• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain Penelitian

Penelitian ini didesain sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan efektivitas komunikasi politik pada program Saba Desa dan menguraikan hubungan antara faktor internal, faktor eksternal, faktor komunikasi dengan reseptivitas pesan dan efektivitas komunikasi politik pada program Saba Desa. Menurut Singarimbun dan Effendi (2008), desain penelitian survei adalah penelitian yang mengambil contoh dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Kemudian dilengkapi dengan analisis isi terhadap pidato Bupati RY sebagai komunikator dalam penelitian ini.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Program Saba Desa dilakukan rutin setiap minggu dengan mengunjungi semua desa yang ada di Kabupaten Bogor secara bergiliran. Penelitian dilaksanakan di dua Desa, Desa Bojong Sempu Kecamatan Parung dan Desa Hambalang Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini dikarenakan dua desa ini sesuai dengan jadwal peneliti turun lapang, karena pada dasarnya semua isi dari kegiatan Saba Desa ini hampir sama pada setiap desa, dengan karakteristik responden yang juga hampir sama di setiap desa. Pengumpulan data primer di lapangan serta pengolahan data dilakukan selama dua bulan, yaitu bulan Oktober-November 2011. Penelitian ini juga dilengkapi dengan analisis isi untuk membantu menguraikan deskripsi pesan.

Populasi dan Sampel

Populasi menurut Riduwan (2004) merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Terkait dengan tujuan penelitian, maka populasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat yang mengikuti Program Saba Desa di Mesjid Al Barkah Desa Bojong Sempu Kecamatan Parung, dan Mesjid Jamie Nurul Iman Desa Hambalang Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor. Teknik penarikan sampel secara accidental, yaitu cara atau metode penarikan sampel dengan memilih siapa yang kebetulan ditemui dan dijumpai pada saat program Saba Desa selesai dilakukan. Dengan pendekatan yang digunakan oleh Neuman (2000) yang mengatakan bahwa bila populasi kurang dari 1000 maka sampel yang diambil harus 30 persen dari populasi. Berdasarkan pendekatan tersebut terpilih 71 responden penelitian, 40 responden berasal dari Desa Hambalang dan 31 responden berasal dari Desa Bojong Sempu. Adapun jumlah populasi dan sampel dapat disajikan dalam Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Populasi dan Sampel Peserta Saba Desa di Desa Bojong Sempu dan Desa Hambalang

No Nama Desa/Kecamatan Populasi (orang) Sampel (orang) 1. Bojong Sempu/Parung 104 31 2. Hambalang/Citeureup 133 40 Total 237 71

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian adalah:

1. Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data melalui studi dokumentasi terhadap laporan-laporan yang berkaitan dengan sumber data sekunder.

2. Jenis pertanyaan tertutup, yaitu pertanyaan yang bisa dijawab dengan pilihan jawaban yang sudah tersedia pada kuesioner.

3. Wawancara mendalam yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan berbagai pertanyaan-pertanyaan secara mendalam kepada responden secara tatap muka dengan pedoman wawancara yang sebelumnya telah disediakan, diarahkan guna memperoleh data yang belum terungkap dengan kuesioner. 4. Survey dan observasi langsung, yaitu bentuk pengumpulan data melalui

pengamatan langsung di lapangan dengan melihat secara langsung kenyataan yang ada di masyarakat, misalnya berupa transkrip pidato komunikator.

Data dan Instrumentasi

Data yang digali dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengisian kuesioner oleh responden secara langsung setelah Program Saba Desa dilaksanakan. Dilakukan juga obsevasi langsung beserta wawancara agar dapat mendeskripsikan hasil penelitian yang dilakukan. Wawancara yang dilakukan diantaranya adalah wawancara dengan pejabat dinas terkait di Pemkab Bogor, kepala desa, tokoh masyarakat yang terkait, dan masyarakat yang mengikuti Saba Desa. Data sekunder diperoleh dari dokumen– dokumen dari instansi dari Bagian asisten Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Bogor, Kecamatan Citeureup, Kecamatan Bojong sempu, dan instansi lain yang terkait dengan penelitian ini, data sekunder dalam penelitian ini meliputi data–data seperti potensi wilayah dll. Data sekunder juga diperoleh dari buku-buku, jurnal ilmiah, penelitian-penelitian terdahulu yang dapat mendukung pembahasan hasil penelitian.

Indikator yang dipakai dalam setiap peubah berdasarkan teori yang ada yaitu melalui buku, dilengkapi juga dengan hasil penelitian. Selanjutnya indikator tersebut dituangkan dalam definisi operasional, kemudian dikembangkan dalam bentuk kuesioner sebagai instrumen penelitian. Instrumen yang digunakan terlebih dahulu diujicobakan pada masyarakat yang memiliki karakteristik sama atau hampir sama. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data berupa kuesioner yang berisi daftar-daftar pertanyaan tertutup dan semi terbuka. Instrumen dibagi menjadi lima bagian, bagian pertama mengenai faktor karakteristik individu masyarakat, bagian dua mengenai karakteristik eksternal

masyarakat, bagian tiga mengenai faktor komunikasi, bagian keempat mengenai reseptivitas pesan, dan bagian kelima mengenai efektivitas komunikasi politik pada Program Saba Desa.

Definisi Operasional

Menurut Singarimbun dan Effendi (2008), definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. Dari informasi tersebut peneliti akan dapat mengetahui bagaimana cara mengukur variabel yang dipakai. Definisi operasional juga menyajikan pengukuran terhadap peubah dengan jelas. Pengukuran dalam penelitian ini dilakukan dengan mendefinisikan peubah-peubah yang digunakan sebagai berikut:

I. Karakteristik Internal, adalah ciri-ciri yang melekat pada responden yang meliputi: umur, pendidikan, pekerjaan, afiliasi berpolitik, lokasi tempat tinggal, dan motivasi.

X.1 Umur adalah jumlah tahun yang dialami responden dari saat kelahiran hingga penelitian atau wawancara dilaksanakan. Pengukuran berdasarkan pembulatan ke ulang tahun terdekat yang dinyatakan dalam satuan tahun, diukur dalam skala rasio.

1. 21-41 tahun (Muda)

2. 41-62 tahun (Setengah Baya) 3. 63-82 tahun (Tua)

X.2 Pendidikan Formal adalah tingkat pembelajaran tertinggi yang pernah dicapai responden, dikategorikan dalam SD atau Madrasah Ibtidaiyah, SLTP atau Madrasah Tsanawiyah, SLTA atau Madrasah Aliyah, DIII atau Diploma dan Sarjana diukur dengan skala ordinal.

1. Tidak lulus SD 2. Lulus SD 3. Lulus SMP 4. Lulus SMA

X.3 Tingkat pendapatan adalah jumlah uang atau bentuk lain yang diuangkan dalam bentuk rupiah, yang diperoleh rata-rata responden dalam setiap bulan dengan satuan rupiah, yang diukur dengan skala rasio.

1. 0 – 1.000.000

2. 1.000.001 – 2.000.000 3. 2.000.001 – 3.000.000

X.4 Afiliasi berpolitik adalah keikutsertaan responden dalam berperan menjadi anggota maupun pengurus aktif maupun pasif dalam organisasi politik. Pada penelitian ini diukur dengan skala ordinal. 1. Aktif berpolitik

2. Tidak aktif berpolitik

X.5 Motivasi adalahsebuah alasan atau dorongan seseorang untuk bertindak. Alasan atau dorongan itu bisa datang dari luar maupun dari dalam diri. Pada penelitian ini motivasi dilihat sebagai alasan atau dorongan yang melatarbelakangi responden dalam mengikuti kegiatan Jumling. Pada penelitian ini diukur melalui skala nominal.

1. Motivasi sendiri

2. Dipengaruhi orang lain

II. Karakteristik eksternal adalah ciri khusus yang berasal dari luar individu, dalam hal ini karakteristik eksternal dilihat sebagai pengaruh di luar diri individu yang mempengaruhi penilaian individu responden.

X.6. Interaksi menurut Narwoko dan Suyanto (2004) adalah suatu proses kontak sosial dan komunikasi antara dua orang atau lebih. Dengan demikian interaksi dalam penelitian ini adalah kontak sosial dan komunikasi yang dilihat sebagai hubungan timbal balik (sosial) berupa aksi saling mempengaruhi antara responden dengan keluarga, aparat desa, dan sesama masyarakat yang dibatasi hanya pembicaraan mengenai politik, sosial, ekonomi, dan kesehatan. Variabel ini diukur dengan skala ordinal.

1. Rendah

2. Kadang-kadang 3. Tinggi

X.7. Keterdedahan merupakan terpaan responden terhadap suatu media komunikasi yang diukur berdasarkan frekuensi dan intensitas seorang responden dalam menggunakan media komunikasi, dalam hal ini media komunikasi yang digunakan adalah media elektronik (Televisi). Variabel ini diukur dengan skala ordinal.

Berdasarkan frekuensi 1. 0-2 hari/minggu 2. 3-5 hari/minggu 3. 6-7 hari/minggu Berdasarkan intensitas 1. 0-40 menit/sekali menonton 2. 41-80 menit/sekali menonton 3. 81-120 menit/sekali menonton

III. Faktor Komunikasi terdiri dari tiga variabel yaitu komunikator, pesan dan pemanfaatan media. Masing-masing variabel ini terdiri dari berbagai macam unsur.

X.8 Komunikator

X.8.1 Kredibilitas komunikator didefinisikan sebagai sejauhmana sumber dipandang memiliki keahlian dan dipercaya. Kredibilitas komunikator mencakup keahlian sumber dan kepercayaan sumber. Kredibilitas komunikator dapat berubah seiring berjalannya waktu. Variabel ini diukur dengan skala ordinal.

1. Tidak Kredibel (1,00 – 1,66) 2. Cukup Kredibel (1,67 – 2,33) 3. Kredibel (2,34 – 3,00)

X.8.2 Daya tarik Komunikator adalah penilaian responden terhadap kualitas fisik dan non fisik komunikator yang membuat dirinya disukai masyarakat, meliputi penampilan fisik, gaya bicara, sifat pribadi, keakraban, kinerja, keterampilan komunikasi dan perilakunya. Daya tarik akan diukur melalui pendekatan

fisikal, psikologikal, dan sosiologikal. Variabel ini diukur dengan skala ordinal.

1. Tidak Menarik (1,00 – 1,66) 2. Cukup Menarik (1,67 – 2,33) 3. Menarik (2,34 – 3,00)

X.8.3 Kekuasaan Komunikator didefinisikan kondisi di mana seorang sumber pesan dapat memberikan penghargaan maupun hukuman. Sumber yang memiliki kekuasaan akan lebih efektif dalam menyampaikan pesan dan penerimaannya dari pada sumber yang kurang atau tidak yang memiliki kekuatan. Pada penelitian ini kekuasaan komunikator diukur dengan skala ordinal.

1. Buruk (1,00 – 1,66) 2. Cukup baik (1,67 – 2,33) 3. Baik (2,34 – 3,00)

X.9 Variabel Pesan terdiri dari struktur pesan, gaya pesan dan imbauan pesan.

X.9.1. Struktur pesan adalah penilaian responden terhadap pola penyimpulan pesan (baik pesan tersirat atau tersurat), pola urutan argumentasi (mana yang lebih dahulu, argumentasi yang penting atau yang tidak penting, yang menunjang komunikator atau yang membicarakan pro dan kontra sekaligus). Variabel ini diukur dengan skala ordinal.

1. Tidak terstruktur (1,00 – 1,75) 2. Kurang terstruktur (1,76 – 2,51) 3. Terstruktur (2,52 – 3,26)

4. Sangat Terstruktur (3,27 – 4,00)

X.9.2. Gaya pesan adalah penilaian responden terhadap variasi linguistik komunikator dalam menyampaikan pesan (perulangan, kemudahdimengertian, perbendaharaan kata) komunikator. Variabel ini diukur dengan skala ordinal.

1. Tidak Variatif (1,00 – 1,66) 2. Cukup Variatif (1,67 – 2,33) 3. Variatif (2,34 – 3,00)

X.9.3 Imbauan pesan adalah penilaian responden terhadap motif-motif psikologis komunikator yang terkandung dalam pesan yang disampaikan (ganjaran, rasional, emosional, menakutkan, motivasional). Imbauan rasional adalah meyakinkan responden dengan pendekatan logis atau penyajian bukti-bukti. Imbauan emosional menggunakan pernyataan-pernyataan atau bahasa-bahasa yang menyentuh emosi responden. Imbauan takut menggunakan pesan yang mencemaskan, mengancam, atau meresahkan responden. Imbauan ganjaran menggunakan rujukan yang menjanjikan responden sesuatu yang mereka perlukan atau yang mereka inginkan akan diukur dengan skala nominal. Imbauan motivasional menggunakan imbauan motif yang menyentuh kondisi intern dalam diri manusia. Variabel ini diukur dengan skala nominal.

1. Rasional 2. Emosional 3. Menakutkan 4. Menjanjikan 5. Motivasi

IV Reseptivitas Pesan ditunjukan dengan perhatian, pengertian dan penerimaan terhadap pesan.

Y11 Perhatian terhadap pesan adalah sejauhmana responden menyadari adanya pesan yang diberikan (Rakhmat, 1995). Variabel ini diukur dengan skala ordinal.

1. Rendah (1,00 – 1,66) 2. Sedang (1,67 – 2,33) 3. Tinggi (2,34 – 3,00)

Y12 Pengertian terhadap pesan adalah sejauhmana responden memahami pesan yang diberikan. Variabel ini diukur dengan skala ordinal.

1. Rendah (1,00 – 1,66) 2. Sedang (1,67 – 2,33) 3. Tinggi (2,34 – 3,00)

Y13 Penerimaan terhadap pesan adalah sejauhmana responden menyetujui gagasan yang dikemukakan komunikator. Variabel ini diukur dengan skala ordinal.

1. Rendah (1,00 – 1,66) 2. Sedang (1,67 – 2,33) 3. Tinggi (2,34 – 3,00)

V. Efektivitas Komunikasi Politik yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup perubahan citra, rencana dan operasi dari responden. Dalam penelitian ini efektivitas komunikasi didefinisikan sebagai sejauhmana komunikasi politik yang dilakukan dalam program Jumling dapat diterima secara baik dan mempengaruhi partisipan yang hadir dalam program jumling. Pengukuran efektivitas komunikasi dilakukan dengan dua variabel saja, yaitu citra dan rencana, karena variabel operasi tidak dapat diukur langsung pada saat penelitian berlangsung.

Y21 Pada penelitian ini Citra akan didefinisikan sebagai tingkat pengetahuan, dan tingkat afeksi (perasaan) dari responden terhadap komunikator. Variabel ini diukur dengan skala ordinal.

1. Buruk (1,00 – 1,66) 2. Cukup baik (1,67 – 2,33) 3. Baik (2,34 – 3,00)

Y22. Rencana dalam penelitian ini dilihat sebagai tindakan responden peneitian dalam membuat langkah – langkah dalam rangka menindaklanjuti pesan – pesan yang diberikan dalam jumling tingkat perencanaan belum pada pada tingkat implementasi. Variabel ini diukur melalui skala ordinal.

1. Tidak Mau Melaksanakan (1,00 – 1,66) 2. Ragu-ragu (1,67 – 2,33)

Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas instrumentasi adalah suatu tingkatan yang menunjukkan pengukuran yang tepat meliputi validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi diupayakan dengan cara mencermati isi instrumen yang mewakili seluruh aspek yang dinyatakan sebagai kerangka konsep. Sementara validitas konstruk diupayakan dengan cara mencermati kerangka dari suatu konsep. Reliabilitas instrumen adalah indeks yang menunjukan sejauhmana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Ancok dalam Singarimbun dan Effendi, 2008). Tingkat validitas dan reliabilitas menunjukkan mutu substansi pengumpulan data dalam suatu penelitian, mulai dari penjabaran konsep-konsep sampai pada saat data siap untuk dianalisa.

Validitas Instrumen

Uji coba validitas dilakukan di Desa Gandoang Kecamatan Citeureup, dengan mengorelasikan skor masing – masing pertanyaan dengan skor total pada setiap peubah. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan SPSS versi 16, dapat disimpulkan secara keseluruhan item pertanyaan yang valid dapat dilihat dari nilai kritis pada tabel product moment Pearson. Dari hasil uji validitas yang diujikan pada 15 orang responden diperoleh nilai kritis dari tabel product moment

Pearson sebesar 0,553. Dengan nilai kritis tersebut terdapat 15 pertanyaan yang tidak valid dan dibuang, tetapi terdapat juga 5 pernyataan yang nilai kritisnya tidak terlalu jauh dari 0,553 yang kemudian dimodifikasi tata bahasanya agar pernyataan tersebut dapat lebih dipahami secara lebih jelas oleh responden. Total pernyataan yang valid dari instrumen yang digunakan adalah sebanyak 75 butir. Rumus Product Moment Pearson

Keterangan : r = Nilai koefisien validitas X = Skor pertanyaan pertama Y = Total Skor

XY = Skor pertanyaan pertama dikalikan skor total N = Jumlah responden

Ujicoba akan dilakukan pada masyarakat yang memiliki karakteristik yang serupa dengan responden penelitian.

Reliabilitas Instrumen

Untuk menentukan reliabilitas instrumen, dilakukan uji coba instrumen dengan menggunakan teknik belah dua (split half test) dari rumus Product Moment Pearson sebagai berikut:

  

 

] ) ( ][ ) ( [ ) ( ) ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N r

  

 

] ) ( ][ ) ( [ ) ( ) ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N r

Keterangan:

r.tt = angka korelasi belahan pertama dan kedua r.tot = angka reliabilitas seluruh item

Pengujian reliabilitas menggunakan split – half , untuk menentukan apakah setiap instrumen reliabel atau tidak dalat dilihat pada skala 0 – 1 interpretasi reliabilitas instrumen sebagai berikut:

1. Nilai reliabilitas 0,0 – 0,20 = Kurang reliabel 2. Nilai reliabilitas 0,21 – 0,40 = Agak reliabel 3. Nilai reliabilitas 0,41 – 0,60 = Cukup reliabel 4. Nilai reliabilitas 0,61 – 0,80 = Reliabel

5. Nilai reliabilitas 0,81 – 1,00 = Sangat Reliabel

Dari hasil uji reliabilitas yang diujikan pada 15 orang responden dengan menggunakan rumus split - half di peroleh kisaran nilai reliabilitas antara 0,509 – 0,914. Sehingga dapat dikatakan reliabilitas instrumennya berkisar antara cukup reliabel sampai dengan sangat reliabel.

Analisis Data

Analisis data menggunakan analisis statistik non parametrik, yaitu untuk mengetahui nilai hubungan antara karakteristik individu, faktor eksternal, faktor komunikasi, reseptivitas pesan, dengan efektivitas komunikasi politik pada program Saba Desa di Desa Bojong Sempu Kecamatan Parung dan Desa Hambalang Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor. Hubungan antar variabel tersebut dianalisis menggunakan program SPSS versi 16 dengan Uji Koefisien Kontingensi dan Korelasi rank Spearman.

Analisis hubungan antar peubah menggunakan analisis statistik non parametrik yaitu dengan menggunakan rumus chi-square dan korelasi rank

Spearman.

a. Chi Square dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

X2 = Koefisien korelasi Chi Square

Oij = Frekuensi yang termasuk pada tiap sel (i,j) Eij = Frekuensi yang diharapkan dalam sel (i,j) k = Jumlah baris n = jumlah kolom

 

tt tt tot

r

r

r

1

2

 

 

k i n j

ij

ij

ij

1 1 2 2

Analisis keeratan hubungan pada Uji Chi Square dilakukan dengan menghitung koefisien kontingensinya dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

C = Nilai Koefisien Kontingensi

X2 = Hasil Chi Square hitung n = Banyaknya sampel b. Rank Spearman

Keterangan :

rs = Koefisien Korelasi Rank Spearman

di = Beda antara dua variabel berpasangan

n = Jumlah Responden 1 dan 6 = Bilangan koefisien

2 2     n C

1

6 2 1 2

n n di r n i s

Dokumen terkait