• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini menggunakan metode survei dengan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi. Penelitian dilaksanakan selama bulan Oktober- November 2012.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Populasi contoh dalam penelitian ini adalah remaja putri usia 13-15 tahun, siswi kelas 2 SMP negeri 27 Bekasi. Kriteria contoh yang diambil adalah siswi SMP Negeri 27 Bekasi yang bertempat tinggal di kawasan tempat pembuangan sampah akhir wilayah Bantar Gebang. Metode penarikan sampel dilakukan secara purposive sampling. Kriteria inklusi yang digunakan adalah 1) remaja putri siswa SMPN 27 Bekasi yang sudah mengalami menstruasi, 2) bersedia diambil darah, 3) tidak menderita penyakit saat pengambilan darah 4) bertempat tinggal di wilayah Bantar Gebang Bekasi, 5) tidak mengkonsumsi obat-obatan, 6) telah mendapatkan izin dari orang tua dan bersedia menandatangani surat pernyataan ikut serta (informed consent) dalam penelitian.

Jumlah contoh ditentukan dengan menggunakan asumsi power of study

95%, presisi 10%, dan prevalensi anemia pada remaja putri yang terjadi di Bekasi sebesar 38.3%, populasi siswa SMPN 27 bekasi 1067 siswa dengan menggunakan rumus study cross sectional menurut Lemeshowb, et al (1997) Berikut ini adalah perhitungan sampel :

n Z d p q

n . .3. .3 .

Keterangan :

n = jumlah sampel minimal yang diperlukan

α = derajat kepercayaan

p = prevalensi anemia remaja putri di SMP 27 Bekasi q = 1 – p

d = presisi N = populasi

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengisian kuisioner oleh contoh setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti dan wawancara langsung dengan para siswi SMP Negeri 27 Bekasi. Jenis data primer yang diambil meliputi: karakteristik individu (usia, menarche, lama dan frekuensi menstruasi, berat dan tinggi badan, pengetahuan gizi), karakteristik keluarga (pekerjaan dan pendapatan orang tua, besar keluarga, pendidikan orang tua), kebiasaan makan, konsumsi pangan, status anemia, serta perilaku hidup bersih dan sehat. Data sekunder meliputi kondisi umum Bantar Gebang, jumlah penduduk, gambaran umum SMP Negeri 27 Bekasi dan data pribadi siswa yang didapatkan dari data biodata anggota siswa di sekolah tersebut, nilai rapor dan nilai ulangan harian.

Data kebiasaan makan dan konsumsi makanan diperoleh dengan menggunakan metode semi kuantitatif Food Frequency Questionaire (FFQ). Data status gizi remaja dikumpulkan dengan menggunakan metode antropometri. Data konsumsi pangan yang diperoleh dikonversikan dari ukuran rumah tangga ke satuan gram, kemudian dihitung kandungan gizinya menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Kemudian berat badan (BB), tinggi badan (TB), dan IMT contoh diukur untuk menentukan status gizinya, dimana berat badan (BB) diukur dengan bathroom scale dengan ketelitian 0.1 kg dan tinggi badan (TB) diukur dengan microtoise dengan ketelitian 0.1 cm.

Status anemia contoh diketahui berdasarkan kadar Hb (Hemoglobin)

dengan pengambilan sampel darah oleh petugas Parahita Diagnostical Center

yang kemudian dilakukan pengukuran biokimia darah dengan menggunakan metode Cyanmethemoglobin untuk menentukan konsentrasi hemoglobin. Pemeriksaan kadar Hb menggunakan metode tersebut direkomendasikan oleh

International Committee for Standardiaztion in Hematology (ICHS) dan dianggap paling teliti dan akurat berdasarkan anjuran WHO (Gibson 2005). Sampel darah yang didapatkan, dikumpulkan dan dibawa ke laboratorium Parahita Diagnostical Center untuk dilakukan analisis.Berikut ini adalah jenis data primer dan sekunder dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Jenis dan cara pengumpulan data penelitian No Variabel Jenis data Cara pengumpulan data

1 Karakteristik keluarga : - Pendidikan orangtua - Besar keluarga - Pekerjaan orangtua - Pendapatan orangtua

Primer Wawancara dengan alat bantu kuisioner

2 Karakteristik individu : - Usia, berat dan tinggi

badan, menarche, lama dan frekuensi menstruasi

- Pengetahuan gizi

Primer Wawancara dengan alat bantu kuisioner

3 Kebiasan makan Primer Wawancara dengan alat bantu kuisioner dengan metode semi kuantitatif Food Frequency Questionaire (FFQ)

4 Konsumsi pangan Primer Metode semi kuantitatif Food

Frequency Questionaire (FFQ)dengan alat bantu kuisioner

5 Perilaku hidup bersih dan sehat

Primer Wawancara dengan alat bantu kuisioner

6 Riwayat penyakit Primer Wawancara dengan alat bantu kuisioner

7 Status gizi (IMT) Primer Pengukuran berat badan dan tinggi badan secara langsung dengan menggunakan bedroom scale dan

microtoise

8 Status anemia : - Hemoglobin

Primer Pemeriksaan darah secara biokimia di laboratorium menggunakan metode

cyanmethemoglobin

9 Keadaan umum Bantar Gebang

Sekunder Data Kecamatan Bantar Gebang Bekasi

10 Jumlah siswi SMPN 27 Bekasi

Sekunder

Data administrasi siswa 11 Keadaan umum SMPN

27 Bekasi

Sekunder

Data administrasi sekolah

12 Prestasi belajar Sekunder Pencatatan nilai UTS, nilai dari buku rapor milik sekolah, nilai ulangan harian

Pengolahan dan Analisis Data

Data-data yang diperoleh baik data primer maupun sekunder, selanjutnya dikumpulkan untuk diolah dan dianalisis secara statistik. Tahapan pengolahan data meliputi entry, coding, editing, dan analisis. Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan program computer Microsoft Excel 2007 dan Statistical Program Social Sciences (SPSS) versi 16.0

for Windows. Hubungan antara variabel yang akan diteliti dianalisis dengan menggunakan uji korelasi untuk melihat hubungan perilaku hidup bersih dan sehat, konsumsi pangan, dan status anemia gizi terhadap prestasi belajar remaja putri. Secara rinci pengolahan data dilakukan sebagai berikut:

Karakteristik keluarga:

Besar keluarga. Besar keluarga dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan Hurlock (2004), yaitu: 1) Kecil (≤4 orang). 2) Sedang (5-6 orang), 3) Besar (≥7 orang).

Pendidikan orang tua. Pendidikan orang tua dikelompokkan berdasarkan lama pendidikan formal yang ditempuh oleh ayah dan ibu contoh yaitu: 1) Tidak sekolah, 2) SD/sederajat, 3) SMP/sederajat, 4) SMA/sederajat, 5) Perguruan tinggi.

Pekerjaan orang tua. Berdasarkan data yang diisi contoh pada kuisioner, selanjutnya dibahas secara deskriptif.

Pendapatan orang tua. Data pendapatan orang tua dibandingkan dengan berdasarkan UMR Kota Bekasi.

Karakteristik contoh:

Usia. Usia contoh dikelompokkan berdasarkan sebaran data yaitu: 1) <13 tahun, 2) 13-14 tahun dan 3) >14 tahun.

Usia menarche. Usia pertama kali contoh mengalami menstruasi (menarche) dikelompokkan berdasarkan sebaran data yaitu: 1) 9-10 tahun, 2) 11- 12 tahun, 3) 13-14 tahun.

Lama menstruasi. Lama menstruasi dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan Affandi (1990), yaitu 1) <3 hari, 2) 3-7 hari, 3) >8 hari.

Frekuensi menstruasi. Frekuensi menstruasi dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan Affandi (1990), yaitu 1) 2-3 bulan sekali, 2) sebulan sekali, 3) sebulan 2 kali.

Status anemia. Status anemia berdasarkan kadar Hb dan dikelompokkan menjadi empat kategori berdasarkan tingkat keparahan anemia (ACC/SCN 1991), yaitu: 1) Normal apabila kadar Hb: ≥12-15 g/dl, 2) Anemia ringan Hb: >10.1-11.9 g/dl, 3) Anemia sedang Hb: 7-10 g/dl, 4) Anemia berat Hb: <7 g/dl.

Status gizi. Status gizi diperoleh dengan metode antropometri melalui perhitungan indeks massa tubuh berbanding umur (IMT/U) berdasarkan rumus:

IMT = Berat Badan (kg) Tinggi Badan2 (m)

Data hasil penimbangan berat badan dihitung menggunakan simpang baku z-score yang dihitung menggunakan software WHO Anthro Plus (Riyadi 2001). Penilaian status gizi berdasarkan nilai z-score dan dibandingkan

dengan baku rujukan WHO/NHCS dengan perhitungan untuk tiap indeks adalah:

z-score = Nilai individu subyek – Nilai median referensi

Nilai standar deviasi referensi Pengetahuan gizi. Data pengetahuan gizi contoh diperoleh dengan

menilai jawaban yang diberikan pada contoh terhadap pertanyaan meliputi empat hal yaitu pangan sumber zat gizi, fungsi zat gizi, kebiasaan makan yang baik, dan anemia. Setiap jawaban yang sesuai pada pengetahuan gizi diberikan skor 1, sedangkan setiap jawaban yang tidak sesuai diberikan skor 0. Pengetahuan gizi contoh dihitung dengan menjumlahkan seluruh skor yang diperoleh.

Total skor yang diperoleh kemudian diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yang diacu dalam Khomsan (2009), yaitu:

1. Pengetahuan gizi dikategorikan “Baik”, apabila skor yang diperoleh ≥80% dari total jawaban yang benar.

2. Pengetahuan gizi dikategorikan “Sedang”, apabila skor yang diperoleh diantara 60 dan 79% dari total jawaban yang benar.

3. Pengetahuan gizi dikategorikan “Kurang”, apabila skor yang diperoleh <60% dari total jawaban yang benar.

Perilaku hidup bersih dan sehat. Data perilaku hidup sehat diukur melalui 20 pernyataan mengenai kebersihan anggota keluarga (kebiasaan mandi, mengganti pakaian setelah mandi, menggosok gigi, mencuci tangan, menggunting kuku), kebiasaan membuang sampah, penggunaan air bersih, penggunaan jamban, kebiasaan konsumsi alkohol, kebiasaan makan keluarga, kebersihan makanan dan kebersihan peralatan makan, kebiasan olahraga dan kebiasaan tidak merokok. Pertanyaan mengenai kebersihan anggota keluarga (kebiasaan mandi, mengganti pakaian setelah mandi, menggosok gigi, mencuci tangan, menggunting kuku), kebiasaan makan keluarga, kebersihan makanan dan kebersihan peralatan makan dengan pilihan jawaban tidak dan ya. Jawaban tidak diberi skor 1 dan jawaban ya diberi skor 3. Pengkategorian perilaku hidup sehat juga berdasarkan perhitungan interval kelas data. Pemberian skor digolongkan berdasarkan nilai skor dengan menggunakan teknik skoring Slamet (1993) dengan menggunakan rentang kelas dengan rumus sebagai berikut :

Rentang Kelas = Skor Maksimum – Skor Minimum Jumlah Kategori

Konsumsi Pangan dan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi.

Data konsumsi pangan diperoleh dengan cara pengisian

semiquantitative food frequency quetioners (FFQ) kemudian dikonversikan ke dalam energi dan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Menurut Hardinsyah dan Briawan (1994), konversi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Kej = Bj x BDDj x Gj 100 100

Keterangan:

Kej : Kandungan energi dari bahan makanan j yang dikonsumsi (g) Bj : Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Gj : Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan BDDj : Persen bahan makanan yang dapat dimakan (% BDD)

Menurut Hardinsyah et al. (2002) kecukupan protein contoh diacu berdasarkan formula sebagai berikut:

AKP = (Ba/Bs) x AKGi Keterangan:

AKP : Angka kecukupan protein (g) Ba : Berat badan aktual (Kg) Bs : Berat badan rujukan (Kg)

AKGi : Angka kecukupan protein yang dianjurkan

Perhitungan tingkat kecukupan zat gizi untuk energi dan protein memperhitungkan berat badan aktual yang dibandingkan dengan berat badan standar yang terdapat dalam Angka Kecukupan Gizi (AKG). Nilai standar yang menyatakan apakah telah mengkonsumsi gizi yang cukup, kurang atau lebih yaitu defisit tingkat berat (<70%), defisit tingkat sedang (70-79%), kurang (<90%), cukup (90-119%), dan lebih (≥120%) (Depkes 1996). Tingkat konsumsi zat gizi siswa dihitung dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan 1994).

TKGi = Ki x 100% AKGi

Keterangan:

TKGi : Tingkat kecukupan zat gizi i Ki : Konsumsi zat gizi i

AKGi : Kecukupan zat gizi i yang dianjurkan

Kebiasaan makan. Data kebiasaan makan diperoleh semiquantitative

Food Frequency Questionare (FFQ). Kebiasaan makan contoh diambil untuk

mengetahui kebiasaan makan selama satu bulan terakhir untuk pangan sumber karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayuran, buah-buahan, jajanan dan minuman. Kebiasaan makan contoh diperoleh dalam bentuk frekuensi dan perkiraan berat konsumsi dalam satu minggu untuk seluruh jenis pangan. Data kebiasaan makan ini kemudian dijelaskan secara deskriptif dan dibandingkan

dengan anjuran Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Frekuensi konsumsi pangan contoh dikategorikan menjadi empat kategori yang dimodifikasi dari Gibson (2005) yaitu selalu (1 kali sehari hingga lebih dari 1 kali sehari), kadang- kadang (3-6 kali seminggu), jarang (1 atau 2 kali seminggu), dan tidak pernah.

Prestasi Belajar.

Data prestasi belajar diperoleh dari nilai rapor semester

Dokumen terkait