• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan, dan tingkah laku yang didapati dari apa yang diamati (Nawawi, 1994 : 2004). Pendekatan kualitatif dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik (utuh), misalnya tentang perilaku, motivasi, tindakan, dan sebagainya (Moleong, 2005:4). Studi kasus adalah suatu tipe pendekatan dalam penelitian yang penelaahannya terhadap suatu kasus dilakukan secara mendalam, mendetil, dan komprehensif. Studi kasus dapat juga didefenisikan sebagai suatu metode yang dipergunakan dalam penelitian ilmu sosial, memberikan penekanan pada pengumpulan data mengenai sebagian atau seluruh unsur kehidupan seseorang atau suatu kelompok, maupun hubungannya dengan pihak-pihak lain dalam situasi sosial atau kebudayaan tertentu (Yin, 2003 : 1).

3.2. Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian peneliti yaitu di Kota Medan. Adapun yang menjadi alasan pemilihan lokasi tersebut adalah :

1. Karena Kota Medan merupakan kota metropolitan yang pada umumnya terdapat pusat-pusat perbelanjaan.

27 2. Arus informasi, baik dari media elektronik dan media cetak sangat mudah diakses sehingga hal ini dapat memungkinkan menjadi penyebab perempuan shopaholic. 3. Lokasi penelitian merupakan tempat peneliti berdomisili sehingga memudahkan

dalam mengakses data yang diperlukan.

3.3. Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian (Arikunto, 2005:132). Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah kaum shopaholic.

3.3.2 Informan

Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah : 1. Informan Kunci

a . Perempuan Shopaholic

Yang memiliki karakter, yaitu perempuan berusia 20-50 tahun, yaitu mereka yang memiliki hobby belanja ke butik terkenal yang ada di Sun Plaza yang menghabiskan uang secara berlebih untuk membeli kebutuhan sandang seperti tas, pakaian dan sepatu demi menyalurkan kepuasan ataupun hobi belanja mereka.

28 b. Keluarga

Yaitu orang-orang yang merupakan bagian dari kekeluargaan informan kunci baik suami maupun orangtua akan memperoleh dampak shopaholic anak perempuan dan persepsi nilai-nilai sosial ekonomi yang ada dalam keluarga.

2. Informan Biasa

Adapun yang menjadi informan yang biasa adalah : a. Masyarakat Umum

Informan yang ingin diperoleh dari informan ini berupa pengetahuan mereka tentang shopaholic, pandangan mereka tentang shopaholic, persepsi mereka tentang shopaholic.

Adapun kriteria dari informan ini adalah :

1) Hidup berdampingan (bersama) dengan shopaholic.

2) Telah tinggal di Kota Medan dalam jangka waktu minimal 10 tahun. Hal ini dimaksudkan agar informan tersebut mengetahui secara pasti tentang shopaholic.

3) Berusia minimal 17 tahun. Hal ini dimaksudkan agar peneliti mudah melakukan wawancara, karena pada usia tersebut seseorang sudah dapat memberikan informasi yang akurat dalam penelitian ini.

29 b. Toko (Store)

Informasi yang ingin diperoleh dalam penelitian ini berupa data-data yang berhubungan dengan jumlah pengunjung, data-data mengenai eksistensi shopaholic dan sebagainya.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui pengumpulan data primer dan sekunder.

1. Data primer, diperoleh melalui : a. Observasi

Observasi merupakan suatu bentuk pengamatan dari objek penelitian dimana peneliti hanya menjadi pengamat yang pasif. Disini peneliti akan mengamati secara langsung bagaimana shopaholic menghabiskan uangnya ke store, selain itu peneliti juga mengamati seperti apa bentuk mereka menghabiskan uangnya hanya untuk belanja.

b. Wawancara Mendalam

Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk mengkonstruksikan mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan dan sebagainya, yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara dan yang diwawancarai. Sedangkan wawancara mendalam merupakan suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan, denngan maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang diteliti (Bungin, 2001: 110). Di sini peneliti akan berusaha untuk

30 menggali informasi yang sebanyak-banyaknya dari informan dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide). Hal-hal yang akan diwawancarai berupa pergeseran yang terjadi dalam kehidupan shopaholic, bagaimana realita kehidupan shopaholic. Dan dalam proses wawancara tersebut peneliti akan menggunakan catatan lapangan untuk mencatat data-data yang nantinya diperoleh, selain itu juga menggunakan tape recorder sebagai alat perekam yang dapat untuk mengumpulkan data selama proses wawancara berlangsung.

2. Data sekuder, diperoleh melalui :

a. Studi kepustakaan, yaitu menggunakan buku-buku atau referensi lainnya yang dapat mendukung penelitian ini.

b. Dokumentasi, seperti arsip-arsip yang dimiliki oleh informan dalam penelitian ini yang dapat mendukung kelengkapan data penelitian.

3.5. Intepretasi Data

Data-data yang diperoleh dari lapangan akan diatur, diurutkan, dikelompokkan kedalam kategori, pola atau uraian tertentu. Disini peneliti mengelompokan data-data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan sebagainya yang selanjutnya akan dipelajari dan ditelaah secara seksama agar diperoleh hasil atau kesimpulan yang baik. Selain itu data yang diperoleh akan dibuat ke dalam bentuk matriks agar dapat dilihat berbagai data sebagai indikator untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini.

31 3.6. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian yang dialami oleh peneliti ketika berada di lapangan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :

1. Peneliti harus mengeluarkan biaya yang cukup besar selama melakukan penelitian di lapangan dikarenakan harus mewawancarai informan di tempat mereka berbelanja dan tentunya untuk melakukan wawancara yang membutuhkan waktu yang banyak tentu dalam bertanya masalah informasi yang dibutuhkan peneliti harus mengajak mereka untuk sekedar bersantai di foodcourt agar informan mau untuk meluangkan waktu mereka yang pastinya harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk melakukan wawancara dari informan yang satu dan informan yang lainnya.

2. Peneliti harus meluangkan waktu yang tidak sedikit untuk ingin melakukan wawancara kepada informan karena tidak sedikit informan yang mau terganggu waktunya dalam melakukan kegiatan yang mereka sangan sukat tersebut. Oleh karena itu peneliti juga terkadang harus masuk dari satu outlet ke outet lainnya untuk menemui informan yang mau untuk diwawancarai dan tidak jarang peneliti juga melakukan wawancara disaat para informan sedang berbelanja dan mengikuti kemana mereka pergi dikarenakan mereka yang tidak ingin untuk melewatkan waktu berbelanja mereka.

32

BAB IV

Dokumen terkait