Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental meliputi pembuatan sediaan krim minyak hazelnut dengan konsentrasi 2, 4, 6 dan 8%, pemeriksaan terhadap sediaan (uji homogenitas, penentuan tipe emulsi, uji pH, uji stabilitas sediaan), uji iritasi terhadap sukarelawan dan pembuktian efektivitas sediaan sebagai anti-aging.
3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat - alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: skin analyzer dan moisture checker, lumpang porselin, stamfer, cawan porselin, alat-alat gelas,
penangas air, pH meter, dan neraca analitik.
3.1.2 Bahan - bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: aquadest, asam stearat, setil alkohol, sorbitol, propilen glikol, trietanolamin, metil paraben, minyak hazelnut, metil biru, larutan dapar pH asam (pH 4,01), larutan dapar pH netral (pH 7,01).
3.2 Sukarelawan
Sukarelawan yang dipilih adalah mahasiswi di Fakultas Farmasi USU dengan kriteria sebagai berikut (Ditjen POM RI, 1985).
1. Wanita berbadan sehat 2. Usia antara 20-30 tahun
3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi
4. Bersedia menjadi sukarelawan
3.3 Formula Sediaan Krim
3.3.1 Formula Standar Krim m/a (Young, 1972) R/ Asam stearat 12 3.3.2 Formula Dasar Krim
Formula krim dimodifikasi tanpa gliserin karena gliserin memiliki fungsi sebagai pelembab pada wajah. Formula dasar krim sebagai berikut :
R/ Asam stearat 12
Konsentrasi minyak hazelnut yang digunakan dalam pembuatan sediaan krim anti-aging masing-masing adalah 2, 4, 6, dan 8%. Formulasi dasar krim tanpa minyak hazelnut dibuat sebagai blanko dan sebagai baku pembanding digunakan krim anti-aging dari pasaran (Pond’s krim anti-aging). Rancangan formulasi dijelaskan pada Tabel 3.1 sebagai berikut :
Tabel 3.1 Komposisi bahan dalam krim
3.3.3 Pembuatan Dasar Krim
Cara pembuatan: Ditimbang semua bahan yang diperlukan. Pisahkan bahan menjadi dua kelompok yaitu fase minyak dan fase air. Fase minyak terdiri dari asam stearat, setil alkohol, dilebur di atas penangas air dengan suhu 70 ºC. Fase air yang terdiri dari sorbitol, propilen glikol, trietanolamin dan metil paraben dilarutkan di dalam air panas yang telah ditakar dengan suhu 70°C (massa II).
Direndam lumpang porselen dan alu dalam air panas, kemudian keringkan lumpang dan alu, masukkan massa I ke dalam lumpang, lalu masukkan massa II digerus konstan sampai terbentuk massa krim.
3.3.4 Pembuatan sediaan krim
Massa krim 98 gram ditambahkan 2 gram minyak hazelnut sedikit demi sedikit, digerus sampai terbentuk krim yang homogen. Ditambahkan 3 tetes parfum, dihomogenkan sampai terbentuk massa krim. Pembuatan dilakukan dengan cara yang sama untuk semua formula dengan masa krim dan konsentrasi minyak hazelnut yang berbeda.
3.4 Pemeriksaan Terhadap sediaan krim 3.4.1 Pemeriksaan homogenitas
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang sesuai, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).
3.4.2 Penentuan tipe emulsi sediaan
Penentuan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan penambahan sedikit biru metil ke dalam sediaan, jika larut sewaktu diaduk, maka emulsi tersebut adalah tipe minyak dalam air (Ditjen POM, 1985).
3.4.3 Pengukuran pH sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar pH netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 99 ml air suling. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2002).
3.4.4 Pengamatan stabilitas sediaan
Masing-masing formula krim dimasukkan ke dalam pot plastik, disimpan pada suhu kamar dan diukur parameter-parameter kestabilan seperti bau, warna, dan pH dievaluasi selama penyimpanan 12 minggu dengan pengamatan setiap 2 minggu (National Health Surveillance Agency, 2005).
3.5 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan
Percobaan ini dilakukan terhadap 18 orang sukarelawan untuk mengetahui apakah sediaan yang dibuat dapat menyebabkan reaksi iritasi.
Cara: Krim dioleskan di belakang telinga sebanyak sebutir biji jangung dengan diameter 2,5cm x 2,5cm dibelakang telinga bagian bawah, kemudian dibiarkan selama 24 jam dan lihat perubahan yang terjadi berupa eritema, dan edema pada kulit (Barel dkk, 2009).
Reaksi iritasi yang diamati yaitu eritema dan edema dengan sistem skor.
Eritema Edema
3.6 Pengujian Efektivitas Anti-aging
Pengujian efektivitas anti-aging menggunakan sukarelawan sebanyak 18 orang dan dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu:
Kelompok I : 3 orang sukarelawan untuk krim F0 (blanko)
Kelompok II : 3 orang sukarelawan untuk krim F1 (konsentrasi minyak hazelnut 2%) Kelompok III : 3 orang sukarelawan untuk krim F2
(konsentrasi minyak hazelnut 4%) Kelompok IV : 3 orang sukarelawan untuk krim F3
(konsentrasi minyak hazelnut 6%)
Kelompok V : 3 orang sukarelawan untuk krim F4 (konsentrasi minyak hazelnut 8%)
Kelompok VI : 3 orang sukarelawan untuk krim F5 pembanding (produk pasaran)
Semua sukarelawan diukur kondisi kulit awal meliputi: kadar air (moisture), kehalusan (evenness), besar pori (pore), banyaknya noda (spot), keriput (wrinkle) dengan menggunakan skin analyzer sesuai dengan parameter pengukuran. Setelah pengukuran kondisi kulit awal, perawatan mulai dilakukan dengan pengolesan krim sebutir biji jagung hingga merata seluas area yang telah ditandai, krim dioleskan berdasarkan kelompok yang telah ditetapkan di atas, pengolesan dilakukan sebanyak 2 kali sehari selama 4 minggu. Perubahan kondisi kulit diukur setiap minggu selama 4 minggu dengan menggunakan skin analyzer.
3.7 Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisis menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) 21. Langkah pertama data dianalis dengan
menggunakan metode Shapiro-Wilk untuk menentukan homogenitas dan normalitasnya. Kemudian jika data normal, dilanjutkan dengan dianalisis menggunakan metode One Way Anova untuk menentukan perbedaan rata-rata diantara kelompok. Jika terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey HSD untuk melihat perbedaan nyata antar perlakuan. Sedangkan jika data
tidak normal, dilanjutkan dengan dianalisis menggunakan metode Kruskal wallis untuk menentukan perbedaan rata-rata diantara kelompok. Jika terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan uji Post Mann-Whitney untuk melihat perbedaan nyata antar perlakuan
BAB IV