• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK KARKAS DAN LEMAK BABI DENGAN PEMBERIAN RANSUM MENGANDUNG CURCUMIN DESY CHRISTIN BERLIANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KARAKTERISTIK KARKAS DAN LEMAK BABI DENGAN PEMBERIAN RANSUM MENGANDUNG CURCUMIN DESY CHRISTIN BERLIANA"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK KARKAS DAN LEMAK BABI DENGAN PEMBERIAN RANSUM MENGANDUNG CURCUMIN

DESY CHRISTIN BERLIANA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2007

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Karakteristik Karkas dan Lemak Babi dengan Pemberian Ransum Mengandung Curcumin adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber data dan informasi yang digunakan dalam karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari Penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, April 2007

Desy Christin Berliana NIM D051040131

(3)

ABSTRACT

DESY CHRISTIN BERLIANA. Dietary Curcumin on the Ration to Evaluate Carcass and Lipid Characteristic in Pigs. Under the direction of POLLUNG HASIHOLAN SIAGIAN and RUDY PRIYANTO.

Curcumin and its structurally related compounds (Curcumins), the phenolic fitochemistry of turmeric, display antioxidative, anticarcinogenic and hypocholesterolemic activities. In this study, we investigatedthe effects of dietary supplemented Curcumin on performance, carcass, and lipid characteristic in pigs.

The experiment used 20 crossbred pig barrows, with initial weight 16 + 0,7 kg.

They were set up in a completely randomized device design, where the factor was Curcumin levels (0, 4, 8, 12 mg/kg body weight) with 5 replications. The results showed that there were no significant influence of Curcumin, on performance, carcass characteristic including crosscut weight, carcass percentage, backfat thickness, loin eye area, and lipid charasteristic. These results suggest that increase levels of Curcumin to give the significant effects.

Key words : Curcumin, Carcass , Lipid Characteristic, Pigs.

(4)

ABSTRAK

DESY CHRISTIN BERLIANA. Karakteristik Karkas dan Lemak Babi dengan Pemberian Ransum Mengandung Curcumin. Dibimbing oleh POLLUNG HASIHOLAN SIAGIAN dan RUDY PRIYANTO.

Rimpang kunyit memiliki zat aktif berupa Curcumin yang merupakan salah satu zat fitokimia yang berperan sebagai anticarcinogenic, antioxidative dan hypocholesterolemic. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penampilan produksi, karakteristik karkas dan lemak babi dengan pemberian berbagai taraf Curcumin dalam ransum. Penelitian ini menggunakan 20 ekor babi jantan kastrasi, dengan bobot awal 16+ 0,7 kg. Rancangan yang digunakan adalah Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari empat perlakuan, yaitu ransum dengan taraf Curcumin sebanyak empat taraf (0, 4, 8 dan 12mg/kg bobot badan) dalam ransum (R0, R1, R2, dan R3) masing-masing dengan lima ulangan. Hasil perangkingan menunjukkan bahwa taraf pemberian 12 mg Curcumin/kg bobot badan adalah yang terbaik, dengan hasil loin eye area, low density lipoprotein serum, kandungan kolesterol lemak dan daging yang terbaik. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa taraf pemberian Curcumin dalam ransum tidak memberikan pengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati.

Kata Kunci : Curcumin, Karkas, Karakteristik Lipida, Babi.

(5)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, 2007 Hak cipta dilindungi

Diperbolehkan mengutip dan memperbanyak sebagian atau seluruhnya dengan menuliskan sumbernya untuk tujuan non-komersial guna pengembangan IPTEK.

(6)

KARAKTERISTIK KARKAS DAN LEMAK BABI DENGAN PEMBERIAN RANSUM MENGANDUNG CURCUMIN

DESY CHRISTIN BERLIANA

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Ternak

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2007

(7)

Judul Tesis : Karakteristik Karkas dan Lemak Babi dengan Pemberian Ransum Mengandung Curcumin

Nama : Desy Christin Berliana NIM : D051040131

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS. Dr. Ir. Rudy Priyanto

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Ilmu Ternak

Dr. Ir. Nahrowi, MSc. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro., MS.

Tanggal Ujian: 3 April 2007 Tanggal Lulus:

(8)

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah Bapa untuk Kasih SetiaNya yang selalu menyertai Penulis dalam setiap perkara didalam hidup ini. Dan atas Kasih KaruniaNya saja Penulis dapat menyelesaikan penulisan Tesis ini.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr.Ir. Pollung H. Siagian, MS.

selaku ketua komisi pembimbing sekaligus sebagai pembimbing akademik Penulis selama kuliah di IPB, terimakasih juga kepada Dr. Ir. Rudy Priyanto sebagai anggota komisi pembimbing, juga kepada Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, MS.

atas kesediaannya untuk menjadi penguji dan telah banyak memberikan saran- saran dan motivasi sehingga Tesis ini dapat diselesaikan.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan satu tim penelitian, Ir. Sauland Sinaga, MSi., Ruben, Pramona, Uci, Lelly, Andi, Dimas, Roi, Yosef, Sardianto, Ardiles, dan Fernando atas kerjasamanya selama melaksanakan penelitian. Juga kepada pimpinan dan staf PT. Obor Swastika yang menyediakan sarana dan fasilitas untuk melakukan penelitian ini serta kerjasama yang baik selama Penulis melakukan penelitian.

Kepada yang terkasih Papa, Mama (Alm.), Kak Titin, Mas Tejo, Kak Juli, Mas Iwa, Bang Apro, dan Kak Novi, Kasih dan Anugrah. Terimakasih atas segala dorongan, bantuan, serta doa yang selalu dipanjatkan untuk selesainya penulisan Tesis ini dan kasih sayang yang diberikan.

Penulis mengucapkan terimakasih untuk sahabat (Marlenny, Vera, Juni, Nora, Yongki) dan teman-teman PTK 2004-2005 atas bantuan, saran dan motivasinya. Terimakasih juga kepada teman-teman Pemuda GKI Pengadilan Bogor, teman-teman kostan di Dwi Regina (Mbak Diah, Yuni, Ayu, Deasy, Acil, Mita, Dita, Sukma), Bang Cien dan Bang Nano untuk motivasi dan doa-doanya.

Akhirnya semoga Allah Bapa memberikan berkatNya untuk kita semua dan tulisan ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pada dunia peternakan.

Bogor, April 2007 Desy Christin Berliana

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 29 Desember 1980 dari pasangan Bapak Sebak Meliala dan Ibu (Alm.) Helferia Sitompul. Penulis adalah merupakan anak keempat dari empat bersaudara.

Tahun 1998 lulus dari Sekolah Menengah Umum Negeri 7 Medan dan pada tahun yang sama melanjutkan kuliah di Diploma III Peternakan, Universitas Padjadjaran, Bandung, dan lulus pada tahun 2001. Kemudian melanjutkan ke Program Ekstension Peternakan, Universitas Padjadjaran pada tahun yang sama dan lulus pada tahun 2004. Selanjutnya pada tahun 2004 terdaftar sebagai mahasiswa S2 di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, pada Program Studi Ilmu Ternak.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang... 1

Tujuan ... 3

Manfaat ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Ternak Babi... 4

Lipida ... 5

Curcumin ... 10

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ... 14

Materi Penelitian... 14

Perlakuan Curcumin pada Ternak dan Penentuan Dosis... 16

Rancangan Penelitian ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Curcumin terhadap Penampilan Produksi ... 21

Pengaruh Curcumin terhadap Karakteristik Karkas ... 23

Pengaruh Curcumin terhadap Bobot Hati dan Empedu... 26

Pengaruh Curcumin terhadap Karakteristik Lipida ... 27

SIMPULAN DAN SARAN... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35

LAMPIRAN ... 39

vii

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Pedoman klinis profil lipida darah ... 9

2 Bahan penyusun dan kandungan zat makanan ransum penelitian... 15

3 Rataan penampilan produksi babi penelitian ... 21

4 Rataan karakteristik karkas babi penelitian ... 24

5 Rataan bobot hati dan empedu babi penelitian... 26

6 Rataan karakteristik lipida serum babi penelitian... 28

7 Rataan kolesterol hati, lemak dan daging babi penelitian... 31

viii

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Daur transport lemak eksogen dan endogen (Brown dan Goldstein

1984 dalam Budaarsa 1997) ... 7 2 Struktur kimia Curcumin dari kunyit (Asai dan Miyazawa 2000) .... 10 3 Lokasi pengukuran tebal lemak punggung babi (National

livestock and meat board, 1973)... 19 4 Teknik pengukuran panjang karkas babi (National livestock and

meat board, 1973)... 19 5 Lokasi pengukuran loin eye area (LEA) (National livestock and

meat board, 1973) ... 19

ix

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Data penampilan produksi babi penelitian... 39

2 Analisis peragam (ANCOVA) konsumsi Ransum harian ... 39

3 Analisis peragam (ANCOVA) pertambahan bobot badan Harian ... 39

4 Analisis peragam (ANCOVA) efisiensi penggunaan ransum ... 40

5 Data karakteristik karkas babi penelitian ... 40

6 Analisis peragam (ANCOVA) bobot potong ... 41

7 Analisis peragam (ANCOVA) bobot karkas ... 41

8 Analisis peragam (ANCOVA) persentase karkas ... 41

9 Analisis peragam (ANCOVA) panjang karkas ... 41

10 Analisis peragam (ANCOVA tebal lemak punggung ... 41

11 Analisis Peragam (ANCOVA) loin eye area (LEA)……….. 42

12 Data bobot hati dan empedu babi penelitian……… 42

13 Analisis peragam (ANCOVA) bobot hati... 42

14 Analisis peragam (ANCOVA) bobot empedu ... 43

15 Data karakteristik lipida serum babi penelitian... 43

16 Analisis peragam (ANCOVA) kolesterol darah ... 43

17 Analisis peragam (ANCOVA) HDL darah... 44

18 Analisis peragam (ANCOVA) LDL darah ... 44

19 Analisis peragam (ANCOVA) trigliserida darah ... 44

20 Data kolesterol hati, lemak dan daging babi penelitian... 45

21 Analisis peragam (ANCOVA) kolesterol hati... 45

22 Analisis peragam (ANCOVA) kolesterol lemak tubuh... 46

23 Analisis peragam (ANCOVA) kolesterol daging... 46

x

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Konsumsi lard (lemak babi) sebagai pangan yang banyak mengandung lemak jenuh menempati posisi kedua dunia setelah minyak kelapa (1.1 milliyard pon), yaitu 989 juta pon dan diikuti oleh minyak sawit pada posisi ketiga dengan konsumsi 826 juta pon (Khomsan 2004). RSCM (1999) menyatakan bahwa asam lemak jenuh yang terkandung 100 gram lemak babi adalah 28.4 g.

Sejak adanya insiden beberapa penyakit seperti atherosclerosis, tekanan darah tinggi dan jantung koroner yang diduga kuat ada kaitannya dengan tingginya kandungan lemak dan kolesterol pangan yang dikonsumsi, maka konsumen kini berusaha menghindari makanan dengan kandungan lemak dan kolesterol yang tinggi.

Kolesterol merupakan salah satu komponen lemak yang mempunyai rumus molekul C27H45OH. Kolesterol tidak terdapat pada bahan pangan nabati.

Sel-sel tanaman tidak mengandung bahan serupa kolesterol, tetapi mengandung phytosterol dalam jumlah yang banyak (Linder 1986). Kolesterol diperlukan oleh tubuh sebagai prekusor asam-asam empedu, hormon-hormon steroid serta merupakan komponen dari membran plasma dan lipoprotein plasma (Martin et al.

1983). Walaupun setiap tubuh manusia memerlukan kolesterol namun hanya dalam batas - batas jumlah normal. Kelebihan kolesterol dan trigliserida didalam darah, akan menimbulkan efek samping penyakit-penyakit degeneratif seperti atherosclerosis, tekanan darah tinggi dan penyakit jantung koroner.

Kolesterol tidak selalu ada pada makanan karena sebagian besar sel-sel mamalia terutama sel-sel hati dan usus dapat mensintesa kolesterol (Williams 1974). Neber (1976) menyatakan bahwa hampir duapertiga bagian kolesterol yang diperlukan disintesa dalam tubuh dan hanya sepertiganya yang berasal dari makanan. Martin et al. (1983) dan Anggorodi (1984) mengindikasikan bahwa biosintesis kolesterol kurang lebih 1 g/hari sedang yang berasal dari makanan hanya 0.9 g/hari. Sintesa kolesterol dalam tubuh sangat dipengaruhi oleh adanya substrat untuk sintesis asam-asam empedu (Nishima dan Freedland 1990), sementara pasokan kolesterol dari luar sangat tergantung dari kadar kolesterol

(15)

2

makanan serta jumlah kolesterol yang diserap kedalam darah. Penyerapan tersebut salah satunya dipengaruhi oleh adanya zat aktif pada pakan karena akan mempengaruhi penyerapan kolesterol pada saluran pencernaan.

Rimpang kunyit memiliki zat aktif berupa Curcumin yang merupakan salah satu zat pigmen yang berperan sebagai anticarcinogenic, antioxidative dan hypocholesterolemic (Peschel et al. 2006). Kunyit merupakan salah satu jenis tanaman rempah-rempah asli Asia. Tanaman ini termasuk keluarga

”Zingiberaceae” yang pusat penyebarannya sampai ke daerah Indo-Melanesia hingga Australia (Sudiarto dan Safitri 1985). Kunyit dapat tumbuh di daerah iklim tropis dan subtropis, di Indonesia kunyit dapat tumbuh sepanjang tahun dari dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian sampai 2 000 m diatas permukaan laut, dengan kisaran suhu optimal adalah 19 - 30oC dan curah hujan antara 1 500 – 4 000 mm/tahun (Rukmana 1994). Data Ditjen BP Hortikultura (2004) menunjukkan bahwa produksi kunyit pada tahun 2003 adalah 30 707.45 ton sementara yang baru diserap adalah 12 520 ton.

Sebagaimana diketahui, bahwa Curcumin mempunyai khasiat meningkatkan sekresi empedu. Empedu diproduksi oleh sel hati kemudian masuk ke duodenum untuk membantu proses penyerapan. Empedu selain mengandung air, juga mengandung garam empedu, pigmen empedu, kolesterol dan lipida (Hadi 1983), dengan meningkatkan sekresi empedu, maka ekskresi melalui feses juga meningkat, menyebabkan ekskresi kolesterol juga meningkat sehingga diperoleh ternak yang sehat untuk konsumsi manusia dengan kolesterol rendah. Rao et al.

(1970), menemukan bahwa tikus betina putih bobot 45 - 50 g umur 45 hari, diberikan 0.1 – 0.5% Curcumin dalam ransum selama tujuh minggu, menunjukkan peningkatan ekskresi asam empedu dan kolesterol melalui feses, pada akhir penelitian kadar kolesterol darah dan sel hati menunjukkan penurunan.

Dasar pemikiran tersebut diatas, dilakukan penelitian tentang Karakteristik Karkas dan Lemak Babi dengan Pemberian Ransum Mengandung Curcumin.

(16)

3

Tujuan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penampilan produksi, karakteristik karkas dan lemak babi yang diberikan berbagai taraf Curcumin dalam ransumnya.

Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat diketahui penggunaan Curcumin terbaik sebagai feed additive pada ternak babi. Diharapkan juga dari penelitian ini dapat memberikan informasi tentang karakteristik karkas dan karakteristik lemak babi yang dihasilkan dari pemberian Curcumin pada taraf tertentu dalam ransum.

Memberikan alternatif kepada peternak dan pengusaha dalam usaha menghindari penggunaan feed additive sintesis.

(17)
(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Ternak Babi

Babi merupakan salah satu komoditi ternak yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan karena memiliki sifat-sifat dan kemampuan yang menguntungkan antara lain: siklus reproduksinya yang relatif pendek, banyak anak dalam satu kelahiran, tingkat pertumbuhan cepat, efisien dalam penggunaan ransum, dan dapat memanfaatkan sisa makanan yang tidak lagi digunakan oleh manusia (Pond dan Maner 1974). Babi tergolong ternak monogastrik bersifat omnivora yang dapat memanfaatkan limbah rumah tangga dan pertanian untuk merubahnya menjadi daging.

Pertumbuhan Babi

Pertumbuhan adalah perubahan ukuran tubuh yang dapat diukur yaitu panjang, volume atau massa (Williams 1982). Perubahan ukuran tubuh meliputi perubahan bobot hidup, bentuk dimensi linier dan komposisi tubuh, termasuk pula perubahan pada komponen-komponen tubuh seperti otot, lemak, tulang dan organ serta komponen kimia terutama air, lemak, protein dan abu (Soeparno 1998).

Sementara menurut Hammond yang disitasi oleh Goodwin (1980), menyatakan bahwa pertumbuhan adalah kenaikan bobot seekor ternak sampai ukuran dewasa tubuh tercapai. Lloyd et al. (1978), menyatakan bahwa terjadi dua hal dasar pada pertumbuhan hewan, yaitu pertambahan bobot badan yang disebut pertumbuhan dan perubahan bentuk yang disebut dengan perkembangan.

Pertumbuhan ternak merupakan kumpulan dari pertumbuhan bagian- bagian komponennya. Pertumbuhan komponen-komponen tersebut berlangsung dengan laju atau kecepatan yang berbeda, sehingga perubahan ukuran komponen menghasilkan diferensiasi atau perbedaan karakteristik individual sel dan organ.

Ada tiga proses utama didalam pertumbuhan, yaitu : (1) pertumbuhan dasar selular yang meliputi perbanyakan sel (hyperplasia), perbesaran sel (hypertrophy) dan akresi atau pertambahan material struktur non-selular (non-protoplasmik) misalnya deposisi lemak, glikogen, plasma darah dan kartilago. Mula-mula sel tumbuh secara hyperplasia, kemudian secara hypertrophy sampai mencapai

(19)

5

ukuran karakteristik individual organ; (2) diferensiasi sel-sel induk dalam embrio menjadi ektoderm, mesoderm dan endoderm. Diferensiasi selanjutnya menghasilkan sel-sel khusus antara lain sel-sel syaraf dan epidermal berasal dari ektoderm, sel-sel otot dan jaringan ikat berasal dari mesoderm dan sel-sel penyusun saluran pencernaan atau gastrointestinal beserta kelenjar-kelenjar atau glandula, sekresinya berasal dari endoderm dan (3) kontrol terhadap pertumbuhan dan diferensiasi yang melibatkan banyak proses (Williams 1982).

Lipida

Lipida adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut dalam air, yang dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut nonpolar, seperti kloroform atau eter (Thenawijaya 1982). Jenis lipida yang paling banyak adalah trigliserida, yang merupakan bahan bakar bagi hampir semua organisme.

Lipida didalam darah terdiri dari kolesterol, trigliserida, fosfolopid, dan asam lemak bebas. Tiga fraksi lipida yang pertama berkaitan dengan protein khusus yang bernama apoprotein menjadi kompleks lipid-protein atau lipoprotein.

Ikatan itulah yang menyebabkan lemak bisa larut, menyatu dan mengalir di peredaran darah. Unsur lipida yang terakhir adalah asam lemak bebas yang berikatan dengan albumin (Thenawijaya 1982).

Metabolisme Lipida dan Pembentukan Lipida Tubuh

Proses pemecahan lipida makanan menjadi asam lemak dan monogliserida, kholin, dan lain sebagainya, hampir semuanya terjadi dalam duodenum dan jejunum. Pada saat ini peranan garam empedu dan lipase pankreas sangat tinggi. Sekresi kedua alat pencernaan tersebut bekerja dalam derajat keasaman (pH) yang lebih tinggi akibat adanya sekresi bikarbonat. Dalam duodenum, garam-garam empedu mengemulsikan lemak, dan dengan gerakan peristaltik terdispersi menjadi butir-butir kecil dengan penambahan luas sekitar 10 000 kali. Kemudian diikuti oleh masuknya lipase. Lipida yang sudah tercerna dan sebagian larut dalam air, membentuk misel-misel yang stabil. Misel tersebut terdiri dari asam lemak rantai panjang, monogliserida, dan asam-asam empedu yang terdifusi ke permukaan sel-sel mukosa, kemudian melepaskan materi untuk diserap. Produk-produk pencernaan yang lebih bersifat polar, seperti asam lemak

(20)

6

rantai pendek, fosfat, kholin dan sebagainya, terdifusi melalui medium cair, diserap dalam sel mukosa usus (Hembing 1996).

Setelah masuk mukosa usus, trigliserida, fosfolipida dan ester kolesterol disintesis kembali, dibungkus dengan sedikit protein kemudian disekresikan dalam bentuk kilomikron kedalam ruang ekstra seluler, memasuki lakteal sistem limfe. Secara perlahan kilomikron yang ada dalam saluran limfe memasuki aliran darah melalui duktus thrancicus (Hembing 1996).

Hampir semua lipida yang disimpan dalam jaringan lemak atau daging dalam bentuk trigliserida. Nantinya trigliserida tersebut akan dirombak kembali sebagai sumber energi bila glukosa dari makanan tidak cukup, atau dalam keadaan puasa. Pada babi yang diberi makan berkecukupan, sangat sedikit lemak tubuh digunakan untuk sumber energi. Didalam tubuh jaringan lemak ini berada dalam rongga badan, termasuk sekitar jantung dan ginjal, dibawah kulit, inter muskuler dan intra muskuler. Lemak dibawah kulit pada ternak babi sekitar 50% atau paling banyak dibandingkan dengan ternak lain (Budaarsa 1997).

Peranan lipoprotein sangat penting pada proses metabolisme lipida dalam sel, yaitu sebagai alat angkut lipida. Lipoprotein adalah molekul yang terdiri dari protein dan lipida yang bergabung dengan ikatan non-kovalen yaitu interaksi hidrafobik antara gugus nonpolar dari lipida dengan molekul protein. Lipoprotein plasma darah terbagi menjadi lima fraksi sesuai dengan berat jenisnya yang dibedakan dengan cara ultrasentrifugasi. Kelima fraksi tersebut adalah kilomikron, very low density lipoprotein (VLDL), intermediate density lipoprotein (IDL), low density lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein (HDL).

Penjelasan atas kelima fraksi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kilomikron merupakan protein dengan berat molekul terbesar. Kandungannya sebagian besar trigliserida untuk dibawa ke jaringan lemak dan otot rangka.

Kilomikron juga mengandung kolesterol untuk dibawa ke hati. Setelah 8-10 jam sejak makan terakhir, kilomikron tidak ditemukan lagi didalam plasma.

Adanya kilomikron sewaktu puasa dianggap abnormal. Daur transport lemak dalam tubuh disajikan pada Gambar 1.

(21)

7

Gambar 1 Daur transport lemak eksogen dan endogen (Brown dan Goldstein 1984 dalam Budaarsa 1997)

2. Very low density lipoprotein (VLDL) dibentuk dari asam lemak bebas di hati.

Very low density lipoprotein mengandung 60% trigliserida endogen dan 10- 15% kolesterol.

(22)

8

3. Intermediate density lipoprotein (IDL) juga mengandung kolesterol dan trigliserida. Intermediate density lipoprotein merupakan zat antara yang terbentuk sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi LDL. Intermediate density lipoprotein disebut sebagai VLDL sisa.

4. Low density lipoprotein (LDL) merupakan lipoprotein pengangkut kolestrol terbesar untuk disebarkan keseluruh endotel jaringan perifer dan pembuluh nadi. Low density lipoprotein merupakan metabolit VLDL yang juga disebut kolesterol jahat karena efeknya yang aterogenik, yaitu mudah melekat pada dinding sebelah dalam pembuluh darah dan menyebabkan penumpukan lemak yang kemudian dapat menyebabkan menyempitan pembuluh darah. Proses tersebut dinamakan aterosklerosis. Kadar LDL didalam darah tergantung dari konsumsi makanan yang tinggi kolesterol dan lemak jenuh, tingginya kadar VLDL, serta kecepatan produksi, dan eliminasi LDL. Jaringan yang banyak mengandung LDL adalah hati dan kelenjar adrenal.

5. High density lipoprotein (HDL) merupakan lipoprotein yang mengandung Apo A dan mempunyai efek antiaterogenik kuat sehingga disebut juga kolesterol baik. Fungsi utama HDL yaitu mengangkut kolesterol bebas yang terdapat dalam endotel jaringan perifer, termasuk pembuluh darah, ke reseptor HDL di hati untuk dikeluarkan lewat empedu. Dengan demikian, penimbunan kolesterol di perifer berkurang. Kadar HDL diharapkan tinggi dalam darah (Hembing 1996).

Biosintesis Kolesterol

Kolesterol yang mempunyai rumus molekul C27H45OH, merupakan alkohol monohidrat dari derivat sterol yang tidak jenuh. Kolestrol dalam tubuh berasal dari dua sumber, yaitu dari makanan dan hasil biosintesis. Manusia rata- rata membutuhkan 1.1 g kolesterol/ hari untuk memelihara dinding sel dan fungsi fisiologis lain. Dari jumlah tersebut, 25 - 40% (200 – 300 mg) secara normal berasal dari makanan dan selebihnya disintesis dalam tubuh. Tempat sintesis kolesterol terutama pada hati, korteks adrenal, usus, kulit, testis dan aorta (Thenawijaya 1982).

Kolesterol dalam makanan akan mempengaruhi biosintesis kolesterol.

Penelitian pada tikus menunjukkan jika hanya 0.05% kolesterol dalam makanan

(23)

9

maka 70 – 80% kolesterol hati, usus halus dan kelenjar adrenal disintesis dalam tubuh. Tetapi jika kandungan kolesterol makanan naik menjadi 2%, maka biosintesis turun sampai 10 – 30%. Usaha untuk menurunkan kolesterol plasma pada manusia dengan mengurangi jumlah kolesterol dalam makanan adalah efektif. Namun sebaliknya biosintesis tidak dapat seluruhnya ditekan dengan menaikkan konsumsi kolesterol melalui makanan (Thenawijaya 1982).

Kolesterol dalam makanan diabsorbsi dalam usus, dan bersama-sama dengan lipida lainnya, termasuk kolesterol yang disintesis dalam usus (kolesterol endogenus), digabungkan dalam kilomikron dan VLDL (Vahouny et al. 1997).

Dalam limfa kolesterol diserap, 80 – 90% diesterkan dengan asam lemak rantai panjang, namun pengesteran dapat juga terjadi dalam mukosa usus. Bila sisa kilomikron masuk ke hati, banyak ester kolesterolnya dihidrolisis dan kolesterolnya yang diambil oleh hati. Kemudian VLDL yang dibentuk akan mengangkut kolesterol kedalam plasma (Thenawijaya 1982).

Tischendorf et al. (2002) menyatakan bahwa dalam serum darah babi terkandung kolesterol 2.16 mmol/L; LDL 0.99 mmol/L; HDL 1 mmol/L; dan trigliserida 0.37 mmol/L. Pada manusia untuk mengetahui ada atau tidaknya dislipidemia, dipergunakan angka patokan standar kadar lipida darah seperti yang terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Pedoman klinis profil lipida darah Profil Lipida Diinginkan

(mg/dl)

Diwaspadai (mg/dl)

Berbahaya (mg/dl) Kolesterol Total

Kolesterol LDL tanpa PKV Kolesterol LDL dengan PKV Kolesterol HDL

Kolesterol tanpa PKV Kolesterol dengan PKV

<200

< 130

< 100

> 45

< 200

< 150

200 – 239 130 – 159

- 36 – 44 200 – 399

-

> 240

> 160 -

< 35

> 400 - Sumber : Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia (Hembing 1996)

Keterangan : LDL = Low Density Lipoprotein HDL = High DensityLipoprotein PKV = Penyakit Kardio Vasikular

(24)

10

Curcumin

Sifat Kimia dan Fisika

Curcumin berwarna kuning atau kuning jingga, berbentuk serbuk dengan sedikit rasa pahit, larut dalam aseton, alkohol, asam glasial dan alkali hidroksida.

Curcumin tidak larut dalam air dan dietil eter, dan mempunyai aroma yang tidak bersifat toksik (Kiso 1985).

Curcumin mempunyai rumus molekul C21H20O6 dengan bobot molekul 368, desmetoksi Curcumin rumus molekul C20H18O5 dengan bobot molekul 338, diduga gugusan aktif dari Curcumin terletak pada gugus metoksi. Gugus hidroksil fenolat yang terdapat dalam struktur Curcumin kemungkinan menyebabkannya mempunyai aktivitas antibakteri. Asai dan Miyazawa (2000), menggunakan metode kromatographi menentukan komposisi Curcumin seperti yang terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Struktur kimia Curcumin (Asai dan Miyazawa 2000)

Sifat kimia Curcumin yang menarik adalah terjadi perubahan warna akibat perubahan pH lingkungan. Dalam suasana asam, Curcumin mengalami degradasi bila proses pengeringan dengan menggunakan sinar matahari langsung diperlihatkan oleh perubahan warna yang lebih gelap. Dibandingkan dengan pengeringan tanpa terkena sinar matahari, oleh sifat foto sensitif ini maka kandungan Curcumin akan lebih rendah bila pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran sinar matahari langsung.

Isolasi

Isolasi Curcumin dapat dilakukan dengan berbagai metode dan variasi.

Sidik et al. (1985), melakukan penelitian berbagai teknik isolasi basah dan kering, cara kering dilakukan menggunakan pelarut organik, sedangkan cara basah

(25)

11

dengan menggunakan zat aktif permukaan seperti zat hasil penyabunan antara oleum riuni dan natrium hidroksida. Isolasi Curcumin dengan cara basah ini dilakukan dengan mencampur zat aktif dengan rimpang direfluks lalu disaring, pada filtrat ditambahkan asam sitrat hingga pH 6 lalu dibiarkan pada keadaan dingin, setelah terjadi pengendapan sempurna dalam waktu sekitar 24 jam, endapan Curcumin disaring dan dikeringkan.

Pelarut organik yang digunakan pada isolasi cara kering adalah eter minyak tanah, n-heksan, benzen, alkohol, dan aseton. Dua cara kering yang terbaik untuk memperoleh Curcumin yang tinggi adalah: menggunakan teknik soxletasi dengan aseton sebagai pelarut ekstrak aseton diuapkan hingga diperoleh endapan, kemudian endapan dicuci dengan eter minyak tanah lalu dikeringkan, dan dengan cara teknik refluks dengan etanol sebagai pelarut lalu disaring panas- panas, filtrat dipekatkan sehingga terjadi endapan Curcumin yang dikeringkan setelah pencucian dengan eter minyak tanah. Hasil Curcumin yang diperoleh dengan cara ini sekitar 18 – 19.9% (Sidik et al. 1985).

Aspek Farmakokinetik

Mutu dan pengendalian suatu bahan aktif tergantung pada kinetik bahan tersebut dalam tubuh yang dipengaruhi oleh absorpsi, distribusi, metabolisme dan sekresi bahan tersebut.

Ravindranath dan Chandrasekhara (1980), melakukan percobaan pada tikus putih selama dua minggu dengan pemberian 400 mg Curcumin per ekor per hari, setelah satu jam pemberian diperoleh sekitar 90% Curcumin terakumulasi di dalam lambung dan usus halus, dan setelah 24 jam kadarnya tinggal 1%, absorpsi dalam usus halus 3 - 7 jam setelah pemberian melalui oral. Setelah lima hari sekitar 40% Curcumin diekskresikan melalui tinja, dan sisanya 60% diabsorpsi oleh tubuh, pemeriksaan distribusinya dalam pembuluh darah portal hati dan ginjal. Penelitiannya juga menunjukkan, bahwa Curcumin tidak dieksresikan melalui urin.

Aktivitas Kolagoga

Di Indonesia terutama oleh penduduk pulau Jawa, ekstrak atau seduhan rimpang temulawak telah digunakan sebagai obat untuk mengatasi gangguan

(26)

12

fungsi empedu seperti kolestiasis dan koleretis, atau untuk mengatasi gangguan pencernaan seperti kembung perut.

Steineger dan Hansel (1972), menemukan bahwa rimpang temulawak mempunyai aktivitas kolagoga, yaitu meningkatkan produksi dan sekresi empedu yang bekerja kolekinetik dan koleretik. Kalk dan Nielsen (1932), menyatakan Curcumin selain mempunyai aktivitas koleretik dan kolekinetik, ekstrak temulawak juga mempunyai pengaruh pada usus duabelas jari.

Ramprasad dan Sirsi (1956), melakukan penelitian dengan menggunakan anjing sebagai hewan percobaan, pemberian 5 mg natrium Curcuminat per kg bobot badan secara intravena ternyata meningkatkan sekresi empedu sebesar 13- 36% yang persisten selama 30 menit. Peningkatan dosis dengan kelipatan dua menyebabkan peningkatan sekresi empedu sebesar 30 - 60% selama 40 - 80 menit. Puncak sekresi empedu dicapai 10 menit setelah penyuntikan, kemudian menurun secara bertahap. Pemberian hingga dosis 25 mg/kg bobot badan tidak menunjukkan gejala toksis atau efek samping pada tekanan darah maupun sistem pernafasan.

Ekskresi Kolesterol

Kolesterol adalah sterol yang terdiri dari struktur cincin dasar dengan nukleus siklopentanoperhidrofenantrent. Kolesterol berperan sebagai precursor dari pembentukan hormon steroid, estrogen dan testosteron juga sebagai precursor dari perubahan asam empedu yang disintesa dalam hati yang berfungsi untuk menyerap trigliserida dan vitamin yang larut dalam lemak (Muchtadi et al.

1993).

Empedu diproduksi oleh sel hati kemudian masuk kedalam duodenum untuk membantu proses penyerapan. Empedu selain mengandung air, juga mengandung garam empedu, pigmen empedu, kolesterol dan lipida (Hadi 1983), dengan meningkatkan sekresi empedu, maka ekskresi melalui feses juga meningkat, menyebabkan ekskresi kolesterol juga meningkat sehingga diperoleh ternak yang sehat untuk konsumsi manusia dengan rendah kolesterol. Rao et al.

(1970), menemukan bahwa tikus betina putih bobot 45 - 50 g umur 45 hari, diberikan 0.1 – 0.5% Curcumin dalam ransum selama tujuh minggu,

(27)

13

menunjukkan peningkatan ekskresi asam empedu dan kolesterol melalui feses, pada akhir penelitian kadar kolesterol darah dan sel hati menunjukkan penurunan.

Bowman (1983), mengadakan penelitian pada delapan penderita kelainan hati dengan pemberian 9.6 mg Curcumin, setiap 10 menit sekresi empedu diamati, ternyata terjadi peningkatan sekresi empedu yang terlihat nyata pada penurunan bilirubin, kolesterin dan lipase pada penderita. Secara umum peningkatan sekresi cairan empedu akan menyebabkan partikel padat dalam empedu berkurang, berdasarkan ini Curcumin mempunyai prospek baik untuk digunakan pada gangguan metabolisme lemak yang berhubungan dengan metabolisme kolesterol.

Djamhuri (1981), melakukan penelitian untuk membandingkan obat penurun kolesterol Atromid dengan Curcumin dari temulawak terhadap enam ekor anjing dewasa bobot 10 - 12 kg, diperoleh hasil bahwa dosis Atromid 75 dan 400 mg/kg bobot badan selama tiga hari menemukan penurunan kadar kolesterol darah yang tidak berbeda nyata pada kedua dosis tersebut.

(28)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian berlangsung selama tujuh bulan, dari bulan September 2005 sampai Maret 2006. Uji biologi ransum dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Koperasi Peternakan Babi Indonesia PT. Obor Swastika Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung. Analisis sampel penelitian dilakukan di Laboratorium Pasca Panen, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor.

Materi Penelitian Ternak

Penelitian ini menggunakan 20 ekor ternak babi jantan kastrasi berumur dua bulan (lepas sapih) dengan rataan bobot awal 16 + 0.70 kg dan koefisien variasi 4.24%.

Perlengkapan

Perlengkapan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang individual yang dilengkapi dengan water nipple dan tempat makan. Perlengkapan lain adalah timbangan berkapasitas 10 dan 150 kg, masing-masing untuk menimbang ransum dan ternak babi, karung penyimpanan ransum, sekop kecil dan besar, kantong plastik, ember, kamera, pita pengukur, plastik transparan dan milimeter blok berskala cm2 untuk mengukur luas loin eye area, obat cacing, termometer, penggaris untuk mengukur tebal lemak punggung dan kerangkeng besi untuk tempat menimbang ternak.

Ransum

Bahan makanan yang digunakan untuk menyusun ransum penelitian ini adalah jagung, dedak padi, tepung ikan, bungkil kelapa, tepung tulang, bungkil kedelai, dan premix. Curcumin yang berasal dari ekstraksi tepung kunyit diperoleh dari perusahaan farmasi PT. Phytochemindo Reksa, Jakarta.

Penyusunan ransum dilakukan berdasarkan pada kebutuhan zat-zat makanan yang dianjurkan National Reserarch Council (1998).

(29)

15

Susunan ransum starter dan grower-finisher yang digunakan selama penelitian beserta kandungan zat makanan dari ransum percobaan terdapat pada Tabel 2.

Tabel 2 Bahan penyusun dan kandungan zat makanan ransum penelitian Periode Pertumbuhan

Komposisi Nutrisi

Starter NRC 98

Grower -

Finisher NRC 98

Bahan Kering (%)* 88.45 89.50

Protein Kasar (%)* 18.69 18.00 15.99 15.50

Energi Metabolisme (kkal)** 3 146.00 3 165.00 3 121.80 3 165.00

Serat Kasar (%)* 5.81 5.00 5.84 5.00

Kalsium (%)* 0.62 0.60 0.52 0.50

Phosfor (%)* 0.82 0.50 0.72 0.45

Lemak Kasar (%)* 6.00 6.10

Komposisi Bahan Baku (%)

Jagung Lokal 45 46

Dedak Padi 26 27

Tepung Ikan 6 3.5

Bungkil Kelapa 18 19

Bkl. Kedelai 4 3.5

Tepung Tulang 0.5 0.5

Premix 0.5 0.5

Jumlah Total 100.00 100.00

Keterangan : * Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, UNPAD (2006).

** Hasil perhitungan.

Ransum perlakuan adalah ransum basal dan dengan penambahan beberapa taraf Curcumin masing-masing seperti berikut:

R0: Ransum Basal tanpa Curcumin

R1: Ransum Basal dengan 4 mg Curcumin/Kg Bobot Badan R2: Ransum Basal dengan 8 mg Curcumin/Kg Bobot Badan R3: Ransum Basal dengan 12 mg Curcumin/Kg Bobot Badan

Sebelum penelitian dimulai ternak babi diberikan obat cacing, untuk prakondisi dilakukan pemberian ransum pendahuluan selama satu minggu. Untuk menjaga kebersihan babi dimandikan setiap hari pada pagi dan siang hari sebelum ransum diberikan.

(30)

16

Perlakuan Curcumin pada Ternak dan Penentuan Dosis

Penggunaan tepung kunyit 1 – 1.5 % dalam ransum broiler ternyata mengurangi persentase lemak abdominal dan tidak mempengaruhi persentase bobot karkas dibandingkan broiler yang mengkonsumsi ransum tanpa kunyit (Ramdhan 1998). Pemberian tepung kunyit dengan taraf 2% dalam ransum memberikan pertumbuhan bobot badan broiler yang tinggi dibanding tanpa mengkonsumsi tepung kunyit (Aziz 1998), Pada kelinci jantan yang mengkonsumsi kunyit 1 – 1.5% dalam ransum tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, tetapi memperbaiki efisiensi penggunaan ransum (Martini 1998).

Khususnya pada ternak babi, tepung kunyit (Curcuma domestica) digunakan 10% dalam ransum mengakibatkan efisiensi penggunaan ransum sangat rendah . Curcumin akan menjadi racun bila diberikan sebanyak 2.5 g/kg BB, demikian juga Bile et al. (1985) melaporkan mengenai pemberian Curcumin dalam ransum babi, dengan dosis 60, 240 dan 1 551 mg/kg BB menunjukkan kerusakan ginjal, hati dan kelenjar tiroid. Sinaga (2003), melakukan penelitian penggunaan tepung kunyit dalam ransum babi grower dengan taraf 0.2 sampai 0.6% dalam ransum sebagai aditif berpengaruh meningkatkan persentase bobot karkas dan mengurangi tebal lemak punggung. Tebal lemak punggung terendah terdapat pada babi yang mengkonsumsi ransum yang mengandung tepung kunyit 0.4%. Pemberian 0.4% tepung kunyit dalam ransum babi grower setara dengan pemberian Curcumin 9 mg/ kg BB pada babi starter, 6 mg/kg BB pada babi grower dan 5.14 mg/kg BB pada babi finisher.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari empat perlakuan, yaitu dosis Curcumin sebanyak empat taraf (0, 4, 8 dan 12 ppm) dalam ransum, masing-masing terdiri dari lima ulangan, dengan demikian penelitian ini menggunakan 20 ekor ternak babi dan tiap ekor merupakan satu satuan percobaan.

(31)

17

Model matematik yang digunakan (Steel dan Torrie 1989) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Yij

= µ + α

i

+ β (Xij)+ ε

ij

Keterangan :

Yij = nilai harapan dari perlakuan ke-i pada ulangan ke-j µ = nilai rataan umum

αi = pengaruh perlakuan ke-i = 1, 2, 3, 4

β = koefisien regresi yang menujukkan ketergantungan Yij pada Xij Xij = pengukuran lama pemeliharaan yang dihasilkan perlakuan ke-i

pada ulangan ke-j yang berkaitan dengan Yij εij = galat perlakuan ke-i pada ulangan ke-j = 1, 2, 3, 4, 5

Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan dalam penelitian adalah kegiatan rutin seperti membersih kandang. Tiap pengadukan ransum diambil sampel untuk dianalisis dari setiap akhir periode pemeliharaan. Pemberian ransum dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pagi dan sore hari, sedangkan penimbangan sisa ransum dilakukan pada pagi hari berikutnya. Penimbangan ternak babi dilakukan tiap dua minggu (14 hari) sekali. Pemberian ransum dan minum dilakukan ad libitum atau selalu tersedia agar ternak babi tersebut tidak kekurangan ransum dan air minum.

Pada awal penelitian, masing-masing ternak ditimbang untuk mengetahui bobot badan awal, dan dimasukkan kedalam kandang yang telah diberi nomor untuk memudahkan tatalaksana. Setelah itu ternak diadaptasikan selama satu minggu untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang baru.

Data yang diperoleh dianalisa dengan analysis of covariance (ANCOVA) dengan bobot awal dan lama pemeliharaan sebagai kovariabel menggunakan program SAS dengan prosedur General Linear Model (GLM) karena ulangan yang tidak sama pada salah satu perlakuan (SAS 1990). Ulangan tersebut adalah pada ransum perlakuan R3 (taraf Curcumin 12 ppm) yang hanya menggunakan empat ulangan karena kesalahan teknis.

(32)

18

Parameter Penelitian

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah:

1. Rataan Konsumsi Ransum Harian: Konsumsi ransum harian diperoleh dari banyaknya ransum yang dikonsumsi (dari awal perlakuan hingga mencapai bobot potong) dibagi dengan jumlah hari mencapai bobot potong.

2. Rataan Pertambahan Bobot Badan Harian: Pertambahan bobot badan harian diperoleh dari hasil penimbangan ternak saat mencapai bobot potong, dikurangi dengan penimbangan bobot badan awal, dibagi dengan jumlah hari mencapai bobot potong.

3. Efisiensi Penggunaan Ransum: Efisiensi pengunaan ransum diperoleh dari hasil bagi antara konsumsi ransum harian dengan pertambahan bobot badan harian dalam satuan waktu yang sama.

4. Karakteristik Karkas

a. Bobot Potong (kg), diperoleh dari hasil penimbangan terakhir sebelum ternak dipotong.

b. Bobot Karkas (kg), diperoleh setelah tubuh ternak dipisahkan dari isi rongga perut, bulu dan kepala yang disebut dengan karkas, kemudian karkas ditimbang sebelum mengalami proses pelayuan.

c. Persentase Karkas (%), diperoleh dari bobot karkas (BK) dibagi bobot potong (BP) dikali 100% atau (BK/BP x 100%).

d. Tebal Lemak Punggung (TLP, cm), diukur setelah ternak dipotong dan sudah menjadi karkas, dengan menggunakan alat penggaris pada tiga tempat pengukuran, yaitu diatas tulang rusuk pertama, diatas tulang rusuk terakhir dan tepat diatas persendian paha (Gambar 3). Hasil pengukuran dari tiga tempat tersebut dijumlahkan lalu dihitung rataannya, dan merupakan TLP babi bersangkutan.

e. Panjang Karkas (cm), diukur dari tulang rusuk pertama sampai aitch bone dengan menggunakan alat meteran (Gambar 4).

f. Loin Eye Area (LEA), diperoleh dengan mengukur penampang otot Longisumus dorsi yang terdapat diantara tulang rusuk ke-10 dan ke-11 seperti diperlihatkan pada Gambar 5. Pengukuran dilakukan dengan cara

(33)

19

melukis penampang tersebut lalu dipetakan pada plastik transparan kemudian dihitung luas LEA dengan menggunakan milimeter blok.

Gambar 3 Lokasi pengukuran tebal lemak punggung babi (National livestock and meat board 1973)

Gambar 4 Teknik pengukuran panjang karkas babi (National livestock and meat board 1973)

Gambar 5 Lokasi pengukuran loin eye area (LEA) (National livestock and meat board 1973)

(34)

20

5. Karakteristik Lemak

a. Lipida Lemak Tubuh, dalam peubah ini yang diukur adalah kolesterol dalam lemak tubuh

b. Lipida Darah, dalam peubah ini yang diukur adalah kadar total kolesterol, HDL, LDL dan trigliserida darah

c. Lipida Hati, dalam peubah ini yang diukur adalah kadar total kolesterol dalam hati.

Penentuan kolesterol dikerjakan dengan metode Liebermann- Burchard. Senyawa kompleks warna merah terbentuk dari hasil reaksi kolesterol dengan asam glacial-FeCl3 dalam asam sulfat pekat dan ditentukan dengan Spectrofotometer, model Spectronic 20+. Penentuan HDL menggunakan metode phosphotungstic acid/magnesium chlorid. Pengukuran trigliserida menggunakan metode test kolorimetri enzimatik dengan glyserol phosphateoxidase dan POD sebagai katalis indikator reaksi. Penentuan LDL = Kolesterol – ( Trigliserida/5) – HDL.

6. Bobot Hati (g), babi yang telah dikarkas dipisahkan hatinya, kemudian dilakukan penimbangan hati.

7. Bobot Empedu (g), diperoleh dengan menimbang empedu setelah dilakukan pemisahan empedu dari hati.

(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Curcumin terhadap Penampilan Produksi

Penampilan produksi ternak yang diamati (Lampiran 1) pada penelitian ini meliputi rataan konsumsi ransum harian, rataan pertambahan bobot badan harian dan efisiensi penggunaan ransum. Tabel 3 memperlihatkan rataan penampilan produksi dari masing-masing perlakuan. Pengaruh taraf pemberian Curcumin dalam ransum tidak nyata mempengaruhi penampilan produksi babi penelitian ini.

Tabel 3 Rataan penampilan produksi babi penelitian Penampilan Produksi Perlakuan

Konsumsi Ransum (g/ekor/hari)

PBBH (g/ekor/hari)

Efisiensi Penggunaan Ransum (feed/gain)

R0 2 092.29 + 48.58 434.32 + 27.28 4.84 + 0.37 R1 2 120.59 + 57.63 435.81 + 46.28 4.90 + 0.44 R2 2 089.85 + 88.72 421.35 + 20.66 4.97 + 0.38 R3 2 055.74 + 123.76 421.80 + 18.66 4.88 + 0.37 KK (%) 3.55 3.83 4.04 Keterangan : PBBH = Pertambahan Bobot Badan Harian

KK = Koefisien Keragaman

Rataan Konsumsi Ransum Harian

Hasil pengamatan selama penelitian menunjukkan bahwa rataan umum konsumsi ransum harian adalah 2 091.42 + 78.00 g/ekor/hari. Rataan konsumsi ransum harian tertinggi adalah ternak dengan perlakuan R1 (2 120.59 + 57.63 g/ekor/hari). kemudian diikuti secara berturut-turut oleh ternak dengan perlakuan R0 (2 092.29 + 48.58 g/ekor/hari), R2 (2 089.85 + 88.72 g/ekor/hari), dan R3 (2 055.74 + 123.76 g/ekor/hari). Secara biologis perbedaan konsumsi ransum akibat taraf penambahan Curcumin tidak nyata memberikan pengaruh.

Faktor yang mempengaruhi ternak dalam mengkonsumsi ransum, diantaranya adalah palatabilitas dan bentuk fisik ransum. bobot badan, jenis kelamin, temperatur lingkungan, keseimbangan hormonal dan fase pertumbuhan (Lubis 1963). Analisis ragam pada Lampiran 2 menunjukkan bahwa konsumsi tidak dipengaruhi oleh perlakuan taraf Curcumin dan lama pemeliharaan. akan

(36)

22

tetapi dipengaruhi (berbeda nyata P<0.05) oleh bobot awal. Berdasarkan analisis regresi diperoleh hubungan fungsional antara bobot awal/BA (g) dengan rataan konsumsi ransum harian/RKRH (g), dengan persamaan regresi sebagai berikut:

RKRH = 3 017.48 – 0.056BA dan koefisien korelasi (R2 = 0.288). Persamaan regresi ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 g bobot awal akan mengurangi 0.056 g konsumsi ransum harian.

Penelitian terdahulu menyatakan bahwa konsumsi ransum ternak babi dari periode pertumbuhan hingga pengakhiran dengan efek pemberian serat kasar dalam ransum pada taraf 6.8% diperoleh rataan konsumsi ransum harian 1.7 kg/ekor (Sihombing 1997). Konsumsi ransum pada penelitian ini (2.09 kg) lebih banyak daripada penelitian tersebut. dimana kandungan serat kasar pada penelitian ini adalah 5.8%.

Rataan Pertambahan Bobot Badan Harian

Rataan umum pertambahan bobot badan harian adalah 427.89 + 29.03 g/ekor/hari. Hasil penelitian pada Tabel 3 memperlihatkan pertambahan bobot badan harian tertinggi adalah babi penelitian yang diberi perlakuan R1 (435.81 + 46.28 g/ekor/hari) diikuti oleh R0 (434.32 + 27.28 g/ekor/hari), R3 (421.80 + 18.66 g/ekor/hari) dan R2 (421.35 + 20.66 g/ekor/hari).

Laju pertumbuhan pada ternak babi dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya umur, nutrisi, lingkungan, bobot lahir dan penyakit. Analisis ragam pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa konsumsi ransum tidak dipengaruhi oleh perlakuan taraf Curcumin dan bobot awal, akan tetapi dipengaruhi oleh lama pemeliharaan. Berdasarkan analisis regresi diperoleh hubungan fungsional yang erat antara lama pemeliharaan/LP (hari) dengan pertambahan bobot badan/PBB (g), dengan persamaan regresi PBB = 987 – 3LP dan koefisien determinasi (R2 = 0.756). Persamaan regresi ini menunjukkan bahwa penambahan satu hari pemeliharaan akan menurunkan pertambahan bobot badan harian sebanyak 3 g.

Peneliti terdahulu (Sihombing 1997), menyatakan bahwa pertambahan bobot badan ternak babi dari periode pertumbuhan hingga pengakhiran dengan efek pemberian serat kasar dalam ransum pada taraf 6.8% diperoleh pertambahan bobot badan 0.51 kg. Pertambahan bobot badan tersebut lebih baik jika

(37)

23

dibandingan dengan hasil penelitian ini. dimana kandungan serat kasar pada penelitian ini adalah 5.8% dengan konsumsi ransum harian yang juga lebih rendah.

Efisiensi Penggunaan Ransum

Efisiensi penggunaan ransum adalah hasil perhitungan dari pembagian rataan konsumsi ransum harian dengan rataan pertambahan bobot badan harian.

Rataan umum efisiensi penggunaan ransum adalah 4.90 + 0.36. Semakin kecil nilai efisiensi penggunaan ransum yang diperoleh maka semakin efisien ternak babi menggunakan ransum tersebut. Data efisiensi penggunaan ransum menunjukkan perlakuan R0 (4.84 + 0.37) paling efisien dalam penggunaan ransum kemudian diikuti secara berturut-turut oleh perlakuan R3 (4.88 + 0.37).

R1 (4.90 + 0.44). dan R2 (4.97 + 0.38).

Penelitian terdahulu menyatakan bahwa efisiensi penggunaan ransum ternak babi dari periode pertumbuhan hingga pengakhiran dengan efek pemberian serat kasar dalam ransum pada taraf 6.8% diperoleh efisiensi penggunaan ransum 3.3 (Sihombing 1997). Efisiensi penggunaan ransum tersebut lebih baik jika dibandingan dengan hasil penelitian ini, dimana kandungan serat kasar pada penelitian ini adalah 5.8% dengan penggunaan ransum yang lebih tidak efisien.

Analisis ragam pada Lampiran 4 menunjukkan bahwa efisiensi penggunaan ransum tidak dipengaruhi oleh perlakuan taraf Curcumin dan bobot awal, akan tetapi dipengaruhi oleh lama pemeliharaan. Berdasarkan analisis regresi diperoleh hubungan fungsional antara lama pemeliharaan/LP (hari) dengan efisiensi penggunaan ransum (EPR), dengan persamaan regresi EPR = -1.711 + 0.038LP dan koefisien determinasi (R2 = 0.671). Persamaan regresi ini menunjukkan bahwa penambahan satu hari lama pemeliharaan maka meningkatkan 0.038 efisiensi penggunaan ransum (feed/gain) sehingga semakin tidak efisien.

Pengaruh Curcumin terhadap Karakteristik Karkas

Karakteristik karkas yang diamati dalam penelitian ini mencakup bobot potong. bobot karkas, persentase karkas, panjang karkas, tebal lemak punggung

(38)

24

(TLP) dan Loin Eye Area (LEA). Data hasil penelitian tentang karakteristik karkas terdapat pada Lampiran 5, sedangkan rataan karakteristik karkas babi penelitian terlihat pada Tabel 4 Analisis ragam pada Lampiran 6 – 12 menunjukkan bahwa karakteristik karkas tidak dipengaruhi oleh perlakuan taraf Curcumin, bobot awal, dan lama pemeliharaan.

Tabel 4 Rataan karakteristik karkas babi penelitian

Karakteristik Karkas Perlakuan

Bobot Potong

(kg)

Bobot Karkas

(kg)

Persentase Karkas

(%)

Panjang Karkas

(cm)

TLP (cm)

LEA (cm2) R0 90.60+4.05 70.20+3.27 77.48+ 0.29 64.80+ 2.88 3.02+0.36 35.40+2.07 R1 91.50+3.91 71.72+2.99 78.39+ 0.89 65.60+ 1.19 2.86+0.29 36.00+2.35 R2 90.50+1.50 70.60+1.29 78.01+ 0.52 67.00+ 2.12 2.70+0.42 37.40+7.09 R3 91.63+2.07 71.80+1.68 78.36+ 0.65 66.25+ 1.26 2.95+0.23 38.50+4.43 KK (%) 3.18 3.25 0.86 2.93 12.47 11.08 Keterangan : TLP = Tebal Lemak Punggung

LEA = Loin Eye Area KK = Koefisien Keragaman

Pencapaian bobot potong tertentu dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya adalah faktor genetik, laju pertumbuhan, jenis kelamin, konsumsi ransum, efisiensi penggunaan ransum. dan lama pemeliharaan.

Rataan umum hasil penelitian bobot karkas adalah 71.04 + 2.40 kg dengan bobot karkas tertinggi R3 (71.80 + 1.68 kg), kemudian secara berurut diikuti oleh R1 (71.72 + 2.99 kg), R2 (70.60 + 1.29 kg), dan R0 (70.20 + 3.27 kg).

Berdasarkan analisis regresi diperoleh hubungan fungsional yang erat antara bobot potong/BP (kg) dengan bobot karkas/BK (kg), dengan persamaan regresi sebagai berikut: BK= -0.978 + 0.79BP dan koefisien determinasi (R2 = 0.93). Persamaan regresi ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu kg bobot potong akan meningkatkan bobot karkas sebesar 0.79 kg. Bobot potong yang tinggi tidak selalu menghasilkan bobot karkas yang tinggi atau sebaliknya karena bobot karkas dipengaruhi juga oleh bobot saluran pencernaan dan organ-organ yang tidak termasuk dalam karkas, ini terlihat pada perlakuan R0 dan R2.

(39)

25

Analisis regresi yang lain diperoleh hubungan fungsional antara rataan pertambahan bobot badan harian/PBB (g) dengan bobot karkas/BK (kg), dengan persamaan regresi BK= 45.61 + 59.92PBB dan koefisien determinasi (R2 = 0.52).

Persamaan regresi ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu kg pertambahan bobot badan harian akan meningkatkan bobot karkas sebesar 59.92 g.

Nilai persentase karkas (%) diperoleh dari bobot karkas dibagi bobot potong. Oleh karena itu, persentase karkas dipengaruhi oleh bobot organ dan saluran pencernaan ternak tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Whittemore dan Elsley (1976), menyatakan bahwa persentase karkas babi periode pengakhiran adalah 73% dari bobot hidup. Hasil penelitian menunjukkan rataan umum persentase karkas adalah 78.04 + 0.69%, dengan urutan dari tertinggi hingga terendah secara berurutan adalah perlakuan R1 (78.39 + 0.89%), R3 (78.36 + 0.65%), R2 (78.01 + 0.52%), dan R0 (77.48 + 0.29%).

Rataan umum panjang karkas adalah 65.89 + 2.04 cm dengan urutan dari yang terpanjang hingga yang terpendek adalah pada perlakuan R2 (67.00 + 2.12 cm), R3 (66.25 + 1.26 cm), R1 (65.60 + 1.19 cm), dan R0 (64.80 + 2.88 cm).

Pola panjang karkas ini cenderung diikuti oleh pola tebal lemak punggung Rataan umum tebal lemak punggung adalah 2.88 + 0.33 cm, dengan urutan dari yang paling tipis hingga paling tebal adalah R2 (2.70 + 0.42 cm), R1 (2.86 + 0.29 cm), R3 (2.95 + 0.23 cm), dan R0 (3.02 + 0.36 cm). Panjang karkas dan loin eye area dipengaruhi oleh bertumbuhan ruas-ruas tulang belakang (columna vertebralis) yang berada diantara batas-batas depan (tulang rusuk pertama) dan batas belakang (os coxae) dari pengukuran panjang karkas yang terdiri dari vertebrae thoracalis dan vertebrae lumbalis. Jaringan ini tumbuh dan berkembang dini sehingga ukuran liniernya lebih sulit dipengaruhi oleh suatu perlakuan ransum atau lainnya selama pertumbuhan postnatal hewan (Huxley 1924).

Hasil penelitian Loin Eye Area memperlihatkan rataan umum 36.74 + 4.25 cm2 dengan urutan dari yang terluas hingga yang terkecil adalah perlakuan R3 (38.50 + 4.43 cm2), R2 (37.40 + 7.09 cm2), R1 (36.00 + 2.35 cm2), dan R0 (35.40 + 2.07 cm2). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kenaikan Loin Eye Area untuk setiap penambahan taraf Curcumin dalam ransum. Jika dibandingkan dengan ransum kontrol (R0) sebesar 35.4 cm2 maka R1, R2 dan R3 masing-

(40)

26

masing mengalami peningkatan Loin Eye Area 1.70; 5.65; dan 8.76% daripada R0.

Pengaruh Curcumin terhadap Bobot Hati dan Empedu

Hasil penimbangan hati babi penelitian diperoleh rataan umum 1 305.00 + 102.60 g dengan perlakuan R0, R2, dan R3 memiliki bobot yang sama yaitu 1 300 g dengan standar deviasi yang berbeda. dan R1 (1320 + 148.32 g), seperti yang terlihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Rataan bobot hati dan empedu babi penelitian Bobot (g) Perlakuan

Hati Empedu R0 1 300 + 70.71 55.00 + 10.82

R1 1 320 + 148.32 63.02 + 26.51 R2 1 300 + 100.00 74.50 + 10.06 R3 1 300 + 115.47 77.65 + 23.40 Koefisien Keragaman (%) 7.88 24.67

Analisis ragam pada Lampiran 13 menunjukkan bahwa bobot hati tidak dipengaruhi oleh perlakuan taraf Curcumin, bobot awal. dan lama pemeliharaan.

Hati adalah organ vital yang memiliki peran besar dalam sistem pencernaan, biosintesis, metabolisme energi, pembersihan sampah tubuh. dan pengatur sistem kekebalan tubuh. Dalam sel hati inilah. sebagian glukosa diolah atau dimetabolis sehingga terbentuk energi yang berfungsi menjaga temperatur tubuh dan tenaga.

Sisa glukosa diubah menjadi glikogen untuk disimpan di hati dan otot atau diubah menjadi lemak yang kemudian disimpan dalam jaringan dibawah kulit. Hati yang mengalami kerusakan ditandai dengan adanya pembengkakan.

Pond dan Maner (1974). menyatakan bahwa babi dewasa memiliki hati 1.4% dari bobot badan. Sedangkan Meekan (1940), menyatakan bahwa babi dengan bobot badan 71.4 kg memiliki bobot hati 2.9% dan untuk babi dengan bobot badan 100 kg memiliki bobot hati 1.7%. Jika dihitung rataan bobot hati dari rataan bobot potong babi penelitian ini maka diperoleh bobot hati dengan persentase 1.43%. Hasil ini hampir sama dengan hasil penelitian Pond dan Maner (1974), dan hal ini menyatakan bahwa bobot hati masih dalam keadaan normal.

(41)

27

Hasil penelitian diperoleh rataan bobot empedu 67.01 + 19.54 g dengan R3 (77.65 + 23.40 g) sebagai perlakuan yang memiliki bobot empedu terberat, berturut diikuti oleh R2 (74.50 + 10.06 g), R1 (63.02 + 26.51 g), dan R0 (55.00 + 10.82 g). Hasil data rataan tersebut terlihat bahwa terjadi kenaikan bobot empedu untuk setiap kenaikan taraf Curcumin dalam ransum yang diberikan pada ternak babi penelitian, Jika dibandingkan dengan ransum R0 (55.00 g) maka R1. R2 dan R3 masing-masing mengalami peningkatan bobot empedu 14.58; 35.45; dan 41.18%,

Meekan (1940), menyatakan bahwa babi dengan bobot 71.4 kg memiliki bobot empedu 0.05% dari bobot badan. sedangkan babi dengan bobot badan 100 kg memiliki bobot empedu 0.04% dari bobot badan. Hasil perhitungan rataan bobot empedu dari bobot potong diperoleh hasil bahwa persentase empedu babi penelitian ini adalah 0.07%. Hal ini menunjukkan bahwa benar terjadi peningkatan bobot empedu dari keadaan normal.

Peningkatan bobot empedu untuk setiap kenaikan kandungan Curcumin dalam ransum sesuai dengan pendapat Steineger dan Hansel (1972), yang menyatakan bahwa rimpang temulawak mempunyai aktivitas kolagoga, yaitu meningkatkan produksi dan sekresi empedu yang bekerja kolekinetik dan koleretik. Hasil ini juga didukung oleh pendapat Ramprasad dan Sirsi (1956).

yang melakukan penelitian dengan menggunakan anjing sebagai hewan percobaan. pemberian 5 mg natrium Curcuminat per kg bobot badan secara intravena ternyata meningkatkan sekresi empedu sebesar 13 – 36% yang persisten selama 30 menit. Peningkatan dosis selama kelipatan dua menyebabkan peningkatan sekresi empedu sebesar 30 – 60% selama 40-80 menit. Meskipun demikian analisis ragam pada Lampiran 14 menunjukkan bahwa bobot empedu tidak dipengaruhi secara nyata oleh perlakuan taraf Curcumin dan bobot awal.

akan tetapi dipengaruhi oleh lama pemeliharaan.

Pengaruh Curcumin terhadap Karakteristik Lipida

Karakteristik lipida yang diamati pada penelitian ini adalah lipida dalam darah yang meliputi kolesterol, High Density Lipoprotein, Low Density Lipoprotein, dan trigliserida, sedangkan lipida yang lain adalah dari hati, lemak

(42)

28

tubuh dan daging dari Loin Eye Area yang hanya meliputi kolesterol. Rataan karakteristik lipida serum pada babi penelitian diperlihatkan pada Tabel 6.

Pengaruh taraf pemberian Curcumin dalam ransum terhadap karakteristik lipida serum babi tidak memberikan hasil yang nyata.

Tabel 6 Rataan karakteristik lipida serum babi penelitian Serum (ml/dl) Perlakuan

Kolesterol HDL LDL Trigliserida R0 141.29 + 30.54 38.96 + 7.64 79.80 + 19.53 128.48 + 14.51

R1 147.50 + 41.15 41.81 + 8.68 73.39 + 34.70 119.68 + 17.18 R2 116.09 + 17.58 37.26 + 3.16 57.72 + 6.82 119.67 + 6.65 R3 127.68 + 42.32 36.65 + 10.18 49.47 + 21.82 130.74 + 15.65 KK (%) 14.45 12.07 37.27 11.44 Keterangan : HDL = High Density Lipoprotein

LDL = Low Density Lipoprotein KK = Koefisien Keragaman

Hasil ini sesuai dengan pernyataan Raha et al (2000). yang menyatakan bahwa kunyit didalam diet tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap taraf kolesterol. trigliserida. dan fosfolipid dalam serum dan aorta pada marmut yang diberikan makanan dengan diet bebas kolesterol. Tetapi sebaliknya penambahan kunyit pada diet kolesterol tinggi meningkatkan taraf kolesterol.

trigliserida. dan fosfolipid didalam aorta. Studi histologi menunjukkan penyimpanan kolesterol yang lebih sedikit didalam aorta marmut dengan pola diet kolesterol tinggi yang diberi tambahan kunyit jika dibandingkan dengan marmut dengan pola diet kolesterol tinggi yang tidak diberi tambahan kunyit. Kunyit juga memiliki efek menurunkan tingkat trigliserida dalam serum marmut dengan diet kolesterol tinggi tetapi tidak menunjukkan pengaruh pada tingkat kolesterol dan fosfolipid dalam serum.

Karakteristik Lipida Serum

Hasil analisis laboratorium untuk karakteristik lipida dalam serum memiliki rataan seperti terlihat pada Tabel 6 Kandungan kolesterol dalam serum babi penelitian memiliki rataan umum 133.43 + 33.37 ml/dl. Perlakuan R2

(43)

29

(116.09 + 17.58 ml/dl) menghasilkan kadar kolesterol yang terendah. kemudian diikuti secara berurutan oleh babi dengan perlakuan R3 (127.68 + 42.32 ml/dl), R0 (141.29 + 30.54 ml/dl), dan R1 (147.50 + 41.15 ml/dl). Tischendorf et al (2002), menyatakan bahwa dalam serum darah babi terkandung kolesterol 2.16 mmol/L. Berdasarkan hasil tersebut. hasil penelitian ini menunjukkan kandungan kolesterol yang lebih rendah dalam serum darah.

Analisis ragam pada Lampiran 16 menunjukkan bahwa kandungan kolesterol serum darah tidak dipengaruhi oleh perlakuan taraf Curcumin dan bobot awal, akan tetapi dipengaruhi oleh lama pemeliharaan. Berdasarkan analisis regresi diperoleh hubungan fungsional antara lama pemeliharan/LP (hari) dengan kandungan kolesterol dalam serum darah/KS (ml/dl), dengan persamaan regresi KS = 746.55 – 3.52LP dan koefisien determinasi (R2 = 0.69). Persamaan regresi ini menunjukkan bahwa penambahan satu hari pemeliharaan ternak babi dengan ransum yang diberikan Curcumin akan menurunkan kandungan kolesterol dalam serum darah sebanyak 3.52 ml/dl.

Analisis regresi lainnya diperoleh hubungan fungsional antara efisiensi penggunaan ransum/EPR dengan kandungan kolesterol dalam serum darah.

dengan persamaan regresi sebagai berikut: KS= 449.96 – 64.60EPR dan koefisien determinasi (R2 = 0.50). Persamaan regresi ini menunjukkan bahwa semakin tidak efisien ternak dalam penggunaan ransum akan semakin menurunkan kandungan kolesterol dalam serum darah dengan menambah kandungan kolesterol serum darah sebanyak 64.6 ml/dl untuk setiap kenaikan satu unit efisiensi penggunaan ransum. Hal ini semakin membenarkan pernyataan sebelumnya bahwa lama pemeliharaan menurunkan kandungan kolesterol serum.

Analisis regresi yang lain menunjukkan adanya hubungan fungsional antara bobot hati dengan kandungan kolesterol dalam serum darah, dimana semakin besar bobot hati/BH (g) akan menurunkan kandungan kolesterol dalam serum darah/KS (ml/dl). Persamaan regresi yang diperoleh adalah KS = -40.95 + 0.210BH dan koefisien determinasi (R2 = 0.42). Persamaan regresi ini menunjukkan bahwa kenaikan satu g bobot hati akan meningkatkan 0.210 ml/dl kandungan kolesterol dalam serum darah.

Rataan umum high density lipoprotein (HDL) adalah 38.70 + 7.31 ml/dl

(44)

30

dengan kandungan tertinggi diperoleh pada babi dengan perlakuan R1 (41.81 + 8.68 ml/dl), kemudian berturut-turut diperoleh babi dengan perlakuan R0 (38.96 + 7.64 ml/dl), R2 (37.26 + 3.16 ml/dl), dan R3 (36.65 + 10.18 ml/dl).

Analisis ragam pada Lampiran 17 menunjukkan bahwa kandungan high density lipoprotein dalam serum darah tidak dipengaruhi oleh perlakuan taraf Curcumin dan bobot awal. akan tetapi dipengaruhi oleh lama pemeliharaan.

Berdasarkan analisis regresi diperoleh hubungan fungsional antara lama pemeliharaan/LP (hari) dengan kandungan high density lipoprotein dalam serum darah (HDL), dengan persamaan regresi HDL= 166.21 – 0.731LP dan koefisien determinasi (R2 = 0.62). Persamaan regresi ini menunjukkan bahwa kandungan high density lipoprotein dalam serum darah akan mengalami penurunan 0.731 ml/dl dengan penambahan waktu satu hari pemeliharaan dengan ransum yang mengandung Curcumin.

Oksidasi low density lipoprotein (LDL) memainkan peranan yang penting dalam perkembangan atherosclerosis. Hasil analisa laboratorium menunjukkan bahwa rataan umum kandungan low density lipoprotein dalam serum adalah 65.91 + 24.29 ml/dl dengan kandungan low density lipoprotein terendah pada perlakuan R3 (49.47 + 21.82 ml/dl), kemudian diikuti oleh R2 (57.72 + 6.82 ml/dl), R1 (73.29 + 34.70 ml/dl), dan R0 (79.80 + 19.53 ml/dl). Terlihat bahwa hasil tersebut menunjukkan adanya penurunan kadar low density lipoprotein dalam darah untuk setiap kenaikan kandungan Curcumin dalam ransum.

Penurunan kandungan low density lipoprotein dalam serum darah jika dibandingkan dengan babi yang menerima ransum R0 = 79.8 ml/dl maka R1, R2 dan R3 masing-masing mengalami penurunan kandungan low density lipoprotein serum darah 8.03; 27.67; dan 30.01%. Namun demikian analisis ragam pada Lampiran 18 menunjukkan bahwa kandungan kolesterol hati tidak dipengaruhi oleh perlakuan taraf Curcumin, bobot awal, dan lama pemeliharaan.

Kandungan trigliserida dalam darah ternak babi memiliki rataan umum 124.32 + 13.75 ml/dl dengan hasil dari yang paling rendah kandungan trigliseridanya adalah ternak babi dengan perlakuan R2, diikuti R1. R0 dan R3 yaitu masing-masing dengan kandungan trigiserida 119.67 + 6.65 ml/dl; 119.68 + 17.18 ml/dl; 128.48 + 14.51 ml/dl; dan 130.74 + 15.65 ml/dl. Analisis ragam pada

(45)

31

Lampiran 19 menunjukkan bahwa kandungan trigliserida dalam darah tidak dipengaruhi oleh perlakuan taraf Curcumin, bobot awal, dan lama pemeliharaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Tortosa et al (1999), yang mengevaluasi pengaruh ekstrak etanol-aqueous yang diperoleh dari akar kunyit terhadap kerentanan oksidasi low density lipoprotein dan plasma lipid dalam kelinci yang mengalami atherosclerosis. Taraf yang digunakan 1.66 mg/kg bobot badan (kelompok A) dan 3.2 mg/kg bobot badan (kelompok B). Dosis yang rendah menurunkan kerentanan low density lipoprotein terhadap peroksidasi lipid.

Kedua dosis memiliki taraf penurunan kolesterol plasma total daripada kelompok control. Lebih jauh lagi, dosis yang lebih rendah memiliki tingkat colesterol, phospholipid, dan trygliceride didalam low density lipoprotein yang lebih rendah daripada dosis 3.2 mg.

Kolesterol Hati. Lemak dan Daging

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan kandungan kolesterol hati adalah 2.27 + 0.19 mg% dengan urutan kandungan terendah pada perlakuan R1 (2.26 + 0.28 mg%) diikuti secara berurut oleh R3 (2.27 + 0.05 mg%), R0 (2.28 + 0.20 mg%), dan R2 (2.20 + 0.20 mg%) (Tabel 7). Tidak terbentuk pola pada hasil analisis kolesterol yang menunjukkan adanya kecenderungan penurunan untuk setiap kenaikan kandungan Curcumin. Hal ini menunjukkan bahwa dosis yang diberikan tidak memberikan pengaruh terhadap kolesterol hati atau dengan perkataan lain taraf Curcumin yang berbeda dari ransum menghasilkan kadar kolesterol yang hampir sama dalam hati.

Tabel 7 Rataan kandungan kolesterol hati, lemak dan daging babi penelitian Kadar Kolesterol (mg %)

Perlakuan

Hati Lemak Daging R0 2.28 + 0.20 3.05 + 0.15 1.39 + 0.12

R1 2.26 + 0.28 3.07 + 0.20 1.45 + 0.13 R2 2.29 + 0.20 2.99 + 0.26 1.37 + 0.09 R3 2.27 + 0.05 2.94 + 0.10 1.36 + 0.11 Koefisien Keragaman (%) 6.25 6.49 8.37

Gambar

Gambar 1 Daur transport lemak eksogen dan endogen (Brown dan Goldstein 1984  dalam Budaarsa 1997)
Gambar 3 Lokasi pengukuran tebal lemak punggung babi   (National livestock and meat board 1973)
Tabel  4 Rataan karakteristik karkas babi penelitian

Referensi

Dokumen terkait

24 http://www.myswfzone.com/ http://www.yayamyswfzone.com/ Belajar bahasa Inggris dengan game yang menarik.. 25

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini ialah simple random sampling yaitu memilih anggota sampel dari populasi terjangkau yang dilakukan secara acak tanpa

kewajiban dan pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah, serta tata cara penyelenggaraan kewenangan tersebut, termasuk pengelolaan dan pengawasan keuangannya. Tujuan

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan menulis karangan narasi siswa yang dikarenakan kesulitan untuk mencari ide, menuangkan sebuah ide ke dalam

a. Pada awal pembelajaran, guru mendorong peserta didik untuk menemukan dan mengekspresikan ketertarikan mereka terhadap subjek yang akan dipelajari. Guru mengatur peserta

Secara khusus, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pembelajaran matematika yang mulai tidak memperhatikan pentingnya proses dalam belajar,

Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Unit Gunung Soputan Denpasar adalah salah satu jenis bank yang bergerak dalam kegiatan simpan pinjam dengan 3 jenis produk,

South East Asian Conference on Mathematics and Its Applications or abbreviated SEACMA is a seminar which organized by the Department of Mathematics, Institut