• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

Desain, Waktu dan Tempat

Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dimana pengumpulan data dan informasi dilakukan dalam satu kali survei pada kelompok pengelola HKm di Kabupaten Lampung Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai November 2008.

Metode Pengambilan Contoh

Populasi penelitian adalah rumahtangga petani HKm yang kelompoknya telah mendapatkan ijin pengelolaan HKm selama 35 tahun yang tinggal menetap dan menggarap sendiri lahan Hkmnya. Rumahtangga petani Hutan Kemasyarakatan dipilih sebagai lokasi penelitian karena memiliki kekhasan sebagai rumahtangga yang kehidupannya bergantung pada hutan. Satuan contoh adalah rumahtangga petani Hkm. Ukuran populasi sebesar 1.082 rumahtangga dengan 5 kelompok yang telah memperoleh ijin Pengelolaan Hkm selama 35 tahun. Dari populasi tersebut diambil contoh sebesar 90 rumahtangga. Ukuran sampel didasarkan pada akurasi rata-rata konsumsi energi anggota rumahtangga petani HKm. Jika akurasi konsumsi energi per kapita per hari sebesar d = 41,32 kal/kap/hari dengan probability sebesar 1-α = 0,95 dengan standart deviasi sebesar 200 kal/kap/hari maka diperoleh ukuran sampel sebagai berikut:

Keterangan : σ : standar deviasi α : selang kepercayaan

tα/2(v) : t tabel pada selang kepercayaan 0,05

d : akurasi konsumsi energi

       σ2 .

t

2 α/2(v)      n = d2        2002 x 1,962      n = = 90 41,322

 

Sampel rumahtangga sejumlah 90 tersebut diatas kemudian dialokasikan secara proporsional untuk tiap kelompok tani HKm berdasarkan jumlah rumahtangga HKm yang memenuhi kriteria jumlah populasi kelompok tani HKm. Sebaran contoh penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah dan sebaran contoh penelitian

No Nama Kelompok Jumlah

populasi Jumlah unit contoh 1. 2. 3. 4. 5. Bina Wana

KMPH Mitra Wana Lestari Sejahtera KPPSDA Setia Wana Bakti

Rimba Jaya KMPH Rigis Jaya II 493 73 145 297 74 41 6 12 25 6 Jumlah 1082 90

Jenis dan Cara Pengambilan Data

Data yang digunakan untuk penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Tabel 2 menyajikan rincian jenis data dan variabel serta cara pengembilan data primer. Data sekunder meliputi profil gambaran dan kondisi Hutan Kemasyarakatan di Kabupaten Lampung Barat yang diperoleh dari Dinas Kehutanan Kabupaten Lampung Barat dan data kelompok tani Hkm.

Tabel 2 Jenis data yang dikumpulkan

No Jenis data Variabel Cara pengambilan data 1. 2. 3. 3. Karakteristik demografi RT Karakteristik sosial dan budaya Karakteristik Ekonomi RT Pola Konsumsi Konsumsi Jumlah anggota RT Umur anggota RT Pendidikan ibu RT Suku Pekerjaan sampingan Lama menetap Pendapatan RT Pengeluaran RT Kebiasaan makan (frekuensi makan, jumlah dan berat pangan)

Pantangan

Konsumsi energi dan protein

Wawancara menggunakan

kuesioner dan kartu keluarga Wawancara menggunakan kuesioner Wawancara menggunakan kuesioner Wawancara menggunakan kuesioner frekuensi konsumsi pangan

 

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah terkumpul dianalisis dan disajikan dalam bentuk rataan, distribusi frekuensi, tabulasi silang dan presentase. Untuk menghitung konsumsi energi dan konsumsi protein, tingkat kecukupan konsumsi energi dan protein, skor PPH dan mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi energi dan protein dilakukan dengan cara:

1. Konsumsi energi dan protein rumahtangga diperoleh dengan mengolah data pangan dengan dikonversikan ke dalam bentuk energi dan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan makanan atau DKBM (Depkes RI, 1995). Secara umum rumus yang digunakan untuk mengetahui kandungan zat gizi konsumsi makanan yang berasal dari pangan yang beragam adalah:

Dimana :

Kgij = Kandungan zat gizi i dari bahan makanan j i = energi atau protein

Bj = Berat bahan makanan j (gram) Gij = Zat gizi I dari bahan makanan j

BDDj = Bagian dapat dimakan dari suatu bahan makanan (j)

2. Kecukupan Energi dan Protein diperoleh dengan menganalisis secara deskriptif berdasarkan AKE dan AKP rata-rata yang ideal hasil dari Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tahun 2004 yaitu 2000 Kkal per kapita/hari untuk energi dan 52 gram per kapita/hari untuk protein.

3. Tingkat Kecukupan zat gizi dihitung dengan membagi konsumsi zat gizi dengan angka kecukupan kemudian dikalikan 100 %. Klasifikasi tingkat konsumsi zat gizi untuk energi dan protein yang digunakan adalah klasifikasi menurut Suhardjo (1995) yaitu:

a) Konsumsi baik apabila konsumsi zat gizi 90–100 % dari kecukupan.

b) Konsumsi cukup, apabila konsumsi zat gizi antara 80–90 % dari kecukupan.

c) Konsumsi kurang apabila konsumsi zat gizi antara 70–80 % dari kecukupan.

d) Konsumsi buruk, apabila konsumsi zat gizi < 70 % kecukupan. KGij = (Bj/100) X Gij X (BDDj/100)

 

4. Menghitung skor PPH dengan:

1) Pengelompokan pangan menjadi 9 kelompok yaitu:

a) Padi-padian: beras dan olahannya, jagung dan olahannya, gandum dan olahannya;

b) Umbi-umbian: ubi kayu dan olahannya, ubi jalar, kentang, talas, dan sagu;

c) Pangan hewani: daging dan olahannya, ikan dan olahannya, telur, susu dan olahannya;

d) Minyak dan lemak: minyak kelapa, minyak sawit, margarin, dan lemak hewani;

e) Buah/biji berminyak: kelapa, kemiri, kenari, dan coklat;

f) Kacang-kacangan: kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau, kacang merah, kacang polong, kacang mete, kacang tunggak, kacang lain, tahu, tempe, tauco, oncom, sari kedelai, dan kecap; g) Gula: gula pasir, gula merah, sirup, minuman jadi dalam botol/kaleng; h) Sayur dan buah: sayur segar dan olahannya, buah segar dan

olahannya;

i) Lain-lain: teh, kopi, terasi, cengkeh, ketumbar, merica, pala, asam, dan bumbu masak;

2) Menghitung konsumsi energi menurut kelompok pangan.

3) Menghitung total konsumsi dari kelompok pangan 1 sampai dengan 9. 4) Menghitung kontribusi energi tiap kelompok pangan ke 1 s/d ke 9.

Ini merupakan langkah untuk menilai pola/komposisi konsumsi pangan dengan cara menghitung kontribusi energi menurut AKG (AKE konsumsi untuk rata-rata nasional tahun 2004 adalah 2000 kkal/kap/hari) dari setiap kelompok pangan, dalam bentuk persen (%), dengan rumus sebagai berikut:

5) Melakukan pencantuman bobot atau rating setiap kelompok pangan. 6) Menghitung skor AKG (berdasarkan kecukupan energi).

7) Melakukan penetapan skor PPH setiap kelompok pangan dengan perhatikan skor maksimal.

Energi kelompok pangan 2000 kkal/kap/hr

 

5. Untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi zat gizi rumahtangga dilakukan uji statistik regresi linier berganda dengan persamaan dasar sebagai berikut:

Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 Dimana :

Yi = Konsumsi zat gizi rumahtangga

e = energi(KKal/kapita) dan p = protein(gram/kapita) a = Konstanta

b(1-5) = Koofisien regresi untuk masing-masing faktor yang diamati x1 = Pendapatan rumahtangga (rupiah per kapita/bulan)

x2 = Pengeluaran pangan rumahtangga (rupiah per kapita/bulan) x3 = Jumlah anggota rumahtangga (orang)

x4 = Pendidikan ibu rumahtangga (tahun) x5 = Suku/etnik

Batasan Operasional

Hutan Kemasyarakatan adalah adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat setempat. Penyelenggaraan hutan kemasyarakatan dimaksudkan untuk pengembangan kapasitas dan pemberian akses terhadap masyarakat setempat dalam mengelola hutan secara lestari guna menjamin ketersediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat untuk memecahkan persoalan ekonomi dan sosial yang terjadi di masyarakat dengan azas manfaat dan lestari secara ekologi, ekonomi, sosial dan budaya, azas musyawarah mufakat, dan azas keadilan.

Jumlah anggota rumahtangga adalah jumlah anggota rumahtangga (orang) yang terdiri dari ayah, ibu, anak-anak dan lainnya yang tinggal bersama dan masak makanan untuk dikonsumsi dalam satu dapur.

Kebiasaan makan adalah cara-cara seseorang atau sekelompok orang dalam memilih pangan dan makanan sebagai reaksi atas pengaruh psikologis fisiologis, budaya dan sosial, mencakup pola konsumsi pangan, pantangan dan preferensi terhadap pangan.

Kebutuhan pangan ideal adalah kebutuhan pangan yang didasarkan pada kecukupan ideal dengan menggunakan pola konsumsi aktual.

 

Konsumsi pangan adalah jumlah pangan dan zat gizi yang dikonsumsi oleh rumahtangga yang dihitung dengan mengukur jumlah bahan makanan yang dimasak untuk dikonsumsi beserta kandungan gizinya (energi dan protein).

Pantangan makan adalah bahan makanan tertentu yang tabu untuk dikonsumsi rumahtangga karena alasan alasan-alasan tertentu.

Pendapatan rumahtangga adalah keseluruhan pendapatan (rupiah) yang diperoleh rumahtangga, termasuk hasil usaha sampingan dan dihitung dengan satuan rupiah.

Pengeluaran pangan rumahtangga adalah jumlah uang yang dikeluarkan rumahtangga untuk memenuhi kebutuhan pangan.

Pola konsumsi pangan adalah susunan beragam pangan yang biasa dimasak dan dikonsumsi oleh keluarga sehari-hari. Disusun berdasarkan frekuensi makan, jenis dan jumlah pangan yang dimakan yang dipengaruhi oleh kebiasaan makan, preferensi dan pantangan. Didapatkan dengan recall menggunakan Food Frequensi Quesioner.

Preferensi terhadap bahan pangan adalah tingkat menyukai atau tidak menyukai atas pangan tertentu.

Rumahtangga petani HKm adalah rumahtangga petani yang tergabung dalam kelompok petani Hutan Kemasyarakatan yang telah mendapatkan ijin untuk mengelola hutan negara dalam hal ini hutan lindung untuk memperoleh hasil hutan non kayu.

Tingkat pendidikan ibu rumahtangga adalah lamanya pendidikan formal (tahun) yang pernah dijalani oleh ibu rumahtangga.

Angka Kecukupan Energi adalah angka kecukupan energi rata-rata nasional hasil Widya Karya Pangan Nasional Pangan dan Gizi tahun 2004 sebesar 2000 Kkalori per kapita/hari.

Angka Kecukupan Protein adalah angka kecukupan energi rata-rata nasional hasil Widya Karya Pangan Nasional Pangan dan Gizi tahun 2004 sebesar 52 gram per kapita/hari.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait