• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu

Penelitian ini menggunakan desain prospective study berdasarkan data hasil survei sosial ekonomi nasional (Susenas) Provinsi Riau tahun 2008-2010. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive yang didasarkan pada konsumsi pangan penduduk yang masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari konsumsi energi penduduk di Provinsi Riau pada tahun 2010 yaitu 1903,59 kkal/kapita/hari (BPS 2010). Konsumsi energitersebut berada di bawah konsumsi energi yang dianjurkan WNPG VIII yaitu 2000 kkal/kapita/hari. Kegiatan penelitian ini mencakup interpretasi data, rekapitulasi data, pengolahan dan analisis data yang dilakukan di Bogor, Jawa Barat, mulai dari bulan Mei-November 2012.

Jenis dan Cara Pengambilan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang meliputi data karakteristik wilayah, data konsumsi pangan, dan data jumlah penduduk Provinsi Riau.Data karakteristik wilayah dan jumlah penduduk diperoleh dari badan pusat statistik (BPS). Data konsumsi pangan menurut jenis dan kelompok pangan penduduk di Provinsi Riau tahun 2008-2010 diperoleh dari data hasil survei sosial ekonomi nasional (Susenas) dari BPS.

Data rumahtanggasampel Susenas merupakan rumahtangga yang sama setiap periode selama tiga tahun, sehingga disebut Susenas panel. Susenas panel Maret 2010 merupakan sampel Susenas tahun ketiga Susenas Panel periode 2008-2010, sehingga rumah tangga sampelnya adalah rumah tangga yang sama pada pelaksanaan panel Maret 2008 (BPS 2010). Data yang dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis dan sumber data

No Data Sumber Instansi

1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan

Data susenas 2008, 2009, 2010

BPS, Jakarta

2 Jumlah penduduk Laporan Sensus

penduduk 2008,2009,2010

BPS, Provinsi Riau

3 Karakteristik Wilayah Keadaan umum wilayah

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data konsumsi pangan dilakukan dengan menggunakanMicrosoft Exel dan program “Perencanaan pangan dan Gizi Wilayah” yang dikembangkan oleh Heryatno, Martianto, dan Baliwati (2007). Analisis data dilakukan secara deskriptif.Analisis situasi dan kebutuhan konsumsi pangan penduduk di Provinsi Riau dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: Analisis Situasi Konsumsi Pangan

Analisis situasi konsumsi pangan penduduk diukur secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis konsumsi pangan penduduk di Provinsi Riau secara kuantitatif dilakukan dengan mengukur tingkat kecukupan energi dan tingkat kecukupan protein terhadap angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) VIII tahun 2004 menganjurkan konsumsi energi penduduk Indonesia adalah 2000kkal/kapita/hari sedangkan konsumsi protein adalah 52 g/kapita/hari. Jumlah konsumsi tersebut harus dipenuhi agar setiap orang dapat hidup sehat, aktif, dan produktif. 

    Perhitungan tingkat kecukupan gizi dirumuskan sebagai berikut: a. Tingkat kecukupan energi

TKE = [(Konsumsi energi aktual)/ (Angka kecukupan energi)] x 100% b. Tingkat kecukupan protein

TKP = [(Konsumsi protein aktual)/ (Angka kecukupan protein)] x 100% Berdasarkan perhitungan tersebut, tingkat kecukupan energi dan protein dikelompokkan menurut kriteria Departemen Kesehatan tahun 1996 sebagai berikut :

a. Kurang dari 70% AKE : defisit berat

b. 70-79% AKE : defisit tingkat sedang c. 80-89% AKE : defisit tingkat ringan d. 90-119% AKE : normal (tahan pangan) e. 120% ke atas AKE : kelebihan/diatas AKE

Kemudian dilakukan analisis konsumsi pangan secara kualitatif yang dicerminkan dari konsumsi pangan yang beragam secara seimbang. Ukuran keseimbangan dan keragaman pangan dapat dilakukan dengan pendekatan skor pola pangan harapan (PPH). Pola pangan harapan (PPH) merupakan jenis dan jumlah kelompok pangan utama yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi. Kebutuhan energi dari berbagai kelompok pangan dikatakan terpenuhi apabila sesuai PPH. Semakin tinggi skor PPH maka konsumsi pangan

semakin beragam dan seimbang. Apabila skor PPH mencapai 100 maka wilayah tersebut dikatakan tahan pangan. Skor mutu pangan yangideal dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Skor Pola Pangan Harapan ideal

No Kelompok Pangan

Komposisi PPH Ideal

Berat (gram)

Bobot % AKE Skor

maksimum

1 Padi-padian 0,5 50 25 275,0

2 Umbi-umbian 0,5 6 2,5 90,0

3 Pangan hewani 2 12 24 140,0

4 Minyak & lemak 0,5 10 5 25,0

5 Buah/ biji berminyak 0,5 3 1 10,0

6 Kacang-kacangan 2 5 10 35,0

7 Gula 0,5 5 2,5 30,0

8 Sayur & buah 5 6 30 230,0

9 Lain-lain 0 3 0 15,0

Jumlah 100 100

Sumber: BKP (2006)

Adapun langkah-langkah perhitungan skor PPHadalah sebagai berikut:

1. Melakukan perhitungan energi total yang diperoleh dari semua bahan pangan untuk seluruh kelompok pangan dengan bantuan daftar komposisi bahan makanan (DKBM). Perhitungan dilakukan dengan mengkonversi bentuk, jenis, dan satuan pangan yang dikonsumsi perkapita dalam satuan dan jenis komoditas yang disepakati dan dikelompokkan menjadi 9 kelompok, meliputi :

a. Padi-padian (beras, jagung, terigu, dan hasil olahannya)

b. Umbi-umbian (ubi kayu, ubi jalar, kentang, talas, sagu dan hasil olahannya)

c. Pangan hewani (daging ruminansia, daging unggas, telur, susu, ikan, dan hasil olahannya)

d. Minyak dan lemak (minyak kacang tanah, minyak kelapa, minyak kelapa sawit, dan lemak)

e. Buah dan biji berminyak (kelapa, kemiri, kenari, mete, coklat)

f. Kacang-kacangan (kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau, kacau merah, kacang lain serta hasil olahannya)

g. Gula (gula pasir, gula merah, sirup)

h. Sayuran dan buah-buahan (semua sayur dan buah dan hasil olahannya) i. Lain-lain (bumbu dan minuman)

2. Menghitung kontribusi konsumsi energi berupa persentase energi dari setiap kelompok pangan terhadap konsumsi energi total. Langkah ini

dilakukan dengan membagi energi masing-masing kelompok pangan dengan jumlah konsumsi energi total kemudian dikalikan 100%.

3. Menghitung kontribusi TKE berupa persentase energi masing-masing kelompok pangan terhadap AKE yang dianjurkan WNPG VIIItahun 2004 yaitu 2000 kkal.

4. Mengalikan % TKE dengan bobot sehingga diperoleh skor untuk setiap kelompok pangan. Apabila skor melebihi skor maksimum maka digunakan skor maksimal. Apabila skor lebih rendah dari skor maksimum maka yang diambil adalah skor yang lebih rendah tersebut.

5. Menjumlahkan skor semua kelompok pangan sehingga diketahui skor PPH konsumsi pangan.

Contoh perhitungan skor PPH konsumsi pangan disajikan dalam Tabel 2 berikut.

Tabel 3 Contoh perhitungan skor PPH konsumsi pangan penduduk di Provinsi Riau tahun 2010

No Kelompok Pangan Kalori % %

TKE Bobot Skor Maksimum Skor PPH 1 Padi-padian 1083,1 56,9 54,2 0,5 25,0 25,0 2 Umbi-umbian 35,3 1,9 1,8 0,5 2,5 0,9 3 Pangan hewani 213,6 11,2 10,7 2,0 24,0 21,4

4 Minyak dan lemak 266,0 14,0 13,3 0,5 5,0 5,0

5 Buah/biji berminyak 64,6 3,4 3,2 0,5 1,0 1,0

6 Kacang-kacangan 35,3 1,9 1,8 2,0 10,0 3,5

7 Gula 104,1 5,5 5,2 0,5 2,5 2,5

8 Sayur dan buah 75,5 4,0 3,8 5,0 30,0 18,9

9 Lain-lain 26,0 1,4 1,3 0,0 0,0 0,0

Total 1904 100 82,6 100,0 78,2

% TKE = {(konsumsi energi aktual)/AKE} x 100% = Kkal/2000 x 100%

Skor PPH = % TKE x bobot

Proyeksi Konsumsi dengan Pendekatan Skor PPH

Pada penelitian ini, target pencapaian skor PPH konsumsi adalah 90 pada tahun 2015 sesuai dengan SPM. Tahun dasar yang digunakan adalah hasil perhitungan skor PPH aktual tahun 2010. Sedangkan untuk acuan sasaran yaitu skor PPH 90 pada tahun 2015 dengan acuan ideal skor PPH 100. Penyusunan target skor PPH konsumsi pangan sampai tahun 2015, dihitung menggunakan teknik interpolasi linear dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

St = skor mutu pangan tahun t

S0 = skor mutu pangan tahun awal S2015 = skor mutu pangan tahun 2015

n = selisih tahun antara tahun 2015 dengan tahun awal dt = selisih waktu antara tahun yang dicari dengan tahun awal

Analisis Proyeksi Kebutuhan Konsumsi Pangan Berdasarkan PPH di Provinsi Riau

Analisis proyeksi kebutuhan konsumsi pangan penduduk di Provinsi Riau pada tahun 2011-2015 dihitung dengan cara mengalikan proyeksi konsumsi pangan pada tahun 2011-2015 dengan jumlah penduduk proyeksi pada tahun tersebut. Adapun perhitungannya yaitu dengan menggunakan rumus:

Jumlah penduduk proyeksi

Jumlah penduduk proyeksi dihitung dengan pendekatan ekstrapolasi atau trend berdasarkan perkembangan pertumbuhan penduduk untuk meramalkan jumlah penduduk pada tahun t, dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

P0 = jumlah penduduk tahun dasar 0 = tahun dasar

L = laju pertumbuhan penduduk T = tahun yang dicari

Kebutuhan konsumsi pangan = kg/tahun kebutuhan konsumsi x jumlah penduduk wilayah (ribu ton/tahun) 1000 proyeksi

Kebutuhan konsumsi pangan = gram kebutuhan konsumsi x 365 penduduk (kg/kapita/tahun) 1000

Definisi Operasional

Konsumsi Pangan adalah sejumlah makanan dan atau minuman yang dimakan atau diminum oleh manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hayatinya. Pola konsumsipangan adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata per orang per hari yang umum dikonsumsi penduduk Provinsi Riau.

Pola Pangan Harapan (PPH) adalah komposisi atau susunan pangan yang didasarkan pada kontribusi energinya dalam memenuhi kebutuhan gizi secara kuantitas, kualitas maupun keragamannya dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, dan citarasa (FAO-RAPA 1989).

Skor PPH (Skor PPH) adalah angka yang menunjukkan mutu pangan yang dikonsumsi penduduk di Provinsi Riau berdasarkan data Susenas.

Konsumsi energi adalah sejumlah energi pangan yang dinyatakan dalam kalori yang dikonsumsi penduduk Provinsi Riau rata-rata per orang per hari.

Angka kecukupan energi adalah sejumlah energi pangan yang diperlukan oleh seseorang atau rata-rata kelompok orang untuk memenuhi kebutuhannya.

Tingkat konsumsi energi adalah proporsi konsumsi energi aktual penduduk terhadap angka kecukupan energi yang dianjurkan WNPG VIII tahun 2004 (2000 kkal/kapita/hari) untuk hidup sehat, aktif, dan produktif.

Proyeksi konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang dibutuhkan untuk konsumsi secara normatif pada tahun 2011-2015 sesuai skor PPH dengan teknik interpolasi linier.

Kebutuhan konsumsi pangan jenis dan jumlah pangan yang diperlukan untuk dimakan oleh seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu sesuai dengan PPH.

Kebutuhan konsumsi pangan Wilayah adalah banyaknya pangan menurut jenis yang harus disediakan oleh Provinsi Riau untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan penduduk dan mengacu pada target skor PPH konsumsi pangan pada tahun 2015.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait