• Tidak ada hasil yang ditemukan

FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS ANTI-AGING KULIT DARI SEDIAAN KRIM MENGANDUNG MINYAK HAZELNUT (Corylus avellana) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS ANTI-AGING KULIT DARI SEDIAAN KRIM MENGANDUNG MINYAK HAZELNUT (Corylus avellana) SKRIPSI"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS ANTI-AGING KULIT DARI SEDIAAN KRIM MENGANDUNG MINYAK

HAZELNUT (Corylus avellana)

SKRIPSI

OLEH:

LATIFAH NASUTION NIM 141501106

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS ANTI-AGING KULIT DARI SEDIAAN KRIM MENGANDUNG MINYAK

HAZELNUT (Corylus avellana)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

LATIFAH NASUTION NIM 141501106

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Formulasi dan Uji Efektivitas Anti-aging Kulit dari Sediaan Krim Mengandung Minyak Hazelnut (Corylus avellana)”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Minyak hazelnut adalah bahan yang baik untuk melawan tanda-tanda penuaan berkat tingginya kandungan vitamin E, minyak hazelnut bertindak sebagai antioksidan dan penangkal radikal yang membantu untuk melawan timbulnya tanda-tanda penuaan dini (kerut). Oleh sebab itu penulis bermaksud memformulasikan krim Anti-aging menggunakan minyak hazelnut dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa krim minyak hazelnut 8% memiliki efek Anti-aging yang lebih baik dibandingkan dengan formula krim lainnya. Dengan demikian, penulis memiliki harapan bahwa krim Anti-aging minyak hazelnut dapat digunakan dikalangan masyarakat.

Pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan bantuan selama masa penelitian dan penulisan skripsi, kepada Bapak Prof. Dr.

Wiryanto, M.S., Apt., dan Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam penyusunan skripsi, kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan fasilitas dan masukan selama masa

(5)

pendidikan dan penelitian, serta kepada Ibu Henny Sri Wahyuni, S.Farm, M.Si., Apt., selaku dosen penasihat akademik yang telah banyak memberikan nasihat dan bimbingan selama masa pendidikan.

Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih serta penghargaan yang tulus dan tak terhingga kepada orangtua tercinta Ayahanda M. Darwin Nasution, Ibunda Azizah dan kepada abang, kakak dan adik tercinta Ismail Nasution, Yasman Munir Harahap, Dinda Maulina Nasution dan Sofia Majidah Nasution atas doa dan dukungan baik moril maupun materiil kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman semua khususnya CMI, Asisten Botani Farmasi, para sukarelawan yang telah bersedia meluangkan waktunya, teman-teman seperdopingan Liana Zahara, Dara Aqila, Lilis Sipayung, Reja Renti Br Sitepu, dan Sri Ulina Karo-karo yang telah memberikan dorongan dan motivasi selama penulis melakukan penelitian, serta seluruh teman-teman Stambuk 2014 yang memberikan saran, arahan dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda dan pahala yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang farmasi.

Medan, Oktober 2018 Penulis,

Latifah Nasution

NIM 141501106

(6)

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Latifah Nasution

Nomor Induk Mahasiswa : 141501106

Program Studi : S-1 Farmasi Reguler

Judul Skripsi : Formulasi dan Uji Efektivitas Anti-Aging Kulit dari Sediaan Krim Mengandung Minyak Hazelnut (Corylus avellana)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dari hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Perguruan Tinggi dan bukan plagiat karena kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.

Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.

Medan, Oktober 2018 Yang membuat pernyataan

Latifah Nasution

NIM 141501106

(7)

FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS ANTI-AGING KULIT DARI SEDIAAN KRIM MENGANDUNG MINYAK HAZELNUT (Corylus

avellana)

ABSTRAK

Latar belakang: Penuaan kulit adalah sebuah proses biologis kompleks yang dipengaruhi oleh kombinasi faktor eksogen dan endogen, yang mengarah ke perubahan struktural dan fisiologis dalam lapisan kulit serta perubahan dalam penampilan kulit, terutama pada daerah kulit yang terkena sinar matahari. Di mana paparan sinar matahari berlebihan dapat mengakibatkan berbagai kerusakan pada kulit, karena efek fotobiologik UVA dan UVB yang menimbulkan radikal bebas akan merusak struktur kulit. Vitamin E yang terdapat pada minyak hazelnut dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan dan dapat mengatasi penuaan.

Tujuan penelitian: Memformulasikan minyak hazelnut dalam bentuk sediaan krim sebagai anti-aging serta uji efektivitasnya pada wajah sukarelawan.

Metode: Minyak hazelnut diformulasikan dalam bentuk sediaan krim minyak dalam air dengan konsentrasi 2%, 4%, 6% dan 8%. Pembanding yang digunakan adalah krim Ponds Age Miracle. Pengujian terhadap sediaan krim meliputi pemeriksaan homogenitas, uji tipe emulsi, uji pH, uji kestabilan, uji iritasi, dan uji efek anti-aging menggunakan alat skin analyzer pada wajah sukarelawan.

Parameter anti-aging yang diukur meliputi kadar air, kehalusan, pori, banyak noda, dan keriput. Pemakaian krim dilakukan dengan pengolesan krim dua kali sehari selama empat minggu.

Hasil: Dari hasil penelitian diperoleh bahwa semua sediaan krim homogen, dengan tipe emulsi m/a, memiliki pH 6.0-6.5, stabil selama penyimpanan 12 minggu dan tidak mengiritasi kulit. Hasil pengukuran efek anti-aging menunjukkan bahwa krim minyak hazelnut 8% lebih baik dalam meningkatkan kadar air, menigkatkan kehalusan, mengecilkan pori, mengurangi noda dan mengurangi keriput dibandingkan dengan formula krim lainnya dan krim Ponds Age Miracle.

Kesimpulan: Minyak Hazelnut dapat diformulasikan dalam sediaan krim anti- aging dan Minyak Hazelnut 8% menunjukkan efektivitas anti-aging yang terbaik dengan meningkatnya kadar air sebesar 28.4%, meningkatnya kehalusan sebesar 40.0%, mengecilkan pori sebesar 46.1%, mengurangi noda sebesar 39.7% dan mengurangi keriput sebesar 33.3%.

Kata kunci: Formulasi, Minyak Hazelnut, skin analyzer, krim, anti-aging

(8)

FORMULATION AND EFECTIVENESS TEST OF SKIN ANTI-AGING FROM HAZELNUT OIL (Corylus avellana) CREAM

ABSTRACT

Background: Skin aging is a complex biological process that was influenced by a combination of exogenous and endogenous factors, leading to structural and physiological changes in the skin layer as well as changes in skin appearance, especially in areas of sun-exposed skin. Where excessive exposure to sunlight can lead to a variety of damage to the skin, because the photobiologic effects of UVA and UVB that cause free radicals will damage the structure of the skin. The content of vitamin E contained in hazelnut oil can be used as an antioxidant and also aging.

Purpose: To formulate Hazelnut oil in a dosage form as an anti-aging cream and anti-aging test effect by volunteer of the face skin.

Methods: Hazelnut oil formulated into dosage form cream oil in water with various concentration of 2%, 4%, 6% and 8%. For standard was used Ponds Age Miracle’s cream. Tests on cream preparation includes examining homogeneity, emulsion type test, pH test, stability test, irritation test, and test effects of anti- aging on the skin of volunteers used skin analyzer. Anti-aging parameters measured include moisture, evenness, pore, number of stains and wrinkles number. The use of creams twice a day application for four weeks.

Result: The results of the study showed that all the cream preparations were homogeneous, it had a pH 6.0 to 6.5, stable in storage during 12 weeks, and did not irritate the skin. The results of measurements of the effect of anti-aging showed that Hazelnut Oil cream 8% better in increase moisture and evenness, decrease pore number, spot and wrinkle number compared to other formula and Ponds Age Miracle’s cream.

Conclusion: Hazelnut Oil can be formulated in cream and anti-aging Hazelnut Oil cream 8% showed the effectiveness of the best anti-aging with increase moisture 28.4% and evenness 40.0%, decrease pore 46.1%, spot 39.7% and wrinkle 33.3 %.

Key word: Formulation, Hazelnut Oil, skin analyzer, cream, anti-aging

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

SURAT PERNYATAAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis Penelitian ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Tanaman Kacang Hazelnut ... 5

2.1.1 Kandungan Minyak Hazelnut... 5

2.2 Kulit ... 6

2.2.1 Pengertian Kulit ... 6

2.2.2 Fungsi Kulit ... 7

(10)

2.2.3 Struktur Kulit ... 8

2.2.3.1 Lapisan Epidermis ... 8

2.2.3.2 Lapisan Dermis ... 9

2.2.3.3 Lapisan Subkutan ... 10

2.2.3.4 Jenis-jenis Kulit Wajah ... 11

2.3 Penuaan Dini ... 12

2.3.1 Penyebab Penuaan Dini ... 13

2.3.2 Tanda-tanda Penuaan Dini ... 16

2.4 Anti aging ... 18

2.5 Krim ... 19

2.6 Bahan-bahan ... 20

2.7 Skin Analayzer ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

3.1 Alat dan Bahan ... 23

3.1.1 Alat- alat ... 23

3.1.2 Bahan –bahan ... 23

3.2 Sukarelawan ... 23

3.3 Formula Sediaan Krim ... 24

3.3.1 Formula standar krim ... 24

3.3.2 Formula dasar krim ... 24

3.3.3 Pembuatan dasar krim ... 25

3.3.4 Pembuatan sediaan krim ... 25

3.4 Pemeriksaan Terhadap Sediaan Krim ... 26

3.4.1 Pemeriksaan homogenitas ... 26

(11)

3.4.2 Penentuan tipe emulsi sediaan ... 26

3.4.3 Pengukuran pH sediaan ... 26

3.4.4 Pengamatan stabilitas sediaan ... 26

3.5 Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ... 27

3.6 Pengujian Efektivitas Anti-Aging ... 27

3.7 Analisis Data ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1 Hasil Pemeriksaan Terhadap Sediaan Krim ... 29

4.1.1 Hasil pemeriksaan homogenitas ... 29

4.1.2 Hasil penentuan tipe emulsi sediaan ... 29

4.1.3 Hasil pengukuran pH sediaan ... 30

4.1.4 Hasil pengamatan stabilitas sediaan ... 30

4.2 Hasil Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ... 32

4.3 Hasil Pengujian Aktivitas Anti- Aging ... 33

4.3.1 Kadar air (moisture) ... 33

4.3.2 Kehalusan (evenness) ... 36

4.3.3 Pori (pore) ... 38

4.3.4 Noda (spot) ... 41

4.3.5 Keriput (wrinkle) ... 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

5.1 Kesimpulan ... 47

5.2 Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

LAMPIRAN ... 54

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Data kelarutan biru metil pada sediaan krim... 29

4.2 Data pengukuran pH sediaan krim ... 30

4.3 Data hasil pengamatan terhadap kestabilan sediaan krim ... 30

4.4 Data hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan ... 32

4.5 Data hasil pengukuran kadar air (moisture) ... 33

4.6 Data hasil pengukuran kehalusan (evenness) ... 36

4.7 Data hasil pengukuran pori (pore) ... 38

4.8 Data hasil pengukuran noda (spot) ... 41

4.9 Data hasil pengukuran keriput (wrinkle) ... 44

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1 Grafik hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit wajah sukarelawan kelompok blanko, krim minyak hazelnut 2, 4, 6,

8% dan krim pembanding setelah 4 minggu... 35 4.2 Grafik hasil pengukuran kehalusan (evenness) pada kulit wajah

sukarelawan kelompok blanko, krim minyak hazelnut 2, 4, 6,

8% dan krim pembanding setelah 4 minggu... 37 4.3 Grafik hasil pengukuran pori (pore) pada kulit wajah

sukarelawan kelompok blanko, krim minyak hazelnut 2, 4, 6,

8% dan krim pembanding setelah 4 minggu... 40 4.4 Grafik hasil pengukuran noda (spot) pada kulit wajah

sukarelawan kelompok blanko, krim minyak hazelnut 2, 4, 6,

8% dan krim pembanding setelah 4 minggu... 43 4.5 Grafik hasil pengukuran keriput (wrinkle) pada kulit wajah

sukarelawan kelompok blanko, krim minyak hazelnut 2, 4, 6,

8% dan krim pembanding setelah 4 minggu... 45

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Bagan pembuatan krim minyak hazelnut ... 52

2 Hasil identifikasi minyak hazelnut ... 53

3 Contoh surat pernyataan sukarelawan ... 55

4 Gambar minyak hazelnut dan krim Ponds Age miracle... 56

5 Gambar alat-alat penelitian ... 57

6 Gambar sediaan krim setelah disimpan selama 90 hari dalam suhu kamar ... 58

7 Gambar hasil uji homogenitas dan tipe emulsi sediaan krim ... 59

8 Contoh hasil pengukuran menggunakan alat skin analyzer pada kulit wajah sukarelawan ... 60

9 Data hasil uji statistik ... 68

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit merupakan lapisan terluar tubuh manusia yang bersentuhan langsung dengan lingkungan diluar tubuh. Dengan melakukan segala upaya untuk membuat kulit menjadi sehat dan terawat, salah satunya adalah dengan menggunakan produk perawatan kulit. Segala bentuk produk yang menghambat atau yang lebih tepatnya memperlambat proses penuaan dapat dikategorikan sebagai anti-penuaan (anti-aging) (Prianto, 2014).

Penuaan kulit adalah sebuah proses biologis kompleks yang dipengaruhi oleh kombinasi faktor eksogen dan endogen, yang mengarah ke perubahan struktural dan fisiologis dalam lapisan kulit serta perubahan dalam penampilan kulit, terutama pada daerah kulit yang terkena sinar matahari (Surjanto, dkk., 2016).

Sinar matahari merupakan Faktor eksogen utama yang dapat menyebabkan terjadi penuaan kulit (photoaging), di mana paparan sinar matahari berlebihan dapat mengakibatkan berbagai kerusakan pada kulit, karena efek fotobiologik Ultra Violet A (UVA) dan Ultra Violet B (UVB) yang menimbulkan radikal bebas akan merusak struktur kulit dan menimbulkan kerusakan DNA serta menurunkan respon imun. Selain itu faktor ekternal lainnya dapat meningkatkan radikal bebas seperti sinar X, polusi, rokok, petisida, merokok, minuman beralkohol, obat- obatan dan nutrisi yang tidak seimbang dan lain-lainnya (Ardhie, 2011).

(16)

Proses terjadinya penuaan kulit tidak sama pada setiap orang. Pada orang tertentu proses penuaan kulit terjadi sesuai dengan usianya sedangkan pada orang lain dapat datang lebih cepat, keadaan ini disebut sebagai penuaan dini (premature aging). Hal ini menunjukkan bahwa proses penuaan pada setiap individu berbeda,

tergantung dari berbagai faktor yang mempengaruhi dan mempercepat proses penuaan (Cunningham, 1998 dan Soepardiman, 2003).

Beragam cara diupayakan untuk mencegah ataupun memperbaiki dampak penuaan. Penggunaan antioksidan merupakan salah satu upaya yang sering dilakukan untuk mencegah penuaan. Antioksidan merupakan molekul atau senyawa yang dapat meredam aktivitas radikal bebas dengan mencegah oksidasi sel (Ardhie, 2011).

Penuaan dapat dihambat dengan menggunakan krim anti-aging. Krim Anti- aging atau anti penuaan adalah kosmetik yang memiliki bioaktivitas yang mampu

mencegah atau memperbaiki tanda-tanda penuaan (Draelos dan Thaman, 2006).

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kosmetik, degradasi dan inhibisi penuaan juga dapat dilakukan sehingga kulit dapat terlihat lebih muda (Reveny, dkk., 2016).

Anti-aging merupakan suatu sediaan atau produk yang berguna untuk mencegah atau memperlambat efek penuaan sehingga terlihat segar, lebih cantik, dan awet muda. Terapi anti-aging akan lebih baik apabila dilakukan sedini mungkin, yakni disaat seluruh fungsi sel-sel tubuh masih sehat dan berfungsi dengan baik. Akhir-akhir ini banyak produk krim mengandung bahan anti-aging, namun kebenaran dari produk-produk tersebut untuk mencegah penuaan dini sering menjadi bahan untuk diperbincangkan dan diteliti. Menurut hasil penelitian

(17)

para pakar, krim anti-aging dirancang secara khusus untuk mencegah penuaan dini terutama jika diaplikasikan pada malam hari (Fauzi dan Nurmalina, 2012).

Hazelnut adalah buah yang sangat berharga yang mengandung proporsi minyak tinggi, sekitar 61%, dalam kandungan kimia komposisi. Mineral (potasium, fosfor, kalsium dan magnesium), asam amino (asam glutamat, arginin, asam aspartat), gula dan asam organik (asam malat) juga ada. Hazelnut juga ditemukan berfungsi sebagai sumber vitamin E dan sumber yang baik dari vitamin larut air (B kompleks) dan serat makanan (Alasalvar, 2003).

Minyak hazelnut adalah bahan yang baik untuk melawan tanda-tanda penuaan berkat tinggi kandungan vitamin E, minyak hazelnut bertindak sebagai antioksidan dan penangkal radikal yang membantu untuk melawan timbulnya tanda-tanda penuaan dini (kerut). Ini merupakan zat yang bergizi dan melembabkan karna memiliki sejumlah asam lemak esensial (Alasalvar, 2003).

Berdasarkan hal diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang formulasi krim anti-aging dari Minyak Hazelnut.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Apakah Minyak Hazelnut dapat diformulasikan dalam sediaan krim dengan tipe emulsi minyak dalam air?

b. Apakah krim yang mengandung Minyak Hazelnut mampu memberikan efek anti-aging pada kulit?

(18)

1.3 Hipotesis Penelitian

Adapun Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

a. Minyak Hazelnut dapat diformulasikan dalam sediaan krim dengan tipe emulsi minyak dalam air.

b. Krim yang mengandung Minyak Hazelnut mampu memberikan efek anti-aging pada kulit.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui apakah Minyak Hazelnut dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan krim dengan tipe emulsi minyak dalam air.

b. Untuk mengetahui apakah krim yang mengandung Minyak Hazelnut mampu memberikan efek anti-aging pada kulit.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

a. Untuk meningkatkan manfaat dari Minyak Hazelnut.

b. Untuk mengetahui efek dari Minyak Hazelnut yang diformulasikan dalam sediaan krim sebagai anti-aging sehingga dapat digunakan sebagai bahan alami dalam sediaan kosmetik.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kacang Hazelnut

Hazelnut (Corylus avellana) famili Betulacea. Pohon kacang yang populer di seluruh dunia, terutama di pantai Laut Hitam wilayah Turki, Eropa Selatan (Italia, Spanyol, Portugal, Prancis, dan Yunani), dan di beberapa daerah di AS (Oregon dan Wash-ington). Selain itu, hazelnut juga bisa dibudidayakan di beberapa negara lain seperti Selandia Baru, Cina, Azerbaijan, Chili, Iran, dan Georgia. Turki adalah produsen hazelnut terbesar di dunia, berkontribusi 74% ke total produksi global, diikuti oleh Italia (16%) (Seyhan, dkk., 2007).

Corylus avellana umumnya dikenal sebagai hazel. Biasanya tumbuh

mencapai tinggi 3-8 m, tetapi bisa mencapai 15 m pada waktu tertentu. Daunnya membulat, panjang 6-12 cm dan menyilang, berbulu lembut di kedua permukaan dan bergerigi. Bunganya diproduksi sangat awal di musim semi. Kira-kira kacang berbentuk bulat, oval, memiliki panjang 12-25 mm panjang dan luas 12-20 mm, berwarna kuning-coklat. Kacang jatuh ketika matang sekitar 7-8 bulan (Alasalvar, 2003).

2.1.2 Kandungan Minyak Hazelnut

Hazelnut adalah buah yang sangat berharga yang mengandung proporsi minyak tinggi, sekitar 61%, dalam kandungan komposisi kimia. Mineral (potasium, fosfor, kalsium dan magnesium), asam amino (asam glutamat, arginin, asam aspartat), gula dan asam organik (asam malat) juga ada. Hazelnut juga

(20)

ditemukan berfungsi sebagai sumber vitamin E dan sumber yang baik dari vitamin larut air (B kompleks) dan serat makanan (Alasalvar, 2003).

Beberapa penulis telah mempelajari karakteristik fisikokimia dan nilai gizi dari hazelnut yang berbeda dan mereka menyimpulkan bahwa minyak hazelnut dapat digunakan sebagai minyak nabati untuk makanan, dan merupakan sumber vitamin E (α-tokoferol), memiliki stabilitas yang sangat baik dan digunakan dalam industri kosmetik. Asam lemak tak jenuh, sterol dan tokoferol yang terkandung dalam hazelnut juga berperan dalam pencegahan berbagai penyakit, terutama kardiovaskular karena berfungsi untuk menurunkan kolesterol lipoprotein. Saat ini, minyak hazelnut sering digunakan terutama dalam pembuatan kosmetik dan produk farmasi (Jokic, 2016).

Minyak hazelnut adalah bahan yang baik untuk melawan tanda-tanda penuaan berkat tinggi kandungan vitamin E, minyak hazelnut bertindak sebagai antioksidan dan penangkal radikal yang membantu untuk melawan timbulnya tanda-tanda penuaan dini (kerut). Ini merupakan zat yang bergizi dan melembabkan karna memiliki sejumlah asam lemak esensial (Alasalvar, 2003).

Minyak Hazlenut juga digunakan di industri makanan. Hal ini terutama digunakan sebagai sumber zat anti-oksidan alami dan asam lemak tak jenuh (terutama asam oleat), yang membuatnya menjadi perlawanan baik dalam risiko kardiovaskular, diet (Alasalvar, 2003).

2.2 Kulit

2.2.1 Pengertian kulit

Kulit adalah bagian paling luar dari tubuh dan merupakan organ yang terluas, yaitu antara 1,5 - 2,0 m2 dengan berat kurang lebih 20 kg, sedangkan

(21)

bagian kulit yang kelihatan dari luar yang disebut epidermis beratnya 0,05 - 0,5 kg (Putro, 1997). Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cerminan kesehatan dan kehidupan (Achroni, 2012).

Kulit merupakan lapisan terluar tubuh manusia yang bersentuhan langsung dengan lingkungan diluar tubuh. Dengan melakukan segala upaya untuk membuat kulit menjadi sehat dan terawat, salah satunya adalah dengan menggunakan produk perawatan kulit. Segala bentuk produk yang menghambat atau yang lebih tepatnya memperlambat proses penuaan dapat dikategorikan sebagai anti-penuaan (anti-aging) (Prianto, 2014).

2.2.2 Fungsi Kulit

Kulit sebagai organ tubuh yang paling penting mempunyai beberapa fungsi diantaranya sebagai berikut:

a. Fungsi perlindungan atau proteksi, yaitu kulit berfungsi melindung bagian dalam tubuh dari kontak langsung lingkungan luar, misalnya paparan bahan- bahan kimia, paparan sinar matahari, polusi, bakteri dan jamur, serta kerusakan akibat gesekan, tekanan dan tarikan.

b. Mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna sisa metabolisme dari dalam tubuh c. Mengatur suhu tubuh

d. Menyimpan kelebihan lemak

e. Sebagai indra peraba yang memungkinkan otak merasakan sejumlah rasa, seperti panas, dingin, sakit dan beragam tekstur.

f. Tempat pembuatan vitamin D dengan bantuan sinar matahari.

g. Mencegah terjadinya kehilangan cairan tubuh yang esensial (Achroni, 2012).

(22)

2.2.3 Struktur kulit

Kulit terdiri dari tiga lapisan, berturut-turut mulai dari yang paling luar adalah sebagai berikut:

a. lapisan epidermis b. lapisan dermis

c. lapisan subkutan (Wasitaatmadja, 1997).

Gambar 2.1 Struktur lapisan Kulit (Shai, dkk., 2009) 2.2.3.1 Lapisan Epidermis

Menurut Anderson (1996), lapisan epidermis tersusun dari 5 lapisan, yaitu:

Lapisan tanduk (stratum korneum) merupakan lapisan paling luar yang tersusun dari sel mati berkreatin dan memiliki sawar kulit pokok terhadap kehilangan air.

Apabila kandungan air pada lapisan ini berkurang, maka kulit akan menjadi

(23)

kering dan bersisik. Lapisan lusidum (stratum lusidum), lapisan ini tersusun dari beberapa lapisan transparan dan di atasnya terdapat lapisan tanduk dan bertindak juga sebagai sawar, pada umumnya terdapat pada telapak tangan dan kaki.

Lapisan granulosum (stratum granulosum), lapisan ini terdiri dari 2 sampai 3 lapisan sel dan terletak di atas lapisan stratum spinosum dan berfungsi untuk menghasilkan protein dan ikatan kimia stratum korneum. Lapisan spinosum (stratum spinosum), lapisan spinosum merupakan lapisan yang paling tebal dari epidermis. Sel diferensiasi utama stratum spinosum adalah keratinosit yang membentuk keratin. Lapisan basal (stratum basale), lapisan basal merupakan bagian yang paling dalam dari epidermis dan tempat pembentukan lapisan baru yang meyusun epidermis. Lapisan ini terus membelah dan sel hasil pembelahan ini bergerak ke atas membentuk lapisan spinosum. Melanosit yang membentuk melamin untuk pigmentasi kulit terdapat dalam lapisan ini.

Pada lapisan epidermis terdapat keratinosit yang berfungsi untuk membentuk lapisan yang tahan terhadap zat kimia dan biologis. Melanosit, yang berfungsi memproduksi melanin. Sel ini tersebar di antara sel basal di lapisan basal. Sel Langerhans dengan sistem imun yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan terhadap zat asing (Mitsui, 1997).

2.2.3.2 Lapis Dermis

Lapisan dermis merupakan lapisan kulit yang terletak di bawah lapisan epidermis. Lapisan dermis dikenal pula sebagai kulit jangat (Achroni, 2012). Pada lapisan ini, serabut kolagen dan elastin yang paralel membentuk struktur penunjang pada kerangka dasar kulit. Protein tersebut berperan terhadap kekencangan, kekenyalan, dan kelenturan kulit. Di dalam dermis juga terdapat

(24)

jaringan saraf dan sitem pembuluh darah atau kapiler yang sangat banyak.

Pembuluh darah ini akan mensuplai nutrisi penting ke sel dan membuat kulit tampak berkilau merona (Bentley, 2006).

Dermis merupakan jaringan penyangga berserat dengan ketebalan rata-rata 3-5 mm. Dermis terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin. Serabut kolagen dapat mencapai 72% dari keseluruhan berat kulit manusia tanpa lemak.

Pada dermis terdapat adneksa kulit, seperti folikel rambut, papila rambut, kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian serabut lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit (subkutis/hipodermis) (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kolagen adalah zat pengisi kulit yag membuat kulit menjadi kencang.

Seiring bertambahnya usia, produksi kolagen semakin berkurang dan mengakibatkan kulit menjadi kering dan berkerut. Selain denga krim anti-aging, kolagen dapat dipacu produksinya dengan olahraga dan nutrisi yang baik (Sulastomo, 2013).

Salah satu zat yang memiliki peranan penting dalam kulit, terutama wajah adalah sebum. Sebum merupakan kandungan minyak yang melembabkan dan melindungi kulit dari polusi. Sebum dibentuk oleh kelenjar palit yang terletak di bagian atas kulit jangat, berdekatan dengan kandung rambut (folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak yang meminyaki kulit dan menjaga kelunakan rambut (Bogadenta, 2012).

2.2.3.3 Lapisan Subkutan

Lapisan hipodermis atau jaringan subkutan, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak didalamnya. Sel lemak merupakan sel bulat, besar,

(25)

dengan inti terdesak dipinggir karena sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel lemak disebut panikulus adiposus, berfungsi sebagai cadangan makanan. Dilapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan saluran getah bening (Wasitaatmadja, 1997).

2.2.4 Jenis-Jenis Kulit Wajah a. Kulit normal

Merupakan kulit ideal yang sehat, memiliki pH normal, kadar air dan kadar minyak seimbang, tekstur kulit kenyal, halus dan lembut, pori-pori kulit kecil.

b. Kulit berminyak

Merupakan kulit yang memiliki kadar minyak berlebihan di permukaan kulit sehingga tampak mengkilap, memiliki pori-pori besar, mudah berjerawat.

c. Kulit kering

Adalah kulit yang tampak kasar, kusam, kulit mudah bersisik, terasa kaku, tidak elastis, dan mudah berkeriput.

d. Kulit kombinasi

Merupakan jenis kulit kombinasi yaitu antara kulit wajah kering dan berminyak. Pada area T cenderung berminyak, sedangkan pada derah pipi berkulit kering.

e. Kulit sensitif

Adalah kulit yang memberikan respons secara berlebihan terhadap kondisi tertentu, misalnya suhu, cuaca, bahan kosmetik atau bahan kimia lainnya

(26)

yang menyebabkan timbulnya gangguan kulit seperti kulit mudah menjadi iritasi, kulit menjadi lebih tipis dan sangat sensitif.

2.3 Penuaan Dini

Penuaan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari oleh semua makhluk hidup. Penuaan kulit adalah sebuah proses biologis kompleks yang dipengaruhi oleh kombinasi faktor eksogen dan endogen, yang mengarah ke perubahan struktural dan fisiologis dalam lapisan kulit serta perubahan dalam penampilan kulit, terutama pada daerah kulit yang terkena sinar matahari (Surjanto, dkk., 2016).

Proses terjadinya penuaan kulit tidak sama pada setiap orang. Pada orang tertentu proses penuaan kulit terjadi sesuai dengan usianya sedangkan pada orang lain dapat datang lebih cepat, keadaan ini disebut sebagai penuaan dini (premature aging). Hal ini menunjukkan bahwa proses penuaan pada setiap individu berbeda,

tergantung dari berbagai faktor yang mempengaruhi dan mempercepat proses penuaan (Cunningham, 1998 dan Soepardiman, 2003).

Proses penuaan kulit yang lebih cepat dari waktunya bisa terjadi saat umur kita memasuki usia 20 – 30 tahun. Pada usia muda, regenerasi kulit terjadi setiap 28 – 30 hari. Memasuki usia 50 tahun, regenerasi kulit terjadi setiap 37 hari.

Regenerasi semakin melambat seiring dengan bertambahnya usia (Noormindhawati, 2013).

Proses penuaan dini ditandai dengan menurunnya produksi kelenjar keringat kulit, yang lalu diikuti dengan kelembaban dan kekenyalan kulit menurun karena daya elastisitas kulit dan kemampuan kulit untuk menahan air sudah berkurang, proses pigmentasi kulit semakin meningkat. Pada dari wajah biasanya

(27)

terlihat wrinkle atau kerut/keriput, kulit kering dan kasar, bercak ketuaan/pigmentasi dan kekenyalan kulit menurun. Biasanya bukan hanya garis tawa yang merupakan tanda alami dari penuaan yang terlihat tetapi garis-garis lain seperti di sekitar sudut mata, kerut antara hidung dan bibir bagian atas disebabkan serat elastis dalam kulit berkurang sehingga menyebabkan kulit mengendur dan melipat menjadi kerut/keriput. Pada orang yang mengalami penuaan dini akan lebih mudah mengidap penyakit degeneratif, kanker dan gangguan pernapasan (Ardhi, 2011). Meskipun proses penuaan adalah sesuatu yang harus terjadi, namun berbagai usaha untuk mencegah atau memperlambatnya terus dilakukan.

Salah satu bentuk upaya untuk mencegah atau memperlambat terjadinya proses penuaan dini adalah dengan menggunakan sediaan kosmetik, berupa anti-aging yang memiliki kemampuan untuk mencegah atau memperlambat terjadinya proses tersebut (Elsner dan Howard, 2000 dan Tranggono dan Latifah, 2007).

2.3.1 Penyebab Penuaan Dini

Faktor endogen menyebabkan penuaan yang terjadi secara alami. Penuaan endogen terjadi secara lambat, terus menerus dan degradasi jaringan yang irreversibel. Tidak banyak yang dapat dilakukan untuk mencegah penuaan secara endogen. Ada berbagai faktor endogen yang berpengaruh pada proses penuaan kulit, yaitu umur, ras, genetik, gangguan dari dalam tubuh, misalnya sakit yang berkepanjangan, setres psikis, kurangnya asupan gizi juga memegang peranan dalam terjadinya penuaan. Orang kulit putih lebih mudah terbakar sinar matahari sehingga lebih mudah mengalami gejala penuaan dibanding kulit berwarna gelap (Noormindhawati, 2013).

(28)

Faktor endogen juga dipicu oleh perubahan hormonal dan tingkat stres yang dialami oleh seseorang (Putra, 2012). Pada wanita yang menopause, penurunan produksi esterogen akan menurunkan elastisitas kulit. Hormon androgen dan progesteron meningkatkan proses pembelahan sel epidermis, waktu pergantian atau regenerasi sel, produksi kelenjar sebum dan pembentukan melanin. Berkurangnya hormon-hormon tersebut akan menunjukkan gejala penuaan dini yang lebih jelas (Putro, 1998). Pada saat stres, akan terjadi peningkatan hormon adrenalin yang meningkatkan hormon kortisol. Hormon kortisol berfungsi untuk mengatur banyaknya gula yang diserap ke dalam tubuh dan mengikat protein serta menghentikan fungsinya. Protein ini berfungsi untuk membentuk jaringan ikat kulit dan apabila fungsinya dihentikan, maka kulit akan kehilangan kelenturan dan kehalusannya (Kelly, 2010). Faktor endogen tidak dapat dihindari tetapi dapat dikurangi efeknya. Misalnya dengan perawatan wajah yang cepat, mengurangi stres, dan asupan makanan yang baik (Basuki, 2001).

Faktor endogen berasal dari lingkungan hidup manusia yang tidak nyaman bagi kulit dapat berupa suhu, kelembaban, polusi, dan terutama sinar ultraviolet.

Sinar matahari adalah faktor lingkungan terbesar yang dapat mempercepat proses penuaan dini karena sinar matahari dapat merusak serabut kolagen kulit dan matriks dermis sehingga kulit menjadi tidak elastis, kering, dan keriput atau sering disebut dengan photoaging (Putro, 1997). Indonesia termasuk daerah tropis yang dapat menyebabkan penduduknya mudah terkena sengatan sinar matahari yang mengandung sinar UV A dan UV B yang dapat menyebabkan kerusakan kulit (Achroni, 2012). Kedua jenis sinar tersebut dapat menembus lapisan kulit epidermis dan dermis dan memicu terjadinya penuaan

(29)

dini pada kulit (Suryadi, 2012).

Sinar matahari merupakan faktor eksogen utama yang dapat menyebabkan terjadi penuaan kulit (photoaging), di mana paparan sinar matahari berlebihan dapat mengakibatkan berbagai kerusakan pada kulit, karena efek fotobiologik Ultra Violet A (UVA) dan Ultra Violet B (UVB) yang menimbulkan radikal bebas akan merusak struktur kulit dan menimbulkan kerusakan DNA serta menurunkan respon imun. Selain itu faktor eksogen lainnya dapat meningkatkan radikal bebas seperti sinar x, polusi, rokok, petisida, merokok, minuman beralkohol, obat- obatan dan nutrisi yang tidak seimbang dan lain-lainnya (Ardhie, 2011).

Sering diduga bahwa hanya UV B yang menjadi ancaman besar bagi kulit, namun sekarang ini telah diketahui bahwa sekitar 80% sinar UV A yang menggosongkan kulit justru mampu mecapai lapisan dermis. Pada lapisan dermis UV A dapat merusak struktur kulit dengan mengubah susunan DNA dan RNA pada inti sel serta mengubah susunan kolagen dan elastin. Sel yang dirusak tersebut menghasilkan kembali mutasi yang tidak efesien, mengakibatkan terjadinya peningkatan jumlah garis dan kerutan, penurunan kekencangan dan kelenturan kulit, juga turunnya kemampuan epidermis untuk menjaga kelembaban kulit (Bentley, 2006).

Sinar UV A memiliki panjang gelombang 320 – 400 nm. UV A menembus kulit lebih dalam dari UV B yakni menembus sampai dermis (lapisan kedua dari kulit) dan dapat merusak serat-serat yang berada di dalamnya. Kulit menjadi kehilangan elastisitas dan berkerut. UV B memiliki panjang gelombang 290 – 320 nm, sinar UV B biasanya hanya merusak lapisan luar kulit (Darmawan, 2013).

(30)

2.3.2 Tanda-tanda Penuaan Dini

Tanda-tanda penuaan kulit, antara lain:

1. Kulit menjadi kering akibat dari berkurangnya aktivitas kelenjar minyak dan keringat kulit serta penurunan kemampuan kulit untuk menahan air di dalam sel kulit.

2. Kulit menjadi tipis akibat berkurangnya kemampuan untuk membentuk sel baru di lapisan kulit.

3. Kulit terasa kasar, kusam dan bersisik akibat berkurangnya kemampuan kulit untuk melepaskan sel kulit lama untuk diganti sel kulit baru.

Sehingga kulit mati menumpuk pada permukaan kulit.

4. Kulit menjadi kendor dan tidak elastis akibat menurunnya kemampuan serat kulit terutama kolagen, sehingga menimbulkan kerut dan gelambir.

5. Warna kulit berbercak-bercak akibat berkurangnya daya pigmentasi sel melanosit dan daya distribusi melanin ke seluruh lapisan kulit. Gangguan pigmentasi pada rambut menyebabkan terjadinya uban.

6. Terjadinya kelainan kulit, bila gangguan tersebut terjadi lebih banyak dan lebih jelas (Wasitaatmadja, 1997).

Radikal bebas adalah molekul atau atom yang sifat kimianya sangat tidak stabil. Senyawa ini memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan, sehingga senyawa ini cenderung reaktif menyerang molekul lain untuk mendapatkan elektron guna menstabilkan atom atau molekulnya sendiri. Serangan ini menyebabkan timbulnya senyawa abnormal yang memicu terjadinya reaksi berantai sehingga merusak sel dan jaringan-jaringan tubuh. Radikal bebas merupakan penyebab penuaan dini pada kulit, karena serangan radikal bebas pada

(31)

jaringan dapat merusak asam lemak dan menghilangkan elastisitas, sehingga kulit menjadi kering dan keriput (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Sinar matahari dapat memicu pembentukan radikal bebas pada kulit yang menyebabkan berbagai penyakit kulit terutama keriput dan menua, karena kulit adalah organ terbesar pada tubuh kita dan mempunyai peran penting, seperti penghalang fisik terhadap faktor mekanis, kimia, panas dan mikroba yang dapat mempengaruhi fisiologis tubuh (Lalitha dan Jayanthi, 2014).

Beragam cara diupayakan untuk mencegah ataupun memperbaiki dampak penuaan. Penggunaan antioksidan merupakan salah satu upaya yang sering dilakukan untuk mencegah penuaan. Antioksidan merupakan molekul atau senyawa yang dapat meredam aktivitas radikal bebas dengan mencegah oksidasi sel (Ardhie, 2011).

Antioksidan adalah salah satu senyawa yang dapat menetralkan dan meredam radikal bebas dan menghambat terjadinya oksidasi pada sel sehingga mengurangi terjadinya kerusakan sel, seperti penuaan dini (Hernani dan Raharjo, 2005).

Dalam mengatasi bahaya yang timbul akibat radikal bebas, tubuh mengembangkan mekanisme perlindungan untuk mencegah pembentukan radikal bebas dan peroksidasi lipid maupun memperbaiki kerusakan yang terjadi, termasuk pada kulit. Kulit secara alamiah menggunakan antioksidan untuk melindungi dari efek kerusakan dari sinar matahari. Sistem perlindungan ini terdiri dari antioksidan endogen yaitu enzim-enzim berbagai senyawa yang disintesis oleh tubuh dan antioksidan eksogen yang diperoleh dari bahan makanan

(32)

seperti vitamin C, vitamin E, flavonoid dan lain sebagainya. Antioksidan bekerja melindungi kulit baik intraseluler maupun ekstraseluler (Deny, dkk., 2006).

Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, kumarin, tokoferol, dan asam-asam organik. Senyawa polifenolik dapat bereaksi sebagai pereduksi, penangkap radikal bebas (Kumalaningsih, 2006).

Antioksidan adalah senyawa penting yang sangat bermanfaat bagi kesehatan kulit. Zat ini berfungsi untuk menangkal radikal bebas yang dapat merusak jaringan kulit. Antioksidan berperan aktif menetralkan radikal bebas, dimana pada jaringan senyawa radikal bebas ini mengorbankan dirinya teroksidasi menstabilkan atom atau molekul radikal bebas, sehingga sel-sel pada jaringan kulit terhindar dari serangan radikal bebas. Oleh karena itu, produk-produk perawatan kulit selalu mengandung senyawa antioksidan sebagai salah satu bahan aktif. Termasuk produk-produk anti-aging, yang juga mengandalkan antioksidan untuk melindungi kulit dari pengaruh radikal bebas yang menjadi salah satu faktor penyebab penuaan dini (Muliyawan dan Suriana, 2013).

2.4 Anti-aging

Sesuai dengan asal katanya, anti berarti menahan atau melawan, sementara aging berarti penuaan, apabila diartikan anti-aging adalah menahan atau melawan terjadinya penuaan. Anti-aging merupakan suatu proses untuk mencegah atau memperlambat efek penuaan supaya seseorang terlihat lebih segar, cantik, dan awet muda (Kelly, 2010).

Anti-aging merupakan suatu sediaan atau produk yang berguna untuk mencegah atau memperlambat efek penuaan sehingga terlihat segar, lebih cantik,

(33)

dan awet muda. Terapi anti-aging akan lebih baik apabila dilakukan sedini mungkin, yakni disaat seluruh fungsi sel-sel tubuh masih sehat dan berfungsi dengan baik. Akhir-akhir ini banyak produk krim mengandung bahan anti-aging, namun kebenaran dari produk-produk tersebut untuk mencegah penuaan dini sering menjadi bahan untuk diperbincangkan dan diteliti. Menurut hasil penelitian para pakar, krim anti-aging dirancang secara khusus untuk mencegah penuaan dini terutama jika diaplikasikan pada malam hari (Fauzi dan Nurmalina, 2012).

2.5 Krim

Krim didefinisikan sebagai bentuk sediaan setengah padat, diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air untuk penggunaan kosmetika (Ditjen POM, 1995).

Krim dapat diformulasikan dalam 2 tipe yaitu tipe m/a emulsi minyak dalam air dan tipe a/m atau air dalam minyak. Kedua fase yang berbeda dalam krim distabilkan dengan penambahan surfaktan (Ansel, 1989). Krim tipe emulsi minyak dalam air lebih disukai konsumen karena tidak memberikan kesan lengket dan berminyak serta lebih mudah dibersihkan (Mishra, dkk., 2014).

Sebagai obat luar, krim harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu: Stabil selama masih dipakai utuk mengobati. Lunak,semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak serta homogen. Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit. Terdistribusi secara merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau cair pada penggunaan (Widodo, 2013).

(34)

2.6 Bahan-bahan

Dalam krim bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan krim anti-aging adalah sebagai berikut:

a. Asam stearat

Asam stearat berbentuk serbuk padatan mengkilat atau kristal berwarna putih atau kekuningan. Pada formulasi topikal konsentrasi asamstearat yang biasa digunakan berkisar antara 1 – 20%. Larut dalam etanol, heksan dan propilen glikol (Reynolds, 1982).

b. Setil alkohol

Setil alkohol berbentuk granul, butiran atau kubus yang seperti lilin. Setil alkohol banyak digunakan pada formulasi topikal sebagai emolien, emulgator lemah dan sebagai peningkat konsistensi. Sebagai bahan peningkat konsistensi setil alkohol digunakan sebesar 2 – 10% (Lieberman, dkk., 1994).

c. Propilen glikol

Propilen glikol adalah salah satu bahan pembantu dalam formulasi sediaan

semi padat yang berfungsi sebagai kosolven (Reynolds, 1982). Propilen glikol digunakan sebagai emulsifier untuk menstabilkan dua atau lebih campuran yang tidak bercampur. Digunakan dalam industri kosmetik dimana minyak dan air harus dicampur untuk menghasilkan krim (Chatterje, dkk., 2011).

d. Trietanolamin

Trietanolamin berupa cairan kental jernih berwarna kuning pucat sampai tidak berwarna, berbau amoniak yang samar. Bahan ini banyak digunakan pada formulasi sediaan topikal terutama sebagai emulgator. Trietanolamin jika dicampur dengan asam lemak seperti asam stearat atau asam oleat akan

(35)

membentuk sabun anionik yang dapat berfungsi sebagai pengemulsi untuk membentuk emulsi minyak dalam air yang stabil. Konsentrasi yang biasa digunakan untuk mengemulsikan asam stearat adalah 8 – 20% (Reynolds, 1982).

e. Nipagin

Nipagin berbentuk kristal tidak berwarna atau putih yang tidak berbau.

Digunakan secara luas sebagai pengawet pada kosmetika, produk makanan dan formulasi farmasetika. Dapat digunakan secara tunggal, atau kombinasi dengan paraben lain. Kekuatan pengawet meningkat dengan penambahan propilen glikol 2 – 5 %. Penggunaan topikal nipagin berkisar antara 0,02 – 0,3%. Sukar larut dalam air, larut dalam air panas, mudah larut dalam alkohol, aseton dan propilen glikol (Reynolds, 1982).

2.7 Skin Analyzer

Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk

mendiagnosis keadaan pada kulit. Skin analyzer mempunyai sistem terintegrasi yang dihubungkan melalui komputer untuk mendukung diagnosis dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas, melainkan juga mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit. Tambahan sensor kamera yang terpasang pada skin analyzer menampilkan hasil dengan cepat dan akurat (Aramo, 2012).

Pengukuran kulit dengan menggunakan skin analyzer secara otomatis akan menampilkan hasil dalam bentuk angka dan angka yang didapatkan akan secara langsung disesuaikan dengan parameter dari masing-masing pengukuran yang telah diatur sedemikian rupa pada alat tersebut. Ketika hasil pengukuran muncul dalam bentuk angka, maka secara bersamaan kriteria hasil pengukuran akan ke luar dan dapat dimengerti dengan mudah oleh pengguna yang memeriksa ataupun

(36)

pasien. Parameter hasil pengukuran skin analyzer dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini:

Tabel 2.2 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer

Parameter Hasil

Moisture (Kadar air)

Dehidrasi Normal Hidrasi

0-29 30-50 51-100

Evenness (Kehalusan)

Halus Normal Kasar

0-31 32-51 52-100

Pore (Pori)

Kecil Beberapa besar Sangat besar

0-19 20-39 40-100

Spot (Noda)

Sedikit Beberapa noda Banyak noda

0-19 20-39 40-100

Wrinkle (Kerutan)

Tidak berkeriput Berkeriput Banyak keriput

0-19 20-52 53-100

(Sumber: Aramo, 2012)

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental meliputi pembuatan sediaan krim minyak hazelnut dengan konsentrasi 2, 4, 6 dan 8%, pemeriksaan terhadap sediaan (uji homogenitas, penentuan tipe emulsi, uji pH, uji stabilitas sediaan), uji iritasi terhadap sukarelawan dan pembuktian efektivitas sediaan sebagai anti-aging.

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat - alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: skin analyzer dan moisture checker, lumpang porselin, stamfer, cawan porselin, alat-alat gelas,

penangas air, pH meter, dan neraca analitik.

3.1.2 Bahan - bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: aquadest, asam stearat, setil alkohol, sorbitol, propilen glikol, trietanolamin, metil paraben, minyak hazelnut, metil biru, larutan dapar pH asam (pH 4,01), larutan dapar pH netral (pH 7,01).

3.2 Sukarelawan

Sukarelawan yang dipilih adalah mahasiswi di Fakultas Farmasi USU dengan kriteria sebagai berikut (Ditjen POM RI, 1985).

1. Wanita berbadan sehat 2. Usia antara 20-30 tahun

3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi

(38)

4. Bersedia menjadi sukarelawan

3.3 Formula Sediaan Krim

3.3.1 Formula Standar Krim m/a (Young, 1972) R/ Asam stearat 12

Setil alkohol 0,5

Sorbitol 5

Propilen glikol 3 Trietanolamin 1

Gliserin 1-5 tetes Metil paraben q.s

Parfum q.s

Aquades ad 100 3.3.2 Formula Dasar Krim

Formula krim dimodifikasi tanpa gliserin karena gliserin memiliki fungsi sebagai pelembab pada wajah. Formula dasar krim sebagai berikut :

R/ Asam stearat 12 Setil alkohol 0,5

Sorbitol 5

Propilen Glikol 3 Trietanolamin 1 Metil Paraben 0,1

Parfum q.s

Aquadest ad 100

Konsentrasi minyak hazelnut yang digunakan dalam pembuatan sediaan krim anti-aging masing-masing adalah 2, 4, 6, dan 8%. Formulasi dasar krim tanpa minyak hazelnut dibuat sebagai blanko dan sebagai baku pembanding digunakan krim anti-aging dari pasaran (Pond’s krim anti-aging). Rancangan formulasi dijelaskan pada Tabel 3.1 sebagai berikut :

(39)

Tabel 3.1 Komposisi bahan dalam krim

Bahan Konsentrasi (gram)

Krim F0 (Blanko)

Krim F1 (2%)

Krim F2 (4%)

Krim F3 (6%)

Krim F4 (8%) Minyak

Hazelnut

- 2 4 6 8

Dasar krim

100 98 96 94 92

3.3.3 Pembuatan Dasar Krim

Cara pembuatan: Ditimbang semua bahan yang diperlukan. Pisahkan bahan menjadi dua kelompok yaitu fase minyak dan fase air. Fase minyak terdiri dari asam stearat, setil alkohol, dilebur di atas penangas air dengan suhu 70 ºC. Fase air yang terdiri dari sorbitol, propilen glikol, trietanolamin dan metil paraben dilarutkan di dalam air panas yang telah ditakar dengan suhu 70°C (massa II).

Direndam lumpang porselen dan alu dalam air panas, kemudian keringkan lumpang dan alu, masukkan massa I ke dalam lumpang, lalu masukkan massa II digerus konstan sampai terbentuk massa krim.

3.3.4 Pembuatan sediaan krim

Massa krim 98 gram ditambahkan 2 gram minyak hazelnut sedikit demi sedikit, digerus sampai terbentuk krim yang homogen. Ditambahkan 3 tetes parfum, dihomogenkan sampai terbentuk massa krim. Pembuatan dilakukan dengan cara yang sama untuk semua formula dengan masa krim dan konsentrasi minyak hazelnut yang berbeda.

(40)

3.4 Pemeriksaan Terhadap sediaan krim 3.4.1 Pemeriksaan homogenitas

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang sesuai, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).

3.4.2 Penentuan tipe emulsi sediaan

Penentuan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan penambahan sedikit biru metil ke dalam sediaan, jika larut sewaktu diaduk, maka emulsi tersebut adalah tipe minyak dalam air (Ditjen POM, 1985).

3.4.3 Pengukuran pH sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar pH netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 99 ml air suling. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2002).

3.4.4 Pengamatan stabilitas sediaan

Masing-masing formula krim dimasukkan ke dalam pot plastik, disimpan pada suhu kamar dan diukur parameter-parameter kestabilan seperti bau, warna, dan pH dievaluasi selama penyimpanan 12 minggu dengan pengamatan setiap 2 minggu (National Health Surveillance Agency, 2005).

(41)

3.5 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan

Percobaan ini dilakukan terhadap 18 orang sukarelawan untuk mengetahui apakah sediaan yang dibuat dapat menyebabkan reaksi iritasi.

Cara: Krim dioleskan di belakang telinga sebanyak sebutir biji jangung dengan diameter 2,5cm x 2,5cm dibelakang telinga bagian bawah, kemudian dibiarkan selama 24 jam dan lihat perubahan yang terjadi berupa eritema, dan edema pada kulit (Barel dkk, 2009).

Reaksi iritasi yang diamati yaitu eritema dan edema dengan sistem skor.

Eritema Edema

Tidak eritema 0 Tidak edema 0 Sangat sedikit eritema 1 Sangat sedikit edema 1 Sedikit eritema 2 Sedikit edema 2

Eritema sedang 3 Edema sedang 3

Eritema sangat parah 4 Edema sangat parah 4

3.6 Pengujian Efektivitas Anti-aging

Pengujian efektivitas anti-aging menggunakan sukarelawan sebanyak 18 orang dan dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu:

Kelompok I : 3 orang sukarelawan untuk krim F0 (blanko)

Kelompok II : 3 orang sukarelawan untuk krim F1 (konsentrasi minyak hazelnut 2%) Kelompok III : 3 orang sukarelawan untuk krim F2

(konsentrasi minyak hazelnut 4%) Kelompok IV : 3 orang sukarelawan untuk krim F3

(konsentrasi minyak hazelnut 6%)

(42)

Kelompok V : 3 orang sukarelawan untuk krim F4 (konsentrasi minyak hazelnut 8%)

Kelompok VI : 3 orang sukarelawan untuk krim F5 pembanding (produk pasaran)

Semua sukarelawan diukur kondisi kulit awal meliputi: kadar air (moisture), kehalusan (evenness), besar pori (pore), banyaknya noda (spot), keriput (wrinkle) dengan menggunakan skin analyzer sesuai dengan parameter pengukuran. Setelah pengukuran kondisi kulit awal, perawatan mulai dilakukan dengan pengolesan krim sebutir biji jagung hingga merata seluas area yang telah ditandai, krim dioleskan berdasarkan kelompok yang telah ditetapkan di atas, pengolesan dilakukan sebanyak 2 kali sehari selama 4 minggu. Perubahan kondisi kulit diukur setiap minggu selama 4 minggu dengan menggunakan skin analyzer.

3.7 Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) 21. Langkah pertama data dianalis dengan

menggunakan metode Shapiro-Wilk untuk menentukan homogenitas dan normalitasnya. Kemudian jika data normal, dilanjutkan dengan dianalisis menggunakan metode One Way Anova untuk menentukan perbedaan rata-rata diantara kelompok. Jika terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey HSD untuk melihat perbedaan nyata antar perlakuan. Sedangkan jika data

tidak normal, dilanjutkan dengan dianalisis menggunakan metode Kruskal wallis untuk menentukan perbedaan rata-rata diantara kelompok. Jika terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan uji Post Mann-Whitney untuk melihat perbedaan nyata antar perlakuan

(43)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pemeriksaan Terhadap Sediaan Krim 4.1.1 Hasil pemeriksaan homogenitas

Dari hasil pengamatan homogenitas krim anti-aging yang mengandung minyak hazelnut diperoleh bahwa semua sediaan krim yang dibuat tidak terdapat butiran kasar, seperti terlihat pada Lampiran 7 halaman 59.

4.1.2 Hasil penentuan tipe emulsi sediaan

Hasil penentuan tipe emulsi sediaan krim dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan gambarnya pada Lampiran 7 halaman 59.

Tabel 4.1 Data kelarutan metil biru pada sediaan krim

No Formula

Kelarutan Biru Metil pada sediaan

Ya Tidak

1. F0 -

2. F1 -

3. F2 -

4. F3 -

5. F4 -

6. F5 -

Keterangan: F0 : Blanko (dasar krim) F1 : Krim minyak hazelnut 2%

F2 : Krim minyak hazelnut 4%

F3 : Krim minyak hazelnut 6%

F4 : Krim minyak hazelnut 8%

F5 : Krim pembanding (Ponds)

Hasil uji tipe emulsi sediaan krim pada tabel di atas, untuk semua sediaan krim menunjukkan warna biru metil homogen atau tersebar merata di dalam krim sehingga dapat dibuktikan bahwa sediaan krim yang dibuat mempunyai tipe emulsi minyak dalam air (m/a). Tipe emulsi ini memiliki keuntungan yaitu lebih

(44)

mudah menyebar di permukaan kulit, tidak lengket dan mudah dihilangkan dengan pencucian.

4.1.3 Hasil pengukuran pH sediaan

Hasil pengukuran pH sediaan krim hazelnut dilakukan dengan menggunakan pH meter.

Tabel 4.2 Data pengukuran pH sediaan krim

Formula Lama Pengamatan (Minggu)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

F0 6,3 6.3 6,3 6,4 6,4 6,4 6,4 6,4 6,4 6,4 6,4 6,4 6,4 F1 6,0 6,1 6,1 6,2 6,2 6,2 6,3 6,3 6,3 6,3 6,3 6,3 6,3 F2 6,0 6.0 6,1 6,2 6,3 6,3 6,4 6,4 6,4 6,4 6,4 6,4 6,4 F3 6,2 6,2 6,4 6,4 6,4 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 F4 6.2 6,3 6,4 6,4 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 F5 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2

Dilihat dari Tabel 4.2 bahwa terdapat perbedaan nilai pH yang dihasilkan dengan variasi konsentrasi krim anti-aging minyak hazelnut yang ditambahkan pada formula krim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama 3 bulan (± 90 hari) terdapat peningkatan pH. Sedangkan untuk krim pembanding Ponds tidak mengalami perubahan pH. Peningkatan pH juga terjadi dengan bertambahnya waktu penyimpanan. Peningkatan pH ini dalam pH fisiologis kulit yaitu 4,5-6,5 ini menunjukkan bahwa pH tersebut tidak mengiritasi kulit dan masih aman untuk digunakan ( Tranggono dan Latifah,2007).

4.1.4 Hasil pengamatan stabilitas sediaan

Ketidakstabilan formulasi dapat dideteksi dalam beberapa hal dengan suatu perubahan dalam penampilan fisik, warna, bau, rasa dan tekstur dari formulasi tersebut. Umumnya suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik jika semua atau sebagian dari cairan fase dalam tidak teremulsikan dan membentuk suatu

(45)

lapisan yang berbeda pada permukaan atau dasar emulsi. Oleh sebab itu, perlu dilakukan uji evaluasi selama 3 bulan dan dianggap sebagai stabilitas minimum yang harus dimiliki oleh suatu emulsi. Berikut data hasil pengamatan stabilitas selama 90 hari dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.3 Data hasil pengamatan terhadap kestabilan sediaan krim pada saat sediaan selesai dibuat, 7, 14, 21, 28 dan 90 hari

No formula

Pengamatan Selesai

dibuat

7 hari 14 hari 21 hari 28hari 90 hari x y z X y z x Y z x y z x y z X y z 1. F0 - - - - 2. F1 - - - - 3. F2 - - - - 4. F3 - - - - 5. F4 - - - - 6. F5 - - - - Keterangan: F0 : Blanko (dasar krim)

F1 : Krim minyak hazelnut 2%

F2 : Krim minyak hazelnut 4%

F3 : Krim minyak hazelnut 6%

F4 : Krim minyak hazelnut 8%

F5 : Krim pembanding (Ponds) x : Perubahan warna

y : Perubahan bau z : Pemisahan fase

 : Terjadi perubahan - : Tidak terjadi perubahan

Berdasarkan data yang diperoleh, menunjukkan bahwa masing-masing formula yang telah diamati selama 90 hari memberikan hasil yang baik yaitu tidak mengalami perubahan warna, bau dan pemisahan fase. Gambar sediaan krim setelah dibuat dan setelah disimpan selama 90 hari dalam suhu kamar dapat dilihat pada Lampiran 6 halaman 58.

Stabilitas dari suatu sediaan farmasi dapat dilihat dari ada tidaknya perubahan warna dan bau selama penyimpanan. Perubahan-perubahan tersebut

(46)

dapat terjadi jika bahan-bahan yang terdapat dalam sediaan tersebut teroksidasi.

Sediaan emulsi dikatakan tidak stabil jika mengalami creaming dan inversi.

Menurut Ansel (2005), rusak atau tidaknya suatu sediaan yang mengandung bahan yang mudah teroksidasi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan bau. Untuk mengatasi kerusakan bahan akibat adanya oksidasi dapat dilakukan dengan penambahan suatu antioksidan. Kerusakan juga dapat ditimbulkan oleh jamur atau mikroba, untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan penambahan pengawet. Pengawet yang digunakan dalam formulasi krim minyak hazelnut adalah metil paraben.

4.2 Hasil Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan yang dioleskan pada bagian bawah telinga dibiarkan selama 24 jam (wasitaatmadja,1997).

Tabel 4.4 Data hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan

Reaksi iritasi

Sukarelawan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1. Eritema 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2. Edema 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Keterangan: Sistem skor Federal Hazardous Substance Act (Bareldkk,2009).

Index iritasi primer : 0/24 = 0,00

Eritema Edema

Tidak eritema 0 Tidak edema 0

Sangat swdikit eritema 1 Sangat sedikit edema 1

Sedikit eritema 2 Sedikit edema 2

Eritema sedang 3 Edema sedang 3

Eritema sangat parah 4 Edema sangat parah 4

(47)

Berdasarkan data pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa hasil uji iritasi yang dilakukan terhadap kulit sukarelawan diperoleh bahwa tidak ada terlihat efek samping berupa eritema, edema pada kulit yang ditimbulkan oleh sediaan krim minyak hazelnut yang dioleskan ke kulit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sediaan krim minyak hazelnut yang dibuat aman untuk digunakan.

3.3 4.3 Hasil Pengujian Efektivitas Anti-Aging

Pengujian efektivitas anti-aging menggunakan skin analyzer Aramo, parameter uji meliputi pengukuran kadar air (moisture), kehalusan (evenness), pori (pore), banyaknya noda (spot) dan keriput (wrinkle). Pengukuran efektivitas anti-aging dimulai dengan mengukur kondisi awal kulit wajah. Kemudian

dioleskan krim minyak hazelnut setiap pagi dan malam hari. Seminggu sekali diukur perubahannya, sampai 4 kali pengukuran. Data yang diperoleh pada setiap parameter anti-aging diuji normalitas dengan Shapiro-Wilktest, diperoleh nilai p

≤ 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data tidak terdistribusi normal, sehingga dilakukan uji non parametrik Kruskal Wallis untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antar formula dalam memulihkan kulit kemudian dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney untuk mengetahui pada formula mana yang terdapat perbedaan secara signifikan. Hasil uji statistik dapat dilihat pada Lampiran 9 halaman 68-102.

3.3.1 4.3. 1 Kadar air (moisture)

Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.1 menunjukkan bahwa kadar air pada wajah

(48)

semua kelompok sukarelawan sebelum pemakaian krim anti-aging adalah dehidrasi (0-29) dan setelah perawatan selama 4 minggu menjadi lebih lembab.

Tabel 4.5 Data hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit wajah sukarelawan setelah pemakaian krim anti-aging selama 4 minggu

Formula Suka- relawan

Kadar air

Peningkat -an kadar air (%) Sebelum Pemakaian Minggu

I II III IV

F0 1 27 27 28 28 29 7,4

2 29 29 29 30 30 3,4

3 30 30 31 31 32 6,6

Rata-rata 28,66 28,66 29,33 29,66 30,33 5,8

F1 1 29 29 30 31 32 10,3

2 28 29 30 30 32 14,2

3 27 29 30 31 32 18,5

Rata-rata 28,00 29,00 30,00 30,66 32,00 14,3

F2 1 26 27 28 29 30 15,3

2 29 30 31 32 33 13,7

3 28 29 30 31 32 14,2

Rata-rata 27,66 28,66 29,66 30,66 31,66 14,4

F3 1 26 27 29 31 33 26,9

2 27 29 31 33 34 25,9

3 29 31 33 34 35 20,6

Rata-rata 27,33 29,00 31,00 32,66 34,00 24,4

F4 1 28 30 32 34 37 32,1

2 30 32 34 35 38 26,6

3 30 32 35 36 38 26,6

Rata-rata 29,33 31,33 33,66 35,00 37,33 28,4

F5 1 29 30 33 35 35 20,6

2 30 31 33 35 36 20

3 28 30 32 33 34 21,4

Rata-rata 29,00 30,33 32,66 34,33 35,00 20,6 Keterangan :

Dehidrasi 0-29; Normal 30-50; Hidrasi 51-100 (Aramo, 2012) F0 : Blanko (dasar krim)

F1 : Krim minyak hazelnut 2%

F2 : Krim minyak hazelnut 4%

F3 : Krim minyak hazelnut 6%

F4 : Krim minyak hazelnut 8%

F5 : Krim pembanding (Ponds)

(49)

Setelah pemakaian krim anti-aging selama 4 minggu, semua formula kecuali blanko mengalami peningkatan kadar air dari dehidrasi menjadi normal.

F4 mengalami peningkatan kadar air yang lebih baik dari formula F0, F1, F2, F3 dan F5. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak kandungan minyak hazelnut yang ada di dalam sediaan krim maka semakin besar peningkatan kadar air pada kulit wajah. Grafik pengukuran pemakaian krim anti-aging terhadap kadar air kulit selama 4 minggu dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Grafik hasil pengukuran kadar air (moisture) pada wajah sukarelawan kelompok blanko, krim minyak hazelnut 2 ;4 ;6 :8%

dan krim pembanding selama 4 minggu.

Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji non parametrik Kruskal Wallis. Hasil analisis statistik dari pengukuran kadar air menunjukkan

adanya perbedaan peningkatan kadar air yang signifikan (p ≤ 0,05) antar formula setelah pemakaian krim anti-aging pada minggu ke dua, tiga, empat selama 4 minggu. Hasil analisis statistik setelah 4 minggu pemakaian krim anti-aging menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kadar air yang signifikan (p ≤ 0,05) antara blanko dengan F3, F4, dan F5.

0 10 20 30 40

awal minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4

Hasil Pengukuran

waktu

Kadar Air

blanko 2%

4%

6%

8%

ponds

Gambar

Gambar 2.1 Struktur lapisan Kulit (Shai, dkk., 2009)  2.2.3.1 Lapisan Epidermis
Tabel  2.2  Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer
Tabel 3.1 Komposisi bahan dalam krim
Tabel 4.1 Data kelarutan metil biru pada sediaan krim
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada suatu jaringan yang dibangun dengan protokol TCP/IP (misal : Internet), untuk setiap station dialokasikan suatu pengenal unik berupa alamat sebesar 4 byte, yang disebut sebagai

Stanton adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang

The chicks eating maize D had signi®cantly lower phytate P retention than chicks receiving maize A and maize B, but was not signi®cantly different from that of chicks eating the

ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014.. PARTAI

Advá Mendes Silva

disingkat Kepala UPTD adalah Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan Bangunan pada Dinas Pekerjaan.. Umum

Based on analysis of erroneous observations it can be concluded that the lack of tie points on images taken in the poor weather conditions was caused by

We find that the Government classified mostly monuments or buildings built by Chinese migrants to witness the existence of Chinese culture, and tried to reaffirm the