• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Mei 2014. Lokasi penelitian dilakukan di Hutan Batang Toru Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian di hutan Batang Toru Kecamatan Adiankoting,Kabupaten Tapanuli Utara.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalahcamera digital, parang, kompas, Global Positioning System (GPS), patok kayu, pita ukur dan alat tulis.

Bahan yang digunakan dalam penelititan ini adalah tanaman-tanaman rotan yang tumbuh di hutan alam, tali rafia, tally sheet, kuisioner, peta wilayah penelitian dokumen lain yang berhubungan dengan lokasi penelitian dan buku identifikasi rotan.

Prosedur Penelitian Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara berdasarkan pertanyaan pada kuisioner yang telah disiapkan. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan kuisioner dengan responden dianalisis secara deskriptif dan tabulasi. Adapun tujuan lainnya adalah untuk memperoleh gambaran mengenai pemanfaatan rotan di lokasi tempat dilaksanakan penelitian. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan responden berdasarkan kuisoner yang telah disiapkan, dan observasi langsung dilapangan untuk mengumpulkan sampel tanaman rotan yang dimanfaatkan masyarakat.

Data primer merupakan hasil observasi dan wawancara terhadap responden di lapangan yang meliputi jenis-jenis hasil hutan bukan kayu khususnya rotan (nama ilmiah, nama lokal dan klasifikasinya) yang belum dimanfaatkan (tujuan pengambilan, bagian yang dimanfaatkan, cara pengolahan, lokasi pengambilan), jumlah dan frekuensi pengambilan dari hutan tersebut oleh masyarakat sekitar Hutan Batang Toru dan informasi sosial budaya masyarakat sekitar.

Data Primer yang dikumpulkan meliputi: 1. Informasi Pemanfaatan Rotan

Informasi ini menyangkut rotan yang dimanfaatkan masyarakat pada hutan Batang Toru Blok Barat Kecamatan adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara meliputi nama lokal dan ilmiahnya serta bagian tumbuhan yang dimanfaatkan.

2. Informasi Sosiokultur

Data yang dikumpulkan meliputi identitas responden yaitu nama, umur,jenis kelamin, mata pencaharian, struktur sosial, serta pendidikan.

b. Data Sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan meliputi keadaan umum daerah yang meliputi letak, batas, dan luas wilayah, iklim, topografi, serta flora dan fauna. Keadaan sosial ekonomi yang meliputi pemerintahan, jumlah penduduk, sarana dan prasarana, serta peta lokasi yang diperoleh dari kantor distrik maupun instansi terkait yang dilakukan melalui studi literatur.

Penentuan responden

Penentuan responden dibagi menjadi 2 bagian yaitu responden umum dan responden kunci.

• Responden umum pada penelitian ini adalah masyarakat sekitar hutan Batang

Toru, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara yang mengetahui jenis-jenis rotan dan memanfaatkan tumbuhan rotan.

• Responden kunci adalah kepala kampung, kepala suku, tokoh agama dan tokoh

masyarakat lainnya. Penentuan responden kunci dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling yang disesuaikan dengan tujuan penelitian (Usman dan Purnomo, 2001) melalui wawancara dan kuisioner secara langsung kepada masyarakat.

Jumlah responden yang dijadikan sampel adalah sebagai berikut:

1. Apabila jumlah penduduk ≤ 100 kepala keluarga, maka di ambil seluruh responden.

2. Apabila jumlah responden > 100 kepala keluarga, maka diambil 10%-15% dari jumlah kepala keluarga .

(Arikunto, 2002 dalam Lubis, 2011).

Teknik Pengambilan Data

1. Inventarisasi Rotan

Pengambilan spesimen dilapangan dengan menggunakan metode kombinasi metode jalur dan garis berpetak. Cara peletakan unit contohnya menggunakan cara systematic sampling with random start yang berarti penentuan petak awal yang dilakukan dengan cara random (acak), namun penentuan petak- petak berikutnya menggunakan cara sistematis (teratur). Intensitas sampling untuk inventarisasi rotan adalah 1% yang sudah dianggap mewakili seluruh kawasan penelitian dan berpotensi sebagai tempat tumbuh rotan. Menurut Kaban (2007) menyatakan bahwa semua bentuk metode inventarisasi sistematik berjalur dengan intensitas sampling yang lebih tinggi dari 0,5% yang telah dan sedang dilaksanakan dapat diterima.

Pengambilan sampel rotan dilaksanakan dengan metode deskriptif untuk mengetahui semua spesies rotan yang masih tumbuh di Hutan Batang Toru bagian Tapanuli Utara, Kecamatan Adiankoting. Pengambilan sampel dilakukan mulai dari pinggiran kawasan hutan pada ketinggian 900 mdpl dan 1000 mdpl. Di masing-masing ketinggian tempat dibuat cuplikan secara acak dengan metode yang digunakan adalah jalur berpetak (line plot sampling) bentuk petak pengamatan dengan ukuran masing-masing 100 m dan lebar 20 m. Selanjutnya petak dibuat 20 anak petak masing-masing berukuran 10 m x 10 m. Setelah itu di

setiap anak petak dihitung jumlah individu spesies rotannya untuk kemudian dapat ditentukan kerapatan populasinya.

Gambar 2. Posisi jalur berpetak (Line plot sampling) dalam inventarisasi rotan. 2. Observasi Lapangan

3. Wawancara dan Diskusi 4. Keseluruhan Data

Baik data primer maupun data sekunder yang selanjutnya ditabulasi sesuai dengan kebutuhan sebelum dilakukan pengolahan dan analisis data. Data primer selanjutnya dianalisis secara deskriptif sesuai dengan tujuan penelitian, serta dilakukan analisis pihak terkait pemanfaatan tanaman rotan. Sedangkan data yang bersifat kuantitatif diolah secara tabulasi.

Analisis Data

Dari pengumpulan data akan diperoleh data-data primer dan data sekunder yang nantinya akan dianalisa secara kualitatif dan kuantitatif, yaitu memberikan gambaran-gambaran dan penjelasan-penjelasan yang sesuai dengan hasil lapangan. Dari hasil analisa akan diperoleh keterangan-keterangan yang sesuai

10 m 100 m 10 m 10 m 10 m 10 m 10 m

berdasarkan karakteristik morfologi pelepah daun. Adapun parameter yang dikaji antara lain meliputi:

1. Hasil Inventarisasi Rotan

• Kerapatan suatu spesies (K) menurut Smith (1992)

K = ∑ individu suatu spesies Luas plot contoh (Ha)

• Kerapatan relatif suatu spesies (KR) menurut Smith (1992)

KR = K suatu spesies X 100%

∑ K seluruh spesies • Frekuensi suatu spesies (F) menurut Smith (1992)

F = ∑ plot ditemukan suatu spesies

∑ Seluruh pot pengamatan

• Frekuensi relatif suatu spesies (FR) menurut Smith (1992)

FR = F suatu spesies X 100%

∑ F seluruh spesies • Indeks Nilai Penting (INP) menurut Smith (1992)

INP = KR + FR

• Indeks keanekaragaman Shannon menurut Odum (1971)

H`=-∑ [��� ��ln� ni N�] � �=1 Keterangan:

H` = Indeks keanekaragaman Shannon

S = Jumlah spesies yang ditemukan dalam areal pengamatan ni = Jumlah individu spesies ke-i

N = Total seluruh individu spesies yang ditemukan dalam areal pengamatan Kriteria yang digunakan menurut Mason (1980):

• H` < 1, keanekaragaman tergolong rendah; • H` 1-3,keanekaragaman tergolong sedang; • H` > 3, keanekaragaman tergolong tinggi

− Indeks kemerataan Shanon menurut Odum (1971)

E = H`/ln (S) Keterangan:

E = Indeks kemerataan Shannon H` = Indeks keanekaragaman Shannon

S = Jumlah spesies yang ditemukan dalam areal pengamatan Kriteria yang digunakan menurut Krebs (1985):

− Kemerataan dikatakan rendah jika 0 < E < 0,5 − Kemerataan dikatakan tinggi jika 0,5 < E < 1

Dokumen terkait