• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Sub DAS Cibogo, DAS Ciliwung Hulu. Secara administratif DAS Ciliwung Hulu masuk wilayah Kecamatan Bogor Timur, Kodya Bogor, Kecamatan Ciawi, Cisarua dan Megamendung, Kabupaten

Bogor, Jawa Barat (Gambar 11). Waktu pelaksanaan penelitian adalah antara Februari hingga Juli tahun 2012.

Gambar 11. Peta Lokasi Penelitian Bahan dan Peralatan

Bahan dan Peralatan Bahan

• Peta Rupa Bumi skala 1: 25.000 lembar Ciawi dan Cisarua

• Peta satuan lahan (jenis tanah, topografi, lereng dan penggunaan lahan)

• Peta DEM (Digital Elevation Model), Citra Landsat, IKONOS

• Data iklim dan debit harian dan jam-jaman

Peralatan

• Current Meter dan Ombrometer

• GPS, kompas, meteran, bor tanah, gelas ukur

Software (Arc GIS 3.5.2, Arc View 3.1, GR4J, IFAS, DSS)

• Lembar questioner

Metode Penelitian

Metode penelitian dirancang berdasarkan pelaksanaan beberapa kegiatan sebagai berikut:

• Karakterisasi kualitas parameter kesesuaian pengembangan dam parit (biofisik lingkungan dan sosial ekonomi)

• Penyusunan desain kriteria parameter kesesuaian pengembangan dam parit

• Analisis manfaat pengembangan dam parit dalam mengurangi volume debit puncak dan kecepatan aliran, peningkatan produktivitas lahan dan peningkatan nilai ekonomis.

Pelaksanaan penelitian mencakup kegiatan desk study dan field study. Desk

study meliputi kegiatan studi pustaka, pengolahan data, analisis dan pemodelan.

Sedangkan field study meliputi kegiatan pengamatan karakteristik kualitas parameter yang meliputi biofisik lahan, kondisi jalur aliran (debit sesaat, ordo sungai, geologi, jenis batuan, lebar sungai, tinggi tebing, ketersediaan bahan bangunan dan lain lain). Selain itu field study juga melakukan pengumpulan data sosek (dukungan, manfaat), identifikasi penggunaan lahan, identifikasi lahan target irigasi dan pola tanam, serta pengumpulan data sekunder (debit, curah hujan).

Karakterisasi Kualitas Parameter Kesesuaian Pengembangan Dam Parit Karakterisasi parameter kesesuaian pengembangan dam parit dilakukan untuk mengetahui kualitas parameter untuk pengembangan dam parit. Oleh karena itu karakterisasi perlu dilakukan terhadap: (a) kondisi biofisik lahan (geologi, tanah, topografi dan tutupan lahan), kondisi iklim dan hidrologi (curah hujan, morfometrik DAS, debit aliran), (b) kondisi jalur aliran sungai (bentuk penampang, lebar, kemiringan dasar sungai, tinggi tebing, jenis batuan di dasar sungai, jenis dan ketebalan bahan endapan), (c) Kondisi tebing sungai untuk perencanaan saluran irigasi (tingkat kemiringan, jenis batuan dan tanah), dan (d) kondisi sosial ekonomi masyarakat (Sawiyo 2010, Pawitan et al. 2010).

Geologi. Karakteristik geologi dilakukan berdasarkan identifikasi Peta Geologi Lembar Bogor, Jawa Barat skala 1 : 100.000 (Efendi et al. 1999) serta pengamatan lapang. Hasil identifikasi dapat memberikan informasi berupa formasi batuan serta umur dan jenis batuan di wilayah Ciliwung Hulu.

Fisiografi. Karakterisasi fisiografi/landform dilakukan untuk mengetahui jenis dan karakteristiknya sampai tingkat unit landform dengan mengacu pada kriteria klasifikasi landform (Marsudi et al. 1994).

Topografi. Karakterisasi topografi dilakukan dengan analisis bentuk wilayah, posisi lereng, dan tingkat kemiringan lereng. Analisis dilakukan dengan menggunakan peta kontur (peta rupa bumi dan DEM SRTM) dan hasil analisis

kemudian dilakukan verifikasi di lapangan. Untuk pengukuran kemiringan lereng di lapangan digunakan klinometer atau abney level.

Penggunaan Lahan. Karakterisasi penggunaan lahan dilakukan dengan analisis tutupan lahan dengan menggunakan peta rupa bumi digital skala 1: 25.000 lembar Cisarua 1209-142, lembar Ciawi 1209-141 (Bakosurtanal 2009) dan citra satelit IKONOS. Hasil analisis dilakukan terhadap batas satuan penggunaan lahan dan pengamatan jenis vegetasi.

Tanah. Karakterisasi tanah dilakukan untuk mengetahui kondisi sifat fisik (morfologi), kimia tanah dan lingkungannya untuk menyusun satuan peta tanah menurut SSDS (1993) dan pengisian formulir karakteristik tanah mengikuti petunjuk kode komputer untuk pengisian formulir Basis Data Tanah (Ropik dan Hapid 2000). Unsur-unsur penyusun satuan lahan (land

unit) dapat dipertimbangkan berdasarkan tujuannya. Dalam kaitan penilaian

kemampuan lahan sebagai dasar untuk penentuan kriteria kesesuaian posisi pengembangan dam parit, maka parameter yang dijadikan sebagai unsur satuan lahan adalah : land form (bentuk lahan), bahan induk, topografi (bentuk wilayah, posisi lereng, dan tingkat kemiringan), ketinggian tempat, penggunaan lahan dan karakteristik tanahnya (solum, susunan horison, warna, tekstur, struktur, reaksi tanah dll). Klasifikasi tanah yang digunakan adalah sistem klasifikasi tanah menurut Soil Taxonomy, USDA dalam kategori sub grup (SSS 1998) dan padanannya digunakan adalah Klasifikasi Tanah Indonesia (PPT 1983).

Unsur satuan lahan terdiri dari: unsur lingkungan (fisiografi, bahan induk, tinggi tempat, topografi (bentuk wilayah, posisi lereng, kemiringan lereng) dan karakteristik tanah (drainase, solum, tekstur, pH tanah, BD dan klasifikasi tanah dalam tingkat sub-grup). Dalam identifikasi dan karakterisasi dipertimbangkan data hasil pemetaan sebelumnya yaitu antara lain: Peta Tanah Semi Detil skala 1:100.000 Daerah Jabodetabek (Puslittanak 1999) dan Peta Satuan Lahan daerah DAS Ciliwung Hulu Skala 1 : 25.000 (Wibawa 2007).

Hidrologi. Karakterisasi hidrologi dilakukan terhadap morfometrik DAS dan sub DAS yang meliputi panjang sungai berdasarkan ordo, keliling, luas DAS dan DAS Mikro. Kondisi jalur aliran; karakterisasinya meliputi bentuk penampang sungai, lebar sungai, kemiringan dasar sungai, posisi geografis dan elevasi, tinggi tebing, jenis batuan di dasar sungai, jenis dan ketebalan bahan endapan, serta ketersediaan bahan bangunan. Kondisi jalur irigasi; karakterisasinya meliputi kondisi tanah dan batuan, kemiringan lereng, jarak ke areal target dari areal yang akan dilalui saluran irigasi. Karakterisasi debit aliran; Pengamatan debit dilakukan pada saat musim hujan dan musim kemarau. Untuk keperluan analisis kurva lengkung debit dilakukan pengamatan debit sesaat dalam suatu periode hujan yang mengalir ke limpasan bendung dan saluran.

Karakterisasi parameter sosial ekonomi dilakukan dengan data sosial ekonomi diambil dari desa di sekitar pengembangan dam parit. Data administrasi kependudukan diperoleh dari data potensi desa Sukagalih dimana dam parit di bangun. Data tersebut antara lain meliputi jumlah penduduk, jumlah KK, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, sarana dan prasarana produksi. Untuk mengetahui tingkat dukungan, keterlibatan, kebutuhan air masyarakat, serta

peningkatan produksi, dilakukan wawancara dan pengisian daftar quesioner dengan teknik RRA (Rapid Rural Appraisal).

Analisis Kriteria Parameter Kesesuaian Pengembangan Dam Parit

Analisis kriteria kesesuaian pengembangan dam parit dalam penelitian ini terbagi menjadi dua pendekatan yaitu: a) analisis kriteria pengembangan dam parit secara individu, dan b) analisis kriteria pengembangan dam parit secara terpadu. Analisis pengembangan dam parit secara mikro dilakukan dalam suatu kawasan DAS mikro, sedangkan pengembangan dam parit secara terpadu dilakukan dalam suatu kawasan DAS. Analisis kriteria kesesuaian pengembangan dam parit secara individu dalam suatu DAS mikro ditujukan untuk menentukan kriteria kesuaian posisi pengembangan dam parit dan menentukan kriteria kesesuaian dimensi/kapasitas tampungnya. Sedangkan analisis kriteria kesesuaian pengembangan dam parit dalam skala DAS ditujukan untuk penentuan kriteria kesesuaian volume dam parit dan sebarannya dalam kawasan DAS.

Desain Kriteria Parameter Model Kesesuaian Pengembangan Dam Parit Individual

Desain kriteria parameter pengembangan dam parit secara individual meliputi: (a) kriteria parameter kesesuaian posisi dan (b) kriteria parameter penentu dimensi.

1. Kriteria Kesesuaian Posisi Pengembangan Dam Parit Individual

Parameter kesesuaian posisi pengembangan dam parit terdiri dari faktor iklim, biofisik lahan, hidrologi, kondisi jalur aliran dan sosial ekonomi masyarakat. Parameter penentu kesesuaian posisi terdiri dari kualitas parameter dan kriteria parameter (Sawiyo 2010). Kualitas parameter terdiri dari beberapa karakteristik parameter yaitu kondisi yang dapat terukur baik secara kuantitatif maupun kualitatif (Djaenudin et al. 2003).

Data kualitas parameter kesesuaian posisi dam parit diperoleh melalui proses pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui proses karakterisasi dan analisis yang meliputi: a) iklim (curah hujan harian, menitan); b) kondisi biofisik lahan (jenis batuan, fisiografi, topografi, penggunaan lahan, tanah dan kemampuan lahan); c) kondisi hidrologi (pola drainase, morfometrik DAS mikro, debit, luas DTA dan areal target irigasi); d) kondisi jalur aliran (jenis batuan, orde, bentuk, lebar, tinggi tebing dan kemiringan dasar sungai); e) kondisi jalur irigasi (kondisi tebing, tanah dan batuan); dan f) sosial ekonomi masyarakat (dukungan masyarakat dan keterlibatan masyarakat). (Sawiyo 2010; Pawitan et al. 2010). Diagram alir penentuan kriteria kesesuaian teknik panen hujan disajikan pada Gambar 11.

Gambar 11. Diagram alir analisis kesesuaian teknik panen hujan secara individu

Kriteria parameter model kesesuaian posisi pengembangan dam parit ditentukan melalui studi pustaka dan konsultasi pakar (expert system). Kriteria parameter model kesesuaian posisi pengembangan dam parit terdiri faktor-faktor yang sama dengan kualitas parameter. Dari hasil studi pustaka dan konsultasi pakar ditentukan kriteria kesesuaian posisi pengembangan dam parit terdiri dari 6 parameter yaitu: a) ketersediaan air, b) stabilitas bangunan, c) aksesibilitas, d) distribusi air, e) pemanfaatan air, dan f) sosial ekonomi masyarakat. Dari 6 parameter kemudian dirinci kembali dan menghasilkan 14 sub parameter. Setiap sub parameter terdiri dari satu atau lebih faktor penentu sehingga terdapat 24 faktor penentu. Contoh faktor lereng dirinci berdasarkan kelas lerengnya 0-3%, 3-8%, 15-30%, begitu juga faktor penentu lainnya. Bila suatu sub parameter terdiri dari lebih dari satu faktor penentu maka nilai sub parameter tersebut ditentukan berdasarkan interaksi antar kelas dari faktor penentu yang kemudian dilakukan matching dengan kualitas parameter penentunya. Proses penilaian sub parameter kesesuaian posisi pengembangan dam parit berdasarkan interaksi antar faktor-faktor penentunya disajikan pada Gambar 12.

Gambar 12. Proses penilaian sub parameter kesesuaian posisi berdasarkan interaksi antar faktor penentunya dengan bantuan DSS

2. Kriteria Kesesuaian Volume Pengembangan Dam Parit Individual

Areal tampung dam parit hanya terbatas pada jalur sungai tidak ada lahan lain yang harus dikorbankan menjadi media tampung. Dalam model pengembangan dam parit individual, kriteria kapasitas tampung dam parit dimaksudkan adalah jumlah aliran permukaan yang dapat ditampung oleh dam parit yang terdapat dalam jalur anak sungai. Bila dam parit telah terisi penuh maka air sebagian akan mengalir melalui saluran dan apabila debitnya lebih besar sebagian akan mengalir ke sungai melalui pelimpas dam. Air yang mengalir melalui saluran irigasi diteruskan hingga ke areal target. Untuk target domestik air ditampung melalui bak-bak tampung/kolam yang terdapat di masing-masing rumah. Sedangkan untuk target irigasi air dari saluran akan ditampung di petak-petak lahan. Dengan demikian maka kapasitas tampung dam parit selain ditentukan oleh parameter dari karakteristik penampang sungai (volume dam) juga ditentukan pula oleh parameter dimensi saluran, dan parameter luas dan bentuk lahan target. Diagram alir proses penyusunan desain kriteria kesesuaian volume pengembangan dam parit individual disajikan pada Gambar 13.

Gambar 13. Diagram alir proses penyusunan desain kriteria kesesuaian volume pengembangan dam parit individual

Interaksi antar faktor penentu sub parameter terjadi apabila suatu sub parameter kesesuaian terdiri lebih dari satu faktor penentu. Penentuan nilai kesesuaian dari hasil interaksi antar faktor penentu mengacu pada pendapat pakar/ expert (Djaenudin et al. 2003). Untuk mempermudah proses penentuan tingkat kesesuaian sub parameter penentu, maka perhitungan dilakukan dengan bantuan program decision support system DSS. Nilai kesesuaian posisi dam parit ditentukan oleh satu atau lebih nilai kesesuaian sub parameter yang mempunyai nilai terendah. Menurut Heryani dan Sutrisno (2005); Sawiyo et al

(2008) dan Sawiyo (2010) tingkat kesesuaian posisi pengembangan dam parit ditentukan secara kualitatif sebagai berikut:

S1 = sangat sesuai artinya karakteristik parameter tidak mempunyai kendala atau berkendala ringan mudah dan mudah diatasi

S2 = cukup sesuai artinya karakteristik parameter mempunyai kendala yang cukup berat namun masih cukup mudah diatasi

S3 = Kurang sesuai artinya karakteristik parameter mempunyai kendala berat dan memerlukan biaya yang cukup tinggi untuk mengatasinya

N = Tidak sesuai artinya karakteristik parameter mempunyai kendala yang sangat berat dan dapat membahayakan keberlanjutan kondisi lingkungan

Kriteria Parameter Kesesuaian Pengembangan Dam Parit Terpadu Skala DAS

Model desain pengembangan dam parit dilakukan melalui aplikasi model hidrologi meliputi 2 tahapan. Tahapan pertama adalah analisis untuk menentukan volume hujan yang harus dipanen saat terjadi hujan ekseptional, berdasarkan analisis debit maksimum menurut kriteria ambang tinggi muka air tertentu. Panen

Hujan yang harus dipanen dihitung dari volume hujan maksimum dikurangi dengan hujan volume penyebab debit ambang batas banjir. Khusus untuk kawasan DAS Ciliwung digunakan ambang baku tinggi muka air/debit Siaga III pada Bendung Katulampa, Bogor. Status kondisi siaga di DKI Jakarta berdasarkan tinggi muka air dari Bendung Katulampa adalah : Siaga I = > 200 cm, Siaga II = 150 -200 cm, Siaga III 80-150 cm dan Siaga IV (kondisi normal) < 80 cm (PSDA 2004). Menurut Grenti et al. 2006 debit yang menyebabkan banjir DAS di Sungai Ciliwung apabila debit di bendung Katulampa sebesar 106,7 m3/dt.

Hasil analisis volume hujan yang harus dipanen, selanjutnya dijadikan sebagai acuan dalam menentukan volume debit yang harus dipanen dan jumlah optimum dam parit yang harus dibangun dalam suatu kawasan DAS. Tahapan kedua adalah analisis untuk menentukan lokasi sebaran pembangunan teknik panen hujan yang dapat menurunkan debit puncak secara efektif dan signifikan.

Penentuan Volume Dam Parit Skala DAS

Penentuan volume panen hujan dilakukan berdasarkan aplikasi Model Debit GR4J. Model ini merupakan model debit yang sederhana, dapat diandalkan, serta merupakan model global dengan interval waktu harian yang hanya membutuhkan 4 parameter (Perrin 2002). Struktur model GR4J dikembangkan berdasarkan pendekatan secara empiris dan telah melalui pengujian pada DAS dengan berbagai kondisi yang beragam. Model GR4J digunakan untuk mensimulasi penurunan debit puncak pada beberapa skenario penurunan intensitas curah hujan lebih (excess rainfall) (Gambar 14).

Gambar 14. Analisis penentuan volume panen hujan dan aliran permukaan berdasarkan aplikasi model hidrologi

Volume penurunan intensitas curah hujan lebih tersebut merepresentasikan volume curah hujan yang harus dipanen agar debit puncak yang terjadi pada outlet DAS tidak akan melampaui ambang batas debit maksimum yang ditetapkan menurut kriteria periode ulang banjir. Debit maksimum digunakan sebagai kriteria ambang batas ditetapkan berdasarkan analisis debit periode ulang 5 tahun dan 10

10 th

tahun. Debit periode ulang banjir 5 tahun dan 10 tahun akan dianalisis menurut metode Gumbell.

Penentuan Lokasi Sebaran Dam parit

Penentuan lokasi sebaran dam parit dianalisis berdasarkan aplikasi Model IFAS yang telah dikembangkan oleh ICHARM (Fukami et al. 2009). IFAS

(Integrated Flood Analysis System) memiliki beberapa menu diantaranya menu

masukan data hujan baik dari stasiun hujan maupun dari satelit, menu fungsi SIG untuk menyusun peta jaringan sungai dan menu untuk menghitung parameter dari model simulasi aliran sungai serta menu untuk menyajikan hasil analisis. IFAS dapat digunakan sebagai alat bantu untuk memprediksi banjir dan mengembangkan sistem peringatan dini pada DAS yang tidak memiliki alat pemantau debit. IFAS memiliki 3 jenis parameter yaitu: parameter permukaan, aquifer dan parameter aliran sungai. Nilai baku dari ketiga parameter tersebut sudah tersimpan dalam sistem basis data. Semua parameter dapat di modifikasi secara otomatis maupun secara manual.

Proses penentuan lokasi sebaran dam parit menggunakan aplikasi model IFAS akan dilakukan melalui 2 tahapan yaitu :

1. Penyusunan Data Spasial Lokasi Sebaran Dam Parit Menurut Acuan Kriteria Kesesuaian Dam Parit Terpadu Skala DAS.

Data spasial lokasi sebaran dam parit menunjukkan posisi geografis dari suatu rekomendasi pengembangan dam parit menurut panduan kriteria kesesuaian teknik panen dam parit skala DAS. Peta tersebut merupakan hasil integrasi antara proses spasialisasi DAS Ciliwung Hulu menjadi beberapa pixel atau grid berukuran 0.5 km serta filterisasi nilai dan parameter menurut kriteria kesesuaian pengembangan dam parit yang diterapkan pada layer peta geologi, tanah, penggunaan lahan, lereng, kemampuan lahan, dan peta jaringan sungai selama dilakukannya proses overlay. Lokasi yang sesuai untuk pembangunan dam parit direkomendasikan menurut kriteria kesesuaian dam parit terpadu ditunjukkan oleh grid-grid yang merepresentasikan posisi geografis yang selanjutnya menjadi masukan data model IFAS dalam proses simulasi debit sebagai dampak pembangunan dam parit.

2. Simulasi Perubahan Debit Sebagai Dampak Pengembangan Dam Parit secara Terpadu pada Skala DAS

Dalam penelitian ini, berdasarkan aktivasi menu yang terdapat dalam IFAS, beberapa skenario jumlah dan lokasi penempatan dam parit berdasarkan acuan kriteria kesesuaian pembangunan dam parit secara terpadu pada skala DAS akan dibangkitkan, kemudian hidrograf yang terbentuk akan dibandingkan dengan hidrograf kondisi inisial. Jumlah dan lokasi dam parit yang optimal ditetapkan berdasarkan tingkat penurunan puncak hidrograf yang paling signifikan. Gambar 15 menunjukkan menu dalam IFAS yang mengilustrasikan perubahan hidrograf menurut skenario perubahan kapasitas tampung dan lokasi penempatan bangunan dam parit di DAS Ciliwung Hulu.

Gambar 15. Ilustrasi simulasi hidrograf pada beberapa skenario distribusi lokasi dan karakteristik dam parit menggunakan aplikasi model IFAS

Analisis Dampak Pengembangan Dam Parit

Analisis dampak pengembangan dam parit dilakukan pada beberapa aspek meliputi:

1. Analisis dampak hidrologis (penurunan debit puncak dan peningkatan waktu dasar)

2. Analisis dampak peningkatan produktifitas lahan 3. Analisis finansial usahatani lahan target.

Analisis Dampak Hidrologis. Dampak pengembangan dam parit terhadap perubahan fungsi hidrologis (penurunan debit puncak dan peningkatan waktu saat terjadi debit puncak (time to peak) serta peningkatan waktu dasar (time base) dianalisis berdasarkan perbandingan karakteristik hidrograf sesaat (interval jam-jaman) pada outlet DAS sebelum dan sesudah pembangunan dam parit (Gambar 16).

Gambar 16. Perbedaan karakteristik hidrograf sebelum dan sesudah implementasi teknik panen hujan

Keterangan:

Q1 = volume debit puncak sebelum implementasi Dam Parit. Q2 = volume debit puncak setelah implementasi Dam Parit.

Analisis perbandingan karakteristik hidrograf sebelum dan sesudah implementasi teknik panen hujan (pembangunan dam parit) dilakukan terhadap hidrograf yang terbentuk dari kejadian hujan yang memiliki karakteristik relatif hampir sama meliputi jeluk hujan, intensitas maksimum dan lamanya hujan. Karakteristik hidrograf yang dibandingkan meliputi debit puncak (peak

discharge), waktu dasar (time base), waktu puncak (time to peak), volume debit

alira permukaan serta koefisien aliran permukaan.

Analisis Dampak Terhadap Peningkatan Produktifitas Lahan. Pengembangan dam parit yang diikuti dengan pembuatan saluran irigasi ke areal target diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan dan keberhasilan usahatani. Analisis dilakukan terhadap indeks pertanaman (IP) yaitu jumlah pertanaman dalam 1 tahun.

Analisis Dampak terhadap Pendapatan Petani. Analisis dampak pengembangan dam parit terhadap pendapatan petani dilakukan berdasarkan analisis kelayakan finansial usahatani meliputi analisis Net B/C ratio dan analisis kelayakan investasi.

B/C Ratio merupakan alat analisa untuk mengukur tingkat keuntungan

teknologi baru di dalam proses produksi usahatani.

B/C ratio = ………. 1

Keterangan:

TR1 dan TR2 = Pendapatan cabang usahatani I dan II TC1 dan TC2 = Biaya untuk cabang usahatani I dan II Kriteria:

B/C Ratio > 0, usahatani menguntungkan

B/C Ratio < 0, usahatani tidak menguntungkan

B/C Ratio = 0, usahatani impas

Analisis Kelayakan Investasi dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan yang berdasarkan pada konsep Cashflow yaitu Metode Payback

Period, Metode Net Present Value (NPV) dan Metode Internal Rate of Return

(IRR).

Periode Pengembalian (Payback Period) Memperhitungkan berapa nilai investasi dari pembangunan dam parit dan penghasilan (proceeds) yang diperoleh berupa peningkatan hasil tanaman. Dari kedua nilai itu maka kita akan dapat memperhitungkan berapa lama waktu yang diperlukan untuk menutup kembali seluruh nilai investasi tersebut dari proceeds yang diterima tiap tahun. Dalam hal

ini payback period dapat diperhitungkan dengan menggunakan rumus:

PP = I/Pi ………. 2 Di mana: PP = Periode Pengembalian (payback period).

I = Nilai seluruh investasi Pi = Rata-rata proceed tiap tahun

Net Present Value dari Proceed (NPV) merupakan sisa hasil pengurangan

nilai sekarang dari penghasilan (proceed) dengan outlay (nilai investasi). Apabila

NPV mempunyai nilai positif berarti investasi tersebut menguntungkan sebab dalam hal itu berarti terdapat sisa hasil di atas pengeluarannya, sedangkan apabila

negatif berarti tidak menguntungkan. Untuk menghitung NPV ini dapat dipergunakan rumus sebagai berikut:

NPV = ( P1 + P2 + ……….. Pn ) – 1

(1+i ) ^1 (1+i)^2 (1+i)^n ………. 3 Dimana:

NPV= Net present value. i = Nilai investasi. P = Proceed.

Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat bunga diskonto yang

menyamakan nilai penghasilan saat ini (present value of proceed) dengan nilai investasi saat ini (present value of outlay). Tingkat bunga yang menyamakan kedua hal itu merupakan IRR. Apabila IRR ini lebih tinggi dari tingkat bunga modal yang akan dipergunakan dalam investasi itu maka investasi tersebut berarti menguntungkan karena hasilnya dapat melebihi ongkos-ongkosnya, sedangkan sebaliknya apabila IRR adalah lebih rendah dari tingkat bunganya maka berarti investasi tidak menguntungkan. Oleh karena itu maka IRR dapat kita hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

IRR =I

I = ( P 1 + P2 + ………. Pn ) = 0

(1+i ) ^1 (1+i)^2 (1+i)^n ………. 4 Di mana :

I = Investasi, P = Proceed, n = Jangka waktu proyek, i = Tingkat diskonto atau IRR

Dokumen terkait