• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Broodstock Center Udang Vanamei dan Laboratorium Nutrisi, Balai Budidaya Air Payau Situbondo (BBAP), Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, selama 6 bulan. Analisis kandungan kimia dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Teknologi Pakan FPIK-IPB dan Laboratorium Kimia Terpadu IPB serta Laboratorium Penguji BBAP Situbondo. Analisis histologi gonad dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan Ikan FPIK-IPB.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini meliputi kegiatan persiapan pakan, pengujian pakan pada induk udang Vanamei dan pengambilan data. Alur kegiatan penelitian yang dilakukan seperti pada Gambar 5.

Hewan Uji

Hewan uji adalah induk betina belum pernah mijah dan induk jantan udang Vanamei berasal dari Broodstock Center BBAP Situbondo sebanyak 100 pasang. Berat induk betina kurang lebih 40 gram dan induk jantan kurang lebih 35 gram dipelihara dalam hapa sebanyak 25 ekor/hapa. Pemilihan induk didasarkan pada persyaratan kualitatif induk udang Vanamei menurut SNI 01-7253-2006 tentang Induk Udang Vanamei (Litopenaeus vannamei ) Kelas Induk Pokok yaitu: warna bening kecoklatan dan cerah dengan garis merah pada uropod, punggung lurus mendatar dan kondisi sehat, bebas virus dan nekrosis, tidak cacat, anggota tubuh lengkap, insang bersih dan tidak bengkak, kekenyalan tubuh baik dan tidak keropos. Gerakan aktif dan normal.

Persiapan pakan alami dan pakan

buatan

Analisis proksimat, fosfolipid, kolesterol, betakaroten pakan

Seleksi induk udang

Vanamei Aklimatisasi

Ablasi

Pemeliharaan induk dan pengambilan data TKG, GSI dan komposisi kimia

Pemijahan

Panen telur dan pengambilan data kualitas

telur

Analisis data

Pakan Uji

Pakan uji yang digunakan dalam penelitian ini ditampilkan pada Tabel 3. Sedang komposisi kimia pakan ditampilkan pada Tabel 4.

Persiapan Pakan Uji Pakan Cacing Laut dan Cacing Tanah tanpa Pengkaya

Cacing laut segar jenis Nereis sp dan cacing tanah segar jenis Pheretima sp diberikan sebagai pakan induk udang Vanamei tanpa diperkaya.

Pengayaan Cacing Tanah

Cacing tanah Pheretima sp diperkaya dengan fosfolipid, COL dan karoten yang dilarutkan dalam minyak cumi dan minyak ikan. Fosfolipid yang digunakan adalah produk lechitin kedelai merk Nature yang mengandung 58-60% fosfatidilkolin dan fosfatidilinositol. COL yang digunakan adalah kolesterin Kristal dari Merck. Sedangkan karoten menggunakan produk karoten A9335 dari Sigma. Pengayaan dilakukan dengan cara penyuntikan bahan pengaya melalui segmen dibawah klitelum cacing tanah. Dosis bahan pengaya yaitu untuk setiap 100 gram cacing tanah ditambah 1.5 gram fosfolipid, 0.14 gram COL berdasarkan Gong et al. (2000) dan 0.01 gram karoten berdasarkan Lorenz (1998). Bahan pengaya dilarutkan dalam campuran 3 gram minyak cumi dan 3 gram minyak ikan. Selanjutnya cacing tanah dapat langsung diberikan sebagai pakan induk udang vanamei.

Pakan Buatan

Pakan buatan dibuat dalam bentuk pelet kering. Sumber protein berasal dari cacing tanah yang dikeringkan pada suhu 60oC, kemudiang digiling menjadi tepung. Kedalam bahan baku tepung cacing tanah tersebut ditambahkan atraktan, minyak cumi, minyak ikan, vitamin premiks, binder, fosfolipid, COL dan karoten. Dosis fosfolipid, COL dan karoten sama dengan perlakuan C. Adonan dicetak kemudian dikeringkan dengan oven. Komposisi kimia pakan buatan dibuat berdasarkan standart komposisi kimia pakan udang Vanamei menurut Wouters et al, (2001a). Hasil analisa proksimat pakan buatan ditampilkan pada Tabel 4.

Persiapan Wadah dan Media Pemeliharaan

Delapan buah hapa ukuran 1 x 3 x 1.2 m ditempatkan dalam 4 buah bak beton berkapasitas 8 m3 disiapkan untuk tempat pemeliharaan dan pematangan gonad induk udang Vanamei. Bak berada didalam ruangan (indoor) untuk menjaga kestabilan kondisi lingkungan. Bak dilengkapi dengan aerasi sebanyak 10 titik dengan kedalaman

Tabel 3 Perlakuan pakan uji pada induk udangVanamei

Perlakuan Keterangan

A Pemberian pakan cacing laut segar tanpa diperkaya (kontrol) B Pemberian pakan cacing tanah segar tanpa diperkaya

C Pemberian pakan cacing tanah segar diperkaya fosfolipid, COL dan karoten

D Pemberian pakan buatan dengan sumber protein utama tepung cacing tanah yang diperkaya fosfolipid, COL dan karoten

kurang dari 5 cm dari dasar bak agar kotoran dan sisa pakan tidak teraduk. Seluruh wadah pemeliharan diisi dengan air laut yang sudah melalui proses penyaringan dan sterilisasi dengan sinar UV. Kondisi kualitas air yaitu salinitas berkisar antara 33 sampai 35 ppt; suhu 28 oC + 2 ; pH 7 sampai 8; DO dipertahankan >5 ppm. Kepadatan masing-masing hapa 10 ekor/ m2.

Pemeliharaan Udang Vanamei

Calon induk dari tambak pembesaran diadaptasikan dalam hapa selama 2 minggu. Pada awal pemeliharaan dilakukan pengukuran panjang dan bobot tubuh. Setelah dilakukan ablasi mata induk dipelihara kembali selama 3 periode pematangan gonad. Ransum pakan selama pemeliharaan sesuai dengan perlakuan. Pemberian pakan dilakukan empat kali dalam sehari pada pukul 08.00, 12.00 dan 16.00 dan 20.00 WIB. Jumlah pakan alami yang diberikan 30% bobot biomas sedangkan pakan buatan 3% bobot biomas. Agar kondisi kualitas air tetap baik, kotoran yang ada di dasar bak dibersihkan setiap hari dengan cara disifon. Pada akhir pemeliharaan semua induk yang tersisa ditimbang dan diambil sampel gonad. Pengambilan sampel untuk data GSI, histologi dan analisis kimia gonad induk betina dilakukan pada tahapan Tingkat Kematangan Gonad (TKG) II dan TKG IV.

Ablasi

Proses pematangan gonad induk dipacu dengan teknik ablasi, yaitu dengan cara memotong sebelah tangkai mata udang dengan menggunakan gunting yang telah dipanaskan (Nurdjana 1983).

Pemijahan dan Pelepasan Telur

Proses pemijahan dilakukan dengan memasukkan induk betina matang gonad kedalam populasi induk jantan. Pengamatan berhasil tidaknya pemijahan dilakukan 4 sampai 5 jam setelah proses tersebut. Induk betina yang sudah kawin dipindahkan ke bak penetasan telur. Didalam bak ini, induk dibiarkan selama semalam untuk memberi kesempatan terjadinya proses pembuahan dan pelepasan telur. Kemudian induk yang telah melepaskan telur dikembalikan kedalam bak pemeliharaan agar tidak menghisap kembali telurnya.

Parameter/satuan A. Cacing laut Nereis sp B. Cacing tanah Pheretima sp C. Cacing tanah diperkaya Pheretima sp D. Pakan buatan Pheretima sp Protein % 67.12 60.23 56.41 59.82 Air % 85.16 78.68 76.92 8.81 Abu % 10.65 20.83 9.58 14.99 Serat % 0 2.63 0.35 1.56 Lemak % 18.94 14.21 33.15 9.44 BETN % 3.23 2.2 0.52 14.49

*berdasarkan berat kering

Parameter yang Diamati Tingkat Kematangan Gonad.

Pengamatan perkembangan gonad dilakukan secara morfologi dan histologi. Pengamatan harian perkembangan gonad secara morfologi berdasarkan pada Motoh (1981). Sedangkan secara histologi dilakukan pada gonad TKG 2 dan TKG 4, pengamatan tingkat perkembangan oosit berdasarkan Demestre dan Fortuno (1992). Perhitungan persentase kematangan gonad dilakukan dengan membandingkan jumlah induk yang matang gonad dengan populasi total (Tarsim et al. 2007).

Indeks Kematangan Gonad (Effendi 1979)

Indeks Kematangan Gonad / Gonadosomatic Index (GSI) adalah pengukuran rasio berat gonad dengan total berat tubuh untuk mengukur tingkat kematangan seksual yang berhubungan dengan perkembangan gonad. Persentase GSI dihitung berdasarkan rumus berikut :

Pengukuran Diameter Telur

Pengukuran diameter telur pada tingkat kematangan gonad II dan IV dilakukan dengan mengukur diameter oosit dalam tampilan histologi jaringan gonad. Prosedur yang dilakukan yaitu : induk udang vannamei pada TKG II dan IV dibedah kemudian diambil sampel jaringan gonadnya. Sampel gonad difiksasi dengan larutan Davidson selama 1-2 hari kemudian dipindahkan kedalam larutan alkohol 70 % sampai dianalisis. Menggunakan scalpel bersih, trim kotak atau potongan jaringan yang sudah difiksasi sehingga berukuran lebar antara 0.2-0.5 cm, ketebalan antara 0.2-0.5 cm, dan panjang tidak lebih dari 2 cm. Sampel jaringan kemudian melalui proses dehiration dengan alkohol , clearing, infiltration, embedding, pemotongan jaringan dan pewarnaan

dengan mayer’s haematoxylin. Pengukuran diameter dilakukan dengan alat micrometer dibawah mikroskop compound pada pembesaran 100x. Jumlah sampel telur yang diamati 100-200 butir.

Komposisi Kimia Gonad dan Telur

Pada udang betina dengan tingkat kematangan gonad II dan IV dilakukan pembedahan untuk mengambil gonadnya dan selanjutnya dilakukan penimbangan dan analisis kandungan protein dengan metode Bradford, total lemak dengan metode Folch, lemak netral (NL) dan lemak polar (PL) dengan metode cartridge Sep-Pak, TAG dan COL dengan metode CHOD-PAP dan betakaroten dengan metode HPLC. Demikian pula pada telur yang dihasilkan oleh induk pada masing-masing perlakuan.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data (Steel and Torrie 1991)

Rancangan percobaan yang diterapkan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan perlakuan berupa pemberian pakan yang berbeda terhadap komposisi kimia gonad dan rata-rata diameter telur induk udang Vanamei. Pada pengamatan tingkat kematangan gonad induk secara morfologi, masing-masing individu sebagai ulangan. Data komposisi kimia dan histologi dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik serta gambar.

Dokumen terkait