• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di perairan Kolong Simpur, Desa Pemali Kecamatan Pemali, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung. Pengamatan dilakukan setiap bulan selama enam bulan dari bulan Februari sampai Juli 2013.Analisis sampel dilakukan di Laboratorium Perikanan Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi Universitas Bangka Belitung dan laboratorium Ekobiologi Sumberdaya Perairan FPIK IPB. Peta kolong Bendungan Simpur dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Peta kolong Bendungan Simpur Desa Pemali Kabupaten Bangka

Alat

Alat yang digunakan selama penelitian terdiri dari alat pengumpul sampel dan alat pengumpul data. Selanjutnya alat yang digunakan selama penelitian disajikant pada Tabel 1.

Tabel 1 Alat yang digunakan dalam penelitian

Alat Kegunaan

Alat pengumpul sampel:

1. Jaring Insang ukuran 2cm, dan 2.5cm, 3 cm dan 4 cm.

Menangkap ikan belida 2. Botol BOD Mengambil air sampel DO Alat pengumpul data:

1 pH meter Mengukur pH air 2. Tiang skala Mengukur kedalaman 3. Secchi disk Mengukur kecerahan air 4. Penggaris dengan sensitifitsas 1 mm Mengukur panjang ikan 5. Timbangan digital dengan sensitifitas

0,01 gr

Mengukur berat ikan, beratgonad 6. Satu set alat bedah Membedah sampel ikan

7. Mikroskop, gelas objek, dan coverglas Mengamati organ ikan 8. Gelas ukur, erlenmeyer, spuit suntik,

pipet tetes, tabung reaksi. Sebagai alat titrasi kualitas air 9 GPS (Global position system) Penentuan lokasi

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Bahan yang digunakan dalam penelitian

Bahan Kegunaan

1. Ikan belida Sampel ikan

2. Formalin 4% Mengawetkan sampel ikan dan saluran pencernaan ikan. 3. MnSO4, NaOH+KI, H2SO4,

Na-thiosulfat, amilum

Bahan titrasi kualitas air

Metode Pengambilan Data

Penentuan Stasiun Pengambilan Contoh

Penentuan stasiun pengambilan contoh dilakukan secara purposive sampling methode yaitu metode penentuan lokasi pengambilan contoh yang dilakukan berdasarkan pertimbangan perorangan atau peneliti pada lokasi penelitian (Fachrul 2006).

Stasiun 1 : Berada diTeluk Gorong-gorong, daerah ini merupakan kawasan yang membentuk teluk dengan koordinat 01o 52’ 41,0” LS, 106o 03’ 12,0” BT.

Stasiun 2 : Berada didaerah balai, dekat daerah pemukiman dan ditumbuhi tanaman air tidak terlalu banyak dengan substrat pasir berlumpur dengan koordinat 01o52’ 02,8” LS, 106o 02’ 59,6” BT.

daerah perkebunan, karakteristik perairan ditumbuhi banyak tanaman air, dan substrat berlumpur dengan koordinat 01o 52’ 09,0” LS, 106o 02’51,2” BT.

Stasiun 4 : Merupakan kawasan dam, dengan karakteristik badan perairan yang terbuka, ditumbuhi sedikit tanaman air, dan substrat berpasir dengan koordinat 01o51’ 51,9” LS, 106o 02’ 59,4” BT.

PengumpulanData di Lapangan

Pengumpulan data dilapangan selama penelitian terdiri dari pengambilan contoh atau sampel ikan dan parameter lingkungan.

1 Pengambilan contoh ikan

Pengambilan contoh atau sampel ikan dilakukan selama enam bulan di empat stasiun yang telah ditentukan. Alat tangkap yang digunakan terdiri dari jaring insang dengan ukuran 2 cm, 2.5 cm, 3 cm, dan 4 cm. Masing-masing jaring insang memiliki panjang 30 m dan lebar 2 m. Jaring insang dipasang pada pagi hari dan diangkat pada sore harinya, kemudian dipasang lagi pada sore tersebut dan diangkat pada pagi esok harinya.

Sampel ikan yang tertangkap di setiap stasiun dikelompokkan berdasarkan ukuran untuk memudahkan proses pengawetan dan analisis di laboratorium. Sampel-sampel ikan tersebut di awetkan pada larutan formalin 4% dan selanjutnya dimasukkan kedalam kantung plastik dan diberi keterangan mengenai nomor stasiun dan tanggal sampling yang selanjutnya akan dianalisis dilaboratorium.

2 Pengukuran parameter lingkungan

Parameter lingkungan yang diukur meliputi aspek fisika, dan kimia. Parameter fisika yang diukur antara lain temperatur, kecerahan, kedalaman, sedangkan parameter kimia yang diukur antara lain pH, dan oksigen terlarut (Tabel 3).

Tabel 3Pengukuran parameter fisika dan kimia.

Parameter Satuan Alat Lokasi Fisika

Temperatur oC termometer In situ

Kecerahan M keping secchi In situ

Kedalaman M tongkat berskala In situ

Kimia

pH Unit pH meter In situ

Oksigen terlarut ppm titrasi In situ

Pengumpulan Data di Laboratorium 1 Pengamatan aspek pertumbuhan

Dalam pengamatan aspek pertumbuhan data yang dibutuhkan yaitu ukuran panjang dan berat ikan. Setiap contoh atau sampel ikan diukur panjang total dan

berat ikan. Panjang total diukur mulai dari moncong sampai ujung sirip ekor. Pengukuran dilakukan dengan penggaris dengan ketelitian 0,1 mm, sedangkan berat ikan ditimbang dengan timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gram.Selain itu diukur juga tinggi kepala ikan (mm) sebagai data dalam penentuan ukuran pertama matang gonad.

2 Pengamatan aspek makanan

Dalam mengamati aspek makanan, untuk mengetahui jenis-jenis makanan yang dimakan ikanselanjutnya ikan belida dibedah, ambil bagian lambung. Isi lambung dikerik secara perlahan ke cawan petri yang telah berisi air 5-10ml dan diaduk. Isi lambung yang sudah homogen diambil satu tetes dan ditaruh dibawah cover gelas. Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop dengan lima lapang pandang dan tiga ulangan. Identifikasi jenis organisme yang terdapat pada lambung mengacu kepada buku Edmonson (1953), Needham & Needham (1962), dan Prescott (1973).

3 Pengamatan Aspek Reproduksi

a) Pengamatan struktur anatomi gonad (TKG)

Sampel ikan yang sudah dibedah lalu diamati perkembangan gonad berdasarkan bentuk, warna, dan ukuran dari ovarium maupun testes dengan mengacu kepada Cassie dalam Effendie (1979) yaitu mengelompokkan kematangan gonad kedalam lima tingkatan yaitu (TKG I, II, III, IV, dan V) (Tabel 4). Gonad tesebut selanjutnya diangkat secara hati-hati dan timbang menggunakan timbangan digital.

b)Penghitungan jenis kelamin

Setiap sampel ikan dibedah, diamati jenis kelaminnya lalu dicatat jumlah jenis ikan jantan dan betinanya.

c) Penghitungan jumlah telur

Penghitungan jumlah telur dilakukan dengan cara mengambil sampel telur pada ikan betina yang memiliki TKG III dan IV pada bagian anterior, tengah, dan posterior. Sampel telur tersebut dihitung dengan metode gravimetrik.

d)Pengukuran diamater telur

Diamter telur diukur pada ikandengan TKG III dan IV masing-masing 100 butir yang diambil dari ovarium bagian anterior, tengah, dan posterior. Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop stereo yang dilengkapi dengan mikrometer okuler.

Tabel 4 Tingkat kematangan gonad ikan modifikasi Cassie dalam Effendie (1979).

TKG Ovari Testis

I Ovari kecil memanjang seperti benang, Warna jernih dan permukaan licin

Testis kecil memanjang, warna jernih

II Ukuran ovari lebih besar, warna lebih gelap kekuningan. Telur belum terlihat dengan mata

Ukuran testis lebih besar, warna putih seperti susu, bentuk lebih jelas dari pada tingkat I

III Ovari berwarna kuning, butir-butir telur mulai kelihatan dengan mata

Permukaan testis bagian ventral tampak berlekuk, warna semakin putih dan ukuran semakin besar IV Ovari makin besar, butir-butir telur

berwarna kuning, mudah dipisahkan mengisi 1/2 – 2/3 rongga perut

Seperti pada tingkat III, berukuran lebih besar, testis semakin pejal

V Ovari berkerut, dinding tebal,terdapat butir telur sisa terutama dekat lubang pelepasan

Testis bagian belakang kempis dan dibagian dekatsaluran pelepasan masih berisi spermatozoa

Prosedur Analisis Data Distribusi Frekuensi Panjang

Kelompok ukuran ikan belida diidentifikasi atau dipisahkan dengan menggunakan metode Battacharya (Sparre & Venema 1999). Sebaran frekuensi panjang total dan diameter telur dapat dihitung dengan menggunakan rumus

Sturges (Walpole 1992), yaitu sebagai berikut:

1. Menentukan nilai maksimum dan minimum dari keseluruhan data 2. Menghitung jumlah kelas ukuran dengan rumus: K=1 + (3,32 log n);

K = Jumlah kelas ukuran; n = jumlah data pengamatan 3. Menghitung rentan data atau wilayah;

Wilayah = data terbesar – data terkecil 4. Menghitung lebar kelas, dengan rumus;

Lebar kelas =

5. Menentukan limit bawah kelas yang pertama dan limit kelas atas kelasnya. Limit atas kelas diperoleh dengan menambahkan lebar kelas pada limit bawah kelas.

6. Mendaftarkan semua limit kelas untuk setiap selang kelas

7. Menentukan nilai tengah bagi masing-masing selang dengan merata-rata limit kelas.

8. Menentukan frekuensi bagi masing-masing kelas

9. Menjumlahkan frekuensi dan memeriksa apakah hasilnya sama dengan banyaknya total pengamatan.

Kebiasaan Makanan .

Analisis kebiasaan makanan ikan belida yang dikaji yaitu komposisi makanan. Analisi komposisi makanan dilakukan dengan menggunakan indeks bagian terbesar Natarajan & Jhingran (1961) dalam (Effendie 1979), yaitu:

Keterangan: Vi = Presentase volume satu macam makanan (%)

Oi = Persentase frekuensi kejadian satu macam makanan (%) IP = Indeks bagian terbesar

Indeks bagian terbesar (Index of Preponderance) makanan dihitung untuk mengetahui persentase suatu jenis organisme makanan tertentu terhadap semua organisme makanan yang dimanfaatkan oleh ikan. Jika nilai IP > 40% maka organisme tersebut sebagai makanan utama, IP antara 4 - 40% maka organisme tersebut sebagai makanan pelengkap, dan jika nilai IP < 4% maka organisme tersebut sebagai makanan tambahan (Nikolsky, 1963).

Hubungan Panjang Total dan Berat Ikan

Analisis hubungan panjang beratt ikan menggunakan uji regresi, dengan rumus persamaan sebagai berikut (Effendie 1979):

Keterangan : W = Berat tubuh ikan (gram) L = Panjang ikan (mm) a& b = Konstanta

Nilai b yang diperoleh digunakan untuk menduga kedua parameter yang dianalisis, dengan keteranganantara lain:

1. b=3 menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang sejalan dengan pola pertumbuhan berat dan pola pertumbuhannya disebut isometrik.

2. b ≠ 3 menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang tidak sejalan dengan

pertumbuhan berat dan pertumbuhannya disebut allometrik. Bila b > 3 artinya pertambahan berat lebih cepat dibandingkan pertumbuhan panjang (allometrik positif). Bila b < 3 artinya pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan pertumbuhan berat (allometrik negatif).

Untuk lebih menguatkan pengujian dalam menentukan keeratan hubungan kedua parameter (nilai b), dilakukan uji t dengan rumus sebagai berikut (Walpole 1992):

Sehingga diperoleh hipotesis: H0 : b = 3 (isometrik) H1 : b ≠ 3 (allometrik)

Keterangan : Sb1 = Simpangan baku b1 bo = Intercept

b1 = Slope

Setelah itu nilai t hitung dibandingkan dengan nilai t tabel sehingga keputusan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

W=aLb

Thit

t hitung >t tabel, maka tolak H0 t hitung <t tabel, maka gagal tolak H0

keeratan hubungan antara panjang dan berat ikan ditunjukkan oleh koefisien korelasi (r) yang diperoleh dari rumus: √R2 dimana R adalah koefisien determinasi. Nilai mendekati 1 (r > 0,7) menggambarkan hubungan yang erat antar keduanya, dan nilai menjauhi 1 (r < 0,7) menggambarkan hubungan yang tidak erat antara keduanya (Walpole 1992).

Faktor Kondisi

Faktor kondisi dihitung dengan menggunakan persamaan Ponderal Indeks,

untuk pertumbuhan isometrik (b=3) faktor kondisi (KTL) dihitung dengan menggunakan rumus (Effendie 1979):

sedangkan jika pertumbuhan tersebut bersifat allometrik (b ≠ 3), maka faktor

kondisi dapat dihitung dengan rumus (Effendie 1979) berikut:

Keterangan : K = Faktor kondisi W = Berat tubuh L = Panjang baku a & b = Konstanta regresi

Pendugaan Parameter Pertumbuhan

Pendugaan parameter pertumbuhan ikan belida (Notopterus notopterus) mengikuti model pertumbuhan Von Bertalanffy. Berikut ini adalah persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy (Sparre dan Venema 1999).

Lt = L∞ (1-e[-K(t-to)]) Keterangan :

Lt = Panjang ikan pada saat umur t (satuan waktu)

L∞ = Panjang maksimum secara teoritis (panjang asimtotik) K = Koefisien pertumbuhan (per satuan waktu)

t0 = Umur teoritis pada saat panjang sama dengan nol

Penurunan plot Ford-Walford didasarkan pada persamaan pertumbuhan von Bertalanffy dengan t0 sama dengan nol, maka persamaannya menjadi sebagai berikut :

Lt = L∞ (1-e[-K(t-to)]) ... (1) Lt = L∞ - L∞ e[-Kt]

L∞ - Lt = L∞ e[-Kt]

... (2) setelah Lt+1c disubtitusikan ke dalam persamaan (1) maka diperoleh perbedaan persamaan baru tersebut dengan persamaan (1) seperti berikut :

KTL

Ltt+1– Lt = L∞ (1-e[-K(t+1)]) - L∞ e [-Kt]

) = - L∞ e[-K(t+1)] + L∞ e [-Kt] = L∞ e[-Kt]

(1-e[-K]) ... (3) persamaan (2) disubstitusikan ke dalam persaman (3) sehingga diperoleh persaman sebagai berikut :

Lt + 1 – Lt = L∞ e[-Kt]

(1-e[-K])

= L∞ (1-e [-K] – L1 + Lt e[-K]

= L∞ (1-e [-K]) + Lt e[-K] ... (4) Persamaan (4) berbentuk persamaan linier dan jika Lt (sumbu x) diplotkan terhadap Lt+1 (sumbu y) maka garis lurus yang terbentuk akan memiliki kemiringan (slope) (b) = e[-K]. Lt dan Lt+1 merupakan panjang pada saat t, dan

yang dipisahkan oleh interval waktu yang konstan (Pauly 1984). Nilai L∞ dan K

didapatkan dari hasil perhitungan dengan metode ELEFAN I (Electronic Length Frequencys Analisis) yang terdapat dalam program FISAT II.

Umur teoritis ikan pada saat panjang sama dengan nol dapat diduga secara terpisah menggunakan persamaan empiris Pauly (1983) dalam Sparre dan Venema (1999) berikut.

Log (-t0) = 0.3922 –0.2752 (Log L∞) – 1.038 (Log K) Reproduksi

Nisbah Kelamin

Nisbah kelamin diketahui berdasarkan jumlah ikan jantan dan betina yang tertangkap pada setiap sampling. Nisbah kelamin dihitung berdasarkan rumus berikut (Effendie 1979):

Keterangan : X = Nisbah kelamin

J = Jumlah ikan jantan (ekor) B = Jumlah ikan betina (ekor).

untuk menguji apakah perbandingannya sama (1:1) diantara kedua kelamin atau tidak, maka digunakan uji statistik Chi-kuadrat (χ2) (Steel & Torrie 1980) berikut:

Keterangan :

L∞ = Nilai peubah acak X2 yang sebaran penarikan contohnya mendekati sebaran Chi-kuadrat

Oi = Jumlah frekuensi ikan jantan dan betina ke-i yang diamati ei =

Jumlah frekuensi harapan dari ikan jantan dan betina yaitu frekuensi ikan jantan ditambah frekuensi ikan betina dibagi dua

Indeks Kematangan Gonad

Indeks kematangan gonad (IKG) diketahui dengan pengukuran bobot ikan dan berat gonad ikan jantan dan ikan betina menggunakan timbangan digital yang

mempunyai ketelitian 0,01 gram. Indeks kematangan gonad diukur dari semua ikan hasil tangkapan. Indeks kematangan gonad ditentukan dengan rumus sebagai berikut menurut (Effendie 1979):

IKG =

Keterangan: IKG = Indeks Kematangan Gonad (%) Bg = Berat gonad (gram)

Bi = Berat ikan (gram)

Ukuran Pertama Kali Matang Gonad

Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad dengan menggunakan metode Sperma Karber (Udupa 1986 dalam Mustakim 2008). Kriteria matang gonad adalah pada TKG III, IV dan V. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

Log M = Xk + ) Keterangan:

Xk = Logaritma nilai tengah pada saat ikan matang gonad 100% Xn = Selisih logaritma nilai tengah kelas

Xi = Logaritma nilai tengah kelas pi = ri/ni

ri = Jumlah ikan matang gonad pada kelas ke i ni = Jumlah ikan pada kelas ke i

qi = 1 – pi

Ragam = X2

Pada selang kepercayaan 95% yaitu = m ± Z α/2 ragam Fekunditas

Fekunditas total dihitung dengan metode gravimetrik pada ikan yang mempunyai TKG III dan IV dengan rumus berikut (Effendie 1979):

F = Keterangan:

F = Fekunditas total (butir) Wg = Bobot sub ovarium WG = Bobot ovarium f = Jumlah telur tercacah

4 HASIL

Kondisi Perairan Kolong-Bendungan Simpur

Pengamatan kondisi perairan kolong Bendungan Simpur dilakukan setiap bulan pengamatan pada empat stasiun pengambilan contoh. Parameter fisika dan kimia perairan yang diambil meliputi suhu, kecerahan, kedalaman, pH air dan DO pada setiap stasiun pengamatan disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Kisaran nilai parameter fisika dan kimia perairan. Parameter Satuan Stasiun

I II III IV pH air Unit 5,7 - 5,9 5,6 - 6 5,5 - 5,8 5,6 - 6 DO mg/l 4,74 - 5,92 4,74 - 5,92 4,74 - 6,32 4,74 - 5,53 Suhu air °C 22 - 24 21 - 23 21 - 23 22 - 23 Kecerahan cm 43,5 - 67,5 85 - 102,5 155 - 177,5 127,5 - 145 Kedalaman cm 152 - 165 132 - 145 197 - 210 172 - 185 Keterangan: I = Teluk Gorong-gorong; II = Balai; III = Dam; IV = Batu Macan

Suhu dan pH air di kolong Bendungan Simpur berkisar antara 21-24OC dan 5,5-6 Unit. Suhu dan pH relatif sama pada seluruh stasiun pengamatan. Tidak terdapat perbedaan yang besar antar stasiun pengamatan selama penelitian.

Oksigen terlarut (DO) berkisar antara 4,74-6,32 mg/l. Stasiun I dan II memiliki kisaran oksigen terlaut yang sama yaitu 4,74-5,92 sedangkan stasiun III (4,74-6,32) dan stasiun IV (4,74-5,53).

Kecerahan perairan berkisar antara 43,5-177,5 cm. Perairan yang paling keruh berturut-turut hingga yang paling jernih adalah Teluk Gorong-gorong, Balai, Batu Macan, dan Dam.

Kedalaman perairan pada saat penelitian berkisar antara 132-210 cm. Balai merupakan stasiun pengamatan yang paling dangkal (132-145 cm), sedangkan DAM merupakan satasiun pengamatan yang paling dalam (197-210cm).

Komposisi Tangkapan dan Kelimpahan Relatif Ikan

Jumlah ikan yang tertangkap selama penelitian sebanyak 641 ekor, yang terdiri dari 9 jenis ikan dari 6 famili antara lain Notopterus notopterus, Channa micropeltes, Channa lucious, Channa striata, Pristolepis grooti, Osphronemus guramy, Anabas testudineus, Puntius lineatus, dan Puntius binotat (Tabel 6).

Tabel 6. Komposisi jenis ikan antar stasiun di kolong Bendungan Simpur No. Nama Ilmiah Famili Nama

Lokal

Komposisi Jenis Stasiun I II III IV

1 Notopterus notopterus Notopteridae Belida + + + +

2 Channa micropeltes Channidae Toman + + + +

3 Channa lucius Channidae Kioung + + + +

4 Channa striata Channidae Gabus + + + +

5 Pristolepis grooti Nandidae Tepatung + + + +

6 Osphronemus goramy Osphronemidae Gurami + + - -

7 Anabas testudineus Anabantidae Betok + + - -

8 Puntius lineatus Cyprinidae Tempuring - + - -

9 Puntius binotatus Cyprinidae Tanah - + - -

Keterangan : (+) = Ditemukannya ikan, (-) = Tidak ditemukannya ikan,

Jenis ikan yang paling melimpah adalah belida (Notopterus notopterus) dengan kisaran 73,33% - 90,48%. Setiap bulan pengamatan dari bulan Februari sampai Juli kelimpahan ikan belida berada diatas 70% (Tabel 7).

Tabel 7. Persentase kelimpahan relatif ikan setiap bulan pengamatan No Jenis Ikan

Kelimpahan relatif (%) Bulan

Feb Maret April Mei Juni Juli 1 Notopterus notopterus 75,73 74,76 74,07 90,48 73,33 78,67 2 Channa micropeltes 2,91 0,97 0,00 1,19 3,33 2,00 3 Channa lucius 0,97 0,97 3,70 1,19 1,67 1,33 4 Channa striata 0,97 1,94 1,23 0,00 1,67 2,67 5 Pristolepis grooti 17,48 14,56 20,99 7,14 15,83 11,33 6 Osphronemus goramy 0,00 4,85 0,00 0,00 0,00 0,00 7 Anabas testudineus 0,97 0,00 0,00 0,00 1,67 0,67 8 Puntius lineatus 0,97 0,00 0,00 0,00 1,67 2,67 9 Puntius binotatus 0,00 1,94 0,00 0,00 0,83 0,67

Distribusi Hasil Tangkapan Ikan Belida

Ikan belida yang tertangkap selama penelitian berjumlah 497 ekor. Terdiri dari 237 ekor jantan dan 260 ekor betina. Panjang total dan berat tubuh ikan belida jantan berkisar antara 120-232 mm, dan 22,17-97,17 gram, sedangkan ikan belida betina berkisar antara 130-249 mm, dan 38,98-120,47 gram (Tabel 8).

Tabel 8. Jumlah hasil tangkapan, kisaran panjang, dan bobot ikan belida berdasarkan bulan pengamatan

Bulan Jantan Betina N (ekor) Kisaran L (mm) Kisaran W (gr) N (ekor) Kisaran L (mm) Kisaran W (gr) Feb 32 130-223 32,23-97,17 46 130-248 42,34-117,18 Mar 38 133-232 33,71-90,05 39 160-249 53,98-120,47 Apr 30 120-174 27,05-63,95 30 152-227 47,49-89,56 Mei 38 120-191 22,17-71,8 38 155-235 52,89-93,08 Juni 45 120-171 25,21-61,12 43 142-221 39,12-86,28 Juli 54 120-172 22,88-172 64 140-197 38,98-85,56 Jumlah 237 120-232 22,17-97,17 260 130-249 38,98-120,47 Keterangan: N = Jumlah individu (ekor); L = Panjang (mm); W = Berat (gr)

Distribusi ikan belida berdasarkan sebaran ukuran panjang total terbagi menjadi 8 kelas. Frekuensi ikan jantan paling banyak ditemukan pada selang kelas 154-170 mm yaitu 85 ekor, sedangkan frekuensi ikan betina paling banyak ditemukan pada selang kelas 171-187 mm yaitu 79 ekor.

Berdasarkan bulan pengamatan (Tabel 9), ikan belida paling banyak tertangkap pada bulan Juni dan Juli yaitu 88 dan 118ekor, sedangkan yang paling sedikit ditemukan pada bulan April dan Mei yaitu 60 dan 76 ekor. Berdasarkan lokasi ikan belida paling banyak ditemukan di stasiun III (145 ekor) dan paling sedikit di stasiun IV (99 ekor).

Tabel 9. Distribusi hasil tangkapan ikan belida berdasarkan bulan dan stasiun pengamatan.

Stasiun Bulan Pengamatan

Februari Maret April Mei Juni Juli Jumlah I 17 25 19 20 27 32 140 II 21 18 14 19 16 25 113 III 26 22 18 20 24 35 145 IV 14 12 9 17 21 26 99 Jumlah 78 77 60 76 88 118 497 Keterangan: I = Teluk Gorong-gorong; II = Balai; III = Dam; IV = Batu Macan

Hubungan Panjang dan Berat Ikan

Aspek pertumbuhan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu hubungan panjang berat dan faktor kondisi. Model persamaan hubungan panjang (L) dengan berat (W) ikan belida jantan dan betina berturut-turut adalah W=0,0008L2,1786 dan W=0,0271L1,4968 (Gambar 5).

Gambar 5. Hubungan panjang dan bobot ikan belida jantan Faktor Kondisi

Faktor kondisi ikan belida berdasarkan bulan pengamatan rata-rata berkisar antara (0,85-1,21) (Lampiran 10). Faktor kondisi ikan jantan berkisar antara (0,70-1,28), dan ikan betina berkisar antara (0,76-1,25). Nilai rata-rata faktor kondisi ikan belida jantan tertinggi ditemukan pada bulan April (1,21) dan terendah pada bulanJuni (0,85), sedangkan nilai rata-rata faktor kondisi ikan belida betina setiap bulan pengamatan relatif sama yaitu berkisar antara (1,0-1,01) (Gambar 6).

Gambar 6. Faktor kondisi setiap bulan pengamatan

W = 8 104L2,1786 R² = 0,966 0 20 40 60 80 100 120 140 0 50 100 150 200 250 Jantan W = 2,71 102L1,4968 R² = 0,8999 0 20 40 60 80 100 120 140 0 50 100 150 200 250 300 Betina 0.00 0.50 1.00 1.50

Feb Mar Apr Mei Juni Juli

Jantan

0.990 1.000 1.010 1.020

Feb Mar Apr Mei Juni Juli

Betina F a kt o r K o n di si Panjang (mm) Ber at (gr ) Bulan

Makanan Ikan Belida

Makanan ikan belida dianalisis dari 100 sampel ikan yang diambil secara acak dengan komposisi 50 jantan dan 50 betina selama masa pengamatan. Berdasarkan 100 sampel ikan yang diamati, 3 ekor ikan isi lambung dalam keadaan kosong. Perhitungan indeks bagian terbesar (indekx of preponderance) dapat dilihat pada Lampiran 12 dan 13. Secara umum komposisi makanan berdasarkan hasil identifikasi isi lambung ikan belida di kolong bendungan Simpur terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok hewani dan nabati. Kelompok hewani terdiri dari ikan, insekta, crustacea dan zooplankton, sedangkan kelompok nabati terdiri dari tumbuhan air. Komposisi makanan ikan belida secara umum disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7. Komposisi makanan ikan belida jantan dan betina

9% 17% 4% 7% 45% 18% Zooplankton Crustacea Detritus Tumbuhan air Insekta Ikan Jantan 10% 22% 5% 6% 49% 8% Zooplankton Crustacea Tumbuhan Air Detritus Insekta Ikan Betina

Parameter Pertumbuhan

Hasil analisis parameter pertumbuhan meliputi panjang asimtotik (L∞),

koefisien pertumbuhan (K), dan umur teoritis pada saat panjang ikan sama dengan nol (to). Parameter pertumbuhan tersebut dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Parameter pertumbuhan ikan belida (Notopterus notopterus) Jenis Kelamin Parameter Pertumbuhan

K L∞ to

Jantan 0,65 266 -0,136

Betina 0,34 287 -0,257

Persamaan pertumbuhan model Von Bertalanffy ikan belida jantan berdasarkan Tabel 11 adalah Lt = 266 (1-e 0,65(t+0,137)), dan ikan belida betina adalah Lt = 287 (1-e 0,34(t+0,257)). Kurva pertumbuhan Von Bertalanffy ikan belida dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Parameter pertumbuhan ikan belida jantan dan betina

0 50 100 150 200 250 300 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jantan Lt = 266 (1- e0,65(t +0,136) ) Betina Lt = 287 (1- e0,34(t +0,257) ) 0 50 100 150 200 250 300 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Umur (tahun) P anjang (mm) Betina Lt = 287 (1- e0,34(t +0,257) )

JANTAN

BETINA

Gambar 9. Hasil analisis VBGF menggunakan ELEFAN I ikan belida jantan dan betina

Reproduksi Ikan Belida Nisbah Kelamin

Hasil tangkapan ikan belida jantan selama penelitian berjumlah 237 ekor (47,69%) dan betina berjumlah 260 ekor (52,31%) (Lampiran 11). Nisbah kelamin ikan belida secara keseluruhan mengikuti pola 1:1,09. Berdasarkan uji khi kuadrat terhadap nisbah kelamin secara keseluruhan menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (TBN) pada taraf kepercayaan 95% [X2hitung(1,06)<X2tabel (db=2-1)

(3,84)]. Faktor kondisi setiap bulan pengamatan dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Nisbah kelamin ikan belida setiap bulan pengamatan Tingkat Kematangan Gonad (TKG) dan Ukuran

Pertama Kali Matang Gonad

Ikan belida yang diperoleh selama penelitian memiliki tingkat kematangan gonad I, II, III, dan IV untuk betina serta I, III dan IV untuk jantan. Perkembangan gonad ikan belida jantan dan betina secara morfologis pada Lampiran 3.Setiap bulan pengamatan diperoleh ikan belida yang sudah matang gonad baik jantan maupun betina (Gambar 10). Selama pengamatan, ikan belida yang matang gonad ditemukan dengan jumlah yang lebih banyak jika dibandingakan dengan yang belum matang gonad.

Gambar 10. Persentase tingkat kematangan gonad ikan belida jantan (a) dan betina (b) pada tiap bulan pengamatan

0% 50% 100%

Feb Mar Apr Mei Juni Juli

Pe rse nta s e

Feb Mar Apr Mei Juni Juli

TKG IV TKG III TKG II TKG I (a) (b) 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6

Februari Maret April Mei Juni Juli

N isb ah Kel am in Bulan

Keterangan :

= Ukuran pertama matang gonad jantan = Ukuran pertama matang gonad betina

Gambar 11. Grafik persentase ukuran pertama kali matang gonad (Lm) Berdasarkan metode Sperma Karber pada selang kepercayaan 95%, ukuran pertama kali matang gonad ikan belida jantan dan betina berbeda. Ikan belida jantan mencapai rata-rata ukuran pertama kali matang gonad pada panjang total 134 mm dengan kisaran antara 133-136 mm, sedangkan ikan belida betina pada panjang total 162 mm dengan kisaran antara 160-164 mm (Gambar 11). Analisis perhitungan pertama matang gonad dapat dilihat pada Lampiran 4.

Indeks Kematangan Gonad (IKG)

Nilai rata-rata IKG ikan belida jantan dan betina yang diperoleh berbeda-beda berdasarkan waktu pengamatan. Ikan belida jantan maupun betina memiliki rata-rata IKG tertinggi pada bulan April yaitu sebesar 4,16 jantan dan 7,92 untuk betina (Gambar 12).

Gambar 12. Grafik indeks kematangan gonad ikan belida jantan dan betina setiap bulan pengamatan 3.43 4.1 4.16 4.1 3.75 3.95 0 2 4 6 8 10 Jantan 5.57 6.46 7.92 7.1 7.24 7.58 0 2 4 6 8 10

Feb Mar Apr Mei Juni Juli

Bulan Pengamatan IKG 0 10 20 30 40 50 Fr e ku e n si ( % ) Panjang (mm) Jantan Betina Lm = 134 mm Lm = 162 mm

Gambar 13. Grafik indeks kematangan gonad ikan belida berdasarkan TKG

Dokumen terkait