• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahapan yang harus dilakukan pada studi kelayakan ini adalah melakukan analisis masalah dan meneliti aspek-aspek yang berhubungan dengan perancangan kelayakan industri tersebut yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknik dan teknologi, aspek manajemen operasi dan organisasi, aspek lingkungan dan legalitas, dan aspek finansial. Metode studi kelayakan ini terdiri dari pengumpulan data dan analisis data.

1. Pengumpulan Data

Data dan informasi dikumpulkan untuk keperluan analisis aspek-aspek yang berkaitan dengan proses perencanaan suatu analisis industri. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dan survei lapangan. Wawancara dilakukan dengan pihak terkait serta para pakar bidang teknik dan teknologi yang sesuai. Survei lapangan dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai berbagai aspek ketersediaan bahan baku dan pasar. Data sekunder diperoleh dari laporan, artikel, jurnal, data statistik dari instansi-instansi pemerintah, swasta, balai penelitian, dan sebagainya.

2. Analisis Data

Analisis yang dilakukan meliputi analisis pasar dan pemasaran, teknik dan teknologi, manajemen dan organisasi, lingkungan dan legalitas, dan finansial. Analisis data dilakukan dengan dua metode pendekatan, yaitu analisis secara kualitatif dan kuantitatif.

a. Analisis Pasar dan Pemasaran

Aspek-aspek yang dikaji pada analisis pasar dan pemasaran meliputi analisis potensi pasar dan strategi pemasaran untuk mencapai pangsa pasar tersebut. Semua aspek tersebut diukur dengan teknik yang sesuai dengan kebutuhan penelitian dan sumber data yang diperoleh.

Setelah diketahui potensi pasar yang dapat diraih, maka diperlukan strategi pemasaran, di antaranya dengan segmentasi (segmenting), penentuan target pasar (targetting), dan penentuan posisi di pasar (positioning), serta bauran pemasaran

17 (marketing mix). Langkah-langkah dalam analisis pasar dan pemasaran ini dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3. Alir proses analisis pasar dan pemasaran

b. Analisis Teknik dan Teknologi

Analisis teknik dan teknologi meliputi ketersediaan bahan baku, penentuan kapasitas produksi dan lokasi, pemilihan teknologi proses, mesin dan peralatan, neraca massa dan energi, dan perencanaan tata letak, kebutuhan luas ruang produksi, dan site plant dari pabrik tersebut. Alir proses analisis aspek teknik dan teknologi dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Selesai

Penentuan strategi bauran pemasaran Penentuan strategi pembentukan dan

pengembangan pasar Analisis potensi pasar sirup glukosa

Data cukup? Pencarian data Mulai Tidak Ya

18 Gambar 3.4. Alir proses analisis aspek teknik dan teknologi

Ketersediaan bahan baku dianalisis dengan melihat data produksi tapioka, penggunaan tapioka, dan ekspor tapioka. Jika kebutuhan bahan baku tidak terpenuhi, maka dilakukan pencarian terhadap bahan baku lain yang bisa digunakan.

Penentuan kapasitas produksi dilakukan dengan memperhatikan ketersediaan bahan baku, pasar, dan kemampuan investasi. Ketiga komponen tersebut dianalisis sehingga didapatkan kapasitas produksi industri sirup glukosa ini.

Pemilihan jenis teknologi dan proses produksi didasarkan pada kemudahan proses produksi dan perkiraan biaya produksi. Pemilihan mesin dan peralatan ditentukan berdasarkan teknologi dan proses produksi yang dipilih. Neraca massa disusun untuk melihat laju alir, jumlah input, dan jumlah output masing-masing

Selesai

Penyusunan tata letak pabrik

Penyusunan diagram keterkaitan antaraktivitas, kebutuhan luas ruang produksi, jumlah mesin, dan jumlah operator

Penyusunan neraca massa dan energi Pemilihan teknologi proses, mesin,

dan peralatan Penentuan kapasitas produksi

Penentuan lokasi pabrik Bahan baku

cukup?

Pencarian data bahan baku Mulai

Tidak

Ya

Penentuan alternatif bahan baku

19 komponen bahan pada setiap proses. Neraca energi disusun untuk melihat kesetimbangan energi di setiap proses dan keseluruhan proses serta menghitung jumlah energi yang dibutuhkan pada setiap proses dan keseluruhan proses.

Penentuan tata letak pabrik dilakukan dengan menganalisis keterkaitan antaraktivitas, kemudian menentukan kebutuhan luas ruang dan alokasi area. Untuk menganalisis keterkaitan antaraktivitas, perlu ditentukan derajat hubungan aktivitas. Derajat hubungan aktivitas dapat diberi tanda sandi sebagai berikut. • A (absolutely necessary) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus

saling berdekatan dan bersebelahan.

• E (especially important) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus bersebelahan.

• I (important) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan cukup berdekatan. • O (ordinary) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan tidak harus saling

berdekatan.

• U (unimportant) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan bebas dan tidak saling mengikat.

• X (undesirable) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus saling berjauhan atau tidak boleh saling berdekatan.

Sandi derajat hubungan aktivitas diletakkan pada bagian dalam kotak bagan keterkaitan antaraktivitas. Alasan-alasan yang mendukung kedekatan hubungan meliputi keterkaitan produksi, keterkaitan pekerja, dan aliran informasi. Alasan keterkaitan produksi meliputi urutan aliran kerja, penggunaan peralatan, catatan dan ruang yang sama, kebisingan, kotor, debu, getaran, serta kemudahan pemindahan barang. Alasan keterkaitan pekerja meliputi penggunaan karyawan yang sama, pentingnya berhubungan, jalur perjalanan, kemudahan pengawasan, pelaksanaan pekerjaan serupa, perpindahan pekerja, dan gangguan pekerja. Alasan informasi meliputi penggunaan catatan yang sama, hubungan kertas kerja, dan penggunaan alat komunikasi yang sama (Apple, 1990). Pada bagan keterkaitan antaraktivitas, alasan-alasan pendukung ini disesuaikan penempatannya dalam kotak agar tidak tumpang tindih dengan kode derajat hubungan antaraktivitas.

Tahapan proses dalam merencanakan bagan keterkaitan antaraktivitas adalah sebagai berikut.

20 1. Mengidentifikasi semua kegiatan penting dan kegiatan tambahan.

2. Membagi kegiatan tersebut ke dalam kelompok kegiatan produksi dan pelayanan.

3. Mengelompokkan data aliran bahan atau barang, informasi, pekerja, dan lainnya.

4. Menentukan faktor atau subfaktor mana yang menunjukkan keterkaitan (produksi, pekerja, dan aliran informasi).

5. Mempersiapkan bagan keterkaitan antaraktivitas.

6. Memasukkan kegiatan yang sedang dianalisis ke sebelah kiri bagan keterkaitan antaraktivitas. Urutannya tidak mengikat, namun dapat juga diurutkan menurut logika ketergantungan kegiatan.

7. Memasukkan derajat hubungan antaraktivitas di dalam kotak yang tersedia. Bagan keterkaitan antaraktivitas yang telah dibuat kemudian diolah lebih lanjut menjadi diagram keterkaitan antaraktivitas. Berikut ini tahapan proses pembuatan diagram keterkaitan antaraktivitas.

1. Mendaftar semua kegiatan pada template kegiatan diagram keterkaitan antaraktivitas.

2. Memasukkan nomor kegiatan dari bagan keterkaitan antaraktivitas pada sisi pojok dan tengah setiap template t kegiatan diagram keterkaitan antaraktivitas untuk menunjukkan derajat kedekatan antaraktivitas.

3. Melanjutkan prosedur untuk setiap template yang tersedia sampai keseluruhan kegiatan tercatat.

4. Menyusun model dalam sebuah diagram keterkaitan aktivitas, memasangkan yang A terlebih dahulu, kemudian E, dan seterusnya.

5. Menggambarkan pola aliran sementara.

Kebutuhan luas ruang produksi tergantung pada jumlah mesin dan peralatan, tenaga kerja atau operator yang menangani fasilitas produksi, serta jumlah dan jenis sarana yang mendukung kegiatan produksi.

Menurut Machfud dan Agung (1990), berdasarkan tingkat produksi yang telah ditentukan pada pemilihan teknologi proses, maka dapat ditentukan berapa jumlah mesin yang dibutuhkan pada setiap tahapan proses produksi. Untuk menghitung kebutuhan jumlah mesin tersebut, efisiensi operasi mesin dan waktu

21 baku produksi untuk setiap operasi perlu diketahui. Jumlah mesin yang dibutuhkan (Mj) dapat dihitung dengan formula berikut.

Pij = tingkat produksi yang diinginkan untuk produk jenis ke-i pada

mesin tipe j, diukur dalam satuan keluaran per periode produksi. Tij = waktu produksi untuk produk jenis ke-i pada mesin tipe j diukur

dalam jam per unit.

Cij = jumlah jam dalam periode produksi yang tersedia untuk

memproduksi produk ke-i pada mesin tipe j.

Mj = jumlah mesin tipe j yang dibutuhkan per periode produksi.

n = jumlah jenis produk.

Kebutuhan luas ruang produksi tergantung pada jumlah mesin dan peralatan, tenaga kerja atau operator yang menangani fasilitas produksi, serta jumlah dan jenis sarana yang mendukung kegiatan produksi. Metode yang digunakan dalam menentukan kebutuhan luas ruang produksi adalah metode pusat produksi. Pusat produksi terdiri dari mesin dan semua perlengkapan untuk mendukung proses produksi serta luasan untuk melaksanakan operasi.

c. Analisis Manajemen dan Organisasi

Kajian terhadap manajemen dan organisasi meliputi pemilihan bentuk perusahaan dan struktur organisasi yang sesuai, kebutuhan tenaga kerja, dan deskripsi dan spesifikasi kerja. Alir analisis manajemen dan organisasi ini dapat dilihat pada Gambar 3.5.

22 Gambar 3.5. Alir analisis aspek manajemen dan organisasi

d. Analisis Lingkungan dan Legalitas

Analisis lingkungan meliputi sejauh mana keadaan lingkungan dapat menunjang perwujudan pendirian industri, terutama sumber daya yang diperlukan, seperti air, energi, manusia, dan ancaman alam sekitar, serta analisis mengenai dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh pendirian industri ini. Analisis legalitas meliputi mekanisme perizinan dan peraturan-peraturan yang berlaku.

e. Analisis Finansial

Kriteria-kriteria yang digunakan dalam analisis finansial meliputi net present value, internal rate of return, net benefit cost ratio, break even point, payback period, dan analisis sensitivitas. Kriteria-kriteria ini digunakan untuk melihat kelayakan industri secara finansial.

1. Net Present Value (NPV)

Net present value (NPV) adalah metode untuk menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dan nilai sekarang penerimaan kas bersih (operasional maupun terminal cash flow) di masa yang akan datang pada tingkat bunga tertentu

Selesai

Menentukan struktur organisasi, deskripsi dan spesifikasi kerja, dan kebutuhan tenaga kerja

Menentukan bentuk usaha yang dipilih Mempertimbangkan :

• Data perkiraan investasi yang diperlukan dari penggunaan mesin dan bahan baku

• Data kapasitas produksi

• Teknologi proses yang digunakan Menentukan tujuan perusahaan

23 (Husnan dan Muhammad, 2000 dan Hernanto, 1991). Menurut Gray et al. (1993), formula yang digunakan untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut.

dengan Bt = keuntungan pada tahun ke-t Ct = biaya pada tahun ke-t i = tingkat suku bunga (%)

t = periode investasi (t = 0,1,2,3,…,n) n = umur ekonomis proyek

Proyek dianggap layak dan dapat dijalankan apabila NPV > 0. Jika NPV < 0, maka proyek tidak layak dan tidak perlu dijalankan. Jika NPV sama dengan nol, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar opportunity cost faktor produksi modal.

2. Internal Rate of Return (IRR)

Internal rate of return (IRR) adalah tingkat suku bunga pada saat NPV sama dengan nol dan dinyatakan dalam persen (Gray et al., 1993). Menurut Sutojo (2002), IRR merupakan tingkat bunga yang bilamana dipergunakan untuk mendiskonto seluruh kas masuk pada tahun-tahun operasi proyek akan menghasilkan jumlah kas yang sama dengan investasi proyek. Tujuan penghitungan IRR adalah mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya. Menurut Kadariah et al. (1999), rumus IRR adalah sebagai berikut.

dengan NPV(+) = NPV bernilai positif

NPV(-) = NPV bernilai negatif

i(+) = suku bunga yang membuat NPV positif

24 Proyek layak dijalankan bila niai IRR lebih besar atau sama dengan dari nilai suku bunga yang berlaku.

3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net benefit cost ratio (Net B/C) merupakan angka perbandingan antara jumlah present value yang bernilai positif dan present value yang bernilai negatif (modal investasi). Perhitungan net B/C dilakukan untuk melihat berapa kali lipat manfaat yang diperoleh dari biaya yang dikeluarkan (Gray et al., 1993). Formulasi perhitungan net B/C adalah sebagai berikut.

!"#$" %&' " ( ")% !"#$" %&' " ( ")%

Jika net B/C bernilai lebih dari satu, berarti NPV > 0 dan proyek layak dijalankan, sedangkan jika net B/C kurang dari satu, maka proyek sebaiknya tidak dijalankan (Kadariah et al., 1999).

4. Break Even Point (BEP), dan Payback Period (PBP)

Break even point atau titik impas merupakan titik di mana total biaya produksi sama dengan pendapatan. Titik impas menunjukkan bahwa tingkat produksi sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Menurut Kotler (1993), hubungan antara biaya tetap dan biaya variabel dapat disajikan pada rumus berikut.

* +,++,+ .+/ +0 1+- 2 +1 - 3 / 4++3

Payback period merupakan kriteria tambahan dalam analisis kelayakan untuk melihat periode waktu yang diperlukan dalam melunasi seluruh pengeluaran

, untuk Bt-Ct > 0 , untuk Bt-Ct < 0

25 investasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai PBP adalah sebagai berikut.

3 4

dengan n = periode investasi pada saat nilai kumulatif Bt - Ct negatif

yang terakhir (tahun)

m = nilai kumulatif Bt - Ct negatif yang terakhir (Rp)

Bn = benefit bruto pada tahun ke-n (Rp)

Cn = biaya bruto pada tahun ke-n (Rp)

5. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengkaji sejauh mana perubahan parameter aspek finansial berpengaruh terhadap keputusan yang dipilih. Apabila nilai unsur tertentu berubah dengan variasi yang relatif besar tetapi tidak berakibat terhadap investasi, maka dapat dikatakan bahwa keputusan untuk berinvestasi pada suatu proyek tidak sensitif terhadap unsur yang dimaksud. Sebaliknya bila terjadi perubahan yang kecil saja mengakibatkan perubahan keputusan investasi, maka dinamakan keputusan untuk berinvestasi tersebut sensitif terhadap unsur yang dimaksud. Analisis sensitivitas terhadap unsur-unsur yang terdapat di dalam aliran kas meliputi perubahan harga bahan baku, biaya produksi, berkurangnya pangsa pasar, turunnya harga jual produk per unit, ataupun tingkat bunga pinjaman (Soeharto, 2000).

Analisis proyek biasanya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi di masa mendatang. Suatu proyek dapat berubah-ubah sebagai akibat empat permasalahan utama yaitu perubahan harga jual produk, keterlambatan pelaksanaan proyek, kenaikan biaya, dan perubahan volume produksi (Gittinger, 1986).

IV. SEKILAS TENTANG PESANTREN RAUDLATUL ULUM

DAN KABUPATEN PATI

A. Pesantren Raudlatul Ulum

Pesantren Raudlatul Ulum yang berlokasi di Desa Guyangan, Kecamatan Trangkil, Kabupaten Pati, Jawa Tengah didirikan oleh Al Maghfurulah K. H. Suyuthi Abdul Qodir pada awal tahun 1950. Sejak awal berdirinya, pesantren ini terus menerus mengalami dinamika perkembangan dari hanya memiliki belasan santri hingga memiliki + 3.200 santri pada tahun ajaran 2008/2009 dan dari hanya memiliki sarana prasarana pendidikan yang amat sederhana hingga prasarana yang cukup representatif.

Pesantren Raudlatul Ulum mengelola beberapa unit pendidikan dengan berbagai jenjang. Unit-unit pendiikan di lingkungan Pesantren Raudlatul Ulum antara lain adalah sebagai berikut.

1. TK/RA (Raudlatul Athfal) Raudlatul Ulum. 2. Madrasah Ibtidaiyah ( MI) Raudlatul Ulum.

3. Madrasah Diniyah Raudlatul Ulum, yang terdiri dari: • Madrasah Diniyah Tsanawiyah (MDTs) dan • Madrasah Diniyah Persiapan Aliyah (MDPA)

4. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Raudlatul Ulum, dengan status terakreditasi “A” Departemen Agama dan mu’adalah (disamakan) dengan Al Azhar Cairo Mesir.

5. Madrasah Aliyah (MA) Raudlatul Ulum, dengan status dengan status

terakreditasi “A” Departemen Agama dan mu’adalah (disamakan) dengan Al Azhar Cairo Mesir.

Selain mengelola unit-unit pendidikan, Pesantren Raudlatul Ulum juga mengelola unit-unit perekonomian untuk menunjang pengelolaan pendidikan di Pesantren Raudlatul Ulum. Unit-unit usaha yang sudah dimiliki oleh Pesantren Raudlatul Ulum adalah koperasi pesantren Raudlatul Ulum, pertokoan, unit simpan pinjam, jasa telekomunikasi, jasa internet, budidaya perikanan (tambak), konveksi dan bordir, dan rumah sakit.

27

Dokumen terkait