• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. Good Governance

III. METODE PENELITIAN

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif dan yuridis empiris.

a. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang melalui studi kepustakaan (library reseach) dengan cara membaca, mengutip, dan menganalisis teori hukum dan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian.

b. Pendekatan yuridis empiris adalah upaya untuk memperoleh kejelasan dan pemahaman dari permasalahan berdasarkan realitas atau studi kasus.

Berdasarkan pengertian diatas maka pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis eksistensi lembaga ombudsman perwakilan lampung sebagai lembaga pengawas eksternal terhadap pelayanan publik yang dilakukan oleh penyelenggara Negara dan pemerintah, khususnya di wilayah pemerintahan Provinsi Lampung.

B. Jenis dan Sumber Data

1. Sumber data dalam penelitian ini ada dua macam yaitu:

a. Data pustaka yaitu data yang bersumber dari bahan-bahan pustaka yang terdapat dalam tulisan-tulisan berupa buku, peraturan perundang- undangan, jurnal, ensiklopedia, kamus, majalah, dan sebagainya.

b. Data lapangan yaitu data yang diperoleh dari wawancara baik berupa keterangan, pendapat maupun sikap dari pihak yang menjadi objek penelitian.

2. Jenis data di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari lapangan, hasil wawancara dengan responden maupun narasumber dari hasil observasi tentang eksistensi lembaga ombudsman perwakilan lampung dalam melaksanakan pengawasan maladministrasi oleh penyelenggara Negara dan pemerintah terhadap pelayanan publik di Provinsi Lampung. b. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan

(library research). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1) Bahan hukum Primer, terdiri dari: a) Undang-Undang Dasar 1945.

b) Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. c) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik

Indonesia.

d) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. e) PP Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan SPM.

f) PP No. 21 Tahun 2011 tentang Pembentukan, Susunan, dan Tata Kerja Perwakilan Ombudsman Republik Indonesia di Daerah.

g) Peraturan Ombudsman Republik Indonesia No. 002 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penyelesaian Laporan.

h) Kepmenpan Nomor 63/KEPMEN/PAN/17/2003.

2) Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini bersumber dari bahan-bahan hukum yang dapat membantu pemahaman dalam menganalisa serta memahami permasalahan, berbagai buku hukum, arsip dan dokumen serta makalah hukum.

1) Bahan hukum tersier meliputi bahan yang memberikan kelengkapan informasi tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum dan sumber internet.

C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk memperoleh data sekunder dilakukan dengan studi pustaka yaitu: dengan membaca dan mengutip dari bahan kepustakaan dan melakukan pengkajian peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian ini serta mengutip data penelitian ORI beserta akademisi Unila sebagai bahan acuan untuk mengetahui tentang Tingkat Kepatuhan Pemerintah Daerah Provinsi Lampung dan Kota Bandar Lampung terhadap UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik..

2) Untuk memperoleh data primer dilakukan dengan cara penelitian lapangan dengan menumpulkan data secara langsung pada Kantor perwakilan Ombudsman di Bandar lampung guna memperoleh data yang dibutuhkan. Studi lapangan dilaksanakan dengan wawancara (interview), yaitu mengajukan Tanya jawab kepada responden penelitian dengan mengguanakan pedoman wawancara yang telah peneliti persiapkan.

Adapun responden penelitian ini adalah: Kepala Kantor Ombudsman serta para asisten yang membidangi pengawasan, pencegahan, serta penyelesaian laporan terhadap pengaduan atas pelayanan publik di wilayah pemerintahan provinsi lampung.

2. Prosedur Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh selama pelaksanaan penelitian selanjutnya diolah dengan melalui tahapan sebagai berikut:

1) Seleksi Data

Data yang terkumpul kemudian diperiksa untuk mengetahui kelengkapan data selanjutnya data dipilih sesuai dengan permasalahan yang diteliti

2) Klasifikasi Data

Penempatan data menurut kelompok-kelompok yang telah ditetapkan dalam rangka memperoleh data yang benar-benar diperlukan dan akurat untuk kepentingan penelitian.

3) Penyusunan Data

Penempatan data yang saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan yang bulat dan terpadu pada sub pokok bahasan sesuai sistematika yang ditetapkan untuk mempermudah interpretasi data.

D. Analisis Data

Data sekunder dan data primer hasil pengolahan tersebut dianalisis secara kualitatif komprehensif yaitu dengan menguraikan data dalam bentuk kalimat yang tersusun secara sistematis, lengkap dan rinci menurut pokok bahasan yang ditentukan, sehingga memudahkan interpretasi dan menarik kesimpulan yang tepat sehingga menghasilkan produk penelitian hukum yang sempurna.

IV. PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu, penulis menyimpulkan sebagai berikut;

1. Tingkat pelayanan publik di Provinsi Lampung masih cukup rendah, dengan banyaknya pengaduan yang dilaporkan kepada Ombudsman, serta data terhadap kepatuhan pada UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yang masih sangat rendah. Serta kepemilikan predikat Zona Merah, Kuning, dan Hijau bukanlah tolak ukur yang pasti terhadap pelayanan publik, bahwa penerima predikat zona Hijau sekalipun tidak menjamin pelayanan publik mampu berjalan dengan baik.

Berkaitan dengan eksistensi dalam melaksanakan Fungsi, Tugas dan Wewenang yang salah satunya pada bidang pengawasan Ombudsman masih terlihat belum optimal, hal ini penulis dasari dari lemahnya dukungan Internal Supprting Systemdalam mendukung kinerja Ombudsman sehari-hari, hal tersebut menjadi hal yang menghambat Ombudsman melaksanakan fungsi pengawasan di seluruh wilayah Provinsi Lampung, mengenai eksistensi pencegahan Ombudsman juga masih dinilai penulis belum melaksanakan kinerja secara optimal kepada seluruh penyelenggara pelayanan, hal tersebut penulis amati dari laporan

kegiatan yang hanya sebatas sosialisasi saja, namun hal tersebut masih dianggap wajar mengingat masih perlu sosialisasi yang meluas terhadap keberadaan Ombudsman yang masih dikatakan baru di Provinsi Lampung.Berkaitan dengan eksistensi penyelesaian perkara, Ombudsman Perwakilan Provinsi Lampung penulis nilas cukup baik, hal ini penulis dasari dari 120 pengaduan di tahun 2013 yang dimana penyelesaian laporan tersebut bersumber dari laporan masyarakat langsung atau pun besumber dari inisistif Ombudsman,mampu diselesaikan sebesar 97% yakni 116 dan 4 laporan dalam proses penyelesaian, dan kesemua laporan telah mampu dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang diatur dalam undang-undang, berdasarkan hal tersebut penulis menyimpulkan bahwa eksistensi dalam hal penyelesaian perkara Ombudsman Lampung dapat dikatakan cukup baik.

2. Berkaitan dengan faktor-faktor yang menghambat kinerja Ombudsman dalam melaksanakan Fungsi, Tugas dan Wewenangnya, yakni; 1. Secara keseluruhan Ombudsman Lampung masih terkendala dengan kurangnya SDM dan kesekretarian sebagai pendukung kegiatan administratif, dikarenakan masih banyaknya pekerjaan ganda yang dilakukan oleh Asisten Ombudsman, yang seharusnya dilaksanakan oleh pihak kesekretariatan, 2. Luasnya wilayah tidak sebanding dengan jumlah SDM yang ada, yang dimana dituntut untuk melaksanakan fungsi pengawasan dan pencegahan kepada seluruh penyelenggara pelayananan publik di Provinsi Lampung, 3. Rendahnya tingkat pemahaman tentang Ombudsman oleh masyarakat, serta minimnya peran pemerintah dalam

mensosialisasikan keberadaan Ombudsman kepada Masyarakat, 4. Serta masih lambatnya respon yang dilakukan oleh pelapor dan terlapor dalam memenuhi prosedur yang ada.

B.Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan pada penelitian ini, penulis memberikan saran terhadap pengamatan penulis mengenai eksistensi Lembaga Ombudsman dalam pengawan pelayanan publik di Provinsi Lampung antara lain:

1. Dengan memperhatikan masih buruknya tingkat kepatuhan pelayanan publik di daerah, khususnya di wilayah administrasi pemerintahan Provinsi Lampung, disarankan kepada Ombudsman perwakilan lampung agar lebih produktif dalam melakukan pengawasan serta pencegahan terhadap berbagai tindakan yang dapat menimbulkan maladministrasi, agar kejadian yang terjadi di RSUD. DR. A. Dadi Tjokrodipo tidak terulang kepada SKPD lainnya.

2. Kepada Ombudsman Republik Indonesia agar dapat mengadakan kesekretariatan kepada Ombudsman Perwakilan Provinsi Lampung agar dapat mendukung kinerja administratif perkantoran di Kantor Perwakilan Daerah Provinsi Lampung serta agar Ombudsman lebih dapat melaksanakan fungsi pengawasan yang lebih optimal.Serta agar dapat mendirikan perwakilan Ombudsman di beberapa daerah di Kabupaten/Kota agar dapat meringankan beban pengawasan, pencegahan, bahkan penyelesaian perkara dikarenakan terlalu luasnya wilayah kerja Ombudsman Perwakilan Provinsi Lampung.

3. Disarankan kepada Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota agar dapat berkordinasi dengan Ombudsman Perwakilan Provinsi Lampung dalam hal sosialisasi mengenai Fungsi, Tugas dan Wewenang Ombudsman kepada seluruh jajaran Satuan Kerja agar memahami Ombudsman secara baik. Serta berperan dalam mensosialisakan juga kepada masyarakat.

4. Disarankan pula kepada Ombudsman Perwakilan Lampung agar lebih dominan melaksanakan fungsi pengawasan dan pencegahan secara langsung kepada penyelenggara pelayanan publik ke Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung, sebagai wujud penekanan terhadap kemungkinan terjadinya pelanggaran Maladministrasi oleh penyelenggara pelayanan publik di Provinsi Lampung.

5. Melihat begitu pentingnya peran masyarakat sebagai mitra pemerintah agar dapat berperan lebih aktif ikut dalam mengawasi penyelenggaran pelayanan publik, serta dapat segera melaporkan berbagai bentuk pelanggaran yang terjadi, hal ini dapat sedikit meringankan beban Ombudsman dalam pengawasan yang luas di Provinsi Lampung.

DAFTAR PUSTAKA

A.Buku-buku

Anwar, Saiful, 2004. Sendi-Sendi Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Glora Madani Press.

Atmosudirdjo, Prajudi, 1984. Administrasi dan Management Umum, Seri Pustaka Ilmu Administrasi, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Arifin, Zainul, 2009. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Azkia Publisher.

Busrizalti, M, 2013. Hukum Pemda: Otonomi Daerah dan Implikasinya, Yogyakarta: Total Media.

Darwin, Muhadjir, 2001. Good Governance dan Kebijakan Publik dalam Good Governance Untuk Daulat Siapa ?,Yogyakarta: Forum LSM DIY-Yappika. Dwiyanto, Agus, 2002. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia, Yogyakarta:

Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM.

Hartono, Sunaryati, dkk, 2003. Panduan Investigasi Untuk Ombudsman Indonesia, Jakarta: Komisi Ombudsman Nasional.

Syafei, Inu Kencana, 1999. Pengantar Ilmu Pemerintahan, Jakarta: PT. Eresco. Kupita, Weda, 2007. Peranan Komisi Ombudsman Nasional dalam Penegakan

Hukum dan Pelayanan Umum Pemerintahan (Eksistensi Ombudsman dalam Lintasan sejarah), Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman.

Lembaga Administrasi Negara, 2009. Standar Pelayanan Publik Langkah- langkah penyusunan, Jakarta: Pusat Kajian Manajemen pelayanan Deputi II Bidang Kajian Manajemen kebijakan dan Pelayanan.

Makmur, 2013. Kriminologi Administrasi dalam Pemerintahan, Bandung: Refika Aditama.

Manan, Bagir, 2005. Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Yogyakarta: PSH FH UII.

Makhfudz, M., 2013. Hukum Administrasi Negara, Edisi Pertama, Yogyakarta; Graha Ilmu.

Nurcholis, Hanif, 2005. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Jakarta: Grasindo.

Poerwadarminta, W.J.S, 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia.

Poltak Sinambela, Ljian, 2006. Reformasi Pelayanan Publik, Teori Kebijakan dan Implementasi, Jakarta: Bumi Aksara.

Prayudi, 1981. Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Ratminto dan Atik Septiwinarsih, 2006. Manajemen Pelayanan Publik, Yogyakarta: Pustaka.

Salindeho, Jhon, 1998. Tata Laksana Dalam Manajemen, Jakarta: Sinar Grafika. Sampara Lukman, 2000. Pengembangan Pelaksanaan Pelayanan Prima, Jakarta::

LAN

Sedarmayanti, 2003. Good Governance (Kepemerintahan yang baik) dalam rangka Otonomi Gaerah: Upaya Membangun Organisasi Efektif dan Efisien Melalui Restruksi dan pemberdayaan, Bandung: Mandar Maju. Soekanto, Soerjono, 1983. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta. Tampubolon, Daulat, 2001. Perguruan Tinggi Bermutu Paradigma Baru

Manajemen Pendidikan Tinggi Menghadapi Tantangan Abad ke-21, Jakarta: Gramedia.

Tangkilisan, Hessel Nogi S, 2005. Manajemen Publik, Jakarta: Grasindo.

Thamrin, Husni, 2013. Hukum Pelayanan Publik Di Indonesia, Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Topo Ashari, Edy, dan Desi Fernanda, 2001. Membangun Kepemerintahan Yang Baik, Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Gaspersz, Vincent, 1999. Manajemen Kualitas, Penerapan Konsep-Konsep Kualitas Dalam Manajemen Bisnis Total, Terjemahan Sudarsono, Jakarta: Gramedia.

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Umum.

PP Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan SPM

PP No. 21 Tahun 2011 tentang Pembentukan, Susunan, dan Tata Kerja Perwakilan Ombudsman Republik Indonesia di Daerah.

Peraturan ORI No. 002 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penyelesaian Laporan.

Kepmenpan Nomor 63/KEPMEN/PAN/17/2003.

C.Sumber lainya

Damang, dalam http://www.negarahukum.com/hukum/teori-pengawasan.html , Diakses pada 23 januari 2014.Pukul. 21.00 Wib.

Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Kebijakan Publik,

http://id.wikipedia.org/wiki/Pelayanan_publik Di Akses Pada 30 januari 2014, Pukul 23.30.

Lihat Tribun News, http://lampung.tribunnews.com/2014/01/01/kualitas- penyelenggaraan-pelayanan-publik-di-lampung-rendah, Di akses pada 22 januari 2014.Pukul 17.00 WIB

Dokumen terkait