• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat

Penelitian berlangsung selama tujuh bulan, dari bulan September 2005 sampai Maret 2006. Uji biologi ransum dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Koperasi Peternakan Babi Indonesia PT. Obor Swastika Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung. Analisis sampel penelitian dilakukan di Laboratorium Pasca Panen, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor.

Materi Penelitian Ternak

Penelitian ini menggunakan 20 ekor ternak babi jantan kastrasi berumur dua bulan (lepas sapih) dengan rataan bobot awal 16 + 0.70 kg dan koefisien variasi 4.24%.

Perlengkapan

Perlengkapan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang individual yang dilengkapi dengan water nipple dan tempat makan. Perlengkapan lain adalah timbangan berkapasitas 10 dan 150 kg, masing-masing untuk menimbang ransum dan ternak babi, karung penyimpanan ransum, sekop kecil dan besar, kantong plastik, ember, kamera, pita pengukur, plastik transparan dan milimeter blok berskala cm2 untuk mengukur luas loin eye area, obat cacing, termometer, penggaris untuk mengukur tebal lemak punggung dan kerangkeng besi untuk tempat menimbang ternak.

Ransum

Bahan makanan yang digunakan untuk menyusun ransum penelitian ini adalah jagung, dedak padi, tepung ikan, bungkil kelapa, tepung tulang, bungkil kedelai, dan premix. Curcumin yang berasal dari ekstraksi tepung kunyit diperoleh dari perusahaan farmasi PT. Phytochemindo Reksa, Jakarta.

Penyusunan ransum dilakukan berdasarkan pada kebutuhan zat-zat makanan yang dianjurkan National Reserarch Council (1998).

15

Susunan ransum starter dan grower-finisher yang digunakan selama penelitian beserta kandungan zat makanan dari ransum percobaan terdapat pada Tabel 2.

Tabel 2 Bahan penyusun dan kandungan zat makanan ransum penelitian Periode Pertumbuhan

Energi Metabolisme (kkal)** 3 146.00 3 165.00 3 121.80 3 165.00

Serat Kasar (%)* 5.81 5.00 5.84 5.00

Keterangan : * Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, UNPAD (2006).

** Hasil perhitungan.

Ransum perlakuan adalah ransum basal dan dengan penambahan beberapa taraf Curcumin masing-masing seperti berikut:

R0: Ransum Basal tanpa Curcumin

R1: Ransum Basal dengan 4 mg Curcumin/Kg Bobot Badan R2: Ransum Basal dengan 8 mg Curcumin/Kg Bobot Badan R3: Ransum Basal dengan 12 mg Curcumin/Kg Bobot Badan

Sebelum penelitian dimulai ternak babi diberikan obat cacing, untuk prakondisi dilakukan pemberian ransum pendahuluan selama satu minggu. Untuk menjaga kebersihan babi dimandikan setiap hari pada pagi dan siang hari sebelum ransum diberikan.

16

Perlakuan Curcumin pada Ternak dan Penentuan Dosis

Penggunaan tepung kunyit 1 – 1.5 % dalam ransum broiler ternyata mengurangi persentase lemak abdominal dan tidak mempengaruhi persentase bobot karkas dibandingkan broiler yang mengkonsumsi ransum tanpa kunyit (Ramdhan 1998). Pemberian tepung kunyit dengan taraf 2% dalam ransum memberikan pertumbuhan bobot badan broiler yang tinggi dibanding tanpa mengkonsumsi tepung kunyit (Aziz 1998), Pada kelinci jantan yang mengkonsumsi kunyit 1 – 1.5% dalam ransum tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, tetapi memperbaiki efisiensi penggunaan ransum (Martini 1998).

Khususnya pada ternak babi, tepung kunyit (Curcuma domestica) digunakan 10% dalam ransum mengakibatkan efisiensi penggunaan ransum sangat rendah . Curcumin akan menjadi racun bila diberikan sebanyak 2.5 g/kg BB, demikian juga Bile et al. (1985) melaporkan mengenai pemberian Curcumin dalam ransum babi, dengan dosis 60, 240 dan 1 551 mg/kg BB menunjukkan kerusakan ginjal, hati dan kelenjar tiroid. Sinaga (2003), melakukan penelitian penggunaan tepung kunyit dalam ransum babi grower dengan taraf 0.2 sampai 0.6% dalam ransum sebagai aditif berpengaruh meningkatkan persentase bobot karkas dan mengurangi tebal lemak punggung. Tebal lemak punggung terendah terdapat pada babi yang mengkonsumsi ransum yang mengandung tepung kunyit 0.4%. Pemberian 0.4% tepung kunyit dalam ransum babi grower setara dengan pemberian Curcumin 9 mg/ kg BB pada babi starter, 6 mg/kg BB pada babi grower dan 5.14 mg/kg BB pada babi finisher.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari empat perlakuan, yaitu dosis Curcumin sebanyak empat taraf (0, 4, 8 dan 12 ppm) dalam ransum, masing-masing terdiri dari lima ulangan, dengan demikian penelitian ini menggunakan 20 ekor ternak babi dan tiap ekor merupakan satu satuan percobaan.

17

Model matematik yang digunakan (Steel dan Torrie 1989) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Yij

= µ + α

i

+ β (Xij)+ ε

ij

Keterangan :

Yij = nilai harapan dari perlakuan ke-i pada ulangan ke-j µ = nilai rataan umum

αi = pengaruh perlakuan ke-i = 1, 2, 3, 4

β = koefisien regresi yang menujukkan ketergantungan Yij pada Xij Xij = pengukuran lama pemeliharaan yang dihasilkan perlakuan ke-i

pada ulangan ke-j yang berkaitan dengan Yij εij = galat perlakuan ke-i pada ulangan ke-j = 1, 2, 3, 4, 5

Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan dalam penelitian adalah kegiatan rutin seperti membersih kandang. Tiap pengadukan ransum diambil sampel untuk dianalisis dari setiap akhir periode pemeliharaan. Pemberian ransum dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pagi dan sore hari, sedangkan penimbangan sisa ransum dilakukan pada pagi hari berikutnya. Penimbangan ternak babi dilakukan tiap dua minggu (14 hari) sekali. Pemberian ransum dan minum dilakukan ad libitum atau selalu tersedia agar ternak babi tersebut tidak kekurangan ransum dan air minum.

Pada awal penelitian, masing-masing ternak ditimbang untuk mengetahui bobot badan awal, dan dimasukkan kedalam kandang yang telah diberi nomor untuk memudahkan tatalaksana. Setelah itu ternak diadaptasikan selama satu minggu untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang baru.

Data yang diperoleh dianalisa dengan analysis of covariance (ANCOVA) dengan bobot awal dan lama pemeliharaan sebagai kovariabel menggunakan program SAS dengan prosedur General Linear Model (GLM) karena ulangan yang tidak sama pada salah satu perlakuan (SAS 1990). Ulangan tersebut adalah pada ransum perlakuan R3 (taraf Curcumin 12 ppm) yang hanya menggunakan empat ulangan karena kesalahan teknis.

18

Parameter Penelitian

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah:

1. Rataan Konsumsi Ransum Harian: Konsumsi ransum harian diperoleh dari banyaknya ransum yang dikonsumsi (dari awal perlakuan hingga mencapai bobot potong) dibagi dengan jumlah hari mencapai bobot potong.

2. Rataan Pertambahan Bobot Badan Harian: Pertambahan bobot badan harian diperoleh dari hasil penimbangan ternak saat mencapai bobot potong, dikurangi dengan penimbangan bobot badan awal, dibagi dengan jumlah hari mencapai bobot potong.

3. Efisiensi Penggunaan Ransum: Efisiensi pengunaan ransum diperoleh dari hasil bagi antara konsumsi ransum harian dengan pertambahan bobot badan harian dalam satuan waktu yang sama.

4. Karakteristik Karkas

a. Bobot Potong (kg), diperoleh dari hasil penimbangan terakhir sebelum ternak dipotong.

b. Bobot Karkas (kg), diperoleh setelah tubuh ternak dipisahkan dari isi rongga perut, bulu dan kepala yang disebut dengan karkas, kemudian karkas ditimbang sebelum mengalami proses pelayuan.

c. Persentase Karkas (%), diperoleh dari bobot karkas (BK) dibagi bobot potong (BP) dikali 100% atau (BK/BP x 100%).

d. Tebal Lemak Punggung (TLP, cm), diukur setelah ternak dipotong dan sudah menjadi karkas, dengan menggunakan alat penggaris pada tiga tempat pengukuran, yaitu diatas tulang rusuk pertama, diatas tulang rusuk terakhir dan tepat diatas persendian paha (Gambar 3). Hasil pengukuran dari tiga tempat tersebut dijumlahkan lalu dihitung rataannya, dan merupakan TLP babi bersangkutan.

e. Panjang Karkas (cm), diukur dari tulang rusuk pertama sampai aitch bone dengan menggunakan alat meteran (Gambar 4).

f. Loin Eye Area (LEA), diperoleh dengan mengukur penampang otot Longisumus dorsi yang terdapat diantara tulang rusuk ke-10 dan ke-11 seperti diperlihatkan pada Gambar 5. Pengukuran dilakukan dengan cara

19

melukis penampang tersebut lalu dipetakan pada plastik transparan kemudian dihitung luas LEA dengan menggunakan milimeter blok.

Gambar 3 Lokasi pengukuran tebal lemak punggung babi (National livestock and meat board 1973)

Gambar 4 Teknik pengukuran panjang karkas babi (National livestock and meat board 1973)

Gambar 5 Lokasi pengukuran loin eye area (LEA) (National livestock and meat board 1973)

20

5. Karakteristik Lemak

a. Lipida Lemak Tubuh, dalam peubah ini yang diukur adalah kolesterol dalam lemak tubuh

b. Lipida Darah, dalam peubah ini yang diukur adalah kadar total kolesterol, HDL, LDL dan trigliserida darah

c. Lipida Hati, dalam peubah ini yang diukur adalah kadar total kolesterol dalam hati.

Penentuan kolesterol dikerjakan dengan metode Liebermann-Burchard. Senyawa kompleks warna merah terbentuk dari hasil reaksi kolesterol dengan asam glacial-FeCl3 dalam asam sulfat pekat dan ditentukan dengan Spectrofotometer, model Spectronic 20+. Penentuan HDL menggunakan metode phosphotungstic acid/magnesium chlorid. Pengukuran trigliserida menggunakan metode test kolorimetri enzimatik dengan glyserol phosphateoxidase dan POD sebagai katalis indikator reaksi. Penentuan LDL = Kolesterol – ( Trigliserida/5) – HDL.

6. Bobot Hati (g), babi yang telah dikarkas dipisahkan hatinya, kemudian dilakukan penimbangan hati.

7. Bobot Empedu (g), diperoleh dengan menimbang empedu setelah dilakukan pemisahan empedu dari hati.

Dokumen terkait