• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di LMDH Wana Bumi Tirta Makmur, Desa Banjaranyar, BKPH Margasari, KPH Balapulang. Desa Banjaranyar merupakan salah satu desa yang mengikuti program Pengelolahan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di bawah KPH Balapulang Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah. Tipe Tipologi Desa ini merupakan desa sekitar hutan, tetapi sebagian besar masyarakatnya bermata-pencaharian sebagai petani.

Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) oleh peneliti karena merupakan lokasi Praktek Kerja Lapang (PKL) Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB periode I, selain itu sebagian besar masyarakat pada desa ini mempunyai mata pencaharian sebagai petani yang menggantungkan hidupnya pada lahan yang akan mereka olah. Akan tetapi, kebanyakan masyarakat tersebut tidak memiliki lahan sendiri untuk mereka tanami. Bersamaan dengan keadaan tersebut, Perum Perhutani memiliki program untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan yaitu Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) yang salah satu kegiatannya dilakukan dengan sistem Tumpangsari, dimana masyarakat sekitar hutan diperbolehkan menggunakan lahan perhutani untuk ditanami tanaman palawija.

Berdasarkan hal tersebut, maka lokasi ini dirasakan relevan dengan tujuan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan, mulai bulan Februari 2012 sampai bulan Maret 2012.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Bahan dan alat yang digunakan untuk penelitian ini yaitu alat-alat tulis, kalkulator, kamera digital, laptop, Aplikasi SPSS 17, lampiran kuisioner untuk pengambilan data dalam wawancara, dan masyarakat peserta program PHBM serta petugas pelaksanaan program PHBM di BKPH Margasari LMDH Wana

Bumi Tirta Makmur Desa Banjaranyar KPH Balapulang Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah.

3.3Sasaran Penelitian

Sasaran peneliti adalah anggota Kelompok Tani Hutan (KTH)/pesanggem yang aktif menggarap lahan Perum Perhutani dan merupakan anggota aktif dari suatu Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang terikat dengan Perum Perhutani KPH Balapulang dalam program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Desa Banjaranyar, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui wawancara terhadap responden dan didukung dengan pendekatan kuantitatif dimana terdapat point atau angka yang dapat diolah dan diketahui nilainya untuk menentukan sebuah pernyataan. Hal ini dilakukan sebagai upaya memperkaya data dan untuk lebih memahami fenomena sosial terhadap hal yang diteliti. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu dengan metode triangulasi dan metode survey dengan kuisioner untuk kuantitatif. Metode triangulasi terdiri dari beberapa bagian yaitu observasi lapang, wawancara mendalam, dan studi dokumen berupa data-data yang diperoleh dari Perum Perhutani dan LMDH Wana Bumi Tirta Makmur. Populasi sampling penelitian ini adalah petani hutan/pesanggem, yang merupakan anggota aktif Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wana Bumi Tirta Makmur dan aktif menggarap lahan Perum Perhutani.

Pemilihan responden dilakukan dengan cara sample acak sederhana (simple random sampling), teknik ini dipilih peneliti karena peneliti ingin mendapatkan responden yang mewakili Kelompok Tani Hutan (KTH) atau pesanggem yang menggarap lahan Perum Perhutani. Jumlah responden yang diambil sebanyak 30 orang, karena jumlah tersebut dianggap telah mewakili responden penelitian. Pemilihan responden dilakukan secara acak dengan dibantu informan yaitu tokoh masyarakat di lokasi penelitian. Teknik pengumpulan data

dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti, dari kegiatan masyarakat dan keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan yang diselenggarakan di desa.

Data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu pengumpulan data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara dengan responden, yaitu peserta PHBM dan masyarakat sekitar, dengan cara mengikuti kegiatan yang sedang dilaksanakan seperti pertemuan dan diskusi. Data tersebut meliputi :

a. Keterangan Rumah Tangga : Nama, Umur, Agama, Pendidikan, Status dalam PHBM, jumlah anggota keluarga dan mata pencaharian.

b. Pendapatan Rumah Tangga : jumlah pendapatan dari kepala rumah tangga selama 1 bulan yang berpartisipasi dalam PHBM.

c. Kuisioner mengenai persepsi pesanggem terhadap program PHBM. 2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data mengenai keadaan desa yang diperoleh dari kantor desa, kecamatan dan instansi yang terkait. Data tersebut meliputi :

a. Keadaan umum lokasi : letak, keadaan fisik lingkungan (keadaan tanah dan topografi) dan keadaan sosial ekonomi masyarakat. Data ini diperoleh dari Perum Perum Perhutani dan Kantor Kepala Desa Banjaranyar Kabupaten Tegal.

b. Monografi Desa Banjaranyar : umur, jenis kelamin, mata pencaharian, jumlah penduduk. Data ini diperoleh dari Kantor Kepala Desa Banjaranyar Kabupaten Tegal.

3.5 Teknik Pengolahan dan Metode Analisis Data

Pengolahan data dan analisis data tentang persepsi dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut :

1. Persepsi terhadap program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) diukur berdasarkan jumlah skor dari beberapa pertanyaan dari kuesioner

dengan menggunakan skala Likert yang dibuat dalam bentuk pilihan ganda, kemudian hasil diolah pada Microsoft Excel dan makin dipertegas dengan menggunakan program SPSS 17, dengan menggunakan aplikasi Descriptive Statistic “Frequencies”. Untuk mengukur persepsi, masing-masing pertanyaan memiliki skor seperti pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2 Skor pertanyaan mengenai persepsi program PHBM

No Kategori Skor

1 Ya 2

2 Cukup 1

3 Tidak 0

Tabel 3 Kategori tingkat persepsi

No Kategori Skor

1 Baik 20-22

2 Sedang 18-19

3 Buruk 14-17

Analisa data kuantitatif diolah menggunakan microsoft excel untuk mempermudah peneliti dalam menginput dan mengolah data, data dikelompokan menjadi dua bagian yaitu data untuk memperlihatkan dan mendeskripsikan fenomena yang akan dijelaskan dan data untuk dikelompokan kedalam variable-variabel yang akan akan dilihat hubungannya merujuk pada hipotesa yang sudah ada. Apabila data-data kuantitatif yang telah disusun sudah mencapai target peneliti, selanjutnya data diolah menggunakan program SPSS 17, dengan menggunakan aplikasi Descriptive Statistic “Frequencies” dan aplikasi Compare Means “Paired-Samples T Test”. Selain analisis data kuantitatif, dilakukan pula analisis data secara kualitatif sebagai pendukung dengan mengutuip hasil wawancara mendalam dengan responden atau informan dan disampaikan secara deskriptif dalam memperjelas hasil penelitian.

Data yang diperoleh dikumpulkan dan diolah secara deskriptif. Analisis deskriptif yaitu metode yang menggambarkan sifat dari suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat kegiatan dilakukan dan sebab-sebab dari gejala

tertentu yang bertujuan untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang dilakukan dengan kuisioner maupun pengamatan.

3.5.1 Uji-T (Compare Means “Paired-Samples T Test”) untuk Mengetahui Hubungan antara Penghasilan Anggota LMDH Sebelum dan Sesudah Mengikuti PHBM

Analisis hubungan antara penghasilan anggota LMDH sebelum dan sesudah mengikuti PHBM dilakukan untuk mengetahui apakah penghasilan responden meningkat setelah mengikuti program PHBM. Analisis ini diuji menggunakan Uji-t pada program SPSS 17. Adapun hipotesis statistik adalah sebagai berikut :

H0 : Terdapat peningkatan penghasilan responden setelah mengikuti program PHBM.

H1 : Tidak ada peningkatan penghasilan responden setelah mengikuti program PHBM.

Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan Uji-T dengan pengujian menggunakan program SPSS 17. Jika didapat nilai Sig.<α (0,05) maka terima H0 yang berarti terdapat peningkatan penghasilan responden setelah mengikuti program PHBM. Apabila nilai Sig.>α, maka H0 ditolak yang berarti tidak ada peningkatan penghasilan responden setelah mengikuti program PHBM.

3.5.2 Tingkat Kesejahteraan

Tingkat kesejahteraan pesanggem diukur melalui dua pendekatan yaitu menurut Sajogyo dan Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Tegal, berikut data yang tersaji dalam Tabel 4 :

Tabel 4 Kriteria garis kemiskinan Sajogyo dan UMR Kabupaten Tegal

Kriteria Indikator Garis Kemiskinan

(indikator tidak miskin) Sajogyo (Garis kemiskinan Sayogyo) > Rp 10.272.000/thn/KK

320*(Harga beras setempat) Rp 8000,-*(rata-rata jumlah anggota keluarga) 4 orang/kel.

UMR Pendapatan (Rp/bulan) ≥ Rp 780.000

BAB IV

Dokumen terkait