• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekobiologi Ikan Belida (Notopterus Notopterus, Pallas 1769) Di Kolong Bendungan Simpur Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ekobiologi Ikan Belida (Notopterus Notopterus, Pallas 1769) Di Kolong Bendungan Simpur Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

ANDI GUSTOMI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Ekobiologi Ikan Belida (Notopterus notopterus, Pallas 1769)di Kolong-Bendungan Simpur Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yangditerbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

(4)

di Kolong-Bendungan Simpur Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung. Dibimbing oleh SULISTIONO dan YONVITNER.

Kolong Simpur yang terletak di Desa Pemali, Kabupaten Bangka merupakan kolong yang terbentuk dari aktifitas pembendungan. Pembendungan ini diperuntukkan sebagai sumber air baku bagi aktifitas penambangan disekitar kolong. Pemanfaatan kolong Bendungan Simpur oleh masyarakat sekitar antara lain sebagai tempat mencuci, mandi, dan ikan yang ditangkap di kolong Bendungan Simpur bernilai ekonomis, salah satunya adalah ikan belida

(Notopterus notopterus,Pallas 1769). Aktifitas penangkapan ikan oleh masyarakat belum memperhatikan aspek kelestarian ikan seperti penggunaan strum sebagai alat perburuan ikan belida. Hal ini dikhawatirkan akan berpengaruh menangkap ikan. Beberapa jenispada penurunan populasi ikan tersebut pada masa yang akan datang. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji komposisi makanan, aspek pertumbuhan dan aspek reproduksi ikan belida di kolong Bendungan Simpur

Pengambilan ikan dilakukan setiap bulan selama enam bulan dari bulan Februari sampai Juli 2013. Pangambilan sampel dilakukan pada empat stasiun pengamatan yang dipilih secara purposive, dengan alat tangkap jaring insang ukuran 2, 2.5, 3, dan 4 cm. Analisis dilakukan terhadap hubungan panjang dan berat, faktor kondisi, koefisien pertumbuhan, nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad, fekunditas, diameter telur, dan komposisi makanan.

Hasil tangkapan ikan belida selama penelitian berjumlah 497, yang terdiri dari 237 ekor jantan dan 260 ekor betina. Pola pertumbuhan ikan belida jantan dan betina alometrik negatif (jantan W= 8×104L2,1786dan betina W=2,71×102L1,4968). Faktor kondisi ikan jantan berkisar antara 0,70-1,28 dan betina 0,76-1,25. Ikan belida (Notopterus notopterus) termasuk ikan karnivora yang cenderung omnivora dengan makanan utamanya adalah insekta, selanjutnya zooplankton, crustacea, tumbuhan air, detritus dan ikan merupakan makanan pelengkap. Model pertumbuhan ikan belida Jantan Lt = 266 (1-e 0,65(t+0,136)), dan ikan belida betina Lt = 287 (1-e 0,34(t+0,257)).Nisbah kelamin ikan jantan dan betina di perairan kolong Bendungan Simpur seimbang. Ikan belida jantan lebih cepat matang gonad dibandingkan ikan betina. Ukuran pertama kali matang gonad ikan belida jantan berada pada kisaran panjang 134 mm dan ikan betina 162 mm. Ikan belida berpotensi memijah setiap bulan pengamatan dengan puncak pemijahan terjadi pada bulan April di daerah pemijahan Teluk Gorong-gorong. Fekunditas ikan berkisar 1052-6057 butir telur.Berdasarkan tipe pemijahan ikan belida termasuk dalam kelompok pemijah bertahap (partial spawning).

(5)

1769) in Simpur Reservoir, Bangka Regency, Bangka Belitung Province. Supervised by SULISTIONO and YONVITNER.

Simpur Reservoir is in Pemali Village of Bangka Regency. Itis formed by dam activity. The Dam is built as water source for all of mining activity surrounded it. Using of the reservoir by society consisted of washing, bathing, and fishing activity. The kind of fishes which caught in the Reservoir Simpur, those have economical value. It is like Featherback(Notopterus notopterus, Palas 1769). Fishing activities have been done by society that it has not applied regulation yet for fish renewability aspect. Such as; electricity utilization is a instrument which is used to catch (hunt) fishes. It would caused decreasing of fish population in the future. The aim of this research is analyses food composition, growth aspect, and feather back reproduction aspect in Simpur Reservoir.

Sampling of the fishes were done each month for 6 month, that was started from February to July 2013. Fish sampling activity was done at 4 observated station chosen based on purposive method. Fishing activity used fish gillnet. The mesh size were 2, 2.5, 3 and 4 cm. The analysis was done to estimate length and weight relationship, condition factor, growth coefficient, sex ratio, index maturity gonad, fecundity, diameter of egg, and food composition.

During the stage, Featherback catching yield was approximately 497 ind, consisted of 237 male and 260 female. Growth pattern of male and female fishes were negative allometric (male; W = 8x104L2,1786 and female; W=2,71x102L1,4968). Condition factor of male fish ranged 0,70 – 1,28 and female; 0,76 – 1,25. The fish was carnivor fish also incuded omnivor fish. The main food of belida fish (Featherback) is an insecta, zooplankton, crustacea, water plant, detritus and fish. Those are sekunder food. The growth simulation of male fish Lt = 266 (1-e 0,65(t+0,136)), and female fish Lt = 287 (1-e 0,34(t+0,257)). Sex ratio of male and female fish is in Simpur reservoir nearly balance.

The gonadal maturity (development) of male faster than female fish. The size of first time gonad development is 134 mm for female and 162 mm for male. Featherback fishes have potentiality to spawn each month. The highest spawn is on April in the spawning ground at Gorong-gorong Bay. Fish fecundity was approximated 1052 – 6057 eggs. Based on diameter oocyte was partial spawning.

(6)

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

ANDI GUSTOMI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)
(10)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah Ekobiologi ikan belida (Notopterus notopterus, Pallas 1769) di Kolong-Bendungan Simpur Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Sulistiono, MSc dan Bapak Dr Yonvitner, SPi., MSi selaku pembimbing yang telah memberikanan arahan dan masukan dengan baik selama proses penyusunan karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

(11)

DAFTAR ISI

Klasifikasi dan Morfologi Ikan Belida 4

Habitat dan Kebiasaan Hidup 5

Kebiasaan Makanan 5

Populasi Belida 5

Pertumbuhan 6

Distribusi Frekuensi Panjang 6

Hubungan Panjang dan Berat Ikan 6

Faktor Kondisi 7

Reproduksi 7

Perkembangan Gonad dan Pemijahan 7

Fekunditas dan Diameter Telur 7

3. METODE PENELITIAN 8

(12)

Kondisi Perairan Kolong Bendungan Simpur 17 Komposisi Tangkapan dan Kelimpahan Relatif Ikan 17

Distribusi Hasil Tangkapan 18

Hubungan Panjang dan Berat Ikan 20

Faktor Kondisi 20

Makanan Ikan Belida 21

Parameter Pertumbuhan 22

Reproduksi Ikan Belida 24

Nisbah Kelamin 24

Tingkat Kematangan Gonad (TKG) dan Ukuran Pertama Kali Matang 24

Indeks Kematangan Gonad (IKG) 25

Fekunditas 26

Tipe Pemijahan 26

5. PEMBAHASAN 27

Kondisi Perairan Kolong Bendungan Simpur 27

Komposisi Tangkapan dan Kelimpahan Relatif Ikan 27

Distribusi Hasil Tangkapan 28

Makanan Ikan Belida 28

Pertumbuhan Ikan Belida 29

Reproduksi Ikan Belida 30

Konsep Pengelolaan Ikan Belida 31

6. KESIMPULAN DAN SARAN 32

Kesimpulan 32

Saran 33

DAFTAR PUSTAKA 33

LAMPIRAN 36

(13)

2.Bahan yang digunakan dalam penelitian 9

3.Pengukuran parameter fisika dan kimia 10

4.Tingkat kematangan gonad ikan 12

5.Kisaran nilai parameter fisika dan kimia perairan 17 6.Komposisi jenis ikan antar stasiun di kolong Bendungan Simpur 18 7.Persentase kelimpahan relatif ikan setiap bulan pengamtan 18 8.Jumlah hasil tangkapan, kisaran panjang, dan bobot ikan belida berdasarkan

bulan pengamatan 19

9.Distribusi hasil tangkapan ikan belida berdasarkan bulan dan stasiun

pengamatan 20

10Parameter pertumbuhan ikan belida 22

DAFTAR GAMBAR

1. Alur kerangka penelitian 3

2. Morfologi ikan belida (Notopterus notopterus) 5

3. Peta kolong Bendungan Simpur Desa Pemali Kabupaten Bangka 8 4. Hubungan panjang dan bobot ikan belida jantan 21

5. Faktor kondisi setiap bulan pengmatan 21

6. Komposisi makanan ikan belida jantan dan betina 22 7. Parameter pertumbuhan ikan belida jantan dan betina 23 8. Nisbah kelamin ikan belida setiap bulan pengamatan 24

10 Persentase tingkat kematangan gonad ikan belida jantan (a) dan betina (b) 24 11 Grafik puncak pemijahan ikan belida berdasarkan tempat 25 12 Grafik indeks kematangan gonad ikan belida jantan dan betina 25 13 Grafik indeks kematangan gonad ikan belida berdasarkan TKG 26 14 Fekunditas ikan belida berdasarkan panjang dan bobot tubuh 26 15 Grafik sebaran diameter telur ikan belida TKG III dan IV 27

DAFTAR LAMPIRAN

1. Foto lokasi penelitian di kolong Bendungan Simpur 36

2. Dokumentasi penelitian 36

3. Perkembangan struktur morfologis gonad ikan belida betina (a) dan jantan (b)

di kolong-bendungan Simpur. 38

4. Hasil kriteria tingkat kematangan gonad (TKG) ikan belidasecara anatomis 39 5. Ukuran pertama kali matang gonad ikan belida jantan 40 6. Ukuran pertama kali matang gonad ikan belida betina 41 7. Pendugaan hubungan ukuran tinggi kepala terhadap panjang total ikan pertama

(14)
(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kolong adalah perairan atau badan air yang terbentuk dari lahan bekas penambangan bahan galian (Wardoyo & Ismail 1998). Kolong diistilahkan juga sebagai kolam atau danau bekas penambangan. Pertambangan di daratan berbentuk lubang menyerupai cekungan-cekungan di permukaan tanah yang kemudian diisi limpasan air permukaan (air hujan dan sungai), sehingga menyerupai kolam atau danau.Maraknya aktifitas penambangan di Provinsi Bangka Belitung menjadikan istilah kolong tidak terbatas pada lahan bekas galian pasir timah saja, melainkan setiap badan perairan yang tergenang dan sedikit aliran airnya serta menyerupai kolong tambang oleh warga sekitar juga disebut kolong.

Kolong Simpur yang terletak di Desa Pemali, Kecamatan Pemali, Kabupaten Bangka merupakan kolong yang terbentuk dari aktifitas pembendungan. Pembendungan ini diperuntukkan sebagai sumber air baku bagi aktifitas penambangan disekitar kolong. Luas Kolong Simpur berkisar antara 8-10 ha2, dengan keanekaragaman jenis ikan yang belum banyak diketahui.

Pemanfaatan kolong bendungan Simpur oleh masyarakat sekitar antara lain sebagai tempat mencuci, mandi, dan menangkap ikan. Beberapa jenis ikan yang ditangkap di kolong bendungan Simpur bernilai ekonomis salah satunya adalah ikan Belida (Notopterus notopterus Pallas 1769). Jenis ikan ini dikenal juga dengan sebutan ikan belido (Sumatra) dan pipih (Kalimantan). Pada beberapa daerah di Sumatra seperti Palembang ikan belida merupakan salah satu jenis ikan konsumsi bernilai ekonomis pentingyang digunakan sebagai bahan baku makanan tradisional seperti pempek. Berdasarkan data produksi tahunan ikan belida di Pulau Sumatera dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 terjadi peningkatan volume tangkap yaitu tahun 2008 (632 ton), tahun2009 (761 ton), tahun 2010 (840 ton), dan tahun 2011 (776 ton) (SIDATIK, KKP 2011).

Ikan Belida merupakan jenis yang paling banyak tertangkap di kolong Bendungan Simpur oleh warga sekitar dengan alat tangkap jaring udang (trammel net). Penggunaan trammel net cukup memberikan peluang tertangkapnya ikan-ikan dengan satu ukuran. Penggunaan alat tangkap tersebut(trammel net) diduga dapat menyebabkan beberapa ikan dewasa yang belum memijah juga akan tertangkap. Selain itu kebiasaan penggunaan listrik sebagai alat tangkap ikan di kolong bendungan Simpur, juga dikhawatirkan dapat berakibat penurunan populasi dimasa mendatang.

(16)

Simpursebagai data dasar dalam rangka pengelolaan ikan belida pada kolong bendungan Simpur.

Perumusan Masalah

Ikan belida merupakan salah satu ikan konsumsi ekonomis penting yang dimanfaatkan masyarakat. Meningkatnya volume produksi perikanan tangkap ikan belida di perairan umum Pulau Sumatera dari tahun ketahun serta maraknya aktifitas penangkapan yang dilakukan dengan tidak memperhatikan aspek kelestarian lingkungandikhawatirkanakan menyebabkan menurunya populasi ikan belida di alam.

Ikan belida merupakan salah satu jenis yang banyak tertangkap di kolong Bendungan Simpur oleh masyarakat sekitar. Terbentuknya ekosistem kolong Bendungan Simpur sebagai habitat bagi ikan Belida merupakan sesuatu yang baru.Pemanfaatan ikan di kolong Bendungan Simpur belum memperhatikan aspek kelestarian ikan. Hal ini tercermin dari aktifitas penangkapan ikan menggunakan listrik serta belum adanya aturan mengenai ukuran layak tangkap. Kondisi ini dikhawatirkan dapat berakibat pada penurunan populasi ikan belida dimasa mendatang.

Informasi yang lengkap dari aspek biologi (makanan, pertumbuhan, dan reproduksi) serta ekologi (habitat) ikan belida sangat dibutuhkan sebagai data dasar dalam rangka pengelolaan sumberdaya ikan belida di kolong Bendungan Simpur pada masa yang akan datang. Selanjutnya diagram alurkerangka penelitiandapat dilihat pada Gambar 1.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

(17)

Gambar 1. Alur Kerangka Penelitian

Masalah Aspek Kajian Variabel Kerja Variabel Analisis Luaran

(18)

2 TINJAUAN PUSTAKA

Kolong - Bendungan Simpur

Kolong Bendungan Simpur terletak di Desa Pemali, Kecamatan Pemali, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung. Kolong bendungan Simpur adalah perairan atau badan air yang terbentuk dari aktifitas pembendungan yang diperuntukkan sebagai tempat penampungan air baku yang dipergunakan sebagai air cucian pasir timah. Kolong Simpur terbentuk pada masa penambangan kolonial Belanda yang kemudian pada tahun 1958 berganti nama menjadi PN Tambang Timah Bangka (PT Timah 2013).Pada awalnya kolong Bendungan Simpur merupakan dataran rendah berair atau dapat dikatakan sebagai rawa, yang kemudian dalam proses aktifitas penambangan yang dilakukan oleh PN Tambang Timah Bangka tersebut dibendung sehingga menyerupai kolong bekas penambangan timah.

Puspita et al. (2005) menjelaskan bendungan adalah suatu konstruksi bangunan yang melintasi/memotong sungai untukmenghalangi aliran air sehingga permukaan air naik dan membentuk danaubuatan yang berfungsi sebagai pengendali dan penyimpan air.

Secara ekologis kolong Bendungan Simpur memiliki manfaat antara lain sebagai daerah resapan maupun habitat berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. KolongSimpur juga dapat menampung limpasan air permukaan sehingga dapat mencegah banjir.Secara ekonomimenurut Puspita et al. (2005) kolong di Bangka Belitung dapat dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan seperti budidaya, maupun sarana rekreasi air.

Klasifikasi dan Morfologi Ikan Belida

Ikan belida merupakan ikan air tawar yang terdapat di kawasan tropik Afrika dan Asia Tenggara (Kordi 2012). Klasifikasi ikan belida (Notopterus notopterus) menurut Weber et al. (1965) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Osteoglossiformes Famili : Notopteridae Genus : Notopterus

Spesies : Notopterus notopterus (Pallas 1769)

(19)

Gambar 2. Morfologi ikan belida (Notopterus notopterus)

Habitat dan Kebiasaan Hidup

Ikan belida adalah ikan air tawar yang hidup disungai, danau, maupun rawa. Menurut Kordi (2012) habitat belida mempunyai ciri-ciri seperti terdapatdi topografi relatif landai, banyak lekukan, danau buntu, banyak anak sungai, air relatif keruh, dan berarus kurang deras. Selain itu belida ditemukan juga di waduk-waduk dan daerah bekas penambangan pasir di sepanjang sungai. Habitat yang paling disukai belida adalah perairan yang banyak memiliki pohon kayu tumbang dan hutan rawa.Ikan belida (Notopterus notopterus) termasuk ikan demersal dengan kisaran pH 6,0-6,5, suhu 24oC-28oC (Roberts 1992 dalam

fishbase.org) Pada musim hujan, induk betina belida berpindah tempat (migrasi) dari anak sungai ke rawa untuk kawin.

Kebiasaan Makanan

Ikan belida merupakan ikan karnivora yang memangsa berbagai fauna air, terutama ikan dan udang. Ikan belida juga dikenal sebagai ikan predator yang juga bersifat kanibal, yaitu memangsa jenisnya sendiri yang berukuran kecil. Ikan belida termasuk hewan nokturnal (aktif dimalam hari). Pada siang hari ikan belida bersembunyi diantara vegetasi dan mulai aktif mencari makan ketika mulai gelap atau malam hari (Kordi 2012).

Populasi Belida

(20)

Berdasarkan data sistem informasi diseminasi data statistik kelautan dan perikanan kementrian kelautan dan perikanan tahun 2011, terjadi peningkatan volume tangkap ikan belida di perairan umum Pulau Sumatera. Pada tahun 2008 jumlah volume tangkap (632 ton), tahun 2009 (761 ton), tahun 2010 (840 ton), dan tahun 2011 (776 ton) (SIDATIK, KKP 2011).

Pertumbuhan

Distribusi Frekuensi Panjang

Distribusi ekologis ikan erat kaitannya dengan faktor lingkungan. Secara ekologis ikan dapat dikelompokkan dalam beberapa cara, antara lain berdasarkan toleransi terhadap lingkungan; toleransi yang sempit (steno) atau luas (eury), seperti stenotermal dan eurytermal (temperatur); berdasarkan lokasi di ekosistem perairan, terdapat ikan bentik (ikan penghuni dasar perairan), dan ikan pelagis (ikan yang hidup di permukaan dan kolom air). Menurut Effendi (2003) penyebaran ikan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti suhu, kedalaman air, cahaya, oksigen terlarut, dan makanan.

Menurut Sparre & Venema (1999) untuk mengkaji ikan di daerah tropis, sebaiknya memusatkan kegiatan pada pengukuran panjang tubuh ikan. Analisis data frekuensi panjang dapat digunakan dengan tujuan untuk menentukan kelompok ukuran ikan dalam populasi, struktur populasi, ukuran pertama kali matang gonad, dan lamanya hidup (Senen 2011). Analisi frekuensi panjang akan mendistribusikan jumlah ikan dalam kelompok panjang. Suatu panjang ikan berasal dari umur yang cendrung sama membentuk suatu distribusi normal sehingga umur bisa ditentukan dari distribusi frekuensi panjang melaui analisis kelompok umur. Hasil identifikasi kelompok umur dapat digunakan untuk menghitung pertumbuhan dan laju pertumbuhan (Busacker et al. 1990).

Hubungan Panjang dan Berat Ikan

Analisis hubungan panjang dan berat bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan dengan menggunakan panjang dan berat. Berat dapat dianggap suatu fungsi dari panjang. Nilai yang didapat dari perhitungan panjang dan berat ini adalah untuk menduga berat dari panjang dan sebaliknya. Larger et al. (1977) juga mengemukakan bahwa hubungan antara panjang dan berat juga memungkinkan untuk membandingkan individu dalam satu populasi maupun antar populasi.

(21)

menjelaskan nilai b≠ 3 menggambarkan pertumbuhan allometrik. Nilai b<3

menunjukkan keadaan ikan yang kurus dimana pertambahan panjangnya lebih cepat dari pertambahan beratnya, dan nilai b>3menunjukkan pertumbuhan berat lebih cepat dari pertumbuhan panjangnya.

Faktor Kondisi

Faktor kondisi didefinisikan sebagai keadaan atau kemontokkan ikan yang dinyatakan dalam angka berdasarkan pada data panjang dan berat. Berdasarkan sudut pandang nutrisi, faktor kondisi merupakan akumulasi lemak dan perkembangan gonad. Selain itu faktor kondisi juga memberikan informasi kapan ikan memijah. Faktor kondisi ikan juga dipengaruhi oleh jenis kelamin ikan, musim atau lokasi penangkapan dan umur (Lagler 1970).

Reproduksi

Perkembangan Gonad dan Pemijahan

Berdasarkan penelitian Utomo & Asyari (1999) dalam Wibowo (2011) Ikan belida umumnya melakukan pemijahan di hutan rawa. Ikan yang sudah matang gonad (siap memijah) diketahui waktu pemijahannya terjadi pada bulan November sampai dengan Januari (Adjie dan Utomo 1994). Secara bertahap induk yang sudah matang gonad beruaya dari sungai menuju daerah rawa banjiran, terutama hutan rawa yang banyak ditumbuhi tanaman dengan substrat keras, seperti pohon-pohon yang sudah mati sebagai tempat menempelkan telur. Induk yang matang gonad adalah induk yang telah melakukan fase pembentukan kuning telur (phase vitellogenesis) dan masuk ke fase dorman. Fase pembentukan kuningtelur dimulai sejak terjadinya penumpukan bahan-bahan kuning telur (yolk) dalam sel telur dan berakhir setelah sel telur mencapai ukuran tertentu atau nukleolus tertarik ke tengah nukleus. Setelah fase pembentukan kuning telur berakhir, sel telur tidak mengalami perubahan bentuk selama beberapa saat, tahap ini disebut fase istirahat (dorman). Menurut Adjie & Utomo (1994) ikan belida menempelkan telurnya pada benda-benda yang berada 1.5-2m dibawah permukaan air, termasuk pada batang kayu baik yang masih hidup maupun yang sudah mati.

Fekunditas dan Diameter telur

(22)

3 METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di perairan Kolong Simpur, Desa Pemali Kecamatan Pemali, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung. Pengamatan dilakukan setiap bulan selama enam bulan dari bulan Februari sampai Juli 2013.Analisis sampel dilakukan di Laboratorium Perikanan Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi Universitas Bangka Belitung dan laboratorium Ekobiologi Sumberdaya Perairan FPIK IPB. Peta kolong Bendungan Simpur dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Peta kolong Bendungan Simpur Desa Pemali Kabupaten Bangka

Alat

(23)

Tabel 1 Alat yang digunakan dalam penelitian

Alat Kegunaan

Alat pengumpul sampel:

1. Jaring Insang ukuran 2cm, dan 2.5cm, 3 cm dan 4 cm.

Menangkap ikan belida

2. Botol BOD Mengambil air sampel DO Alat pengumpul data:

1 pH meter Mengukur pH air 2. Tiang skala Mengukur kedalaman 3. Secchi disk Mengukur kecerahan air 4. Penggaris dengan sensitifitsas 1 mm Mengukur panjang ikan 5. Timbangan digital dengan sensitifitas

0,01 gr

Mengukur berat ikan, beratgonad

6. Satu set alat bedah Membedah sampel ikan 7. Mikroskop, gelas objek, dan coverglas Mengamati organ ikan

8. Gelas ukur, erlenmeyer, spuit suntik,

pipet tetes, tabung reaksi. Sebagai alat titrasi kualitas air 9 GPS (Global position system) Penentuan lokasi

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Bahan yang digunakan dalam penelitian

Bahan Kegunaan

1. Ikan belida Sampel ikan

2. Formalin 4% Mengawetkan sampel ikan dan saluran pencernaan ikan.

Penentuan stasiun pengambilan contoh dilakukan secara purposive sampling methode yaitu metode penentuan lokasi pengambilan contoh yang dilakukan berdasarkan pertimbangan perorangan atau peneliti pada lokasi penelitian (Fachrul 2006).

Stasiun 1 : Berada diTeluk Gorong-gorong, daerah ini merupakan kawasan yang membentuk teluk dengan koordinat 01o 52’ 41,0” LS, 106o

03’ 12,0” BT.

Stasiun 2 : Berada didaerah balai, dekat daerah pemukiman dan ditumbuhi tanaman air tidak terlalu banyak dengan substrat pasir berlumpur dengan koordinat 01o52’ 02,8” LS, 106o 02’ 59,6” BT.

(24)

daerah perkebunan, karakteristik perairan ditumbuhi banyak tanaman air, dan substrat berlumpur dengan koordinat 01o 52’

09,0” LS, 106o 02’51,2” BT.

Stasiun 4 : Merupakan kawasan dam, dengan karakteristik badan perairan yang terbuka, ditumbuhi sedikit tanaman air, dan substrat berpasir dengan koordinat 01o51’ 51,9” LS, 106o 02’ 59,4” BT.

PengumpulanData di Lapangan

Pengumpulan data dilapangan selama penelitian terdiri dari pengambilan contoh atau sampel ikan dan parameter lingkungan.

1 Pengambilan contoh ikan

Pengambilan contoh atau sampel ikan dilakukan selama enam bulan di empat stasiun yang telah ditentukan. Alat tangkap yang digunakan terdiri dari jaring insang dengan ukuran 2 cm, 2.5 cm, 3 cm, dan 4 cm. Masing-masing jaring insang memiliki panjang 30 m dan lebar 2 m. Jaring insang dipasang pada pagi hari dan diangkat pada sore harinya, kemudian dipasang lagi pada sore tersebut dan diangkat pada pagi esok harinya.

Sampel ikan yang tertangkap di setiap stasiun dikelompokkan berdasarkan ukuran untuk memudahkan proses pengawetan dan analisis di laboratorium. Sampel-sampel ikan tersebut di awetkan pada larutan formalin 4% dan selanjutnya dimasukkan kedalam kantung plastik dan diberi keterangan mengenai nomor stasiun dan tanggal sampling yang selanjutnya akan dianalisis dilaboratorium.

2 Pengukuran parameter lingkungan

Parameter lingkungan yang diukur meliputi aspek fisika, dan kimia. Parameter fisika yang diukur antara lain temperatur, kecerahan, kedalaman, sedangkan parameter kimia yang diukur antara lain pH, dan oksigen terlarut (Tabel 3).

Tabel 3Pengukuran parameter fisika dan kimia.

Parameter Satuan Alat Lokasi Fisika

Temperatur oC termometer In situ

Kecerahan M keping secchi In situ

Kedalaman M tongkat berskala In situ

Kimia

pH Unit pH meter In situ

Oksigen terlarut ppm titrasi In situ

Pengumpulan Data di Laboratorium

1 Pengamatan aspek pertumbuhan

(25)

berat ikan. Panjang total diukur mulai dari moncong sampai ujung sirip ekor. Pengukuran dilakukan dengan penggaris dengan ketelitian 0,1 mm, sedangkan berat ikan ditimbang dengan timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gram.Selain itu diukur juga tinggi kepala ikan (mm) sebagai data dalam penentuan ukuran pertama matang gonad.

2 Pengamatan aspek makanan

Dalam mengamati aspek makanan, untuk mengetahui jenis-jenis makanan yang dimakan ikanselanjutnya ikan belida dibedah, ambil bagian lambung. Isi lambung dikerik secara perlahan ke cawan petri yang telah berisi air 5-10ml dan diaduk. Isi lambung yang sudah homogen diambil satu tetes dan ditaruh dibawah cover gelas. Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop dengan lima lapang pandang dan tiga ulangan. Identifikasi jenis organisme yang terdapat pada lambung mengacu kepada buku Edmonson (1953), Needham & Needham (1962), dan Prescott (1973).

3 Pengamatan Aspek Reproduksi

a) Pengamatan struktur anatomi gonad (TKG)

Sampel ikan yang sudah dibedah lalu diamati perkembangan gonad berdasarkan bentuk, warna, dan ukuran dari ovarium maupun testes dengan mengacu kepada Cassie dalam Effendie (1979) yaitu mengelompokkan kematangan gonad kedalam lima tingkatan yaitu (TKG I, II, III, IV, dan V) (Tabel 4). Gonad tesebut selanjutnya diangkat secara hati-hati dan timbang menggunakan timbangan digital.

b)Penghitungan jenis kelamin

Setiap sampel ikan dibedah, diamati jenis kelaminnya lalu dicatat jumlah jenis ikan jantan dan betinanya.

c) Penghitungan jumlah telur

Penghitungan jumlah telur dilakukan dengan cara mengambil sampel telur pada ikan betina yang memiliki TKG III dan IV pada bagian anterior, tengah, dan posterior. Sampel telur tersebut dihitung dengan metode gravimetrik.

d)Pengukuran diamater telur

(26)

Tabel 4 Tingkat kematangan gonad ikan modifikasi Cassie dalam Effendie (1979).

TKG Ovari Testis

I Ovari kecil memanjang seperti benang, Warna jernih dan permukaan licin

Testis kecil memanjang, warna jernih

II Ukuran ovari lebih besar, warna lebih gelap kekuningan. Telur belum terlihat dengan mata

Ukuran testis lebih besar, warna putih seperti susu, bentuk lebih jelas dari pada tingkat I

III Ovari berwarna kuning, butir-butir telur mulai kelihatan dengan mata

Permukaan testis bagian ventral tampak berlekuk, warna semakin putih dan ukuran semakin besar IV Ovari makin besar, butir-butir telur

berwarna kuning, mudah dipisahkan mengisi 1/2 – 2/3 rongga perut

Seperti pada tingkat III, berukuran lebih besar, testis semakin pejal

V Ovari berkerut, dinding tebal,terdapat butir telur sisa terutama dekat lubang pelepasan

Testis bagian belakang kempis dan dibagian dekatsaluran pelepasan masih berisi spermatozoa

Prosedur Analisis Data

Distribusi Frekuensi Panjang

Kelompok ukuran ikan belida diidentifikasi atau dipisahkan dengan menggunakan metode Battacharya (Sparre & Venema 1999). Sebaran frekuensi panjang total dan diameter telur dapat dihitung dengan menggunakan rumus

Sturges (Walpole 1992), yaitu sebagai berikut:

1. Menentukan nilai maksimum dan minimum dari keseluruhan data 2. Menghitung jumlah kelas ukuran dengan rumus: K=1 + (3,32 log n);

K = Jumlah kelas ukuran; n = jumlah data pengamatan 3. Menghitung rentan data atau wilayah;

Wilayah = data terbesar – data terkecil 4. Menghitung lebar kelas, dengan rumus;

Lebar kelas =

5. Menentukan limit bawah kelas yang pertama dan limit kelas atas kelasnya. Limit atas kelas diperoleh dengan menambahkan lebar kelas pada limit bawah kelas.

6. Mendaftarkan semua limit kelas untuk setiap selang kelas

7. Menentukan nilai tengah bagi masing-masing selang dengan merata-rata limit kelas.

8. Menentukan frekuensi bagi masing-masing kelas

(27)

Kebiasaan Makanan .

Analisis kebiasaan makanan ikan belida yang dikaji yaitu komposisi makanan. Analisi komposisi makanan dilakukan dengan menggunakan indeks bagian terbesar Natarajan & Jhingran (1961) dalam (Effendie 1979), yaitu:

Keterangan: Vi = Presentase volume satu macam makanan (%)

Oi = Persentase frekuensi kejadian satu macam makanan (%) IP = Indeks bagian terbesar

Indeks bagian terbesar (Index of Preponderance) makanan dihitung untuk mengetahui persentase suatu jenis organisme makanan tertentu terhadap semua organisme makanan yang dimanfaatkan oleh ikan. Jika nilai IP > 40% maka organisme tersebut sebagai makanan utama, IP antara 4 - 40% maka organisme tersebut sebagai makanan pelengkap, dan jika nilai IP < 4% maka organisme tersebut sebagai makanan tambahan (Nikolsky, 1963).

Hubungan Panjang Total dan Berat Ikan

Analisis hubungan panjang beratt ikan menggunakan uji regresi, dengan rumus persamaan sebagai berikut (Effendie 1979):

Keterangan : W = Berat tubuh ikan (gram) L = Panjang ikan (mm) a& b = Konstanta

Nilai b yang diperoleh digunakan untuk menduga kedua parameter yang dianalisis, dengan keteranganantara lain:

1. b=3 menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang sejalan dengan pola pertumbuhan berat dan pola pertumbuhannya disebut isometrik.

2. b ≠ 3 menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang tidak sejalan dengan pertumbuhan berat dan pertumbuhannya disebut allometrik. Bila b > 3 artinya pertambahan berat lebih cepat dibandingkan pertumbuhan panjang (allometrik positif). Bila b < 3 artinya pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan pertumbuhan berat (allometrik negatif).

Untuk lebih menguatkan pengujian dalam menentukan keeratan hubungan kedua parameter (nilai b), dilakukan uji t dengan rumus sebagai berikut (Walpole 1992):

Setelah itu nilai t hitung dibandingkan dengan nilai t tabel sehingga keputusan

yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

W=aLb

Thit

(28)

t hitung >t tabel, maka tolak H0

t hitung <t tabel, maka gagal tolak H0

keeratan hubungan antara panjang dan berat ikan ditunjukkan oleh koefisien korelasi (r) yang diperoleh dari rumus: √R2 dimana R adalah koefisien determinasi. Nilai mendekati 1 (r > 0,7) menggambarkan hubungan yang erat antar keduanya, dan nilai menjauhi 1 (r < 0,7) menggambarkan hubungan yang tidak erat antara keduanya (Walpole 1992).

Faktor Kondisi

Faktor kondisi dihitung dengan menggunakan persamaan Ponderal Indeks,

untuk pertumbuhan isometrik (b=3) faktor kondisi (KTL) dihitung dengan

menggunakan rumus (Effendie 1979):

sedangkan jika pertumbuhan tersebut bersifat allometrik (b ≠ 3), maka faktor kondisi dapat dihitung dengan rumus (Effendie 1979) berikut:

Keterangan : K = Faktor kondisi W = Berat tubuh L = Panjang baku a & b = Konstanta regresi

Pendugaan Parameter Pertumbuhan

Pendugaan parameter pertumbuhan ikan belida (Notopterus notopterus) mengikuti model pertumbuhan Von Bertalanffy. Berikut ini adalah persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy (Sparre dan Venema 1999).

Lt = L∞ (1-e[-K(t-to)])

Keterangan :

Lt = Panjang ikan pada saat umur t (satuan waktu)

L∞ = Panjang maksimum secara teoritis (panjang asimtotik) K = Koefisien pertumbuhan (per satuan waktu)

t0 = Umur teoritis pada saat panjang sama dengan nol

Penurunan plot Ford-Walford didasarkan pada persamaan pertumbuhan von Bertalanffy dengan t0 sama dengan nol, maka persamaannya menjadi sebagai

berikut :

Lt = L∞ (1-e[-K(t-to)]) ... (1)

Lt = L∞ - L∞ e[-Kt]

L∞ - Lt = L∞ e[-Kt] ... (2)

setelah Lt+1c disubtitusikan ke dalam persamaan (1) maka diperoleh perbedaan

persamaan baru tersebut dengan persamaan (1) seperti berikut : KTL

(29)

Ltt+1– Lt = L∞ (1-e[-K(t+1)]) - L∞ e [-Kt] )

= - L∞ e[-K(t+1)] + L∞ e [-Kt]

= L∞ e[-Kt]

(1-e[-K]) ... (3) persamaan (2) disubstitusikan ke dalam persaman (3) sehingga diperoleh persaman sebagai berikut :

Lt + 1 – Lt = L∞ e[-Kt] (1-e[-K]) yang dipisahkan oleh interval waktu yang konstan (Pauly 1984). Nilai L∞ dan K

didapatkan dari hasil perhitungan dengan metode ELEFAN I (Electronic Length Frequencys Analisis) yang terdapat dalam program FISAT II.

Umur teoritis ikan pada saat panjang sama dengan nol dapat diduga secara terpisah menggunakan persamaan empiris Pauly (1983) dalam Sparre dan Venema (1999) berikut.

Log (-t0) = 0.3922 –0.2752 (Log L∞) – 1.038 (Log K)

Reproduksi

Nisbah Kelamin

Nisbah kelamin diketahui berdasarkan jumlah ikan jantan dan betina yang tertangkap pada setiap sampling. Nisbah kelamin dihitung berdasarkan rumus berikut (Effendie 1979):

Keterangan : X = Nisbah kelamin

J = Jumlah ikan jantan (ekor) B = Jumlah ikan betina (ekor).

untuk menguji apakah perbandingannya sama (1:1) diantara kedua kelamin atau tidak, maka digunakan uji statistik Chi-kuadrat (χ2) (Steel & Torrie 1980) berikut:

Keterangan :

L∞ = Nilai peubah acak X2 yang sebaran penarikan contohnya mendekati sebaran Chi-kuadrat

Oi = Jumlah frekuensi ikan jantan dan betina ke-i yang diamati

ei =

Jumlah frekuensi harapan dari ikan jantan dan betina yaitu frekuensi ikan jantan ditambah frekuensi ikan betina dibagi dua

Indeks Kematangan Gonad

(30)

mempunyai ketelitian 0,01 gram. Indeks kematangan gonad diukur dari semua ikan hasil tangkapan. Indeks kematangan gonad ditentukan dengan rumus sebagai berikut menurut (Effendie 1979):

IKG =

Keterangan: IKG = Indeks Kematangan Gonad (%) Bg = Berat gonad (gram)

Bi = Berat ikan (gram)

Ukuran Pertama Kali Matang Gonad

Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad dengan menggunakan metode Sperma Karber (Udupa 1986 dalam Mustakim 2008). Kriteria matang gonad adalah pada TKG III, IV dan V. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

Log M = Xk + )

Keterangan:

Xk = Logaritma nilai tengah pada saat ikan matang gonad 100% Xn = Selisih logaritma nilai tengah kelas

Xi = Logaritma nilai tengah kelas pi = ri/ni

ri = Jumlah ikan matang gonad pada kelas ke i ni = Jumlah ikan pada kelas ke i

qi = 1 – pi

Ragam = X2∑

Pada selang kepercayaan 95% yaitu = m ± Z α/2 ragam

Fekunditas

Fekunditas total dihitung dengan metode gravimetrik pada ikan yang mempunyai TKG III dan IV dengan rumus berikut (Effendie 1979):

F =

Keterangan:

(31)

4 HASIL

Kondisi Perairan Kolong-Bendungan Simpur

Pengamatan kondisi perairan kolong Bendungan Simpur dilakukan setiap bulan pengamatan pada empat stasiun pengambilan contoh. Parameter fisika dan kimia perairan yang diambil meliputi suhu, kecerahan, kedalaman, pH air dan DO pada setiap stasiun pengamatan disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Kisaran nilai parameter fisika dan kimia perairan.

Parameter Satuan Stasiun

I II III IV

pH air Unit 5,7 - 5,9 5,6 - 6 5,5 - 5,8 5,6 - 6 DO mg/l 4,74 - 5,92 4,74 - 5,92 4,74 - 6,32 4,74 - 5,53 Suhu air °C 22 - 24 21 - 23 21 - 23 22 - 23 Kecerahan cm 43,5 - 67,5 85 - 102,5 155 - 177,5 127,5 - 145 Kedalaman cm 152 - 165 132 - 145 197 - 210 172 - 185 Keterangan: I = Teluk Gorong-gorong; II = Balai; III = Dam; IV = Batu Macan

Suhu dan pH air di kolong Bendungan Simpur berkisar antara 21-24OC dan 5,5-6 Unit. Suhu dan pH relatif sama pada seluruh stasiun pengamatan. Tidak terdapat perbedaan yang besar antar stasiun pengamatan selama penelitian.

Oksigen terlarut (DO) berkisar antara 4,74-6,32 mg/l. Stasiun I dan II memiliki kisaran oksigen terlaut yang sama yaitu 4,74-5,92 sedangkan stasiun III (4,74-6,32) dan stasiun IV (4,74-5,53).

Kecerahan perairan berkisar antara 43,5-177,5 cm. Perairan yang paling keruh berturut-turut hingga yang paling jernih adalah Teluk Gorong-gorong, Balai, Batu Macan, dan Dam.

Kedalaman perairan pada saat penelitian berkisar antara 132-210 cm. Balai merupakan stasiun pengamatan yang paling dangkal (132-145 cm), sedangkan DAM merupakan satasiun pengamatan yang paling dalam (197-210cm).

Komposisi Tangkapan dan Kelimpahan Relatif Ikan

(32)

Tabel 6. Komposisi jenis ikan antar stasiun di kolong Bendungan Simpur

Keterangan : (+) = Ditemukannya ikan, (-) = Tidak ditemukannya ikan,

Jenis ikan yang paling melimpah adalah belida (Notopterus notopterus) dengan kisaran 73,33% - 90,48%. Setiap bulan pengamatan dari bulan Februari sampai Juli kelimpahan ikan belida berada diatas 70% (Tabel 7).

Tabel 7. Persentase kelimpahan relatif ikan setiap bulan pengamatan

No Jenis Ikan

Distribusi Hasil Tangkapan Ikan Belida

(33)

Tabel 8. Jumlah hasil tangkapan, kisaran panjang, dan bobot ikan belida Keterangan: N = Jumlah individu (ekor); L = Panjang (mm); W = Berat (gr)

Distribusi ikan belida berdasarkan sebaran ukuran panjang total terbagi menjadi 8 kelas. Frekuensi ikan jantan paling banyak ditemukan pada selang kelas 154-170 mm yaitu 85 ekor, sedangkan frekuensi ikan betina paling banyak ditemukan pada selang kelas 171-187 mm yaitu 79 ekor.

Berdasarkan bulan pengamatan (Tabel 9), ikan belida paling banyak tertangkap pada bulan Juni dan Juli yaitu 88 dan 118ekor, sedangkan yang paling sedikit ditemukan pada bulan April dan Mei yaitu 60 dan 76 ekor. Berdasarkan lokasi ikan belida paling banyak ditemukan di stasiun III (145 ekor) dan paling sedikit di stasiun IV (99 ekor).

Tabel 9. Distribusi hasil tangkapan ikan belida berdasarkan bulan dan stasiun pengamatan.

Stasiun Bulan Pengamatan

(34)

Hubungan Panjang dan Berat Ikan

Aspek pertumbuhan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu hubungan panjang berat dan faktor kondisi. Model persamaan hubungan panjang (L) dengan berat (W) ikan belida jantan dan betina berturut-turut adalah W=0,0008L2,1786 dan W=0,0271L1,4968 (Gambar 5).

Gambar 5. Hubungan panjang dan bobot ikan belida jantan

Faktor Kondisi

Faktor kondisi ikan belida berdasarkan bulan pengamatan rata-rata berkisar antara (0,85-1,21) (Lampiran 10). Faktor kondisi ikan jantan berkisar antara (0,70-1,28), dan ikan betina berkisar antara (0,76-1,25). Nilai rata-rata faktor kondisi ikan belida jantan tertinggi ditemukan pada bulan April (1,21) dan terendah pada bulanJuni (0,85), sedangkan nilai rata-rata faktor kondisi ikan belida betina setiap bulan pengamatan relatif sama yaitu berkisar antara (1,0-1,01) (Gambar 6).

Gambar 6. Faktor kondisi setiap bulan pengamatan

W = 8 104L2,1786

Feb Mar Apr Mei Juni Juli

Jantan

0.990 1.000 1.010 1.020

Feb Mar Apr Mei Juni Juli

(35)

Makanan Ikan Belida

Makanan ikan belida dianalisis dari 100 sampel ikan yang diambil secara acak dengan komposisi 50 jantan dan 50 betina selama masa pengamatan. Berdasarkan 100 sampel ikan yang diamati, 3 ekor ikan isi lambung dalam keadaan kosong. Perhitungan indeks bagian terbesar (indekx of preponderance) dapat dilihat pada Lampiran 12 dan 13. Secara umum komposisi makanan berdasarkan hasil identifikasi isi lambung ikan belida di kolong bendungan Simpur terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok hewani dan nabati. Kelompok hewani terdiri dari ikan, insekta, crustacea dan zooplankton, sedangkan kelompok nabati terdiri dari tumbuhan air. Komposisi makanan ikan belida secara umum disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7. Komposisi makanan ikan belida jantan dan betina

9%

17%

4%

7% 45%

18%

Zooplankton

Crustacea

Detritus

Tumbuhan air

Insekta

Ikan

Jantan

10%

22%

5%

6% 49%

8% Zooplankton

Crustacea

Tumbuhan Air

Detritus

Insekta

Ikan

(36)

Parameter Pertumbuhan

Hasil analisis parameter pertumbuhan meliputi panjang asimtotik (L∞),

koefisien pertumbuhan (K), dan umur teoritis pada saat panjang ikan sama dengan nol (to). Parameter pertumbuhan tersebut dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Parameter pertumbuhan ikan belida (Notopterus notopterus)

Jenis Kelamin Parameter Pertumbuhan

K L∞ to

Jantan 0,65 266 -0,136

Betina 0,34 287 -0,257

Persamaan pertumbuhan model Von Bertalanffy ikan belida jantan berdasarkan Tabel 11 adalah Lt = 266 (1-e 0,65(t+0,137)), dan ikan belida betina adalah Lt = 287 (1-e 0,34(t+0,257)). Kurva pertumbuhan Von Bertalanffy ikan belida dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Parameter pertumbuhan ikan belida jantan dan betina

(37)

JANTAN

BETINA

(38)

Reproduksi Ikan Belida

Nisbah Kelamin

Hasil tangkapan ikan belida jantan selama penelitian berjumlah 237 ekor (47,69%) dan betina berjumlah 260 ekor (52,31%) (Lampiran 11). Nisbah kelamin ikan belida secara keseluruhan mengikuti pola 1:1,09. Berdasarkan uji khi kuadrat terhadap nisbah kelamin secara keseluruhan menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (TBN) pada taraf kepercayaan 95% [X2hitung(1,06)<X2tabel (db=2-1)

(3,84)]. Faktor kondisi setiap bulan pengamatan dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Nisbah kelamin ikan belida setiap bulan pengamatan

Tingkat Kematangan Gonad (TKG) dan Ukuran Pertama Kali Matang Gonad

Ikan belida yang diperoleh selama penelitian memiliki tingkat kematangan gonad I, II, III, dan IV untuk betina serta I, III dan IV untuk jantan. Perkembangan gonad ikan belida jantan dan betina secara morfologis pada Lampiran 3.Setiap bulan pengamatan diperoleh ikan belida yang sudah matang gonad baik jantan maupun betina (Gambar 10). Selama pengamatan, ikan belida yang matang gonad ditemukan dengan jumlah yang lebih banyak jika dibandingakan dengan yang belum matang gonad.

Gambar 10. Persentase tingkat kematangan gonad ikan belida jantan (a) dan betina (b) pada tiap bulan pengamatan

0% 50% 100%

Feb Mar Apr Mei Juni Juli

Pe

Feb Mar Apr Mei Juni Juli

TKG IV

Februari Maret April Mei Juni Juli

(39)

Keterangan :

= Ukuran pertama matang gonad jantan = Ukuran pertama matang gonad betina

Gambar 11. Grafik persentase ukuran pertama kali matang gonad (Lm)

Berdasarkan metode Sperma Karber pada selang kepercayaan 95%, ukuran pertama kali matang gonad ikan belida jantan dan betina berbeda. Ikan belida jantan mencapai rata-rata ukuran pertama kali matang gonad pada panjang total 134 mm dengan kisaran antara 133-136 mm, sedangkan ikan belida betina pada panjang total 162 mm dengan kisaran antara 160-164 mm (Gambar 11). Analisis perhitungan pertama matang gonad dapat dilihat pada Lampiran 4.

Indeks Kematangan Gonad (IKG)

Nilai rata-rata IKG ikan belida jantan dan betina yang diperoleh berbeda-beda berdasarkan waktu pengamatan. Ikan belida jantan maupun betina memiliki rata-rata IKG tertinggi pada bulan April yaitu sebesar 4,16 jantan dan 7,92 untuk betina (Gambar 12).

Gambar 12. Grafik indeks kematangan gonad ikan belida jantan dan betina setiap bulan pengamatan

Feb Mar Apr Mei Juni Juli

(40)

Gambar 13. Grafik indeks kematangan gonad ikan belida berdasarkan TKG

Fekunditas

Fekunditas total ikan belida selama penelitian berkisar antara 1052-6057 dengan kisaran panjang tubuh 155-240 mm dan bobot tubuh 48,44-105,15 gram. Ikan dengan fekunditas terendah (1052 butir) memiliki panjang 227 mm dan bobot tubuh 67,17 gram, sedangkan ikan dengan fekunditas tertinggi memiliki panjang 235 mm dengan bobot tubuh 92,16 gram. Hubungan fekunditas dengan panjang total dan bobot tubuh disajikan pada Gambar 14.

Gambar 14. Fekunditas ikan belida berdasarkan panjang dan bobot tubuh

Tipe Pemijahan

(41)

berada pada kisaran 1,21-1,36 mm, sedangkan pada TKG IV berkisar antara 1,53-1,68 mm. Modus sebaran ukuran diameter telur ikan belida di kolong bendungan Simpur adalah modus ganda

Keterangan: (a) 1,05-1,16; (b) 1,21-1,36; (c) 1,37-1,52; (d) 1,53-1,68; (e) 1,69-1,84; (f) 1,85-2; (g) 2,01-2,16; (h) 2,17-2,32

Gambar 15. Grafik sebaran diameter telur ikan belida TKG III dan IV

5 PEMBAHASAN

Kondisi Perairan Kolong-Bendungan Simpur

Berdasarkan analisis kualitas air selama penelitian nilai kualitas air antara stasiun secara keseluruhan cenderung seragam (Tabel 5).Hal ini diduga karena luasan kolong bendungan yang tidak terlalu luas sehingga variasi habitat juga tidak beragam. Kualitas air di kolong bendungan Simpur dalam kondisi yang layak untuk kehidupan ikan. Effendi (2003) menjelaskan kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton antara 20oC-30oC, ketersediaan fitoplankton yang baik merupakan sumber makanan pula bagi ikan. Kadar oksigen terlarut yang baik bagi ikan minimal 3 mg/l (Prescott, 1973). Kondisi pH optimum untuk pertumbuhan ikan menurut Barus (2000) antara 6,5-8,5, sedangkan pada kolong Bendungan Simpur berkisar antara 5,5-6,0 (pH asam), hal ini menunjukkan ikan-ikan yang diperoleh selama penelitian merupakan jenis-jenis yang memiliki toleransi yang cukup luas terhadap pH asam.

Komposisi Tangkapan dan Kelimpahan Relatif Ikan

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan sebanyak sembilan jenis ikan dari enam famili di kolong Bendungan Simpur, yang terdiri dari Notopterus notopterus, Channa micropeltes, Channa lucious, Channa striata, Pristolepis grooti, Osphronemus goramy, Anabas testudineus, Puntius lineatus, dan Puntius binotatu. Channidae merupakan famili yang paling banyak (tigajenis) dan disusul Cyprinidae (dua jenis), sedangkan famili lainnya terdiri dari satu jenis (Tabel 6).Ikan-ikan dari Famili Channidae merupakan jenis dari kelompok predator yang

0

Sebaran Diamater Telur (mm)

TKG III

TKG III

a b c d e f g h

(42)

menyukai perairan tergenang seperti rawa, sedangkan Cyprinidae merupakan famili terbanyak di dunia termasuk Asia (Kottelat et al., 1993).

Jenis ikan yang paling melimpah adalah belida (Notopterus notopterus) dengan kisaran 73,33% - 90,48%. Setiap bulan pengamatan dari bulan Februari sampai Juli, kelimpahan ikan belida berada diatas 70%. Berdasarkan analisis persentase frekuensi keterdapatan, penyebaran ikan yang paling luas antara lain belida (Notopterus notopterus), toman (Channa micropeltes), kioung (Channa lucious), dan gabus (Channa striata) yaitu sebesar 100% (Tabel 7). Penyebaran ikan toman, kioung dan gabus tidak diiringi dengan kelimpahan ikan yang tinggi disemua stasiun, sedangkan penyebaran ikan belida diiringi dengan kelimpahan yang tinggi. Kondisi ini menjelaskan bahwa secara spasial maupun temporal ikan belida mendominasi semua kolom perairan kolong Bendungan Simpur, sedangkan toman, kioung, dan gabus mampu menyebar secara spasial dan temporal disemua kolom perairan kolong bendungan Simpur tetapi tidak mendominasi. Hal ini menunjukkan bahwa ikan belida mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan kolong Bendungan Simpur secara optimal serta tidak dipengaruhi oleh musim.

Distribusi Hasil Tangkapan Ikan Belida

Secara keseluruhan ikan belida yang tertangkap selama penelitian berjumlah 497 ekor, yang terdiri dari 237 ekor ikan jantan dan 260 ekor ikan betina. Kisaran Panjang dan berat ikan belida jantan adalah 120-232 mm dan 22,17-97,17 gram, sedangkan ikan belida betina berkisar antara 130-249 mm dan 38,98-120,47 gram (Tabel 9). Ikan belida (Notopterus notopterus) merupakan ikan yang paling melimpah ditemukan di kolong bendungan Simpur selama penelitian. Di perairan indonesia panjang ikan belida (N. notopterus)dapat mencapai 350 mm, sedangkan kerabatnya (N. chitala) dapat mencapai 875 mm (Weber dan Beaufort, 1965). Hal ini juga terlihat jika dibandingkan dengan ikan belida (N.chitala) di Sungai Kampar Riau berkisar antara 401-950 mm (Wibowo, 2011), dan belida (N. notopterus) di kolong Bendungan Simpur memiliki kisaran panjang dan bobot yang lebih kecil, sedangkan jika dibandingkan dengan spesies yang sama (N.Notopterus) di kolam percobaan pusat riset perikanan tawar India relatif lebih mendekati sama berkisar antara 137-354 mm (Parameswaran dan Sinha, 1966).

Makanan Ikan Belida

Organisme makanan yang memiliki nilai indeks prepoderansi (IP) tertinggi yaitu insekta (45%). Berdasarkan klasifikasi Nikolsky (1963), dapat dikatakan bahwa insekta merupakan makanan utama karena dikonsumsi dalam jumlah yang lebih dari 40%. Sedangkan zooplankton, crustasea, tumbuhan air, ikan dan detritus merupakan makanan pelengkap yaitu IP berkisar antara (4 - 40%). Berdasarkan komposisi makanan (Gambar 7) ikan belida di kolong Bendungan Simpur termasuk ikan karnivora yang cenderung omnivora. Alikunhi (1957)

(43)

memakan krustacea dan plankton sertakadang‐kadang juga kanibal. Kiran (1998) juga melaporkan ikan belida (Notopterus notopterus) di Danau Saroornagar India merupakan ikan karnivora yang cenderung omnivora dengan jenis makanan yang terdiri dari serangga air, ikan-ikan kecil, udang, nematoda, ganggang air, pasir dan lumpur.

Pertumbuhan Ikan Belida

Aspek pertumbuhan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu hubungan panjang berat, faktor kondisi dan pendugaan parameter pertumbuhan. Hasil analisis hubungan panjang dan berat ikan menunjukkan bahwa ikan belida baik jantan maupun betina memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif, yaitu pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan berat. Nilai b ikan jantan 2,1786 dan betina 1,4968. Kondisi yang sama allometrik negatif dilaporkan olehSani et al. (2010)pada ikan belida (Notopterus notopterus) diSungai Yamuna dan Ganga India, serta Parameswaran dan Sinha (1966) di Pusat Penelitian Perikanan Tawar India.Selanjutnya terdapat perbedaan pola pertumbuhan pada ikan belida di Sungai Indus Pakistan, yaitu pada ikan jantan bersifat allometrik negatif dan ikan betina allometrik positif (Naeem et al.2010); dan di danau kecil Jannapura India ikan Jantan Allometrik Positif dan ikan betina allometrik negatif (Kiran et al. 2004). Perbedaan pola pertumbuhan dapat disebabkan oleh lokasi (Offem et al. 2007), faktor lingkungan (Zargar et al. 2012), fase hidup (Niyonkuru & Laleye 2012), dan jenis kelamin (Anvar et al.

2008).

Faktor kondisi ikan belida berdasarkan bulan pengamatan rata-rata bekisar mendekati nilai satu. Kondisi ini menggambarkan bahwa ikan belida di Kolong Bendungan Simpur berada dalam kondisi yang stabil. Hal ini juga dapat dilihat dari kecilnya nilai simpangan baku (Lampiran 10) yang menandakan bahwa tidak ada perbedaan yang besar pada nilai faktor kondisi setiap bulan pengamatan. Menurut Olurin & Aderibigbe (2006) Faktor kondisi bernilai mendekati satu atau lebih mengindikasikan bahwa ikan berada dalam kondisi yang baik. Variasi nilai faktor kondisi ikan diduga disebabkan perbedaan ukuran (Treer et al. 2009), kematangan gonad (Lizama & Ambrosio 2002), dan ketersediaan makanan (Pinilla et al. 2006).

Hasil analisis pertumbuhan (K dan L∞) dengan metode ELEFAN 1

(44)

informasi dalam bidang budidaya ikan khususnya dalam pemberian pakan (Sulistiono, et al 2001).

Reproduksi Ikan Belida

Analisis nisbah kelamin diperlukan sebagai tolak ukur untuk mengetahui kestabilan populasi ikan di alam (Nasution et al., 2010). Nisbah kelamin setiap bulan pengamatan memperlihatkan pola yang sama atau seimbang (Lampiran 11). Berdasarkan pola keseimbangan nisbah kelamin tersebut, mengindikasikan bahwa ikan belida di kolong bendungan Simpur berada dalam kondisi yang ideal. Ball dan Rao (1984) menyatakan bahwa perbandingan jumlah ikan jantan dan betina yang berada pada kondisi seimbang diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dalam suatu populasi, atau setidaknya ikan betina lebih banyak. Nisbah kelamin mempunyai keterkaitan yang erat dengan habitat ikan, pada habitat yang ideal untuk melakukan pemijahan umumnya memiliki jumlah ikan jantan dan jumlah ikan betina yang seimbang (Nikolsky, 1963). Sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Adjie & Agus (1994) Ikan belida banyak ditemui di sungai yang banyak terdapat ranting atau kayu dan perairan rawa banjiran yang berhutan, kolong bendungan simpur juga memiliki kondisi yang serupa dipenuhi oleh sisa ranting pohon yang tergenang di badan perairan sebagai akibat dari penebangan pohon pinggiran oleh masyarakat sekitar.

Hasil tangkapan menunjukkan ikan belida baik jantan maupun betina yang sudah matang gonad ditemukan pada setiap bulan pengamatan. Persentase tingkat kematangan goand ikan belida setiap bulan pengamatan berfluktuasi tidak terlalu besar. Hal ini mengindikasikan bahwa ikan belida di kolong bendungan Simpur berpotensi untuk memijah sepanjang bulan pengamatan, dengan puncak pemijahan terjadi pada bulan April (Gambar 12). Kemudian berdasarkan stasiun pengamatan bahwa ikan belida jantan dan betina yang matang gonad paling banyak ditemukan pada stasiun I (Teluk Gorong-gorong) (Gambar 11). Di India puncak pemijahan ikan belida (Notopterus notopterus) terjadi pada bulan Mei (Parameswaran & Sinha, 1966).

Ikan belida jantan lebih dulu mencapai tingkat kematangan gonad dibandingkan dengan betina. Ukuran pertama kali matang gonad jika diplotkan dengan ukuran rata-rata tinggi kepala, yang diasumsikan oleh karena ikan yang tertangkap terjerat oleh jaring pada bagian insangnya, maka diperoleh ukuran ikan belida yang matang gonad pada ikan jantan dan betina berkisar antara 19,7 dan 23,41 mm, sehingga ikan belida banyak tertangkap dengan alat tangkap jaring insang pada ukuran mata jaring 1 inch. Berdasarkan nilai tersebut, sebagai upaya untuk memberi kesempatan ikan belida matang gonad untuk memijah terlebih dahulu maka sebaiknya ukuran mata jaring yang digunakan berukuran lebih besar dari 30 mm atau setara (1,5 inch).

(45)

TKG ikan belida dapat dilihat pada Gambar 10. Secara keseluruhan nilai IKG ikan belida semakin tinggi dengan meningkatnya TKG, hal ini menunjukkan bahwa penambahan bobot gonad ikan akan berpengaruh terhadap peningkatan bobot tubuhnya.

Fekunditas total ikan belida selama penelitian berkisar antara 1052-6057 dengan kisaran panjang tubuh 155-240 mm dan bobot tubuh 48,44-105,15 gram. Hasil penelitian di Bung Lahan, Provinsi Chaiyaphum Thailand dari 20 sampel ikan belida (Notopterus notopterus) betina yang sudah matang diperoleh fekunditas berkisar antara 246-989 butir telur (Jantrachit dan Nuangsit, 2008). Ikan belida (Notopterus chitala) yang ada di Sungai Kampar Provinsi Riau menghasilkan fekunditas antara 442-11972 butir telur (Wibowo et al., 2010). Adanya variasi nilai fekunditas ikan diduga disebabkan oleh variasi ukuran panjang dan bobot ikan (Sugiharto et al., 2009). Menurut Adjie dan Utomo (1994) ikan belida memiliki fekunditas yang rendah jika dibandingkan dengan ikan lain, sehingga apabila aktifitas penangkapan tidak terkendali maka dapat menyebabkan kelangkaan ikan tersebut.

Fekunditas ikan belida di kolong Bendungan Simpur jika dihubungan dengan panjang total dinyatakan dengan persamaan F= 209.240L0,819 dan fekunditas dengan bobot tubuh dinyatakan dengan persamaan F= 3915,3W0,078 (Gambar 14). Kedua persamaan tersebut menunjukkan hubungan yang tidak erat, hal ini terlihat dari hasil koefisien determinasi yang kecil dari hubungan kedua persamaan tersebut. Oleh karena itu persamaan tersebut belum dapat dijadikan sebagai model prediksi fekunditas yang baik pada ikan belida di kolong Bendungan Simpur. Kondisi yang berbeda ditemukan pada ikan belida (Notopterus notopterus) di India (Parameswaran dan Sinha, 1966); di Thailand (Jantrachit dan Nuangsit, 2008); dan ikan belida (Chitala lopis) di Sungai Kampar kiri, Riau (Wibowo, 2010). Ikomi dan Odum (1996) menyatakan selain panjang tubuh, fekunditas juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti persediaan makanan; dan faktor lingkungan (Abidin, 1986).

Tipe pemijahan ikan belida diduga dari pola penyebaran ukuran diameter telur ikan yang sudah matang gonad. Hasil pengukuran diameter telur ikan belida berkisar antara 1,05-2,2 mm. Modus sebaran ukuran diameter telur ikan belida di kolong bendungan Simpur adalah modus ganda (Gambar 15). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ikan belida di kolong bendungan Simpur mengeluarkan telur yang matang secara bertahap pada satu siklus pemijahan. Hal ini bertujuan untuk memperbesar peluang anak-anak ikan memperoleh penjagaan induk yang baik sehingga memperbesar tingkat kehidupan ikan. Dalam proses pemijahan, Ikan belida jantan berperan membuat sarang dari ranting dan daun, menjaga telur dan anak-anaknya (Kottelat et al., 1993).

Konsep Pengelolaan Ikan Belida

(46)

Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan belida di kolong bendungan Simpur umumnya adalah trammel net, pancing, dan elektrik fishing

(setrum).Berdasarkan pengamatan di lapangan alat tangkap yang paling sering digunakan untuk menangkap ikan belida adalah trammel net dan elektrik fishing.

Penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan serta tidak adanya aturan yang baik dalam penangkapan ikan merupakan salah satu faktor penyebab penurunan populasi ikan di masa yang akan datang.

Berdasarkan pengamatan aspek reproduksi ikan belida di kolong Bendungan Simpur Desa Pemali Kabupaten Bangka, konsep pengelolaan dapat dilakukan dengan cara pengaturan ukuran mata jaring yang boleh dioperasikan, serta pengaturan musim dan daerah pengangkapan. Pengaturan ukuran mata jaring didasari pada ukuran tinggi kepala ikan. Ukuran pertama kali matang gonad ikan jantan yang tertangkap yaitu 134 mm dan betina 162 mm. Ukuran pertama kali matang gonad jika diplotkan dengan ukuran rata-rata tinggi kepala, yang diasumsikan oleh karena ikan yang tertangkap terjerat oleh jaring pada bagian insangnya, maka diperoleh ukuran tinggi kepala ikan belida yang matang gonad pada ikan jantan dan betina berkisar antara 19,7 dan 23,41 mm, sehingga ikan belida banyak tertangkap dengan alat tangkap jaring insang pada ukuran mata jaring 1 inch. Berdasarkan nilai tersebut, sebagai upaya untuk memberi kesempatan ikan belida matang gonad untuk melakukan pemijahan terlebih dahulu sebaiknya ukuran mata jaring yang digunakan berukuran lebih besar dari 30 mm atau setara (1,5 inch).

Pengaturan musim dan daerah penangkapan didasari pada waktu dan lokasi puncak pemijahan ikan. Berdasarkan hasil penelitian, musim pemijahan terjadi pada bulan April dengan lokasi pemijahan yaitu stasiun 1 (Teluk Gorong-gorong). Oleh karena itu sebagai upaya untuk menjaga kelestarian ikan belida di kolong bendungan Simpur maka tidak dianjurkan menangkap ikan belida pada bulan April di daerah Teluk Gorong-gorong.

6 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Ikan belida (Notopterus notopterus) termasuk ikan karnivora yang cenderung omnivora dengan makanan utamanya adalah insekta, selanjutnya zooplankton, crustacea, tumbuhan air ikan dan detritus merupakan makanan pelengkap.

(47)

3. Pola pertumbuhan ikan belida jantan dan betina adalah allometrik negatif. Rata-rata nilai faktor kondisi ikan setiap bulan pengamatan berkisar antara (0,85-1,21) yang artinya ikan berada dalam kondisi yang baik. Model pertumbuhan ikan belida Jantan Lt = 266 (1- e0,65(t +0,136) ) dan ikan belida betina Lt = 287 (1-e 0,34(t+0,257)), berdasarkan model tersebut dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ikan belida di kolong bendungan simpur lambat. Hal ini diduga dipengaruhi oleh ketersediaan makanan melihat karakteristik kolong bendungan Simpur yang semi tertutup.

Saran

Sebagai upaya untuk menjaga kelestarian ikan belida di kolong bendungan Simpur sebaiknya ukuran mata jaring yang digunakan berukuran lebih besar dari 30 mm atau setara (1,5 inci), serta tidak melakukan penangkapan ikan belida pada musim pemijahan yaitu pada bulan April di daerah Teluk gorong-gorong

DAFTAR PUSTAKA

Adjie S, Utomo A D. 1994. Aspek Biologi Ikan Belida di Perairan Sekitar Lubuk Lampam Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Penyusunan, Pengolahan dan Evaluasi Hasil Penelitian Perikanan Perairan Umum. Loka Perikanan Air Tawar. h. 32-36.

Anvar APH, Prasad G, Balasubramanyam NK, Chandran LR, Raghavan RP. 2008. Weight-length relation of an Asian catfish, Horabagrus brachysoma

(Gunther, 1864), (Siluriformes: Horabagridae) from rivers of the Western Ghats, Kerala, India. Acta Ichthyologica Et Piscatoria 38(1):41–44.

Brower JE, Zar JH, Ende CN. 1990. Field and Laboratory Methods for General Ecology. Edisi Ketiga. Wm C. Brown Publishers. United States of Amerika. Busacker GP, Adelman IR, Goolish EM. 1990. Growth. H.363-382 in Schreck CB

and Moyle PB (Ed), Methods for Fish Biology. Maryland, USA: Americn Fisheries Society.

Dwi CMI, 2005. Struktur dan Komposisi Vegetasi Pantai dan Mangrove di Pesisir Barat dan Timur Nanggroe Aceh Darussalam Pasca Tsunami. Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro. Semarang. Skripsi [tidak dipublikasikan].

Edmonson WT, 1959. Freswater biology. John Wiley & Sons, Inc. New York. 407p.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta.

Effendie MI, 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri, Bogor. Fachrul M F, 2006. Metode Sampling Bioekologi. PT. Bumi Aksara, Jakarta. Gunarso W, 1989. Bahan Pengajaran Mikroteknik. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Henny C, 2011. Kolong” Bekas Tambang Timah Di Pulau Bangka:Permasalahan

(48)

Kiran BR,Puttaiah ET,Kumar KH,2004. Lenght-Weight Relationship of Feather Back, Notopterus-notopterus (Pallas) from Jannapura Pond, Karnataka,

India. Zoos’ Print Journal 19 (4): 1449-1450.

Kiran VUG,Waghray S. 1998. Food and Fedding habits of Notopterus notopterus (Pallas) of Saroornagar Lake, Hyderabad (A.P). India. Indian Journal Fish

45(3):355-359.

Kottelat M, Whitten AJ, Kartikasari SN,Wirjoatmodjo S. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi- Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi. (Edisi Dwi Bahasa). Periplus Editions LTD., Hongkong. 377 p.

Kordi K, Ghufran MH. 2012. Panen Untung dari Akuabisnis Ikan Belida.Lily Publisher, Yogyakarta.

Lagler KF, 1970. Freswater Fishery Biology. Second Edition. Dubuque, Lowa: WM. C. Company Publisher. 421p

Lagler KF, Bardach JE, Miller RH, Passino RM. 1977. Ichthyology. John Wiley dan Sons. Inc. Toronto, Canada.

Lizama M, DeLos AP, Ambrosio AM. 2002. Condition factor in nine species of fish of the characidae family in the upper Parana River floodplain, Brazil.

Brazilian Journal of Biology 62(1): 113–124.

Mustakim M. 2008. Kajian kebiasaan makanan dan kaitannya dengan aspek reproduksi ikan betok (Anasbas testudineus, Bloch) pada habitat yang berbeda di lingkungan Danau Melintang Kutai Kartanegara Kalimantan. [Tesis] Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor (tidak dipublikasikan).

Naeem M, Salam A, Gillani Q, Ishtiaq A. 2010. Lenght-weight relationships of

Notopterus notopterus and introduced Oreochromis niloticus from the Indus River, Southern Punjab, Pakistan, Journal of Applied Ichthyology.26 (4) 620p.

Needham JG, Needham PR (1962). A guide to the study of freshwater biology. Holden Day Inc. San Fransisco, 108p.

Nikolsky GV. 1963. The ecology of fishes. Academic Press. London. p. 225‐289 Niyonkuru C, Laleye P. 2012. A comparative ecological approach of the length–

weight relationships and condition factor of Sarotherodon melanotheron

Rüppell, 1852 and Tilapia guineensis (Bleeker 1862) in Lakes Nokoue and Aheme (Benin, West Africa). International Journal of Business, Humanitiesand Technology 2(3): 41–50.

Offem BO, Akegbejo-Samsons Y, Omoniyi IT. 2007. Biological Assessment Of Oreochromis Niloticus (Pisces: Cichlidae; Linne, 1958) In A Tropical Floodplain River. African Journal Biotechnology Vol. 6 (16), 1996-1971p. Olurin KB, Aderibigbe OA. 2006. Length-weight relationship and condition

factor of pond reared juvenile (Oreochromis niloticus). World Journal ofZoology 1(2): 82–85.

Parameswaran S, Sinha M. 1966. Observations on The Biology of The Feather-Back, Notopterus Notopterus (Pallas). Indian Journal of Fisheries, 13: 232-250.

Gambar

Gambar 1. Alur Kerangka Penelitian
Gambar 2. Morfologi ikan belida (Notopterus notopterus)
Gambar 3 Peta kolong Bendungan Simpur Desa Pemali Kabupaten Bangka
Tabel 1 Alat yang digunakan dalam penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini, penggunaan model regresi linier berganda ditujukan untuk mengukur besarnya pengaruh “ Pertumbuhan Jumlah industri dan Pertumbuhan Produk

Alasan masyarakat lebih memilih menikah di Kyai dari pada KUA menurut pandangan tokoh agama kecamatan Puger berpendapat sepakat hampir sama salah satunya menurut KH Mahally Imroni

Selanjutnya, setelah merancang Modul pelatihan tentang kesehatan remaja, maka dilanjutkan dengan Training of Trainers (TOT) yang disampaikan oleh narasumber dalam

Pelaksana Pemeliharaan adalah pegawai atau petugas alih daya atau petugas Yantek yang diberi tugas untuk melaksanakan pekerjaan Penggantian Tiang pada Jaringan

Saran yang penulis dapat berikan untuk Pengembangan Media Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika Bab Bangun Datar Segi Empat dan Segi Tiga Bagi Kelas 7 Berbasis Web yang

• Meteor atau bintang beralih adalah benda langit yang sangat kecil yang terdiri atas debu, pasir, atau kersik langit yang bergerak mengelilingi Matahari seperti planet.

Setelah memilih dan menekan Proses Hasil Ujian Peserta isi jadwal ujian dan buku ujian yang digunakan. Konfirmasi hasil proses hasil CBT ditampilkan sebagai

Wujud cinta tanah air disajikan dalam bentuk data verbal dan visual yang meliputi sikap mencintai dan menjaga keindahan alam Indonesia, mencintai dan melestarikan