• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Status Gizi dan Kesehatan Anak Jalanan. Lokasi penelitian dilakukan di Kota Bandung. Bandung merupakan Ibu Kota Provinsi Jawa Barat dan salah satu kota besar di Indonesia. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan pada alasan bahwa anak jalanan di Indonesia umumnya tinggal di kota besar. Waktu pengambilan data dilakukan pada Bulan Februari 2009.

Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh

Populasi pada penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Status Gizi dan Kesehatan Anak Jalanan adalah kelompok anak jalanan yang melakukan aktivitas di jalan dan berusia di bawah 18 tahun. Pengambilan anak jalanan dilakukan secara purposive sebanyak 300 anak jalanan di delapan yayasan yang tersebar di Kota Bandung. Pemilihan rumah singgah dilakukan dengan pertimbangan kemudahan akses.

Pengambilan anak jalanan pada penelitian ini dilakukan secara purposive di dua rumah singgah di Kota Bandung. Jumlah anak jalanan yang terdapat di kedua rumah singgah sebanyak 63 orang. Jumlah anak jalanan yang terambil sebanyak 51 anak jalanan dengan kriteria 1) berusia 5-18 tahun, 2) terdiri dari laki-laki dan perempuan, 3) melakukan aktivitas di jalan minimal 4 jam dalam sehari serta 4) memperoleh pendapatan dari bekerja di jalanan seperti mengamen, mengemis, menyemir sepatu, berjualan dan jasa lainnya. Pengambilan data orangtua/wali anak jalanan diperoleh secara purposive yang berjumlah 28 orang. Data yang dibutuhkan adalah data pekerjaan orangtua/wali dan pendapatan keluarga.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari Penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Status Gizi dan Kesehatan Anak Jalanan. Dalam penelitian payung tersebut data dikumpulkan melalui observasi dan wawancara. Data karakteristik (umur dan jenis kelamin), sosial-ekonomi (pendidikan dan pendapatan) dan kebiasaan makan (frekuensi dan konsumsi pangan) diperoleh melalui wawancara

sedangkan data penyakit yang diderita dikumpulkan melalui wawancara dan pemeriksaan fisik langsung.

Data antropometri seperti berat badan dan tinggi badan ditentukan melalui penimbangan dan pengukuran. Alat yang digunakan untuk mengukur berat badan adalah timbangan injak dengan ketelitian 0,1 kg, sedangkan alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan adalah microtoise dengan ketelitian 0,1 cm. Data kebiasaan makan (jenis dan frekuensi konsumsi pangan) diperoleh melalui wawancara langsung dengan cara mengisi kuesioner. Data jenis dan jumlah konsumsi pangan diperoleh menggunakan metode recall 1 x 24 jam.

Tabel 2 Jenis dan cara pengumpulan data

No Variabel Data Cara pengumpulan data 1. Karakteristik anak

jalanan

Jenis kelamin, umur, pendidikan,

pendapatan

Wawancara

menggunakan kuesioner 2. Pola aktivitas anak

jalanan

Frekuensi, durasi dan aktivitas di jalan

Wawancara

menggunakan kuesioner 3. Kebiasaan makan anak

jalanan

Jenis dan frekuensi konsumsi pangan dan cara memperoleh pangan

Wawancara

menggunakan kuesioner 4. Konsumsi pangan anak

jalanan

Jenis dan jumlah konsumsi pangan

Wawancara

menggunakan kuesioner (recall 1x24 jam)

5. Higiene personal anak jalanan

Kebiasaan mandi, gosok gigi, keramas, cuci tangan, memotong kuku, mengganti baju dan menggunakan alas kaki

Wawancara

menggunakan kuesioner 6. Status gizi anak jalanan BB, TB Pengukuran antropometri

(BB dan TB) dengan penimbangan dan pengukuran 7. Status kesehatan anak

jalanan

Penyakit yang diderita Wawancara dan pemeriksaan langsung oleh dokter

Pengolahan dan Analisis Data

Proses pengolahan data meliputi editing, coding, entry, dan analisis data. Data yang telah dikumpulkan kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif dan statistika menggunakan program Microsoft Excel dan Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 16 for Window.

Bahan pangan yang dikonsumsi anak jalanan dikelompokkan menjadi tujuh kelompok bahan pangan yang terdiri dari 1) serealia, umbi dan hasil olahannya, 2) daging, telur, ikan dan hasil olahannya, 3) kacang-kacangan dan hasil olahannya, 4) sayuran, 5) buah-buahan, 6) jajanan dan 7) serba-serbi. Data

konsumsi pangan yang dikumpulkan dikonversikan ke dalam bentuk energi protein, Fe, vitamin A dan vitamin C menggunakan Daftar Konversi Bahan Makanan (DKBM 2004). Konversi dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Kgij = {(Bj/100) x Gij x (BDDj/100)} Keterangan :

Kgij = Kandungan zat gizi-I dalam bahan makanan-j Bj = Berat makanan-j yang dikonsumsi (g)

Gij = Kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan-j BDDj = Bagian bahan makanan-j yang dapat dimakan

Untuk menemukan Angka Kecukupan Gizi anak jalanan yang dicari digunakan rumus :

AKGI = (Ba/Bs) x AKG Keterangan :

AKGI = Angka kecukupan zat gizi anak jalanan yang dicari Ba = Berat badan aktual sehat (kg)

Bs = Berat badan patokan

AKG = Angka kecukupan energi atau protein yang dianjurkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG 2004)

Untuk mineral dan vitamin dihitung langsung dengan angka kecukupan tanpa menggunakan AKGI. Selanjutnya tingkat kecukupan energi dan zat gizi diperoleh dengan cara membandingkan jumlah konsumsi zat gizi tersebut dengan kecukupannya. Berikut rumus kecukupan zat gizi yang digunakan :

TKG = (K/AKGI) x 100% Keterangan :

TKG = Tingkat kecukupan zat gizi K = Konsumsi zat gizi (recall)

AKGI = Angka kecukupan zat gizi anak jalanan yang dicari

Tingkat kecukupan energi dan protein dibedakan menjadi empat cut off points menurut Departemen Kesehatan (1996) yaitu: (1) defisit tingkat berat (<70% AKG); (2) defisit tingkat sedang (70-79% AKG); (3) defisit tingkat ringan (80-89% AKG); (4) normal (90-119% AKG); dan (5) kelebihan (≥120% AKG). Klasifikasi tingkat kecukupan zat besi, vitamin A, dan vitamin C menurut Gibson

(2005) yaitu (1) kurang (<77% AKG) dan (2) cukup (≥77% AKG).

Frekuensi konsumsi jenis pangan diukur berdasarkan frekuensi konsumsi jenis pangan tertentu. Cara memperoleh pangan dikelompokkan menjadi enam

yaitu 1) dibeli, 2) ditanam/dipelihara sendiri, 3) diberi, 4) barter, 5) dari alam (memancing, berburu), 6) memulung.

Pengukuran status gizi anak jalanan dilakukan dengan metode antropometri melalui perhitungan Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U). IMT/U digunakan untuk anak yang berumur 5-19 tahun. Untuk menilai kurus nilai

Zscore adalah z ≤ 2, normal berada pada kisaran -2< z <2 dan gemuk z ≥ 2 (WHO 2007). Referensi yang digunakan adalah tabel WHO 2007 yaitu IMT menurut umur (Zscore). Status kesehatan pada penelitian ini dibatasi oleh penyakit diare, infeksi pernapasan akut dan penyakit kulit.

Higiene personal diukur dengan 13 pernyataan mengenai pemeliharaan kebersihan tubuh dan pakaian dalam kehidupan sehari-hari seperti kebiasaan mandi, keramas, gosok gigi, cuci tangan dan mengganti baju seusai mandi. Penilaian higiene personal dilakukan dengan memberi skor pada setiap pertanyaan. Bila menjawab tidak pernah diberi skor 0, bila menjawab jarang diberi skor 1 dan bila menjawab selalu diberi skor 2. Total skor yang diperoleh diklasifikasikan menjadi tiga berdasarkan rumus interval (Slamet 1993) yaitu rendah (11-16), sedang (17-21) dan tinggi (22-26). Pengkategorian ini berdasarkan interval kelas yang rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:

Interval kelas = nilai tertinggi-nilai terendah Jumlah kelas

Hubungan antar variabel yang berupa data kategorik diuji menggunakan korelasi Spearman sedangkan untuk data numerik digunakan uji korelasi Pearson.

Korelasi digunakan untuk mengetahui keeratan dan arah hubungan dua variabel numerik. Keeratan hubungan dari dua variabel disimbolkan dengan huruf r. Besarnya koefisien korelasi akan berkisar antara -1 (negatif satu) sampai +1 (positif satu)

-1≤ r ≥+1 + = menunjukkan korelasi positif

− = menunjukkan korelasi negatif 0 = menunjukkan tidak adanya korelasi

Hubungan korelasi dapat berpola positif atau negatif. Hubungan positif terjadi bila kenaikan satu variabel diikuti kenaikan variabel yang lain. Hubungan negatif terjadi bila penurunan satu variabel diikuti penurunan variabel yang lain.

Dokumen terkait