• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di DAS Ciliwung Hulu, yang terletak di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang secara administratif meliputi 4 wilayah kecamatan yaitu Bogor Timur, Ciawi, Megamendung dan Cisarua. Secara geografis wilayah penelitian terletak diantara 6º37’30”- 6º46’30” LS dan 106º49’30” - 107º00’30” BT (Gambar 2.)

Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian

Metode Pengumpulan Data

Data yang diperlukan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden dan data hasil survey lapangan. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi terkait serta dari hasil-hasil penelitian yang terdahulu.

Adapun kebutuhan data primer dan sekunder untuk penelitian ini disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Data Primer dan Sekunder yang Diperlukan

No. Jenis Data Sumber Data

I.

II.

Data Primer

1. Sifat fisik & kimia tanah : Jenis tanah, kedalaman solum, tekstur tanah, pH tanah, kemiringan lereng, KTK, C-org

2. Data jenis dan jumlah tanaman hortikultura tahunan

Data Sekunder

1. Data klimatologi (Curah hujan, suhu udara, dll) 2. Tutupan tataguna lahan

3. Jenis tanah

4. Data sebaran tanaman hortikultura tahunan

6. Data analisis usaha tani buah-buahan (pupuk, pestisida, tenaga kerja, peralatan, harga jual, dan sewa lahan)

7. Data spasial :

- Peta Rupa Bumi Digital Indonesia (Lembar Ciawi, Cisarua & selabintana skala 1 : 25.000

- Peta Satuan Lahan skala 1 : 25.000 - Citra Satelit Iconos

- Citra Satelit Google Earth

Pengukuran/Analisis laboratorium Survey/responden masyarakat, petugas pertanian BMG/Balitklimat Peta/ Citra Satelit Iconos Puslitanak Monografi Deptan Bakosurtanal Team Balitklimat Fahutan-IPB Internet

Adapun data primer dan sekunder tersebut digunakan dalam rangka pencapaian tujuan penelitian dan terkait dengan pencapaian output yang secara lengkap disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Keterkaitan antara tujuan penelitian, metoda/teknik dan output penelitian

No. Tujuan Sumber

Data Metoda/ Teknik Output 1. Mengidentifika si pengembangan tanaman hortikultura tahunan saat ini. - Hasil survey / wawanca- ra petani - Studi literatur Analisis statistik : anova Aspek Ekologi : - Densitas tanaman - % komposisi hortikultura tahunan terhadap luas lahan - Analisis satuan unit lahan Analisis Finansial Aspek Ekonomi:

- Nilai usahatani eksisting (B/C, IRR, NPV)

- Analisis Proc GLM

Aspek Sosial :

- Sebaran dan jumlah tanaman hortikultura tahunan 2. Menganalisis tanaman hortikultura tahunan prioritas yang secara lingkungan, ekonomi dan sosial layak untuk dikembangkan. - Hasil identifi- kasi lapang - Studi literatur - Automated Land Evaluation System (ALES) - General Linear Model (GLM) - Comparative performance index (CPI) - Analisis finansial

- Satuan unit lahan (Zona A di atas 700m dpl dan zona B di bawah 700 m dpl)

- Jumlah dan sebaran tanaman hortikultura tahunan di setiap satuan unit lahan

- 10 Jenis tanaman hortikultura tahunan yang terseleksi - B/C, IRR, NPV 3. Menyusun disain pengembangan tanaman hortikultura tahunan di DAS Ciliwung Hulu. - Hasil analisis kesesuai- an lahan - Hasil analisis finansial - Hasil analisis MDS - Kombinasi kesesuaian lahan, jumlah tanaman dominan - Anova - Analisis finansial - ALES, anova - Rekomendasi pengembangan tanaman hortikultura tahunan berbasis zona pengembangan - Rekomendasi pengembangan tanaman hortikultura tahunan berbasis desa

- Mempertimbangkan : - Aspek ekologi : kerapatan

tanaman dan komposisi horti tahunan terhadap lahan - Aspek ekonomi : Nilai B/C,

IRR & NPV pola tanam hortikultura tahunan; - Aspek sosial : sebaran

tanaman di masing-masing satuan unit lahan, pendidikan, tingkat pengetahuan,

Metoda dalam penyusunan disain pengelolaan lahan berkelanjutan berbasis tanaman hortikultura tahunan di DAS Ciliwung Hulu dilaksanakan melalui 6 (enam) tahapan yang disajikan pada Gambar 3 sebagai berikut :

Gambar 3 Tahapan Penelitian Penyusunan Satuan Lahan

Satuan lahan merupakan unit lahan yang mempunyai karakteristik yang sama. Unsur satuan lahan berdasarkan unsur yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan kelestarian lingkungan seperti: bahan induk pembentuk tanah, fisiografi, iklim, ketinggian tempat, bentuk wilayah, penggunaan lahan dan tanah. Faktor ketinggian tempat dari permukaan laut berpengaruh dominan terhadap tingkat pertumbuhan jenis tanaman maka faktor ini dijadikan sebagai zonasi areal penelitian yaitu A zona dataran tinggi (> 700 m) dan B zona dataran rendah (< 700 m). Hal ini mengacu pada pembagian kesesuaian lahan untuk tanaman buah-buahan yang menghendaki syarat tumbuh yang dibatasi oleh unsur ketinggian tempat dari permukaan laut, yaitu di atas 700 m dpl dan di bawah 700 m dpl (Direktorat Tanaman Buah 2001; Sunaryono 2002, BBP2SLP 2006). Unsur satuan lahan lainnya terdiri atas : bahan induk tanah, unit fisiografi, bentuk wilayah, lereng (tingkat kemiringan dan posisi lereng), penggunaan lahan dan klasifikasi tanah dalam tingkat subgrup. Unsur klasifikasi tanah dalam

6. Analisis Keberlanjutan : - Aspek Lingkungan (ekologi) - Aspek Ekonomi

- Aspek Sosial

5. Rekomendasi Pengembangan :

- Rekomendasi Berbasis Satuan Unit Lahan - Rekomendasi Berbasis Desa

2. Penyusunan Prioritas Pengembangan : - Identifikasi Jumlah & Sebaran Tanaman - Seleksi Tanaman - Analisis Kesesuaian lahan - Analisis Finansial 3. Zonasi Pengembangan :

- Zonasi Berbasis Tanaman Eksisting dan Kesesuaian Lahan

1. Penyusunan Satuan Lahan

4. Fokus Pengembangan :

Penetapan 3 (tiga) jenis tanaman hortikultuta tahunan dominan

tingkat subgrup ditentukan oleh: kedalaman solum, susunan horison, perkembangan profil, tingkat kelemban tanah, sifat kimia dan fisika tanah (warna, tekstur, struktur, pH, kapasitas tukar kation, dan kejenuhan basa). Satuan unit lahan digunakan sebagai dasar untuk evaluasi kesesuaian lahan bagi jenis tanaman hortikultura tahunan, yang hasilnya digunakan sebagai acuan dasar dalam pengembangan berbagai jenis tanaman hortikultura tahunan.

Deliniasi satuan lahan dilakukan analisis beberapa jenis peta seperti (Peta Geologi, topografi/kontur, citra satelit dan peta penggunaan lahan). Hasil analisis berupa Satuan lahan sementara, kemudian diperkuat/dikoreksi dengan pengamatan lapang (ground cheking) dan analisis laboratorium. Pengamatan lapang dilakukan untuk mengamati antara lain: batas satuan lahan, pengamatan unsur satuan peta : Fisiografi, bentuk wilayah, lereng (tingkat kemiringan dan posisi lereng) penggunaan lahan dan tanah. Pengamatan tanah dilakukan dengan pembuatan profil dan pemboran untuk mengamati: bahan induk tanah, kedalaman tanah, drainase, perkembangan dan susunan horison, sifat fisik dan kimia tanah (warna, tekstur, kandungan bahan kasar, struktur, konsistensi, permeabilitas, pH). Pengambilan contoh tanah dilakukan pada profil pewakil untuk mendapatkan data unsur-unsur yang tidak dapat diamati di lapangan. Peta satuan lahan sementara yang telah disempurnakan dengan hasil pengamatan lapang dan laboratorium menjadi peta satuan lahan merupakan dasar dalam perhitungan dan penentuan kebijakan.

Setiap satuan unit lahan dapat terdiri lebih poligon dengan karakteristik unsur yang sama. Luas tiap poligon bergantung dari keragaman karakteristik dari unsur penyusunnya. Makin komplek karakteristik lahan dalam suatu wilayah maka luas poligonnya makin sempit, demikian sebaliknya, makin homogen karakteristik unsur satuan lahan dalam suatu wilayah maka makin luas poligon yang dibentuk. Luasan batas poligon terkecil mengikuti batas terkecil areal yang dapat dibatasi/ minimum size deliniation (MSD) yaitu sebesar 0,4 cm2 peta, sehingga luasannya akan bergantung dari skala peta yang digunakan. Poligon yang lebih sempit dari MSD nya digabung dengan poligon yang didekatnya dan akan menjadi poligon yang terdiri atas lebih dari satu set karakter unsur. Satuan

poligon yang demikian menjadi satuan lahan dengan mempunyai karakteristik komplek atau asosiasi.

Penyusunan Prioritas Pengembangan

Identifikasi Tanaman Hortikultura Tahunan

Metodologi pendugaan jumlah tanaman hortikultura di berbagai satuan lahan dibutuhkan untuk mendapatkan informasi mengenai jenis dan jumlah tanaman hortikultura tahunan pada DAS Ciliwung Hulu. Proses pendugaan memerlukan data representatif yang cukup sehingga hasilnya memiliki akurasi yang baik. Untuk itu, diperlukan data berupa tingkat densitas berbagai jenis komoditas. Pengamatan terhadap jumlah dan densitas tanaman harus dilakukan pada poligon-poligon yang ditentukan sedemikian rupa sehingga keterwakilan karakteristik lahan dapat dipenuhi. Metode stratified sampling menjadi pilihan untuk digunakan pada penelitian ini. Pembentukan strata lahan yang menjadi lokasi pengambilan contoh ditentukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi jenis dan jumlah tanaman hortikultura tahunan. Berdasarkan berbagai pemikiran, variabel yang diduga kuat membedakan jenis dan jumlah tanaman hortikultura adalah:

(1) Ketinggian tempat dari permukaan laut, yang dalam hal ini dibagi menjadi dua zona yaitu (A) di atas 700 m dpl dan (B) di bawah 700 m dpl.

(2) Karakteristik satuan lahan (Fisiografi, bentuk wilayah, lereng dan tanah) (3) Penggunaan lahan. Berbagai jenis penggunaan lahan akan mempunyai

perbedaan jenis dan kerapatan tanaman. Lahan-lahan yang digunakan sebagai pemukiman misalnya, jelas memiliki densitas yang lebih rendah dibandingkan lahan kebun campuran.

Ketinggian tempat akan membedakan jenis tanaman yang tumbuh, sedangkan tataguna lahan akan membedakan kerapatan jumlah tanaman. Karakteristik satuan lahan, misalnya jalur aliran dengan punggung bukit volkan memanjang, tanah dengan drainase jelek dan yang berdrainase baik akan mempunyai jenis tanaman dan intesitas tegakan tanaman yang berbeda. Penggunaan lahan akan menentukan pengambilan sampling tanaman, misalnya

tegalan, perumahan (pekarangan) dan kebun campuran akan mempunyai jenis tanaman dan intesitas tegakan tanaman yang berbeda. Untuk memperkecil keragaman dalam penentuan sampling tanaman sebagai faktor yang menjadi pertimbangan adalah faktor ketinggian tempat dengan mengacu pada satuan unit lahan (di atas 700 m dpl dan di bawah 700 m dpl), serta tataguna lahan yang di fokuskan pada :

(1) Tegalan/lahan kering (2) Kebun campuran

(3) Perkampungan dengan pekarangan atau vila dengan pekarangan

Pengambilan contoh hanya dilaksanakan pada tegalan, kebun campuran dan pekarangan karena tanaman buah-buahan pada umumnya hanya dijumpai pada ketiga jenis tataguna lahan tersebut dalam bentuk agroforestri sederhana yang didominasi campuran antara tanaman buah-buahan dan perkebunan (Purnomo, 2002). Kebun pekarangan terdiri atas campuran yang tidak teratur antara tanaman tahunan yang menghasilkan buah-buahan dan sayuran serta tanaman semusim yang terletak di sekitar rumah (Arsyad 1989). Namun demikian jenis tanaman di pekarangan pada umumnya lebih bervariasi dibandingkan di kebun campuran. Pekarangan juga dikenal sebagai sistem pertanian tradisional di daerah tropis yang berkelanjutan yang mempunyai biaya usahatani yang terendah dibandingkan usahatani lainnya sehingga menguntungkan untuk diusahakan (Sakamoto et al. 2001; Rachman et al. 2002). Pekarangan juga merupakan contoh pengelolaan lahan di daerah tropika yang memadukan berbagai fungsi ekologi, ekonomi dan sosial (Michon dan Mary 2000). Pada umumnya tanaman buah- buahan ditanam pada guludan batas tegalan/kebun yang berfungsi sebagai batas lahan dan penahan erosi (Hutapea 2005).

Rincian jumlah sampling yang diambil dari tegalan/lahan kering, kebun campuran dan kampung tidak padat/villa berpekarangan dari setiap satuan unit lahan disajikan pada Lampiran 2. Banyaknya sampel pada setiap poligon/satuan lahan pada masing-masing strata selanjutnya banyak ditentukan oleh:

(1) Luasan tiap jenis penggunaan lahan di DAS Ciliwung Hulu di tiap zona ketinggian tempat (> 700 m dpl dan < 700 m dpl.

(3) Luas poligon jenis penggunaan lahan dalam masing-masing satuan lahan Berdasarkan ke 3 kriteria tersebut di atas maka dilaksanakan pengambilan sampel tanaman hortikultura tahunan pada setiap jenis tataguna lahan di setiap satuan unit lahan.

Berdasarkan hasil deliniasi digital dari ke tiga jenis tataguna lahan yang dilakukan dengan bantuan citra satelit ICONOS yang kemudian di tumpang- tepatkan pada peta satuan lahan maka ditentukan jumlah sampel yang akan diambil untuk menduga jumlah tanaman hortikultura tahunan di DAS Ciliwung Hulu sebagai berikut (Levy and Lameshow 1999) :

z2NV2x z2V2x +(N-1)ε2 di mana :

n = jumlah contoh

z = koefisien realibility (z = 1,96 untuk tingkat kepercayaan 95%) N = ukuran populasi

V2x = keragaman relatif untuk varabel x

ε = nilai kesalahan (error) yang ditetapkan oleh peneliti

Hasil identifikasi lapang kemudian digunakan untuk menghitung prakiraan sebaran tanaman hortikultura tahunan di masing-masing satuan lahan dengan metodologi sebagai berikut :

(1) Proses pendugaan dilakukan dengan memodelkan nilai densitas pohon (jumlah pohon per satuan luas lahan) suatu komoditas dengan karakteristik lahan. Dalam hal ini karakteristik lahan yang digunakan adalah ketinggian, karakteristik satuan unit lahan (land unit) dan tataguna lahan (landuse). Pemodelan ini diperlukan karena sampling tidak dilakukan pada seluruh poligon hasil kombinasi satuan lahan dan tataguna lahan diamati. Jika nilai dugaan densitas sudah diperoleh maka dapat diketahui dugaan nilai jumlah pohonnya dengan menggunakan Rumus berikut Scheaffer at al. (1996):

JPijk = Dijk x Luasijk dengan

JPijk = total dugaan jumlah pohon di suatu lahan dengan ketinggian-i, karakteristik landunit-j dan landuse-k

Dijk = dugaan densitas pohon di suatu lahan dengan ketinggian-i, karakteristik landunit-j dan landuse-k

Luasij = luas lahan dengan ketinggian-i, karakteristik landunit-j dan landuse-k

(2) Model linear yang digunakan, dengan mengasumsikan pemilihan sampel lokasi pengamatan dilakukan secara acak dan galat yang menyebar normal, dalam menduga densitas adalah (Dobson 2002) :

Dijk = µ + τI + θj + ηk + εij dengan

Dijk = densitas pohon di ketinggian-i, karakteristik landunit-j, landuse-k

µ = rata-rata umum densitas pohon

τI = nilai pengaruh ketinggian-i

θj = nlai pengaruh landunit-j

ηk = nilai pengaruh landunit-k

εij = galat pengamatan pada ketinggian-i, karakteristik landunit-j dan landuse-k

(3) Dalam model di atas, pengaruh ketinggian, karakteristik landunit dan landuse diasumsikan tidak saling berinteraksi. Dari model tersebut, selain diperoleh nilai dugaan densitas pohon juga diperoleh galat baku (standard error) dari nilai dugaan densitas (σij). Dugaan ragam bagi penduga total jumlah pohon di suatu landunit dan landuse tertentu diperoleh dengan formula (Drapper and Smith 1998):

δ2

ijk = (Luasijk)2 x (σijk)2 dengan

δ2

ij = ragam dugaan jumlah pohon di ketinggian-i, karakteristik landunit-j dan landuse-k

Luasij = luas lahan ketinggian-i, karakteristik landunit-j dan landuse-k

σij = galat baku dugaan densitas pohon di ketinggian-i, karakteristik landunit-j dan landuse-k

(4) Selanjutnya tentu saja bisa ditentukan galat baku dari dugaan total jumlah pohon (δijk) yang diperoleh dari δijk = √δ2ijk. Dengan demikian selang kepercayaan (1-α)x100% dugaan total jumlah pohon di land unit dan land use tertentu didapatkan:

JPijk± zα/2 δijk dengan

JPij = total dugaan jumlah pohon di suatu lahan dengan ketinggian-i, karakteristik landunit-j dan landuse-k

δij = galat baku dugaan jumlah pohon di ketinggian-i, karakteristik landunit-j dan landuse-k

zα/2 = skor normal pada tingkat peluang α/2

Dari hasil deliniasi digital dari ke tiga jenis tataguna lahan pada peta ICONOS dan dengan mempertimbangkan jumlah poligon dan luasan dari setiap jenis tataguna lahan tersebut, diperoleh jumlah contoh (sample) yang diambil adalah 142 contoh dengan rincian sebagai berikut :

(1) Jumlah contoh pada satuan unit lahan A sebanyak 72 contoh, yang terdiri atas tegalan /lahan kering 25 contoh, kebun campuran 25 contoh dan pekarangan/villa 22 contoh

(2) Jumlah contoh pada satuan unit lahan B sebanyak 59 contoh, yang terdiri atas tegalan 20 contoh, kebun campuran 20 contoh dan perkampungan tidak padat/villa berpekarangan 19 contoh.

Seleksi Tanaman Hortikultura Tahunan

Berdasarkani hasil identifikasi tanaman hortikultura yang ada (ekisting), analisis dan seleksi dilakukan untuk mencari 10 (sepuluh) tanaman hortikultura tahunan yang potensial untuk dikembangkan dengan mengacu pada kriteria sebaran tanaman dan jumlah tanaman di masing-masing satuan unit lahan. Adapun metoda yang digunakan adalah comparative performance index (CPI) (Marimin 2004) sebagai berikut :

Aij = Xij(min) x 100/Xij (min) A(i+1.j) = (X(I+1.j)/Xij (min)) x 100

Iij = Aij x Pj n Ii = ∑ (Iij)

J=1 dengan :

Aij = nilai alternatif ke-i pada kriteria ke-j

Xij(min) = nilai alternatif ke-i pada kriteria awal minimum ke-j A(i+1.j) = nilai alternatif ke-i+1 pada kriteria ke-j

X(I+1.j) = nilai alternatif ke-i+1 pada kriteria awal ke-j Pj = bobot kepentingan kriteria ke-j

Iij = indeks alternatif ke-i

Ii = indeks gabungan kriteria pada alternatif ke-i i = 1,2,3,..., n

j = 1,2,3,..., m

Penentuan tingkat kepentingan kriteria dilakukan melalui kesepakatan pendapat yang terdiri atas para peneliti di Institut Pertanian Bogor sebanyak 2 (dua) orang dan peneliti dari Badan Litbang Departemen Pertanian sebanyak 1 (satu) orang, dengan sebaran tanaman berbobot 60% dan jumlah tanaman berbobot 40%.

Analisis Kesesuaian Lahan

Analisis kesesuaian lahan ditujukan untuk mengetahui kecocokan suatu jenis tanaman/komoditas (Djaenudin et al. 2003) Analisis kesesuaian lahan dilaksanakan dengan menggunakan program komputer ALES (Automated Land

Evaluation System) versi 4.65d (Rossiter 1994) yang dirancang untuk keperluan

evaluasi lahan secara kualitatif (fisik) dan kuantitatif (ekonomi). Kelas kesesuaian lahan ditentukan oleh tingkat kerawanan (sensitivitas) dari setiap kualitas karakteristik lahan (Hendrisman et al. 2000). Analisis kesesuaian lahan dilaksanakan mengacu pada hasil seleksi 10 (sepuluh) tanaman hortikultura tahunan yang potensial untuk dikembangkan.

Analisis Finansial

Untuk menganalisis nilai ekonomi dari pengelolaan lahan berkelanjutan yang dikembangkan digunakan analisis finansial, yang terdiri atas benefit cost

ratio (B/C ratio), nilai bersih sekarang (net present value / NPV) dan kisaran

pengembalian internal (internal rate of return /IRR). Analisis finansial lebih menekankan pada individu atau lembaga yang menanamkan modalnya dalam proyek. Dalam analisis finansial yang diperhatikan adalah modal saham (equty

capital) yang ditanam dalam proyek, yaitu hasil yang harus diterima petani,

pengusaha, badan pemerintah, atau pihak yang terkait dengan pembangunan proyek (Pramudya dan Dewi 1992; Kadariah et al. 1999). Penghitungan matriks ekonomi adalah sebagai berikut (Direktorat Bina Produksi Hortikultura 1995) : n n (1) B/C = ∑ Bt / ∑ Ct t= 0 (1+i)t t = 0 (1+i)t n (2) NPV = ∑ Bt- Ct t= 0 (1+i)t di mana :

Bt = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke t Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke t T = Waktu/lamanya investasi

i = Discount rate (%)

(3) IRR = i” + NPV+ (i’’ – i’) NPV+-(-ΣNPV-)

di mana :

i” = tingkat bunga di mana NPV positif i’ = tingkat bunga di mana NPV negatif

Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penghitungan analisis ekonomi antara lain adalah :

(1) Populasi tanaman per hektar

(2) Produksi tanaman per pohon per tahun sampai dengan tanaman berusia 15 tahun

(3) Kebutuhan pupuk Urea, SP 36, KCl, NPK per tanaman per tahun sampai dengan usia tanaman 15 tahun

(4) Harga pupuk kandang, Urea, TSP, KCL dan NPK (5) Harga per kg produksi komoditas hortikultura tahunan

(6) Kebutuhan dan biaya sarana produksi yang diperlukan sampai tanaman usia 15 tahun

(7) Biaya buruh tani pria & wanita (8) Harga bibit tanaman

Hasil analisis finansial ini digunakan sebagai alat analisis untuk mengetahui keabsahan keberlanjutan dari tanaman hortikultura yang digunakan, apakah secara ekonomi tanaman hortikultura yang dikembangkan tersebut layak untuk dikembangkan.

Zonasi Pengembangan

Zonasi pengembangan merupakan pengelompokan tanaman hortikultura tahunan eksisting dengan mengacu pada kesesuaian lahan. Zonasi pengembangan merupakan hasil tumpang tepat antara kesesuaian lahan untuk ke sepuluh jenis tanaman hortikultura terseleksi dengan kondisi eksisting sepuluh tanaman hortikultura tahunan tersebut di DAS Ciliwung Hulu. Melalui pendekatan berbasis zonasi dapat diketahui wilayah yang potensial untuk dikembangkan saat ini (tanaman eksisting dan kesesuaian lahan sesuai/S1), cukup potensial (tanaman eksisting dan kesesuaian lahannya cukup sesuai-S2), kurang potensial (tanaman eksisting dan kesesuaian lahannya sesuai marjinal –S3), dan tidak sesuai untuk pengembangan (tanaman eksisting dan kesesuaian lahannya tidak sesuai-N). Disamping itu dapat diketahui pula daerah-daerah yang berpotensi untuk dimanfaatkan (kesesuaian lahan S1/S2), namun saat ini tidak ada tanamannya.

Fokus Pengembangan

Fokus pengembangan dimaksudkan untuk menyeleksi jenis-jenis tanaman hortikultura tahunan eksisting terbanyak di masing-masing zona yang ditujukan untuk memudahkan identifikasi tanaman hortikultura tahunan yang dominan di DAS Ciliwung hulu. Adapun kriteria dari fokus pengembangan tanaman hortikultura tahunan mengacu pada kesesuaian lahan dan agroklimat, jumlah tanaman di masing-masing satuan unit lahan dan pembatasan jumlah yang

dikembangkan maksimum 3 (tiga) tanaman. Pemilihan 3 (tiga) jenis tanaman mempertimbangkan paduan dari berbagai kriteria yang telah ditetapkan, yaitu : (1) Tanaman yang ada mempunyai tingkat kesesuaian lahan tertinggi di masing-

masing zona

(2) Populasi (jumlah) tanaman yang banyak (dominan) di lapangan lebih diprioritaskan

Dengan pengembangan yang lebih terfokus di masing-masing satuan unit lahan tersebut, maka akan diperoleh gambaran tentang jenis-jenis tanaman yang dominan di masing-masing zona pengembangan, sehingga akan dapat digunakan untuk menetapkan arahan rekomendasi pengembangan tanaman hortikultura tahunan. Secara spesifik penetapan fokus pengembangan tanaman hortikultura tahunan di masing-masing zona adalah sebagai berikut :

(1) Zona I : Tanaman eksisting dipertahankan, dipilih 3 jenis tanaman dengan mengacu pada kriteria jumlah tanaman. Beberapa kriteria pertimbangan :

(a) Apabila jumlah tanaman yang sangat sesuai (S1) ternyata jumlah jenis tanamannya >3 serta jumlah dari masing-masing tanaman relatif sama, maka tanaman yang dipilih yang jumlahnya terbanyak

(b) Apabila jumlah tanaman <3, maka diambil dari tanaman eksisting yang kesesuaian lahannya cukup sesuai (S2) dan jumlah tanamannya terbanyak untuk memenuhi jumlah 3. Jika hal tersebut tidak ada maka introduksi baru oleh tanaman yang kesesuaian lahannya sangat sesuai (S1) dengan mempertimbangkan nilai ekonomi yang tinggi berdasarkan analisis finansial.

(2) Zona II : Tanaman eksisting dipertahankan, dengan prioritas pada tanaman eksisting dengan kesesuaian lahan cukup sesuai (S2) tapi dapat diubah menjadi S1. Dipilih maksimum 3 jenis tanaman. Beberapa kriteria pertimbangan :

(a) Apabila jumlah tanaman yang cukup sesuai ternyata jumlah jenis tanamannya >3 serta jumlah dari masing-masing tanaman relatif sama, maka untuk menentukan jumlah tanaman yang dipilih dengan jumlah tanaman terbanyak. Apabila jumlah tanaman <3, maka dapat diambil dari tanaman yang kesesuaian lahannya S3 tapi dapat diubah menjadi

S2 dengan jumlah tanaman terbanyak, atau apabila tidak ada maka introduksi tanaman yang kesesuaian lahannya S2 dengan mempertimbangkan nilai ekonomi yang tinggi berdasarkan analisis finansial.

(3) Zona III : Tanaman eksisting dengan kesesuaian lahan S3 tapi dapat diubah menjadi S2 diprioritaskan untk dikembangkan. Dipilih 3 jenis tanaman. Beberapa kriteria pertimbangan :

(a) Apabila jumlah tanaman yang cukup sesuai ternyata jumlah jenis tanamannya >3 serta jumlah dari masing-masing tanaman relatif sama, maka untuk menentukan jumlah tanaman yang dipilih dengan jumlah tanaman terbanyak.

(b) Apabila jumlah tanaman <3, maka introduksi baru dengan tanaman yang mempunyai kesesuaian lahan S3 tapi dapat diubah menjadi S2 dengan jumlah terbanyak. Apabila tidak ada maka selebihnya diarahkan untuk tanaman konservasi

(4) Zona IV : Introduksi tanaman baru yang mempunyai kesesuaian lahan S2. Apabila jumlahnya <3, maka tanaman selebihnya merupakan tanaman konservasi

Hasil sebaran tanaman yang dominan di masing-masing zona kemudian dijadikan sebagai dasar dalam menentukan jenis tanaman hortikultura tahunan yang secara umum direkomendasikan untuk dikembangkan di DAS Ciliwung Hulu. Jumlah tanaman hortikultura tahunan yang direkomendasikan berjumlah 3 (tiga) jenis tanaman, sehingga dimungkinkan pengembangan pola tanam berbasis ketiga jenis tanaman tersebut.

Rekomendasi Pengembangan Tanaman Hortikultura Tahunan

Rekomendasi pengembangan merupakan disain pengelolaan lahan berkelanjutan berbasis tanaman hortikultura tahunan yang terdiri dari (1) rekomendasi pengembangan berbasis satuan unit lahan, dan (2) rekomendasi pengembangan berbasis desa.

Rekomendasi Pengembangan Berbasis Satuan Unit Lahan

Rekomendasi pengembangan berbasis satuan unit lahan mengacu pada hasil analisis penetapan fokus pengembangan secara umum 3 (tiga) tanaman hortikultura tahunan di DAS Ciliwung Hulu. Penentuan jenis tanaman yang direkomendasikan di masing-masing satuan unit lahan berdasarkan pada

Dokumen terkait