• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Aktivitas, Konsumsi Pangan, Status Gizi Dan Kesehatan Anak Jalanan Di Kota Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola Aktivitas, Konsumsi Pangan, Status Gizi Dan Kesehatan Anak Jalanan Di Kota Bandung"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

POLA AKTIVITAS, KONSUMSI PANGAN, STATUS GIZI

DAN KESEHATAN ANAK JALANAN DI KOTA BANDUNG

NUR’AINI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

ABSTRACT

NUR’AINI. Pattern Activity, Food Consumption, Nutritional Status and Health of Street Children in Bandung. Under direction of ALI KHOMSAN and MIRA DEWI

The general objective of this research was to know and analyze the correlation of pattern activity, food consumption, nutritional status and health of street children. The research design was cross sectional study. This research was part of project research Socio-economics and Environmental Factors Contributing to The Health and Nutritional Status of Street Children. Data was collected on February 2009 in Bandung, West Java. Street children was chosen by purposive sampling from eight NGOs in Bandung. Street children criteria were: 1) 5-18 years old 2) boys and girls 3) spend time in the street at least four hours in a day 4) work for a living in the street, commonly work as singers, beggars, shoe-polisher, porters etc. The result showed that most street children activity was singers, spend 4-8 hours in a day and 4-6 days in a week. The average energy and protein adequacy level of street children was light deficit category, iron and vitamin C in low category and vitamin A in sufficient category. Almost street children have normal nutritional and health status and good personal hygiene. There is no correlation between activity and duration of street children with nutrition adequacy level. There is no correlation between personal hygiene and nutritional status with health status.

(3)

RINGKASAN

NUR’AINI. Pola Aktivitas, Konsumsi Pangan, Status Gizi dan Kesehatan Anak Jalanan di Kota Bandung. Dibimbing oleh ALI KHOMSAN dan MIRA DEWI.

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisis pola aktivitas, konsumsi pangan, status gizi dan kesehatan anak jalanan. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah 1) mengetahui karakteristik anak jalanan (umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan) 2) mengidentifikasi dan menganalisis pola aktivitas anak jalanan 3) mengidentifikasi dan menganalisis kebiasaan makan anak jalanan 4) mengidentifikasi dan menganalisis higiene personal anak jalanan 5) menganalisis hubungan pola aktivitas, konsumsi pangan, status gizi dan kesehatan anak jalanan.

Desain penelitian adalah cross sectional study. Jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari Penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Status Gizi dan Kesehatan Anak Jalanan. Waktu pengambilan data dilakukan pada Bulan Februari 2009 di Kota Bandung. Pengambilan anak jalanan dilakukan secara purposive sebanyak 51 anak jalanan dengan kriteria 1) berusia 5-18 tahun, 2) terdiri dari laki-laki dan perempuan, 3) melakukan aktivitas di jalan minimal 4 jam dalam sehari serta 4) memperoleh pendapatan dari bekerja di jalanan seperti mengamen, mengemis, menyemir sepatu, berjualan dan jasa lainnya.

Data yang dikumpulkan adalah data karakteristik (umur dan jenis kelamin), sosial-ekonomi (pendidikan dan pendapatan), kebiasaan makan (frekuensi dan konsumsi pangan) dan status kesehatan. Data selanjutnya diolah menggunakan program Microsoft Excel dan Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 16 for Window. Hubungan antar variabel yang berupa data kategorik diuji menggunakan korelasi Spearman sedangkan untuk data berjenis numerik digunakan uji korelasi Pearson.

Lebih dari separuh anak jalanan (56,9%) adalah laki-laki dan presentase umur terbesar berada pada kisaran umur 9-12 tahun (45,1%). Presentase anak jalanan yang putus sekolah lebih besar (52,9%) dibandingkan anak jalanan yang masih sekolah (43,2%). Sebagian besar riwayat pendidikan anak jalanan baik yang putus sekolah maupun anak jalanan yang masih sekolah adalah SD/MI. Lebih dari separuh anak jalanan (56,9%) memiliki pendapatan yang berkisar antara Rp.10.000-Rp.20.000 dengan rata-rata pendapatan Rp.14.451±5730,84.

Jenis pekerjaan yang banyak dilakukan anak jalanan adalah mengamen (72,5%). Hampir separuh anak jalanan bekerja 4-6 hari dalam seminggu (49%). Sebesar 74,5 persen anak jalanan turun ke jalan selama 4-8 jam per hari dan sebagian besar anak jalanan termasuk kategori children on the street.

Kontribusi energi (50,1%), protein (24,9%) dan Fe (31,7%) terbesar anak jalanan berasal dari golongan serealia, umbi, hasil olahannya yaitu beras. Rata-rata konsumsi vitamin A terbesar berasal dari sayuran (42,1%) dan Rata-rata-Rata-rata konsumsi vitamin C terbesar adalah minuman (48,8%) yang berasal dari minuman rasa buah.

Rata-rata tingkat kecukupan energi dan protein adalah defisit tingkat ringan (80-89% AKG). Rata-rata tingkat kecukupan Fe dan vitamin C adalah kurang (<70% AKG) sedangkan rata-rata tingkat kecukupan vitamin A cukup

(≥70% AKG). Berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein, sebesar 37,3

(4)

berat. Lebih dari separuh anak jalanan memiliki tingkat kecukupan Fe, vitamin A dan C kategori kurang.

Sebagian besar anak jalanan memiliki kebiasaan mandi minimal 2 kali sehari, selalu mandi menggunakan sabun, memiliki kebiasaan menggosok gigi minimal 2 kali sehari, selalu menggunakan pasta gigi, sering mengganti baju, terbiasa mencuci tangan menggunakan air bersih, sering mencuci dan menjemur handuk, dan selalu menggunakan alas kaki. Hampir sebagian anak jalanan jarang mencuci tangan menggunakan air bersih dan sabun serta menggunting kuku. Lebih dari separuh anak jalanan jarang keramas dan tidak pernah menggunakan handuk milik sendiri.

Lebih dari separuh anak jalanan (52,9%) memiliki skor higiene personal tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak jalanan sudah menjaga kebersihan tubuh dan pakaian dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, sebagian besar anak jalanan memiliki status gizi dan kesehatan yang normal.

Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis pekerjaan dan durasi anak jalanan dengan tingkat kecukupan gizi. Selain itu, hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan bahwa tidak terdapat antara tingkat kecukupan energi dan zat gizi dengan status gizi anak jalanan.

Terdapat hubungan yang signifikan negatif antara kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun dengan diare. Hasil korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara skor higiene personal anak jalanan dengan status kesehatan anak jalanan.

(5)

POLA AKTIVITAS, KONSUMSI PANGAN, STATUS GIZI DAN KESEHATAN ANAK JALANAN DI KOTA BANDUNG

NUR’AINI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)

Judul Skripsi : Pola Aktivitas, Konsumsi Pangan, Status Gizi dan Kesehatan Anak Jalanan di Kota Bandung

Nama : Nur’aini NIM : I14051808

Disetujui :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS dr. Mira Dewi, MSi NIP. 19600202 198403 1 001 NIP. 19761116 200501 2 001

Diketahui,

Ketua Departemen Gizi Masyarakat

Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS NIP. 19621204 198903 2 002

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara, puteri pasangan

Bapak Sukandar dan Ibu Saptariah. Penulis dilahirkan di Kota Bogor pada

tanggal 19 Agustus 1987. Pendidikan SD ditempuh pada tahun 1993 sampai

1999 di SD Teladan Metro Lampung. Pada tahun 1999 penulis melanjutkan

sekolah di SLTP Negeri 2 Tanggamus dan pada tahun yang sama penulis

bersekolah di SLTP 1 Negeri Gading Rejo dan terakhir di SLTP Negeri 3 Bogor.

Penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 3 Bogor pada tahun 2002-2005.

Pada tahun 2005, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI)

penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor. Setelah melalui

Tingkat Persiapan Bersama (TPB) penulis memilih dan berhasil masuk di

Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Selama menjadi

mahasiswa, penulis tercatat sebagai anggota UKM LISES Gentra Kaheman,

anggota Divisi Organoleptik HIMAGITA Periode 2006/2007, Sekretaris I

HIMAGIZI periode 2007/2008.

Pada tahun 2007, penulis pernah mengikuti kegiatan Program Kreativitas

Mahasiswa (PKM) bidang kewirausahaan yang berjudul “Pemanfaatan Khasiat

Kunyit dan Asam dalam Produk Permen Jelly”. Pada tahun 2008 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Putat Nutug, Kecamatan

Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan tahun 2009 penulis melaksanakan

Internship Dietetik di RS LANUD Atang Sendjadja Bogor. Selain itu penulis

pernah menjadi penerima beasiswa Djarum (Beswan Djarum) periode

2007/2008.

(8)

PRAKATA

Asalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat

dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan

baik. Adapun penulisan skripsi yang berjudul “Pola Aktivitas, Konsumsi Pangan, Status Gizi dan Kesehatan Anak Jalanan di Kota Bandung” dilakukan sebagai salah satu syarat guna mencapai gelar sarjana pada Program Studi Gizi

Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Pada

kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS dan dr. Mira Dewi, MSi selaku dosen

pembimbing skripsi

2. Ir. Cesilia Meti Dwiriani, MSc selaku dosen pemandu seminar

3. Dr. Ir. Dadang Sukandar, MSc selaku dosen penguji skripsi

4. Dr. Ir. Yayuk F Baliwati selaku dosen pembimbing akademik

5. Dra. Rita Patriasih, MSi dosen UPI Bandung yang telah memberikan ijin

kepada penulis untuk ikut serta dalam proyek penelitian anak jalanan

6. Keluarga atas do’a, nasehat dan semangat yang telah diberikan selama ini 7. Teman-teman Gizi Masyarakat angkatan 42

8. Untuk Fitra Mailendra, terima kasih atas do’a dan dukungannya selama ini 9. Adik-adik angkatan 43, staf pengajar dan TU serta semua pihak yang tidak

dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu kelancaran

penyelesaian penyusunan skripsi ini

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Penulis

berharap penelitian ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi semua.

Wasamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bogor, Agustus 2009

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

Kegunaan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Karakteristik Anak Jalanan ... 4

Latar Belakang dan Penyebab Anak Turun ke Jalan ... 6

Rumah Singgah ... 7

Pola Aktivitas ... 8

Konsumsi Pangan ... 9

Higiene Personal ... 10

Infeksi Saluran Pernapasan Atas ... 11

Diare ... 12

Penyakit Kulit ... 12

Folikulitis ... 12

Skabies ... 13

Impetigo ... 13

Tinea ... 14

Dermatitis Atropik ... 14

Status Gizi dan Kesehatan ... 14

KERANGKA PEMIKIRAN ... 17

METODE PENELITIAN ... 19

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh ... 19

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 19

Pengolahan dan Analisis Data ... 20

(10)

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

Latar Belakang Menjadi Anak Jalanan ... 24

Karakteristik Anak Jalanan ... 25

Pola Aktivitas ... 27

Kebiasaan Makan ... 30

Frekuensi Pangan ... 30

Konsumsi Pangan ... 34

Tingkat Kecukupan Zat Gizi ... 36

Tingkat Kecukupan Energi dan Protein ... 36

Tingkat Kecukupan Vitamin dan Mineral ... 37

Higiene Personal ... 38

Hubungan antar Variabel ... 40

Hubungan Pola Aktivitas dengan Konsumsi Pangan dan Tingkat Kecukupan Gizi ... 40

Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi dengan Status Gizi ... 41

Hubungan Higiene Personal dengan Status Kesehatan ... 42

Hubungan Status Gizi dengan Status Kesehatan ... 44

KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 47

(11)

POLA AKTIVITAS, KONSUMSI PANGAN, STATUS GIZI

DAN KESEHATAN ANAK JALANAN DI KOTA BANDUNG

NUR’AINI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(12)

ABSTRACT

NUR’AINI. Pattern Activity, Food Consumption, Nutritional Status and Health of Street Children in Bandung. Under direction of ALI KHOMSAN and MIRA DEWI

The general objective of this research was to know and analyze the correlation of pattern activity, food consumption, nutritional status and health of street children. The research design was cross sectional study. This research was part of project research Socio-economics and Environmental Factors Contributing to The Health and Nutritional Status of Street Children. Data was collected on February 2009 in Bandung, West Java. Street children was chosen by purposive sampling from eight NGOs in Bandung. Street children criteria were: 1) 5-18 years old 2) boys and girls 3) spend time in the street at least four hours in a day 4) work for a living in the street, commonly work as singers, beggars, shoe-polisher, porters etc. The result showed that most street children activity was singers, spend 4-8 hours in a day and 4-6 days in a week. The average energy and protein adequacy level of street children was light deficit category, iron and vitamin C in low category and vitamin A in sufficient category. Almost street children have normal nutritional and health status and good personal hygiene. There is no correlation between activity and duration of street children with nutrition adequacy level. There is no correlation between personal hygiene and nutritional status with health status.

(13)

RINGKASAN

NUR’AINI. Pola Aktivitas, Konsumsi Pangan, Status Gizi dan Kesehatan Anak Jalanan di Kota Bandung. Dibimbing oleh ALI KHOMSAN dan MIRA DEWI.

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisis pola aktivitas, konsumsi pangan, status gizi dan kesehatan anak jalanan. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah 1) mengetahui karakteristik anak jalanan (umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan) 2) mengidentifikasi dan menganalisis pola aktivitas anak jalanan 3) mengidentifikasi dan menganalisis kebiasaan makan anak jalanan 4) mengidentifikasi dan menganalisis higiene personal anak jalanan 5) menganalisis hubungan pola aktivitas, konsumsi pangan, status gizi dan kesehatan anak jalanan.

Desain penelitian adalah cross sectional study. Jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari Penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Status Gizi dan Kesehatan Anak Jalanan. Waktu pengambilan data dilakukan pada Bulan Februari 2009 di Kota Bandung. Pengambilan anak jalanan dilakukan secara purposive sebanyak 51 anak jalanan dengan kriteria 1) berusia 5-18 tahun, 2) terdiri dari laki-laki dan perempuan, 3) melakukan aktivitas di jalan minimal 4 jam dalam sehari serta 4) memperoleh pendapatan dari bekerja di jalanan seperti mengamen, mengemis, menyemir sepatu, berjualan dan jasa lainnya.

Data yang dikumpulkan adalah data karakteristik (umur dan jenis kelamin), sosial-ekonomi (pendidikan dan pendapatan), kebiasaan makan (frekuensi dan konsumsi pangan) dan status kesehatan. Data selanjutnya diolah menggunakan program Microsoft Excel dan Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 16 for Window. Hubungan antar variabel yang berupa data kategorik diuji menggunakan korelasi Spearman sedangkan untuk data berjenis numerik digunakan uji korelasi Pearson.

Lebih dari separuh anak jalanan (56,9%) adalah laki-laki dan presentase umur terbesar berada pada kisaran umur 9-12 tahun (45,1%). Presentase anak jalanan yang putus sekolah lebih besar (52,9%) dibandingkan anak jalanan yang masih sekolah (43,2%). Sebagian besar riwayat pendidikan anak jalanan baik yang putus sekolah maupun anak jalanan yang masih sekolah adalah SD/MI. Lebih dari separuh anak jalanan (56,9%) memiliki pendapatan yang berkisar antara Rp.10.000-Rp.20.000 dengan rata-rata pendapatan Rp.14.451±5730,84.

Jenis pekerjaan yang banyak dilakukan anak jalanan adalah mengamen (72,5%). Hampir separuh anak jalanan bekerja 4-6 hari dalam seminggu (49%). Sebesar 74,5 persen anak jalanan turun ke jalan selama 4-8 jam per hari dan sebagian besar anak jalanan termasuk kategori children on the street.

Kontribusi energi (50,1%), protein (24,9%) dan Fe (31,7%) terbesar anak jalanan berasal dari golongan serealia, umbi, hasil olahannya yaitu beras. Rata-rata konsumsi vitamin A terbesar berasal dari sayuran (42,1%) dan Rata-rata-Rata-rata konsumsi vitamin C terbesar adalah minuman (48,8%) yang berasal dari minuman rasa buah.

Rata-rata tingkat kecukupan energi dan protein adalah defisit tingkat ringan (80-89% AKG). Rata-rata tingkat kecukupan Fe dan vitamin C adalah kurang (<70% AKG) sedangkan rata-rata tingkat kecukupan vitamin A cukup

(≥70% AKG). Berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein, sebesar 37,3

(14)

berat. Lebih dari separuh anak jalanan memiliki tingkat kecukupan Fe, vitamin A dan C kategori kurang.

Sebagian besar anak jalanan memiliki kebiasaan mandi minimal 2 kali sehari, selalu mandi menggunakan sabun, memiliki kebiasaan menggosok gigi minimal 2 kali sehari, selalu menggunakan pasta gigi, sering mengganti baju, terbiasa mencuci tangan menggunakan air bersih, sering mencuci dan menjemur handuk, dan selalu menggunakan alas kaki. Hampir sebagian anak jalanan jarang mencuci tangan menggunakan air bersih dan sabun serta menggunting kuku. Lebih dari separuh anak jalanan jarang keramas dan tidak pernah menggunakan handuk milik sendiri.

Lebih dari separuh anak jalanan (52,9%) memiliki skor higiene personal tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak jalanan sudah menjaga kebersihan tubuh dan pakaian dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, sebagian besar anak jalanan memiliki status gizi dan kesehatan yang normal.

Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis pekerjaan dan durasi anak jalanan dengan tingkat kecukupan gizi. Selain itu, hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan bahwa tidak terdapat antara tingkat kecukupan energi dan zat gizi dengan status gizi anak jalanan.

Terdapat hubungan yang signifikan negatif antara kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun dengan diare. Hasil korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara skor higiene personal anak jalanan dengan status kesehatan anak jalanan.

(15)

POLA AKTIVITAS, KONSUMSI PANGAN, STATUS GIZI DAN KESEHATAN ANAK JALANAN DI KOTA BANDUNG

NUR’AINI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(16)

Judul Skripsi : Pola Aktivitas, Konsumsi Pangan, Status Gizi dan Kesehatan Anak Jalanan di Kota Bandung

Nama : Nur’aini NIM : I14051808

Disetujui :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS dr. Mira Dewi, MSi NIP. 19600202 198403 1 001 NIP. 19761116 200501 2 001

Diketahui,

Ketua Departemen Gizi Masyarakat

Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS NIP. 19621204 198903 2 002

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara, puteri pasangan

Bapak Sukandar dan Ibu Saptariah. Penulis dilahirkan di Kota Bogor pada

tanggal 19 Agustus 1987. Pendidikan SD ditempuh pada tahun 1993 sampai

1999 di SD Teladan Metro Lampung. Pada tahun 1999 penulis melanjutkan

sekolah di SLTP Negeri 2 Tanggamus dan pada tahun yang sama penulis

bersekolah di SLTP 1 Negeri Gading Rejo dan terakhir di SLTP Negeri 3 Bogor.

Penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 3 Bogor pada tahun 2002-2005.

Pada tahun 2005, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI)

penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor. Setelah melalui

Tingkat Persiapan Bersama (TPB) penulis memilih dan berhasil masuk di

Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Selama menjadi

mahasiswa, penulis tercatat sebagai anggota UKM LISES Gentra Kaheman,

anggota Divisi Organoleptik HIMAGITA Periode 2006/2007, Sekretaris I

HIMAGIZI periode 2007/2008.

Pada tahun 2007, penulis pernah mengikuti kegiatan Program Kreativitas

Mahasiswa (PKM) bidang kewirausahaan yang berjudul “Pemanfaatan Khasiat

Kunyit dan Asam dalam Produk Permen Jelly”. Pada tahun 2008 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Putat Nutug, Kecamatan

Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan tahun 2009 penulis melaksanakan

Internship Dietetik di RS LANUD Atang Sendjadja Bogor. Selain itu penulis

pernah menjadi penerima beasiswa Djarum (Beswan Djarum) periode

2007/2008.

(18)

PRAKATA

Asalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat

dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan

baik. Adapun penulisan skripsi yang berjudul “Pola Aktivitas, Konsumsi Pangan, Status Gizi dan Kesehatan Anak Jalanan di Kota Bandung” dilakukan sebagai salah satu syarat guna mencapai gelar sarjana pada Program Studi Gizi

Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Pada

kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS dan dr. Mira Dewi, MSi selaku dosen

pembimbing skripsi

2. Ir. Cesilia Meti Dwiriani, MSc selaku dosen pemandu seminar

3. Dr. Ir. Dadang Sukandar, MSc selaku dosen penguji skripsi

4. Dr. Ir. Yayuk F Baliwati selaku dosen pembimbing akademik

5. Dra. Rita Patriasih, MSi dosen UPI Bandung yang telah memberikan ijin

kepada penulis untuk ikut serta dalam proyek penelitian anak jalanan

6. Keluarga atas do’a, nasehat dan semangat yang telah diberikan selama ini 7. Teman-teman Gizi Masyarakat angkatan 42

8. Untuk Fitra Mailendra, terima kasih atas do’a dan dukungannya selama ini 9. Adik-adik angkatan 43, staf pengajar dan TU serta semua pihak yang tidak

dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu kelancaran

penyelesaian penyusunan skripsi ini

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Penulis

berharap penelitian ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi semua.

Wasamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bogor, Agustus 2009

(19)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

Kegunaan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Karakteristik Anak Jalanan ... 4

Latar Belakang dan Penyebab Anak Turun ke Jalan ... 6

Rumah Singgah ... 7

Pola Aktivitas ... 8

Konsumsi Pangan ... 9

Higiene Personal ... 10

Infeksi Saluran Pernapasan Atas ... 11

Diare ... 12

Penyakit Kulit ... 12

Folikulitis ... 12

Skabies ... 13

Impetigo ... 13

Tinea ... 14

Dermatitis Atropik ... 14

Status Gizi dan Kesehatan ... 14

KERANGKA PEMIKIRAN ... 17

METODE PENELITIAN ... 19

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh ... 19

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 19

Pengolahan dan Analisis Data ... 20

(20)

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

Latar Belakang Menjadi Anak Jalanan ... 24

Karakteristik Anak Jalanan ... 25

Pola Aktivitas ... 27

Kebiasaan Makan ... 30

Frekuensi Pangan ... 30

Konsumsi Pangan ... 34

Tingkat Kecukupan Zat Gizi ... 36

Tingkat Kecukupan Energi dan Protein ... 36

Tingkat Kecukupan Vitamin dan Mineral ... 37

Higiene Personal ... 38

Hubungan antar Variabel ... 40

Hubungan Pola Aktivitas dengan Konsumsi Pangan dan Tingkat Kecukupan Gizi ... 40

Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi dengan Status Gizi ... 41

Hubungan Higiene Personal dengan Status Kesehatan ... 42

Hubungan Status Gizi dengan Status Kesehatan ... 44

KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 47

(21)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Data kesehatan anak jalanan ... 16

2 Jenis dan cara pengumpulan data ... 20

3 Sebaran anak jalanan berdasarkan alasan turun ke jalan ... 24

4 Sebaran ayah dan ibu berdasarkan pekerjaan ... 24

5 Sebaran rumah tangga berdasarkan pendapatan keluarga dan pendapatan per kapita ... 25

6 Sebaran anak jalanan berdasarkan dukungan, karakteristik dan pendidikan ... 26

7 Sebaran anak jalanan berdasarkan pola aktivitas dan pendapatan ... 28

8 Sebaran alokasi pendapatan anak jalanan ... 29

9 Statistik frekuensi konsumsi serealia, umbi dan olahannya ... 30

10 Statistik frekuensi konsumsi daging, ikan, telur ... 31

11 Statistik frekuensi konsumsi kacang-kacangan ... 32

12 Statistik frekuensi konsumsi sayuran ... 32

13 Statistik frekuensi konsumsi buah-buahan ... 33

14 Statistik frekuensi konsumsi makanan jajanan ... 33

15 Statistik frekuensi konsumsi serba-serbi ... 34

16 Rata-rata konsumsi pangan, energi dan zat gizi anak jalanan ... 35

17 Statistik rata-rata konsumsi, kecukupan dan tingkat kecukupan ... 36

18 Sebaran anak jalanan berdasarkan dan anak jalanan ... 36

19 Statistik rata-rata konsumsi, kecukupan dan tingkat kecukupan ... 37

20 Sebaran anak jalanan berdasarkan tingkat kecukupan vitamin dan mineral anak jalanan ... 38

21 Sebaran higiene personal anak jalanan ... 39

(22)

23 Sebaran anak jalanan berdasarkan status gizi ... 41

24 Sebaran anak jalanan berdasarkan status kesehatan ... 42

25 Sebaran anak jalanan berdasarkan status kesehatan

(23)

DAFTAR GAMBAR

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Rata-rata konsumsi pangan, energi dan zat gizi anak jalanan ... 52

(25)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Deklarasi Universal PBB tentang Hak Asasi Manusia tahun 1948

menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk memperoleh kesehatan yang baik

dan pangan yang cukup sehingga terbebas dari kelaparan dan kurang gizi

(Soekirman 2000). Sesuai deklarasi tersebut, salah satu kelompok yang perlu

diperhatikan dan berhak untuk memperoleh kesehatan yang baik dan pangan

yang cukup adalah anak jalanan. Hak anak yang tercantum dalam Konvensi Hak

Anak (UNICEF 1993) yang diratifikasi oleh Republik Indonesia tahun 1990

adalah hak bertahan hidup yaitu hak anak untuk hidup dan memperoleh semua

kebutuhan hidup dasar seperti standar hidup yang layak, tempat berlindung atau

rumah, nutrisi atau makanan yang bergizi dan akses pada pelayanan kesehatan

(Moeliono & Adi 2004).

Dalam konvensi hak-hak anak dinyatakan bahwa anak-anak membutuhkan

konvensi khusus karena anak-anak di bawah 18 tahun seringkali membutuhkan

perhatian khusus dan perlindungan dimana orang dewasa tidak pernah

melakukannya. Salah satu alasan adanya pemisahan hak-hak anak dalam

konvensi hak asasi manusia adalah karena perkembangan kesehatan anak-anak

sangat penting untuk masa depan yang baik dalam kehidupan bermasyarakat

(UNICEF 2008).

Semenjak krisis ekonomi yang melanda Indonesia, jumlah anak jalanan di

kota besar terus meningkat dari tahun ke tahun. Pemetaan sosial terhadap 12

kota besar di Indonesia yang dilakukan oleh PKPM Universitas Atmajaya pada

tahun 1999 (Irwanto et al. 1999) menunjukkan bahwa jumlah anak jalanan di berbagai kota besar amatlah tinggi. Pemetaan menujukkan ada sekitar 39.861

anak jalanan di berbagai kota besar: sekitar 10.373 berada di Jakarta, 2.832 di

Bandung dan 2.835 di Surabaya (Moeliono 2001).

Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kota

Bandung, berdasarkan hasil pemantauan LSM 2006, jumlah anak jalanan di Kota

Bandung sebanyak 4.000 orang. Pada akhir 2007, angka ini naik menjadi 6.000

orang. Diperkirakan di akhir 2008 anak jalanan di Kota Bandung meningkat

menjadi 8.000 orang (Anonim 2008). Peningkatan jumlah anak jalanan akan

meningkatkan permasalahan gizi dan kesehatan. Hal ini disebabkan anak

jalanan yang termasuk ke dalam kategori anak-anak dan remaja membutuhkan

(26)

pertumbuhannya. Menurut UNICEF (2008) anak-anak masih tumbuh dan

berkembang sehingga anak-anak lebih rentan dibandingkan dewasa terhadap

kondisi kehidupan yang buruk seperti kemiskinan, tidak terpenuhinya pelayanan

kesehatan, gizi, air bersih, tempat tinggal dan polusi lingkungan. Pengaruh dari

penyakit, malnutrisi dan kemiskinan mengancam masa depan anak-anak dan

masyarakat tempat mereka tinggal.

Salah satu masalah kesehatan yang terjadi pada anak jalanan adalah

keadaan kurang gizi karena pola makan yang tidak teratur. Keadaan kurang gizi

merupakan salah satu faktor penyebab mudahnya seseorang terkena penyakit

infeksi, hal ini karena sistem kekebalan tubuh alami yang dimiliki orang melemah.

Selain itu status kesehatan anak jalanan yang buruk juga dapat menyebabkan

status gizi menjadi buruk (Indriani, Adiningsih & Mahmudiono 2006).

Jika status gizi dan kesehatan anak jalanan tidak terpenuhi, dikhawatirkan

anak jalanan akan menjadi generasi hilang (lost generation). Menurut Soekirman (2000) krisis ekonomi yang mendera bangsa Indonesia selama ini telah

menghasilkan suatu generasi dengan jutaan anak kekurangan gizi. Apabila tidak

diwaspadai dan tidak dilakukan upaya yang cepat dan tepat maka jutaan anak

yang kurang gizi itu dapat merupakan suatu generasi yang hilang (lost generation) yaitu suatu generasi dengan daya intelektual yang lebih rendah.

Situasi kehidupan di jalanan memang memberikan peluang bagi anak

jalanan untuk mencari uang tetapi kehidupan di jalanan juga membahayakan

status gizi dan kesehatan anak jalanan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk

mengetahui status gizi dan kesehatan anak jalanan terutama di kota besar yaitu

Bandung. Hal ini disebabkan status gizi baik masa lampau maupun saat ini

merupakan faktor kunci kesehatan, fisik, emosional dan perkembangan kognitif

anak. Anak jalanan berada pada resiko pengecualian terhadap dampak

kesehatan dan malnutrisi yang luas (UNICEF 2008).

Tujuan Tujuan umum

Untuk mengetahui dan menganalisis pola aktivitas, konsumsi pangan,

status gizi dan kesehatan anak jalanan.

Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik anak jalanan (umur, jenis kelamin,

(27)

2. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis pola aktivitas anak jalanan

3. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis kebiasaan makan anak jalanan

4. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis higiene personal anak jalanan

5. Untuk menganalisis hubungan pola aktivitas, konsumsi pangan, status

gizi dan kesehatan anak jalanan

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk memberikan informasi bagi pemerintah atau

lembaga sosial Kota Bandung mengenai fenomena anak jalanan di Kota

Bandung sehingga dapat dilakukan upaya untuk mengatasi permasalahan sosial

serta gizi dan kesehatan anak jalanan. Selain itu, penelitian ini berguna dalam

memberikan informasi kepada masyarakat bahwa jumlah anak jalanan terus

(28)

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Anak Jalanan

Anak jalanan adalah anak yang berusia 5–18 tahun baik laki-laki maupun perempuan yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalan, memiliki

komunikasi yang minimal atau sama sekali tidak pernah berkomunikasi dengan

keluarga dan kurang pengawasan, perlindungan dan bimbingan sehingga rawan

terkena gangguan kesehatan dan psikologi (UNICEF 2001). Menurut Moeliono

(2001) secara operasional dapat dikatakan bahwa anak jalanan adalah anak

yang berusia 5-18 tahun yang menghabiskan lebih dari empat jam waktunya di

jalanan baik untuk bekerja maupun kegiatan lainnya.

Hasil penelitian dan penanganan anak jalanan di beberapa kota besar

menunjukkan ada dua kategori anak jalanan yaitu:

Pertama, children of the street, tipe ini adalah anak yang hidup dan tinggal di jalanan, tidak berhubungan lagi dengan keluarganya dan di lingkungan

anak-anak jalanan biasanya disebut gelandangan, gembel, tekyan dan sebagainya. Mereka biasanya tidak mempunyai tempat tinggal maupun pekerjaan yang tetap

sehingga banyak diantara mereka terlibat dalam pencurian, kriminalitas dan

penggunaan NARKOBA (Narkotik, Alkohol, Obat dan Bahan Adiktif).

Kedua, children on the street also called working children. Di Indonesia jenis anak ini disebut pekerja anak di jalan yakni anak yang menghabiskan

sebagian besar waktunya untuk bekerja di jalan atau tempat-tempat umum untuk

membantu keluarganya. Pada umumnya mereka bekerja untuk memperoleh

pendapatan sehingga biasanya mereka relatif tidak banyak menggunakan waktu

luang untuk hal lain seperti penggunaan NARKOBA (Moeliono 2001).

UNICEF mengkategorikan anak jalanan ke dalam tiga kelompok yaitu

children at risk, children on the street dan children of the street. Children at risk didefinisikan sebagai anak malang dengan faktor risiko tertentu seperti

kemiskinan dan putus sekolah yang dapat memicu mereka untuk pergi dari

rumah dan menghabiskan sebagian hidup mereka di jalan. Children on the street bekerja di jalan sepanjang hari dan kembali ke rumah pada malam hari.

Pekerjaan mereka sebagai tenaga kasar seperti menyemir, menjual permen dan

(29)

abandoned street children yaitu anak jalanan yang tidak berhubungan dengan orangtua lagi (Gilbert et al. 2004).

Dari hasil pengolahan data Susenas 2000 diperkirakan jumlah anak

terlantar di Indonesia pada tahun 2000 sebanyak 3,06 juta anak dan anak dalam

kondisi rawan terlantar diperkirakan berjumlah 10,09 juta anak. Anak jalanan

diperkirakan berjumlah 39.861 anak di 12 kota besar. Sebesar 53,7 persen anak

laki-laki dan 46,0 persen anak perempuan putus sekolah yaitu di Jakarta,

Bandung, Semarang, Yogyakarta, Malang, Surabaya, Mataram, Makasar,

Medan, Padang, Palembang dan Lampung (Hamid 2008).

Berdasarkan hasil survai tri wulan I di Jakarta, menurut kelompok umur

persentase jumlah anak jalanan pada kelompok umur 10-14 tahun merupakan

yang terbesar diikuti oleh kelompok umur 15-18 tahun, 19-21 tahun dan 5-9

tahun sedangkan anak jalanan pada kelompok umur balita persentasenya paling

kecil (BPS 2001). Pada dua rumah singgah yang berada di Kotamadya Bandung,

rentang usia anak jalanan berkisar antara 13-18 tahun (Sugiharto 2001).

Pada semua hasil penelitian ada indikasi ketidakseimbangan gender yang

jelas pada anak jalanan yakni 75-90 persen anak jalanan di Amerika Latin dan

Afrika adalah laki-laki. Hal ini disebabkan laki-laki memiliki kebebasan dan

mampu berdapatasi dengan lingkungan jalanan sejak dini untuk memperoleh

uang demi menambah pendapatan keluarga meskipun orangtua khawatir dengan

adanya kekerasan, obat-obatan dan kecelakaan. Harapan masyarakat dan

keluarga terhadap anak perempuan yaitu lebih baik tinggal di rumah melakukan

pekerjaan rumah dan mengurus anak. Perempuan yang tinggal di jalan

kebanyakan memiliki masalah serius dalam keluarga dengan banyak masalah

mengenai penyalahgunaan fisik dan seksual sebelum meninggalkan rumah

(Abdelgalil et al. 2004).

Berdasarkan studi yang dilakukan Suhartini (2008) terhadap anak jalanan

di Kota Bogor, kebanyakan anak jalanan yang berusia 13-18 tahun turun ke jalan

untuk mencari tambahan uang saku sedangkan pada usia 16-18 tahun

kebanyakan turun ke jalan karena kesulitan ekonomi. Sebagian anak jalanan

memperoleh pendapatan Rp.15.000 per hari. Biasanya penghasilan mereka tidak

sama setiap harinya. Rata-rata mereka tidak memiliki target penghasilan setiap

harinya. Alokasi pendapatan yang diperoleh beragam, sebagian besar alokasi

penghasilan untuk bertahan hidup yaitu diberikan kepada orangtua dan makan

(30)

Latar Belakang dan Penyebab Anak Turun ke Jalan

Tidak ada satu faktor tunggal yang menyebabkan anak berada, tinggal,

hidup atau bekerja di jalanan melainkan ada banyak faktor (multifaktor) yang

sangat terkait. Pada dasarnya ada tiga faktor utama sebagai penyebab yaitu:

kemiskinan, faktor-faktor keluarga dan pengaruh lingkungan. Setiap faktor bisa

saling tumpang tindih atau terkait dengan faktor lainnya.

Kemiskinan, persoalan dalam keluarga atau hubungan keluarga yang

buruk dan pengaruh lingkungan sebaya yang secara bersamaan dapat memberi

tekanan yang begitu besar pada anak sehingga meninggalkan rumah dan

melarikan diri ke jalan untuk mencari kebebasan, perlindungan dan dukungan

dari jalanan dan dari rekan-rekan senasibnya. Beberapa penelitian menunjukkan

bahwa banyak anak jalanan berasal dari keluarga besar (5-10 jiwa) dengan

orangtua yang tidak bekerja atau bekerja di sektor informal (pemulung,

pedagang, asongan/kaki lima, supir dan sebagainya) berpenghasilan rendah

atau juga petani miskin di desa (Moeliono 2001).

Ada empat hal yang perlu diperhatikan dari faktor keluarga yang

menyebabkan anak di jalan. Pertama, orangtua tunggal yakni wanita sebagai

kepala keluarga. Banyak anak jalanan berasal dari keluarga tanpa ayah. Kedua,

pengalaman atau kejadian traumatis dalam keluarga. Orangtua sakit

berkepanjangan, keluarga terlibat hutang/kredit, perkelahian dalam rumah

tangga, perceraian dan lain-lain menjadikan anak lebih betah tinggal di jalan.

Ketiga, penyalahgunaan dan kekerasan terhadap anak. Penelitian DAI-YKAI

(1994) menunjukkan bahwa 60 persen dari anak jalanan yang diteliti kabur dari

rumah akibat konflik yang dihadapinya di dalam keluarga. Keempat, pandangan

terhadap nilai anak. Dari penelitian Atmajaya di tiga kota, terungkap bahwa

masih banyak juga orangtua di kota dengan kondisi sosial ekonomi rendah

baranggapan bahwa bekerja lebih penting daripada sekolah (Moeliono 2001).

Lingkungan juga mempunyai pengaruh kuat atas pola pikir dan perilaku

seseorang. Dari penelitian yang dilakukan DAI-YKAI (1994) sebesar 79 persen

anak jalanan yang diteliti memperoleh akses menjadi anak jalanan di Jakarta

melalui teman atau kerabat yang sudah lebih dahulu berada di Jakarta. Mereka

umumnya tertarik pada cerita, pengalaman atau penghasilan rekan-rekan atau

kerabatnya yang sudah lebih dahulu berada di Jakarta (Moeliono 2001).

Survai yang dilakukan oleh BPS (2001) terhadap keberadaan anak jalanan

(31)

menyebabkan seorang anak menjadi anak jalanan. Alasan tersebut diantaranya

sebagian besar dari mereka merupakan korban eksploitasi kerja, kemudian

diikuti oleh alasan tidak punya tempat tinggal dan alasan keluarga tidak

harmonis.

Kebanyakan anak jalanan kembali ke rumah pada malam hari dan mereka

turun ke jalan hanya untuk menambah penghasilan mereka sendiri dan keluarga.

Pendapatan ini sangat penting untuk keuangan keluarga karena banyak

orangtua yang memperoleh uang dari anaknya. Hal ini disebabkan rata-rata

pendapatan anak di jalanan lebih besar daripada program beasiswa pemerintah.

Beasiswa ini bertujuan untuk mendorong agar anak tetap sekolah namun tidak

seperti yang diharapkan orangtua bahwa beasiswa dapat mengganti pendapatan

yang diperoleh anaknya (Gurgel et al. 2004). Rumah Singgah

Rumah singgah adalah organisasi sosial atau merupakan organisasi

intregrasi yang sengaja dibentuk karena tujuan-tujuan yang ingin dicapai yaitu

terbinanya anak-anak jalanan. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesejahteraan Sosial Departemen Sosial rumah singgah adalah tempat

penampungan bagi anak jalanan dengan memberikan kemudahan bagi

eksistensi mereka dengan memberikan pelayanan dan pembinaan yang bermisi

sebagai penyiapan untuk masa depannya (Sugiharto 2001).

Tujuan umum rumah singgah adalah membantu anak jalanan mengatasi

masalah-masalahnya dan menemukan alternatif untuk pemenuhan kebutuhan

hidupnya. Kebutuhan anak jalanan menurut Departemen Sosial RI (Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial) adalah kebutuhan makan

3 kali sehari, kebutuhan pakaian, kebutuhan kesehatan, kebutuhan tempat

tinggal, kebutuhan pendidikan, kasih sayang dari orangtua, uang saku dan

cita-cita atau harapan. Fungsi rumah singgah adalah sebagai tempat pertemuan

pekerja sosial dengan anak jalanan, pusat assessment dan rujukan, fasilitator, tempat perlindungan, rumah informasi, kuratif-rehabilitatif, akses terhadap

pelayanan dan resosialisasi (Sugiharto 2001).

Prinsip rumah singgah disusun sesuai dengan karakteristik pribadi maupun

kehidupan anak jalanan untuk memenuhi fungsi dan mendukung strategi. Prinsip

(32)

1. semi institusional yaitu anak jalanan sebagai penerima pelayanan boleh

bebas keluar masuk baik untuk tinggal sementara maupun hanya

mengikuti kegiatan

2. pusat kegiatan yaitu rumah singgah merupakan tempat kegiatan, pusat

informasi dan akses semua kegiatan yang dilakukan didalam maupun

diluar rumah singgah

3. terbuka 24 jam yaitu anak jalanan boleh datang kapan saja

4. hubungan informasi dalam rumah singga bersifat informal seperti

perkawanan dan kekeluargaan

5. bermain dan belajar

6. persinggahan dari perjalanan ke rumah atau ke alternatif lain. Rumah

singgah merupakan persinggahan anak jalanan dari situasi jalanan

menuju situasi lain yang dipilih dan ditentukan oleh anak (Zulfadli 2004).

Pola Aktivitas

Pola aktivitas remaja didefinisikan sebagai kegiatan yang biasa dilakukan

oleh remaja sehari-hari sehingga akan membentuk pola. Aktifitas remaja

mengalokasikan waktunya selama 24 jam dalam kehidupan sehari hari untuk

melakukan suatu jenis kegiatan secara rutin dan berulang ulang (Kartono 1992

dalam Ratnayani 2005). Hasil survai di Jakarta menunjukkan bahwa aktivitas

anak jalanan yang paling dominan adalah mengamen, kemudian mengasong dan

mengemis yang masing-masing sebesar 54,61 persen, 29,85 persen, dan 6,24

persen. Selain itu, banyak anak jalanan yang sudah tidak sekolah lagi yaitu

sebesar 46,89 persen sementara yang masih sekolah dan ingin sekolah tetapi

tidak mampu berturut-turut 27,56 persen dan 16,74 persen (BPS 2001).

Anak jalanan umumnya bekerja antara 4-18 jam per hari jika melakukan

satu atau sejumlah aktivitas dengan rata-rata 11 jam kerja per hari (UNICEF

2001). Dengan jam kerja yang tidak yang menentu, anak jalanan sering ditemui

sampai larut malam mengikuti kehidupan kota. Dengan demikian anak jalanan

hanya bekerja pada siang sampai sore hari dan tidur pada pagi harinya. Selain

itu, aktivitas lain dalam kehidupan anak jalanan adalah mendapatkan tempat

aman untuk tidur, tempat untuk istirahat, mendapatkan uang untuk

bersenang-senang sedikit dan mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan biologis

mereka (Twikromo 1999 dalam Janaka 2000).

Selain melakukan aktivitas dalam mencari nafkah atau dalam pendidikan,

(33)

seharusnya tidak boleh dilakukan oleh anak-anak. Ada tiga ketegori besar

kegiatan negatif yang menyertai kehidupan anak jalanan yaitu merokok,

minum-minuman keras dan mengkonsumsi narkoba (BPS 2001).

Konsumsi Pangan

Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang diperlukan tubuh

setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi.

Kelebihan atau kekurangan dalam jangka waktu yang lama akan berakibat buruk

terhadap kesehatan. Kebutuhan akan energi dan zat gizi bergantung pada

berbagai faktor seperti umur, gender, berat badan, iklim, aktivitas fisik (Almatsier

2006). Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan

yang dimakan (dikonsumsi) seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu.

Definisi ini menunjukkan bahwa konsumsi pangan dapat ditinjau dari aspek jenis

pangan yang dikonsumsi dan jumlah pangan yang dikonsumsi. Dalam

menghitung jumlah zat gizi yang dikonsumsi, kedua informasi ini (jenis dan

jumlah pangan) merupakan hal yang penting. Batasan ini menunjukkan bahwa

konsumsi pangan dapat ditinjau berdasarkan aspek jenis pangan dan jumlah

pangan yang dikonsumsi (Kusharto & Sa’adiyah 2006).

Frekuensi makan mempengaruhi jumlah asupan makanan bagi individu

dimana hal tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat kecukupan gizi

(Sukandar 2007). Frekuesi makan diukur dalam satuan kali per hari, kali per

minggu, maupun kali per bulan. Frekuensi makan pada seseorang dengan

kondisi ekonomi mampu lebih tinggi dibandingkan dengan orang dengan kondisi

ekonomi lemah. Hal ini disebabkan orang yang memiliki kemampuan ekonomi

yang lebih tinggi memiliki daya beli yang tinggi sehingga dapat mengkonsumsi

makanan dengan frekuensi yang lebih tinggi (Khomsan et al. 1998).

Secara umum tujuan survai konsumsi makanan dimaksudkan untuk

mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan

dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga, perorangan serta faktor-faktor

yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut. Berdasarkan jenis data

terdapat dua jenis data yaitu kualitatif dan kuantitatif. Metode yang bersifat

kualitatif biasanya untuk mengetahui frekuensi makanan, frekuensi konsumsi

menurut jenis bahan makanan dan menggali informasi tentang kebiasaan makan

(food habits) serta cara-cara memperoleh bahan makanan tersebut.

Metode-metode pengukuran konsumsi makanan bersifat kualitatif antara

(34)

telepon, metode pendaftaran makanan (food list). Metode secara kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga

dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan

Makanan (DKBM) atau daftar lain yang diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah

Tangga (URT), dafar Konversi Mentah Masak (DKMM) dan Daftar Penyerapan

Minyak (DPM) (Supariasa et al. 2001).

Metode mengingat-ingat (recall method) merupakan salah satu penilaian konsumsi pangan pada tingkat individu. Metode ini dilakukan dengan cara

mencatat jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi. Pengukuran konsumsi

pangan diawali dengan menanyakan jumlah pangan dalam ukuran rumah tangga

setelah itu dikonversikan ke dalam satuan berat. Pada metode ini subjek diminta

untuk mengingat semua makanan yang telah dimakan dalam 24 jam atau sehari

yang lalu. Metode ini dapat menaksir asupan gizi pada individu (Gibson 2005).

Beberapa cara dilakukan oleh anak tunawisma untuk memperoleh pangan.

Cara memperoleh pangan tersebut diantaranya membeli sendiri, diberi oleh

orang lain, sumbangan, tempat sampah atau sisa makanan, pangan yang

diperoleh dari program darurat dan pangan yang diperoleh dari lainnya (Tarasuk

et al. 2005).

Higiene personal

Higiene adalah suatu pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada

usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang

tersebut berada. Usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah datangnya

penyakit pada higiene personal (kesehatan peseorangan) diantaranya sebagai

berikut (Widyati & Yuliarsih 2002) :

1. Mandi minimal dua kali sehari untuk mencegah dan menghindari

penyakit kulit

2. Menyikat gigi

3. Pakaian yang bersih

4. Olahraga

5. Minuman yang direbus

6. Mencuci tangan sebelum memegang makanan

Mencuci tangan merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk

mencegah penyebaran penyakit diare. Sabun dan abu gosok merupakan

pembersih dan desinfektan yang menggunakan air dan dapat digunakan untuk

(35)

penting dalam mencuci tangan adalah setelah buang air besar, setelah

membersihkan anak yang buang air besar dan sebelum makan atau memegang

makanan (WHO 2008). Menurut Depkes RI (2000) kejadian diare erat kaitannya

dengan kebiasaan hidup bersih dan sehat, seperti pemeliharaan higiene

personal. Begitu juga halnya dengan penyakit kulit dan gigi (Sari 2007).

Mandi dan mengganti pakaian secara teratur penting untuk kebersihan dan

penampilan seseorang yang baik. Hal ini juga termasuk higiene pencegahan

terhadap penyakit seperti skabies, cacing gelang, trakoma, konjungtivitis dan

tifus (WHO 2008). Rendahnya higiene personal pada anak jalanan akibat tidur di

jalan dan bekerja di lingkungan tidak sehat merupakan alasan mengapa anak

jalanan mudah terkena penyakit (UNICEF 2001).

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Infeksi pernapasan akut merupakan penyebab masalah kesehatan paling

umum yang terjadi di dunia. WHO telah memperkirakan bahwa terdapat 14-15

juta kematian anak di bawah lima tahun dalam setahun dan sepertiganya adalah

karena infeksi pernapasan akut. Meskipun penyakit ini belum didefinisikan ke

dalam kelompok penyakit, namun infeksi pernapasan akut termasuk di dalamnya

batuk influenza, pneumonia, bronkhitis, dan sejumlah penyakit infeksi lainnya.

Kebanyakan infeksi pernapasan ditemukan di bagian dunia yang lebih dingin

atau di dataran tinggi pada daerah tropis (Webber 2005).

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dapat bersifat akut atau kronik.

Istilah ISPA atau Acute Respiratory Infection (ARI) meliputi tiga unsur yaitu: 1. Infeksi yaitu masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan

berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit

2. Saluran pernapasan yaitu organ mulai dari hidung hingga alveoli. ISPA

secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran

pernapasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ

adenoksa saluran pernapasan (sinus-sinus, rongga telinga tengah dan

pleura)

3. Infeksi akut yaitu infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas

14 hari diambil untuk menujukkan proses akut meskipun untuk beberapa

penyakit yang digolongkan dalam ISPA. Proses ini dapat berlangsung

(36)

Diare

Diare adalah suatu kondisi buang air besar dengan konsistensi yang

lembek sampai encer bahkan dapat berupa air saja yang terjadi lebih sering dari

biasanya (tiga kali atau lebih dari sehari). Diare disebabkan oleh kuman yang ada

pada kotoran manusia, ditularkan melalui lalat atau air yang tidak bersih, tangan

yang tidak bersih dan keracunan makanan. Tanda-tanda diare diantaranya

adalah buang air besar encer terus-menerus (lebih dari tiga kali sehari) kadang

disertai muntah (muntaber) dan panas, nafsu makan berkurang dan selalu haus

serta badan lesu dan lemas (Latifah et al. 2002).

Diare ada dua jenis yaitu diare akut dan kronis. Diare kronis adalah diare

yang berlangsung lebih dari tiga minggu yang disebabkan oleh makanan

tercemar atau penyebab lainnya sedangkan diare akut adalah diare yang timbul

dengan tiba-tiba dan berlangsung beberapa hari. Diare akut lebih sering terjadi

pada bayi dan anak kecil daripada anak yang lebih besar. Penyebab prevalensi

yang tinggi dari penyakit diare di negara yang sedang berkembang yaitu

kontaminasi dari sumber air yang tercemar dan terjadinya defisiensi zat gizi yang

menyebabkan turunnya daya tahan tubuh (As’ad 2002).

Diare akut lebih mudah diobati dibandingkan yang kronis. Diare akut akan

segera hilang setelah gejala atau penyebabnya teratasi. Sebaliknya pengobatan

diare kronis lebih spesifik sebab terlebih dahulu harus menemukan dahulu

penyebabnya sebelum dilakukan tindakan pengobatan. Diare akut dapat

menyebabkan tubuh kekurangan cairan (dehidrasi). Dehidrasi berat sering

menimpa bayi, anak-anak maupun orang dewasa (manula). Jika terlambat

ditanggulangi dapat berakibat fatal. Sebaliknya diare kronis yang berkepanjangan

dapat menyebabkan kekurangan gizi (Uripi 2000). Beberapa hal yang dapat

dilakukan untuk mencegah diare diantaranya menggunakan air bersih dan sehat

untuk minum, masak, mencuci makanan dan peralatan makan, mencuci tangan

dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar,

menggunakan jamban atau kakus sehat ketika buang air besar atau kecil dan

membuang tinja bayi atau anak kecil ke dalam lubang jamban (Latifah et al. 2002).

Penyakit Kulit Folikulitis

Folikulitis adalah infeksi bakteri pada folikel rambut yang menyebabkan

(37)

luar atau di dalam. Folikulitis dapat juga menjurus pada pengembangan furunkel

(furunkulosis) umumnya dikenal sebagai borok atau radang (karbunkel).

Penyebab umum dari folikulitis, borok dan karbunkel adalah bakteri yang disebut

stafilokokus aureus. Faktor yang meningkatkan seseorang untuk terkena folikulitis antara lain luka yang terinfeksi, kebersihan yang buruk, pelemahan

diabetes, kosmetik yang menyumbat pori, pakaian ketat, friksi, pemakaian bahan

kimia dan pengobatan lesi kulit dengan tar atau dengan terapi penghambat,

pemakaian steroid (Sitepoe 1996).

Skabies

Skabies di Indonesia dikenal dengan penyakit kudis. Kulit terasa sangat

gatal di malam hari dan pada kulit didapat vesikula kecil-kecil berisi cairan

bening. Kudis ini disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabei yang memasuki kulit, memakan jaringan kulit dan menaruh telur-telurnya di dalam kulit. Telur akan

menetas dalam waktu 4-8 hari dan nymphanya menjadi dewasa dalam waktu

dua minggu. Karena gatalnya penderita terus menggaruk-menggaruk kulitnya

dan sebagai akibatnya seringkali terjadi infeksi sekunder (Slamet 2006).

Skabies didapat terutama di daerah kumuh dengan keadaan sanitasi yang

sangat jelek. Reservoir skabies adalah manusia; penularan terjadi secara langsung dari orang ke orang ataupun lewat peralatan seperti pakaian. Hal ini

dipermudah oleh keadaan penyediaan air bersih yang kurang jumlahnya. Oleh

karena itu skabies banyak didapat juga sewaktu terjadi peperangan (Slamet

2006). Cara pencegahan skabies diantaranya mandi dengan air bersih dan

menggunakan sabun, gunakan cairan anti kudis jika salah satu anggota

terserang kudis dan jangan menyentuh penderita, pakaian atau peralatan lain

yang digunakan penderita (Latifah et al. 2002). Impetigo

Impetigo adalah infeksi kulit bagian luar yang menular, ditandai oleh bidang

yang melepuh amat kecil dan pecah kemudian menyerang kulit di bawahnya.

Penyakit ini dapat muncul hampir dimana pun tetapi biasanya tampak pada

daerah di sekitar hidung dan mulut. Gangguan ini yang biasanya muncul di akhir

musim panas atau awal musim gugur, menyebar lebih mudah pada bayi, anak

kecil dan orangtua.

Faktor-faktor resiko tertentu seperti higiene yang buruk, anemia, kurang

gizi, dan iklim hangat dapat meningkatkan kemungkinan berjangkitnya infeksi ini.

(38)

yang ditandai oleh pembukaan lesi. Impetigo disebabkan oleh infeksi bakteri.

Tipe-tipe bakteri yang menghasilkan bakteri ini antara lain Stafilokokus aureus dan kadang-kadang kelompok Streptokokus beta hemolitikus A (Sitepoe 1996). Tinea

Tinea adalah infeksi jamur yang dapat mempengaruhi kulit kepala (tinea

kapitis), tubuh (tinea korporis), kuku (tinea unguium), kaki (tinea pedis), kunci

paha (tinea kruris) dan kulit berjambang (tinea barbar). Infeksi tinea disebabkan

oleh jamur Trichophyton, Microsporum dan Epidermophyton. Tranmisi dapat muncul secara langsung melalui kontak dengan lesi yang terinfeksi atau secara

tidak langsung melalui kontak dengan benda-benda terkontaminasi seperti

sepatu, handuk atau kamar mandi dus (Sitepoe 1996).

Dermatitis Atropik

Dermatitis atropik adalah penyakit kulit menahun atau kronik yang sangat

mengganggu bagi seluruh keluarga karena sulit untuk disembuhkan dan sangat

gatal. Penyakit ini dapat terjadi pada segala usia namun banyak dijumpai pada

anak-anak. Dapat mengenai bagian pipi, kaki, lengan dan punggung, tungkai

bawah, lipatan siku-lutut, tangan, bibir, kelopak mata dan kulit kepala.

Gejala dermatitis atropik dapat berupa kulit kering dan bersisik, sensitif dan

mudah terangsang, kulit merah dan basah (eksim), penebalan kulit terutama di

daerah yang sering mengalami garukan disertai dengan perubahan warna

menjadi lebih gelap akibat peningkatan jumlah pigmen kulit serta rentan terhadap

perubahan suhu (Boediarja 2002).

Status Gizi dan Kesehatan

Status gizi adalah salah satu aspek status kesehatan yang dihasilkan dari

asupan, penyerapan, dan penggunaan pangan serta terjadinya infeksi, trauma,

dan faktor metabolik yang mungkin terjadi karena adanya patologi. Status

makanan merupakan salah satu aspek yang mengacu pada konsumsi pangan

seseorang, kelompok pangan atau zat gizi. Status makanan dan status gizi tidak

sepenuhnya sama karena konsumsi pangan tidak hanya faktor yang temasuk

dalam faktor penyebab tetapi asupan makanan diperlukan untuk menjaga

kesehatan (Rippe 2001). Pada keluarga yang berlatarbelakang sosial dan

ekonomi yang rendah atau miskin umumnya menghadapi masalah kekurangan

gizi (disebut gizi kurang). Resiko penyakit yang mengancam mereka adalah

(39)

intelektual dan produktivitas kerja bahkan sebagian berisiko cacat seumur hidup

yaitu buta karena kurang vitamin A, cebol, kretin, dan cacat mental karena

kurang zat iodium dalam tingkat parah (Soekirman 2000).

Terjadinya masalah gizi kurang tidak hanya karena asupan gizi yang

kurang karena makanan yang kurang tetapi juga dipengaruhi oleh penyakit

infeksi. Anak yang mendapat makanan yang cukup tetapi sering diserang diare

atau ISPA dan demam akhirnya dapat menderita kurang gizi. Pada anak yang

makanannya tidak cukup maka daya tahan tubuhnya melemah. Dalam keadaan

demikian mudah diserang penyakit infeksi yang dapat mengurangi nafsu makan

dan akhirnya dapat menderita kurang gizi (Azwar 2004). Penyebab malnutrisi

pada anak jalanan adalah ganda dan berhubungan. Konsumsi makanan busuk,

ketidakcukupan asupan zat gizi esensial, kebiasaan makan yang salah, dan sakit

yang berulang-ulang menyebabkan malnutrisi (UNICEF 2001). Kurang gizi

dihubungkan dengan gangguan kognitif dan fungsi fisiologi serta terjadi

peningkatan resiko terhadap penyakit. Selain itu masalah gizi dapat

mempengaruhi masalah kesehatan seperti depresi, gangguan penyerapan zat,

tuberkulosis, hepatitis B, HIV, penyakit kelamin menular, dan lain-lain yang

merupakan prevalensi pada anak-anak tunawisma di Kanada (Tarasuk et al. 2005).

Status kesehatan adalah situasi kesehatan yang dialami oleh seseorang

dan penyakit yang diderita merupakan salah satu faktor yang berhubungan

dengan keadaan kesehatan seseorang (Astawan & Wahyuni 1987 dalam

Almasari 2007). Status kesehatan individual diartikan sebagai hasil proses yang

digambarkan oleh fungsi produksi kesehatan yang menghubungkan status

kesehatan dengan bermacam-macam input kesehatan (pelayanan kesehatan,

makanan dan sanitasi lingkungan) (Hardjono 2000).

Status kesehatan dapat diukur dengan sebuah indikator kesehatan.

Indikator yang dapat digunakan adalah angka kesakitan (morbiditas) dan angka

kematian (mortalitas). Morbiditas lebih mencerminkan keadaan kesehatan

sesungguhnya. Morbiditas berhubungan erat dengan faktor lingkungan seperti

perumahan, air minum dan kesehatan serta faktor kemiskinan, kekurangan gizi

serta pelayanan kesehatan di suatu daerah (Subandriyo 1993 dalam Fitriyani

2008). Status kesehatan merupakan bagian dari tingkat kesejahteraan

masyarakat. Status kesehatan ini dapat diukur secara langsung dan tidak

(40)

medis oleh tenaga kesehatan sedangkan secara tidak langsung diukur dengan

pendekatan subjektif melalui persepsi penduduk tentang kesehatan (BPS 2004

dalam Fitriyani 2008).

Pada tahun 2003, dilaporkan penyakit anak jalanan rumah singgah

Yayasan Masyarakat Sehat (YMS) Bandung sebagai berikut :

Tabel 1 Data kesehatan anak jalanan YMS tahun 2003

No. Jenis Penyakit Jumlah Persentase 1. Diare 25 orang 34,72 2. Gatal-gatal dan infeksi kulit 19 orang 26,39 3. Sakit gigi 11 orang 15,28 4. Flu, pilek, demam 8 orang 11,11 5. Anemia 3 orang 4,17 6. Cacingan 2 orang 2,78 7. Demam berdarah 1 orang 1,39 8. TBC 1 orang 1,39 9. Kecelakaan 1 orang 1,39 10. Typhoid 1 orang 1,39 Total 72 orang 100 Sumber : Lembaga Perlindungan Anak Jabar, 2004

Tabel 1 diatas memperlihatkan bahwa tiga penyakit dengan angka tertinggi

adalah diare, gatal-gatal dan infeksi kulit, serta penyakit gigi (Sari 2007). Anak

jalanan selalu memiliki resiko tinggi terkait masalah kesehatan kronis seperti

penyakit pernapasan, infestasi parasit, infeksi kulit dan penyalahgunaan

obat-obatan dan masalah kesehatan terkait paparan penyakit lain. Penyakit akan

meningkatkan kebutuhan gizi anak jalanan dan sebaliknya imunitas mereka

menjadi lebih rendah sehingga dapat membentuk lingkaran setan. Lingkungan

tempat tinggal anak jalanan yang tidak sehat dan kurangya ketersediaan serta

penggunaan pelayanan kesehatan juga merupakan faktor penyebab malnutrisi

(41)

Kerangka Pemikiran

Anak jalanan menghabiskan waktu lebih dari 4 jam di jalanan baik untuk

bekerja maupun kegiatan lainnya. Aktivitas yang dilakukan dapat berupa

mengamen, mengemis, memulung, menjadi kuli angkut, berjualan dan jasa

lainnya. Aktivitas ini biasanya dilakukan setiap hari sehingga menjadi pola

aktivitas anak jalanan. Waktu anak jalanan yang banyak dihabiskan di jalan akan

menyebabkan kebiasaan makan menjadi tidak teratur. Kebiasaan makan anak

jalanan berupa frekuensi makan dan cara anak jalanan memperoleh pangan.

Kebiasaan makan anak jalanan yang tidak teratur akan mengakibatkan

konsumsi makan menjadi kurang teratur pula. Selain pola aktivitas dan

kebiasaan makan, konsumsi pangan dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya pendapatan dan tingkat pendidikan. Pendapatan yang diperoleh

anak jalanan menentukan jenis, kualitas dan jumlah pangan yang dikonsumsi.

Konsumsi pangan secara langsung mempengaruhi status gizi anak jalanan.

Tingkat konsumsi pangan anak jalanan yang rendah baik kualitas maupun

kuantitasnya akan menyebabkan status gizi mereka menjadi rendah.

Selain status gizi, masalah yang terjadi pada anak jalanan adalah

kesehatan. Aktivitas yang banyak dilakukan di jalan menyebabkan anak jalanan

kurang memperhatikan kebersihan pribadi seperti mengganti pakaian, mencuci

tangan, memotong kuku dsb. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya penyakit

seperti diare, ISPA dan infeksi kulit.

Status gizi dapat mempengaruhi status kesehatan dan sebaliknya. Status

gizi yang rendah dapat menyebabkan anak jalanan rentan terhadap penyakit

sedangkan status kesehatan yang rendah dapat menyebabkan status gizi yang

buruk karena zat gizi tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Dengan demikian

anak jalanan memerlukan perhatian dan berhak mendapatkan status gizi dan

kesehatan yang baik karena anak jalanan merupakan aset sumber daya manusia

(42)

Higiene personal

Kerangka Pemikiran

Gambar 1 Kerangka pemikiran

Keterangan :

Hubungan yang diteliti

Hubungan yang tidak diteliti

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

Karakteristik anak jalanan: umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan

Pola aktivitas

Karakteristik keluarga

Kebiasa an makan

Konsumsi pangan

Status gizi dan kesehatan

Sanitasi tempat tinggal

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran
Tabel 2 Jenis dan cara pengumpulan data
Tabel 4 Sebaran ayah dan ibu anak jalanan berdasarkan jenis pekerjaan
Tabel 5 Sebaran rumah tangga berdasarkan pendapatan keluarga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika 9 siswa bukan penggemar group musik Wali maupun Dewa, maka banyak siswa yang menjadi penggemar Wali dan sekaligus penggemar Dewa adalah…a. Gradien garis PQ di

[r]

Sumber daya manusia merupakan kemampuan dan kesadaran yang dimiliki pegawai dalam melaksanakan pekerjaan, mengambil keputusan yang relevan dengan keahlian, pengalaman,

Jika yang masuk ke dalam tubuh organisme hidup adalah unsur logam berat yang beracun seperti Hg, maka dapat dipastikan bahwa organisme tersebut akan langsung keracunan..

Dari hasil dan pembahasan yang sudah dijelaskan di atas, maka disimpulkan bahwa periklanan menggunakan media sosial memang terbilang cukup mudah, kita dapat membuat

Serta dapat mempromosikan produk Simpedes tersebut pada masyarakat sehingga bank tidak merasa dirugikan dalam proses penelitian pembukaan rekening tabungan simpedes yang pada

Linear Programming atau Program Linear adalah suatu cara dalam matematika yang digunakan untuk memecahkan masalah optimasi dalam bidang industri, perbankan,

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) Proses pembelajaran teknik scroll dalam pembuatan produk kriya kayu kreatif pada siswa kelas XI Kriya Kayu SMK Negeri 9