) majalah atau bulletin (5) internet (6) handphone maupun (7) media lainnya, digunakan skala nominal.
X6 Pengalaman masa lalu, merupakan pengalaman (memory) responden pada tayangan infotainment. Jika pengalamannya menyenangkan maka kesannya bisa positif atau mendukung, seperti untuk mengetahui apakah responden (3) selalu menonton (2) kadang-kadang menonton atau (1) tidak pernah menonton, diukur dengan skala ordinal.
X7 Frekuensi responden menonton atau menerima infotainment, merupakan frekuensi seseorang menonton atau menerima infotainment yang terdedah dari media infotainment televisi. Frekuensi tersebut dihitung berdasarkan jumlah intensitas seseorang menonton infotainment tersebut setiap hari dalam seminggu, diukur dengan skala ordinal (1) jarang (2) kurang sering (3) sering. Persepsi Pemirsa (Responden) Infotainment
Persepsi pemirsa (responden) tentang acara infotainment televisi swasta merupakan pandangan dan penilaian responden tentang tayangan infotainment di media televisi swasta meliputi dimensi pemahaman atau pemaknaan dan penafsirannya, apakah mengandung nilai informasi yang mendidik sekaligus memberikan penjelasan tertentu pada sesuatu hal dan menghibur (melepaskan diri dari permasalahan, kelelahan dan kepenatan). Dimensi ini diukur dengan Skala Likert dengan kategori responden (1) sangat tidak setuju (2) tidak setuju (3) kurang setuju (4) setuju (5) sangat setuju (dari indikator nilai informasi). Dimensi itu pun terkait pada daya tarik format tayangan infotainment bagi pemirsa apakah pada format dialog interaktifnya, narasi atau pada wawancaranya (rekaman hasil wawancara pihak televisi) dalam insert atau sisipan pada tayangan infotainment,
pernah ada muatan daya tarik format tayangan (2) jarang (3) kadang-kadang (4) sering (5) sangat sering.
Kategori nilai informasi yang mendidik dan menghibur serta dayatarik format tayangan infotainment bagi pemirsa, dioperasionalkan sebagai berikut:
Pilihan pemirsa pada acara infotainment tv tertentu dimungkinkan karena pemirsa memiliki kepentingan atau kebutuhan maupun keinginan yang diharapkan dari informasi tersebut. Tayangan infotainment memenuhi harapan tersebut dapat dilihat melalui proses verbal dan non-verbal untuk mengetahui bagaimana muatan nilai informasi yang mendidik dan menghibur serta format tayangan yang dimungkinkan memberi kekuatan pada proses tayangan, apakah pada dialog interaktifnya, narasi atau pada wawancaranya yang ditayangkan melalui insert
atau sisipan.
Nilai informasi yang mendidik dan menghibur dengan sendirinya pesan memberikan penjelasan pada sesuatu hal yang diyakini atau bisa dipercaya oleh pemirsa. Hal tersebut dimaksudkan, isi pesan bersifat dinamis (mengandung kebenaran dan dapat dibuktikan oleh siapa saja dan kapan saja). Tulus dan jujur (mengungkap fakta apa adanya) bukan terkesan hasil rekayasa. Tanggap pada hal- hal baru. Mengajarkan atau mengarahkan pemirsa untuk dapat menerima pesan tanpa kesan menggurui dan meyakinkan pula bahwa pesan tersebut untuk tujuan pemirsa. Pesan bersifat persuasif (membujuk pemirsa pada sesuatu hal yang penting) dan pesan mengarahkan terjadinya dialog timbal-balik antara sumber yang diberitakan. Dengan kata lain, pesan peduli pada kepentingan sumber terkait atau pemirsa. Pesan cocok atau kongruen dengan sistem nilai yang dimiliki tokoh yang diberitakan (cocok antara yang diberitakan dengan ungkapan sumber), (objektif) artinya apa adanya atau tidak melebihkan sehingga pesan berguna untuk memecahkan masalah bagi diri tokoh maupun pihak lain. Televisi pun dianggap berpengalaman menayangkan acara tersebut sehingga pemirsa memiliki pengalaman menonton acara dari televisi tersebut. Dengan kata lain, pemirsa percaya pada acara infotainment televisi tertentu antara lain karena dianggap komplit menyajikan informasi yang dibutuhkan. Pesan bersifat etis (mengandung norma kesopanan atau etika moral) dalam mengungkap suatu peristiwa secara
bertanggungjawab, sehingga merupakan hal yang bersifat melindungi untuk dipertontonkan.
Dayatarik format tayangan pada acara infotainment televisi swasta meliputi dayatarik format dialog interaktif antara sumber yang diberitakan atau dengan pihak tertentu dalam suatu tayangan. Sedangkan format narasi, terkait dengan ulasan dari narator menyangkut topik yang dibahas, terkait dengan unsur keutuhan (ada pemberitaan atau informasi tentang sumber dan ada komentar dari sumber tentang topik yang dibahas) dan unsur ketepatan (konsistensi atau objektivitas antara yang diinformasikan dengan ungkapan sumber). Format wawancara merupakan tanya-jawab secara terstruktur dan langsung tatap muka antara pihak media atau pewawancara dengan artis atau tokoh yang diinformasikan maupun kepada pihak tertentu, atau tidak langsung merupakan rekaman komentar artis atau pihak tertentu sebagai hasil wawancara pihak televisi.
Ketiga hal tersebut ditayangkan secara runtut. Kekuatan nilai informasi bagi pemirsa dimungkinkan bisa diperkuat melalui pesan verbal (kata-kata) yang diucapkan dan pesan non-verbal (simbol atau bahasa isyarat) oleh selebritis atau pihak tertentu saat proses komunikasi terjadi, seperti:
• Tipe kinestetik (aktivitas tubuh), seperti mimik, gerak-gerik, ekspresi wajah, tokoh atau pihak tertentu yang menjadi topik pembicaraan.
 Proksemik atau penggunaan ruang, seperti lamanya pemberitaan atau ungkapan tokoh, atau tata ruang (lingkungan) saat komunikasi terjadi.
 Penampilan fisik, seperti penggunaan presenter laki-laki atau perempuan, dua orang atau satu orang, cantik atau ganteng, gaya rambut dan sensualitas.
 Haptik (penggunaan sentuhan), seperti terjadi sentuhan dalam berkomunikasi antara pelaku yang diberitakan atau antara presenter yang menandakan keakraban maupun memperlihatkan sifat damai berupa sentuhan tangan atau belaian. Sentuhan lainnya bisa menyangkut tata ruang atau lingkungan saat terjadi komunikasi seperti mengepalkan tangan ke atas menyertai teriakan atau gerakan tayangan ke atas tanda ajakan atau dukungan.
 Vokalik, seperti artikulasi suara tokoh yang jelas dan intonasi yang lantang serta tata bahasa yang baik.
 Kronemik (penggunaan waktu), dapat berupa pemotongan atau penggalan kata-kata tokoh atau pihak tertentu yang tidak tepat waktu, bisa mengurangi pemaknaan pesan.
 Artifak atau penggunaan objek, seperti terkait dengan benda-benda atau lingkungan pendukung berupa penggunaan teks atau catatan saat selebritis atau pihak tertentu berbicara, maupun penggunaan accesoris yang tidak mendukung eksisnya pelaku komunikasi. Hal tersebut bisa memberi kesan prima atau tidaknya pihak tersebut dalam berbicara.
 Kontak pandang dengan lawan komunikasi guna meyakinkan pembicara maupun topik yang dibahas.
 Suara atau pembicaraan yang bermakna, merupakan artikulasi dan intonasi yang jelas dan lantang, guna meyakinkan kepribadian pembicara. Pemirsa bisa menilai prima tidaknya pihak pembicara, dan menandakan kepedulian pembicara pada topik yang dibicarakan.
Olah visual, seperti pelaku komunikasi berbicara dengan kepribadian, yaitu dengan wajah, tangan dan tubuh untuk meyakinkan lawan komunikasi atau pihak lain guna menanamkan kesan yang mendalam pada suatu persoalan.
Validitas dan Reliabilitas Instrumen Validitas instrumen
Validitas instrumen menunjukkan sejauh mana alat ukur tersebut mengukur apa yang ingin diukur. Dengan demikian kuesioner perlu diperkuat validitasnya agar mampu mewakili indikator peubah penelitian yaitu melalui penyusunan daftar pertanyaan yang dibangun dengan cara (1) mencari definisi-definisi para ahli tentang konsep yang ada di literatur; (2) mendiskusikan konsep tersebut dengan para ahli yang kompeten sebagai dasar untuk menyusun pertanyaan sesuai indikator peubah yang diukur; (3) menanyakan definisi konsep yang diukur kepada calon responden atau orang-orang yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden (Singarimbun & Effendy 2006).
Reliabilitas instrumen
Alat ukur dikatakan mempunyai reliabilitas tinggi atau dapat dipercaya, jika bersifat mantap atau stabil, dapat diandalkan (dependability) dan dapat diramalkan (predictability). Suatu alat ukur dikatakan mantap atau tidak berubah-ubah pengukurannya apabila alat ukur tersebut digunakan berkali-kali mampu memberikan hasil yang tidak bervariasi. (Neuman dalam Suryadi 2000).
Uji Validitas dan Reliabilitas instrumen dilakukan melalui uji coba kuesioner pada pemirsa infotainment yang memiliki karakteristik relatif sama dengan calon responden. Uji Coba dilakukan kepada 20 pemirsa infotainment di perumahan Gaperi, Desa Kedung Waringin, Bojong Gede Bogor. Hasil Uji coba instrumen dengan Cronbach Alpha menunjukkan, hasil uji reliabilitas setiap variabel penelitian untuk 85 items pertanyaan didapat nilai sebesar 0,965 (α=0,05;db=18) bila dibandingkan dengan nilai untuk responden (n) 20 sebesar 0,956 (α=0,05;db=18) maka kuesioner baik peubah bebas (X) maupun peubah tak bebas (Y) dinyatakan sangat valid dan sangat reliabel.
Pengumpulan Data
Data penelitian digunakan sumber dari:
1. Data primer, yaitu kuesioner yang diberikan kepada responden untuk diisi. 2. Wawancara langsung dengan responden, terkait dengan pertanyaan yang ada dalam kuesioner.
Prosedur pelaksanaan penelitian, sebagai berikut:
1. Observasi lapangan untuk mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan penelitian, sehingga peneliti yakin bahwa penelitian perlu dan dapat dilakukan.
2. Menyebarkan kuesioner berupa beberapa pertanyaan sesuai indikator peubah penelitian dan wawancara dengan responden terkait dengan pertanyaan yang ada dalam kuesioner.
3. Data sekunder melalui observasi langsung dan dokumen yang terkait dengan penelitian, yaitu ketua Rt 01 dan Rt 02 Rw 18, Perumahan Gaperi
Analisis Data
Data yang diperoleh secara deskriptif menggunakan analisis statistik deskriptif berupa: frekuensi, prosentase, rataan, rataan skor dan total rataan skor. Untuk menganalisis hubungan antara peubah X dan Y, yang meliputi hubungan karakteristik demografis individu dengan persepsi dan karakteristik psikografis dengan persepsi, yang menggunakan skala ordinal, dianalisis dengan menggunakan uji korelasi rank Spearman (Singarimbun & Effendi 2006). Sedangkan yang menggunakan skala nominal meliputi karakteristik jenis kelamin dan pekerjaan, dianalisis dengan menggunakan Chi Square serta menggunakan program SPSS Versi 13,0 for Windows (Uyanto 2006).
HASIL DAN PEMBAHASAN