• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain case control, untuk mengetahui hubungan penggunaan kontrasepsi oral dengan timbulnya PJB tipe konotrunkal.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan, Propinsi Sumatera Utara, dilaksanakan mulai Juli 2010 sampai dengan Juli 2011.

3.3. Populasi Penelitian

Populasi target adalah pasien bayi atau anak yang menderita PJB tipe konotrunkal sebagai kelompok kasus dan yang menderita PJB tipe non konotrunkal sebagai kelompok kontrol. Populasi terjangkau adalah pasien bayi dan anak dengan diagnosis PJB tipe konotrunkal dan non konotrunkal yang berobat jalan di Divisi Kardiologi Anak atau dirawat di ruang rawat anak dan perinatologi RSUP H. Adam Malik. Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

3.4. Perkiraan Besar Sampel

Besar sampel untuk meneliti hubungan antara penggunaan kontrasepsi oral oleh ibu dengan PJB tipe konotrunkal, dihitung dengan menggunakan rumus uji hipotesis terhadap 2 proporsi independen, yaitu:

n 35 1 = n2 = (Zα √2PQ + Zβ√P1Q1 + P2Q2 ) (P 2 1 – P2) n 2 1

riwayat ibu tanpa atau menggunakan kontrasepsi oral

= jumlah subjek kasus yang menderita PJB tipe konotrunkal dengan

n2

dengan riwayat ibu tanpa atau menggunakan kontrasepsi oral = jumlah subjek kontrol yang menderita PJB tipe non konotrunkal

α = kesalahan tipe I = 0.05 → Tingkat kepercayaan 95% Zα = nilai baku normal = 1.96

β = kesalahan tipe II = 0.2 → Power (kekuatan penelitian) 80% Zβ = 0.842

P1 = proporsi subjek kasus → P1 = OR . P2

(1-P = 0.49 2) + (OR.P2 OR = rasio odds = 3.9 ) Q1 = 1 – P1 = P 0.51 2 = Q

proporsi subjek kontrol = 0.2 2 = 1 – P2

P = ½ (P

= 0.8

Dengan menggunakan rumus tersebut didapatkan jumlah sampel masing-masing kelompok sebanyak 40 orang.

3.5. Kriteria Penelitian 3.5.1. Kriteria inklusi:

Setiap pasien yang berobat jalan di divisi kardiologi anak atau dirawat di unit non infeksi dan perinatologi dengan:

1. Usia 0 hari sampai 18 tahun

2. Telah didiagnosis dengan PJB tipe konotrunkal dan non konotrunkal berdasarkan pemeriksaan ekokardiografi

3. Ibu dengan dan tanpa riwayat menggunakan kontrasepsi oral sebelum kehamilan pasien

3.5.2. Kriteria eksklusi:

1. Ibu perokok dan menggunakan obat-obatan lain selama kehamilan 2. Ibu yang menderita penyakit infeksi, hipertensi, diabetes mellitus,

riwayat PJB dalam keluarga dan menderita gangguan emosional 3. Tidak mengisi kuisioner secara lengkap

3.6. Persetujuan / informed consent

Semua subyek penelitian akan diminta persetujuan dari orang tua setelah dilakukan penjelasan terlebih dahulu mengenai pengaruh penggunaan kontrasepsi oral terhadap timbulnya PJB tipe konotrunkal.

3.7. Etika Penelitian

Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian 3.8.1. Alokasi subyek

Subyek dikumpulkan secara consecutive sampling.

3.8.2. Cara Kerja

1. Orang tua diberikan penjelasan mengenai PJB tipe konotrunkal dan non konotunkal serta hubungannya dengan penggunaan kontrasepsi oral sebelum kehamilan

2. Orang tua pasien dimintakan persetujuannya agar anak boleh diikutkan dalam penelitian ini

3. Data diperoleh dari rekam medik, catatan kunjungan poli rawat jalan dan rawat inap, kemudian dilakukan wawancara dan pengisian kuisioner

4. Semua penderita dicatat identitasnya, yaitu nama, tanggal lahir, usia jenis kelamin, alamat, nama orang tua, dan nomor telepon yang dapat dihubungi

5. Pasien telah didiagnosis dengan PJB tipe konotrunkal dan non konotrunkal berdasarkan pemeriksaan penunjang berupa ekokardiografi

6. Anak yang menderita PJB tipe konotrunkal dengan ibu tanpa atau menggunakan kontrasepsi oral sebelum kehamilan dimasukkan sebagai kelompok kasus, sedangkan penderita PJB tipe non konotrunkal dengan ibu tanpa atau menggunakan kontrasepsi oral sebelum kehamilan dimasukkan sebagai kelompok kontrol

7. Orang tua diberi kuisioner yang berisikan beberapa pertanyaan penilaian yang berhubungan dengan penyakit anak dan penggunaan kontrasepsi oral orang tua

8. Kuisioner yang telah diisi dikumpulkan dan diteliti kelengkapannya 9. Berdasarkan hasil jawaban kuisioner dilakukan penilaian hubungan

penggunaan kontrasepsi oral dengan PJB tipe konotrunkal dan non konotrunkal

3.8.3. Alur Penelitian

3.9. Identifikasi Variabel

Variabel bebas Skala

Pemakaian kontrasepsi oral nominal dikotom

Variabel tergantung Skala

PJB tipe konotrunkal nominal dikotom

3.10. Definisi Operasional

1. Kontrasepsi oral adalah obat yang digunakan untuk mencegah terjadinya konsepsi atau pembuahan yang terdiri dari hormon sintetik dan dikonsumsi dengan cara diminum. Kandungan terdiri dari estrogen (etinilestradiol dan mestranol) serta progestin (norgestrel).8

PJB tipe konotrunkal

Riwayat ibu dengan kontrasepsi oral (+)

Riwayat ibu dengan kontrasepsi oral (-)

Kelompok kasus Kelompok kontrol Riwayat ibu dengan

kontrasepsi oral (+)

Riwayat ibu dengan kontrasepsi oral (-)

2. Penyakit jantung bawaan tipe konotrunkal adalah kelainan jantung pada anak yang disebabkan oleh berbagai macam faktor selama proses pembentukan dan pematangan konus dan trunkus jantung pada saat janin dalam kandungan, dapat berupa Tetralogy of Fallot,

Double Outlet Right Ventricle, Transposition of The Great Arteris, dan

Persistent Truncus Arteriosus.

3. Penyakit jantung bawaan tipe non konotrunkal adalah kelainan jantung pada anak yang disebabkan oleh kelainan septal, lesi jantung kanan dan lesi jantung kiri yang tidak berhubungan dengan kelainan konotrunkal pada saat janin dalam kandungan, dapat berupa Patent Ductus Arteriosus, Ventricular Septal Defect, Atrial Septal Defect, dan

Coarctation of the Aorta.

4. Penyakit infeksi adalah suatu kelainan klinis yang dapat disebabkan oleh bakteri, parasit, jamur, dan virus yang ditandai dengan gejala demam, lemah, dan malaise, dengan atau tanpa nilai-nilai laboratorium yang mendukung.

5. Hipertensi dewasa mempunyai tiga kriteria sebagai berikut:

- Pre hipertensi: tekanan sistolik 120 sampai 139 mmHg dan tekanan diastolik 80 sampai 89 mmHg

36

- Hipertensi tingkat I: tekanan sistolik 140 sampai 159 mmHg atau tekanan diastolik 90 sampai 99 mmHg

- Hipertensi tingkat II: tekanan sistolik lebih atau sama dengan 160 mmHg atau tekanan diastolik lebih atau sama dengan 100 mmHg. 6. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik

dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.37

7. Gangguan emosional adalah gangguan psikologis yang dapat terjadi pada setiap individu dengan gejala klinis berhubungan dengan stres, emosi labil, ketidakmampuan mengendalikan diri, kecemasan, dan kemarahan.

8. Sosial ekonomi menengah adalah penghasilan keluarga antara 4 sampai 10 dolar US per bulan, dengan ketetapan nilai tukar 1 dolar = Rp. 6250,- dan tidak berhubungan dengan perubahan nilai dolar terhadap rupiah.

38

39

3.11. Pengolahan dan Analisis Data

Untuk melihat hubungan penggunaan kontrasepsi oral sebelum kehamilan terhadap timbulnya PJB tipe konotrunkal digunakan uji Chi Square. Perbedaan lama penggunaan kontrasepsi oral sebelum kehamilan pada PJB tipe konotrunkal dianalisis memakai uji t independent. Perbedaan lama penghentian penggunaan kontrasepsi oral sebelum kehamilan pada PJB tipe konotrunkal dilakukan dengan uji Mann Whitney. Pengolahan data dilakukan dengan perangkat lunak komputer (SPSS versi 17.0) dengan

tingkat kemaknaan P < 0.05 dan Interval Kepercayaan (IK) 95%. Rasio odds

penggunaan kontrasepsi oral terhadap kejadian PJB tipe konotrunkal dihitung dengan Interval Kepercayaan (IK) 95%.

BAB 4. HASIL

Penelitian dilaksanakan di poliklinik anak, ruang rawat anak dan perinatologi RS Haji Adam Malik Medan Propinsi Sumatera Utara berdasarkan data yang diambil dari bulan Juli 2010 sampai dengan Juli 2011. Dari 40 anak pada kelompok kasus yang didiagnosis dengan PJB tipe konotrunkal, didapatkan 22 dengan riwayat ibu menggunakan kontrasepsi oral sebelum hamil dan 18 anak tanpa riwayat ibu menggunakan kontrasepsi oral sebelum kehamilan. Dari 40 anak pada kelompok kontrol yang didiagnosis dengan PJB tipe non konotrunkal, didapatkan 24 dengan riwayat ibu menggunakan kontrasepsi oral sebelum hamil dan 16 anak tanpa riwayat ibu menggunakan kontrasepsi oral sebelum kehamilan. Profil penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1

Gambar 4.1 Profil penelitian

PJB tipe konotrunkal (n = 40)

Riwayat ibu dengan kontrasepsi oral (+)

(n = 24)

Riwayat ibu dengan kontrasepsi oral (-)

(n = 16)

Kelompok kasus Kelompok kontrol

Riwayat ibu dengan kontrasepsi oral (+)

(n = 22)

Riwayat ibu dengan kontrasepsi oral (-)

(n = 18)

PJB tipe non konotrunkal (n = 40)

Tabel 4.1. Karakteristik responden

Karakteristik Kelompok kasus

(n=40)

Kelompok kontrol (n=40) Usia (bulan),median (min-max)

Jenis kelamin, n (%) - Laki-laki - Perempuan

Berat badan (kg), median (min-max) Tinggi badan (cm), median (min-max) Usia ibu (tahun), median (min-max) Diagnosis, n (%)

- Tetralogy of Fallot

- Transposition of the Great Arteries - Double Outlet Right Ventricle - Ventricular Septal Defect - Patent Ductus Arteriosus - Atrial Septal Defect Tingkat pendidikan ibu, n (%)

- SD - SLTP - SLTA - Sarjana Pekerjaan ibu, n (%) - IRT - Wiraswasta - PNS Suku ayah, n (%) - Jawa - Batak - Aceh - Melayu - Tionghoa Suku ibu, n (%) - Jawa - Batak - Melayu - Aceh - Minang Penghasilan keluarga, n (%) - IDR < 1 juta - IDR 1-1.5 juta - IDR 1.5-2 juta - IDR > 2 juta 24.0 (0.1-168.0) 26 (65.0) 14 (35.0) 10.5 (2.4-36.0) 70.5 (48.5-120.5) 27.0 (20.0-33.0) 29 (72.5) 10 (25.0) 1 (2.5) 5 (12.5) 7 (17.5) 21 (52.5) 7 (17.5) 26 (65.0) 13 (32.5) 1 (2.5) 22 (55.0) 11 (27.5) 3 (7.5) 2 (5.0) 2 (5.0) 13 (32.5) 13 (32.5) 9 (22.5) 3 (7.5) 2 (5.0) - 10 (25.0) 13 (32.5) 17 (42.5) 12.5 (0.2-168.0) . 11 (27.5) 29 (72.5) 7.8 (2.4-35.0) 60.5 (48.5-125.0) 26.0 (20.0-34.0) 20 (50.0) 12 (30.0) 8 (20.0) 2 (5.0) 6 (15.0) 24 (60.0) 8 (20.0) 27 (67.5) 12 (30.0) 1 (2.5) 26 (65.0) 12 (30.0) 1 (2.5) 1 (2.5) - 15 (37.5) 13 (32.5) 9 (22.5) 2 (5.0) 1 (2.5) 2 (5.0) 11 (27.5) 16 (40.0) 11 (27.5)

Penelitian ini diikuti oleh 80 anak-anak yang memiliki PJB. Responden dibagi menjadi dua kelompok yaitu responden dengan PJB tipe konotrunkal dan PJB non konotrunkal yang jumlahnya masing-masing sebanyak 40 orang. Rerata usia anak-anak dengan PJB tipe konotrunkal adalah 24.0 (median min-max 0.1 sampai 168.0) bulan dan 12.5 (median min-max 0.2 sampai 168.0) bulan pada anak-anak dengan PJB tipe non konotrunkal. Sebanyak 26 anak (65%) berjenis kelamin laki-laki dengan PJB tipe konotrunkal dan 29 anak (72.5%) berjenis kelamin perempuan pada kelompok PJB non konotrunkal.

Rerata berat badan dan tinggi badan pada anak-anak dengan PJB tipe konotrunkal lebih besar dibandingkan dengan kelompok PJB tipe non konotrunkal. Rerata usia ibu dari anak dengan PJB tipe konotrunkal pada saat hamil sedikit lebih tinggi bila dibandingkan pada ibu dengan PJB tipe non konotrunkal. Tingkat pendidikan ibu yang terbanyak pada kedua kelompok responden adalah SLTA dengan rerata pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Sebagian besar jenis PJB pada tipe konotrunkal adalah

Tetralogi of Fallot sebanyak 29 anak (72.5%), sedangkan pada tipe non

konotrunkal adalah Ventricle Septal Defect sebanyak 20 anak (50.0%). Kedua kelompok mempunyai orang tua yang berasal dari suku Jawa, Batak, Melayu, Aceh, dan Minang. Penghasilan keluarga pada kelompok kasus yang paling besar adalah lebih dari Rp.2 000 000,- sebanyak 17 keluarga dan Rp.

1 000 000,- sampai Rp. 2 000 000,- pada kelompok kontrol sebanyak 16 keluarga.

Tabel 4.2. Hubungan penggunaan kontrasepsi oral dan PJB tipe konotrunkal Kasus n (%) Kontrol n (%) IK 95% OR Penggunaan kontrasepsi oral - Ya 22 (62.00) 24 (60.00) 0.335 – 1.980 0.815 - Tidak 18 (45.00) 16 (40.00)

Tabel 4.2 menjelaskan bahwa dari hasil analisis dengan Chi Square, tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara penggunaan kontrasepsi oral sebelum kehamilan dengan PJB tipe konotrunkal (OR=0.815, IK 95% 0.335 – 1.980).

Tabel 4.3. Perbedaan lama penghentian penggunaan kontrasepsi oral pada PJB tipe konotrunkal

Lama penghentian penggunaan

kontrasepsi oral (bulan) P n Median (min – max)

Jenis PJB, n (%)

- Konotrunkal 22 3.0 (1.0 – 9.0) 0.335

Tabel 4.3 menyajikan hasil analisis ada tidaknya perbedaan lama penghentian penggunaan kontrasepsi oral sebelum kehamilan pada PJB tipe konotrunkal. Dari hasil analisis dengan uji Mann Whitney tidak diperoleh perbedaan yang signifikan rerata lama penghentian kontrasepsi oral sebelum kehamilan terhadap timbulnya PJB tipe konotrunkal (P=0.335, P<0.05).

Tabel 4.4. Perbedaan lama penggunaan kontrasepsi oral pada PJB tipe konotrunkal

Lama penggunaan kontrasepsi oral (bulan)

IK 95% P

n Mean (SD)

Jenis PJB, n (%)

- Konotrunkal 22 19.1 (6.19) - 2.914 – 3.429 0.87

- Non konotrunkal 24 18.8 (4.11)

Tabel 4.4 menyajikan hasil analisis ada tidaknya perbedaan lama penggunaan kontrasepsi oral sebelum kehamilan pada PJB tipe konotrunkal. Dari hasil analisis dengan uji t independent tidak diperoleh perbedaan yang signifikan rerata lama penggunaan kontrasepsi oral sebelum kehamilan dengan timbulnya PJB tipe konotrunkal (P=0.87, IK 95% - 2.914 – 3.429).

BAB 5. PEMBAHASAN

Masalah utama kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dan tidak merata. Pemerintah berusaha membuat suatu kebijakan dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dengan mengatur dan membatasi jumlah anak dalam keluarga melalui program nasional KB.2

Kontrasepsi merupakan usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha ini dapat bersifat sementara dan permanen. Kontrasepsi secara oral adalah salah satu usaha yang bersifat sementara. Pil hormonal yang digunakan sekarang terbuat dari steroid sintetik. Pil terdiri dari komponen estrogen, progestagen, atau salah satu dari komponen tersebut.

Penyakit Jantung Bawaan merupakan bentuk kelainan jantung yang sudah didapat sejak bayi baru lahir.

8

40

PJB tipe konotrunkal adalah kelainan jantung yang disebabkan kegagalan proses perkembangan struktur jantung dan pembuluh darah besar saat pembentukan konus dan trunkus.10

Penyakit Jantung Bawaan tipe konotrunkal dikenal juga sebagai kelainan outflow tract.

19

Bentuk yang dapat dijumpai berupa TOF, DORV, PTA, dan TGA. Ventricular Septal Defect, atresia atau stenosis pulmonal, overriding aorta, dan pembesaran ventrikel kanan merupakan kelainan yang dapat dijumpai pada TOF. Double Outlet Right Ventricle ditandai dengan arteri pulmonalis dan aorta yang keluar secara bersamaan dari ventrikel kanan. Persistent Truncus Arteriosus disebut juga dengan common truncus. Pada keadaan ini dijumpai jalan keluar tunggal yang menerima darah dari kedua ventrikel. Lengkung aorta yang tidak terbentuk sering

kedua arteri besar yang berubah, aorta keluar dari ventrikel kanan dan arteri pulmonalis dari ventrikel kiri.

Pada beberapa penelitian sebelumnya disebutkan bahwa insiden PJB berkisar antara 4 sampai 50 tiap 1000 kelahiran hidup.

41

40

Angka kejadian PJB di Indonesia adalah 8 tiap 1000 kelahiran hidup, jika jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan angka kelahiran 2%, maka jumlah penderita PJB di Indonesia bertambah 32 000 bayi setiap tahun.42 Insiden PJB tipe konotrunkal berkisar 12% sampai 14% dari seluruh PJB.40

Angka kejadian PJB tipe konotrunkal dapat berbeda menurut jenis kelamin. Tetralogy of Fallot, DORV, dan TGA lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan perempuan. Persistent Truncus Arteriosus lebih sering pada perempuan walaupun pada beberapa penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan jenis kelamin.

41

Faktor penyebab terjadi PJB sampai saat ini belum diketahui. Faktor genetik sering dihubungkan dengan PJB. Pada beberapa penelitian ditemukan bahwa sebagian PJB tipe konotrunkal dihubungkan dengan abnormalitas kromosom seperti trisomi 21, trisomi 13, dan trisomi 18.

Pada penelitian ini ditemukan sebanyak 19 orang anak dengan diagnosis TOF berjenis kelamin laki-laki (65.5%), 6 orang dengan TGA (60%), dan DORV 1 orang (100%).

43

Pada penelitian di Philadelphia membuktikan bahwa delesi 22q11 dapat dijumpai pada TOF dan PTA. Perhitungan delesi dilakukan dengan menggunakan fluorescence in situ hybridization (FISH). Hasil ini menjadi panduan untuk melakukan skrining delesi pada pasien PJB tipe konotrunkal.44

Faktor genetik, usia ibu, sosial ekonomi, ras, stres, penyakit ibu selama kehamilan, gaya hidup, dan paparan obat-obatan akan meningkatkan faktor risiko.31 Pada penelitian yang dilakukan di Atlanta selama 32 tahun menunjukkan bahwa usia ibu 35 sampai 40 tahun akan meningkatkan risiko semua kelainan jantung (OR 1.12; IK 95% 1.03 sampai 1.22).45

Penelitian secara case control yang dilakukan di California dengan menggunakan data selama 5 tahun. Sampel yang diperoleh sebanyak 608 pasien dan 277 orang diantaranya dengan PJB tipe konotrunkal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat sosial ekonomi tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan peningkatan risiko PJB tipe konotrunkal.

Pada penelitian ini dijumpai bahwa kelompok kasus dan kontrol mempunyai ibu berusia antara 20 sampai 34 tahun, dengan 19 orang mempunyai usia ≥ 30 tahun (23.75%).

46

Penelitian tentang hubungan antara PJB tipe konotrunkal dengan ras menunjukkan hasil yang bervariasi. Beberapa penelitian menyatakan angka kejadian TGA, TOF, dan PTA lebih tinggi pada kulit putih dan Hispanic dibandingkan dengan Afrika-Amerika.

Pada penelitian yang kami lakukan sampel berasal dari masyarakat dengan kondisi ekonomi menengah. Tetapi kami tidak melakukan analisa statistik lebih lanjut untuk mengetahui hubungan sosial ekonomi dan tingkat pendidikan ibu dengan PJB tipe konotrunkal pada penelitian ini.

47

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2002 menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara ras dengan angka kejadian TOF dan PTA.48 Pada penelitian ini sampel berasal dari suku Jawa, Melayu, Batak, Aceh, dan Minang.

Pada beberapa kasus dijumpai orang tua yang berbeda suku, dan sebanyak dua kasus mempunyai orang tua berdarah Tionghoa.

Penelitian yang dilakukan secara case control di Atlanta bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor stres pada ibu dengan PJB. Pada penelitian tersebut faktor stres dinilai berdasarkan keluhan kehilangan pekerjaan, perceraian, pasangan berbeda tempat tinggal dan kematian anggota keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan kondisi mental yang labil akan meningkatkan risiko terjadi PJB tipe konotrunkal (OR 2.4; IK 95% 1.42 sampai 4.2).49

The US Food and Drug Administration (FDA) telah mengklasifikasikan obat-obatan yang meningkatkan risiko kelainan janin bila diberikan pada wanita hamil, termasuk kontrasepsi oral. Paparan obat-obatan dapat terjadi sebelum dan selama kehamilan.

Pada penelitian ini sampel yang diambil mempunyai ibu dengan mental stabil sebelum dan pada saat hamil.

50

Suatu penelitian yang dilakukan secara retrospektif melaporkan hubungan terjadinya TGA pada janin dengan ibu yang menggunakan terapi hormonal. Penelitian ini merupakan penelitian awal yang dilakukan setelah pengenalan kontrasepsi oral pada tahun 1959. Hal ini dilakukan karena dijumpai angka kelainan jantung yang meningkat bersamaan dengan pengenalan kontrasepsi oral. Pada penelitian ini ditemukan 7 orang ibu dengan anak menderita TGA mendapat terapi hormonal untuk mencegah keguguran.

51

Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama tahun 1960 sampai 1970 maka FDA memberikan peringatan pada produk yang mengandung progesteron

pada tahun 1977. Hal ini menyebabkan penggunaan kontrasepsi oral berkurang dari 30% menjadi 5%. Progesteron dianggap mempunyai efek teratogenik dan memerlukan penelitian lanjutan untuk mengetahui efek terapetik serta dosis yang aman digunakan.

Penelitian prospektif yang dilakukan pada tahun 1985 dengan menggunakan sampel 2764 wanita, diperoleh 1608 sebagai kasus dan 1146 sebagai kontrol. Kasus mendapat terapi progesteron untuk mencegah terjadinya abortus spontan. Pemberian terapi dilakukan pada usia kehamilan 1 sampai 33 minggu. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada peningkatan insiden kelainan kardiovaskular, genital, anggota gerak, dan sistem saraf pusat.

50

Beberapa penelitian selanjutnya menemukan bahwa paparan progesteron selama kehamilan tidak meningkatkan risiko terjadinya kelainan kongenital. Penelitian untuk mengetahui efek progesteron terhadap janin tetap dilakukan sampai saat ini walaupun sejak tahun 1999 FDA telah menghapus peringatan efek progesteron dari brosur produk yang mengandung progesteron.

52

50

Penelitian yang dilakukan di Italia bertujuan untuk menilai kelainan pada anak dengan ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal mengandung progesteron sebagai kontrasepsi darurat. Penelitian ini dilakukan selama tahun 2000 sampai 2003. Hasilnya menunjukkan bahwa kegagalan kontrasepsi dengan menggunakan levonorgestrel tidak meningkatkan risiko kelainan jantung.

Suatu penelitian yang dilakukan di Brazil selama 4 tahun menunjukkan bahwa penggunaan misoprostol atau kontrasepsi oral akan meningkatkan risiko terjadi kelainan sistem saraf, muskuloskeletal, dan kardiovaskular.

53

Penelitian dengan desain kohort prospektif yang dilakukan di Korea mulai Maret 2001 sampai Juni 2006. Penelitian ini dengan mengikuti perkembangan wanita hamil yang diidentifikasi oleh Korean Motherisk Program. Sampel yang diambil adalah wanita dengan riwayat penggunaan kontrasepsi oral 4 minggu sebelum dan sesudah kehamilan. Hasil penelitian menyatakan bahwa paparan kontrasepsi oral tidak meningkatkan kelainan kongenital janin.

Penelitian kami mengambil 80 sampel yang dibagi dalam kelompok kasus dan kontrol. Sebanyak 22 anak dengan diagnosa PJB tipe konotrunkal mempunyai ibu dengan paparan kontrasepsi oral sebelum kehamilan (62%). Pada kelompok kontrol sebanyak 24 orang anak dengan diagnosa PJB tipe non konotrunkal (60%). Hubungan penggunaan kontrasepsi oral dengan PJB tipe konotrunkal dilakukan secara analisis Chi Square. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara penggunaan kontrasepsi oral sebelum kehamilan dengan PJB tipe konotrunkal.

54

Pada penelitian ini juga dilakukan penilaian lama penggunaan kontrasepsi oral dan lama penghentian kontrasepsi oral sebelum kehamilan apakah akan mempengaruhi angka kejadian PJB tipe konotrunkal. Penelitian di Korea menyebutkan bahwa lama penggunaan kontrasepsi oral dengan kandungan progesteron sedikit (< 0.75 mg) tidak mempunyai efek teratogen terhadap janin.54 Pada penelitian kami lama penggunaan kontrasepsi oral pada kelompok kasus (19.1 bulan) tidak menunjukkan perbedaan signifikan dibandingkan dengan kontrol (18.8 bulan).

Penelitian lain yang dilakukan di Italia menunjukkan bahwa lama penghentian kontrasepsi oral tidak meningkatkan faktor risiko PJB.53 Kontrasepsi oral yang mengandung progesteron dosis tinggi dapat bersifat teratogen dan sampai saat ini belum diketahui berapa dosis yang aman tanpa menyebabkan kelainan kongenital.54 Prinsip teratologi menyatakan bahwa efek teratogen dari suatu agen/zat tergantung pada waktu terjadinya paparan, dosis dan lamanya paparan.55

Pada penelitian yang kami lakukan masih dijumpai beberapa kekurangan antara lain desain penelitian yang bersifat case control. Keterbatasan penelitian ini adalah data riwayat kehamilan dikumpulkan berdasarkan wawancara. Ibu pasien memberikan keterangan berdasarkan daya ingat dan riwayat sebelumnya sehingga keterangan tersebut kurang akurat. Ibu pasien juga berganti-ganti menggunakan kontrasepsi oral dan sebagian besar lupa dengan merek kontrasepsi oral yang digunakan. Hal ini menyebabkan kadar hormonal kontrasepsi oral tidak dapat ditentukan pada kelompok yang menggunakannya. Pemilihan sampel dilakukan tidak secara matching karena sampel yang sesuai antara kelompok kasus dan kontrol tidak dapat ditemukan. Penelitian lanjutan masih diperlukan untuk menilai secara langsung hubungan antara penggunaan kontrasepsi oral sebelum kehamilan dengan timbulnya PJB tipe konotrunkal secara prospektif.

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kehamilan tidak meningkatkan risiko terjadinya PJB tipe konotrunkal. Lama penggunaan kontrasepsi oral dan lama penghentian kontrasepsi oral sebelum kehamilan tidak mempengaruhi PJB pada hasil konsepsi.

6.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang mencakup semua aspek faktor risiko PJB tipe konotrunkal. Sebaiknya dilakukan penelitian dengan metode cohort prospektif dalam skala yang lebih besar untuk mengetahui faktor-faktor risiko PJB tipe konotrunkal pada anak.

DAFTAR PUSTAKA

1. Baziad A. Kontrasepsi hormonal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;2002.h.1-50

2. Saifuddin AB. Dinamika kependudukan dan keluarga berencana. Dalam: Wiknjosasro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, penyunting. Ilmu kebidanan. Edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;2006.h.889-903 3. The American College of Obstetricians and Gynaecologists Committee.

Contraceptives and congenital anomalies. Int J Gynecol Obstret. 1993; 42:316-7 4. Zierler S. Maternal drugs and congenital heart disease. J Am Col Obstet

Gynecol. 1985;65:155-63

5. The Excecutive of the Society of Obstetricians and Gynaecologists of Canada.

Dokumen terkait