• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan waktu

Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian dilakukan di tiga lokasi yang dipilih secara purposive dengan pertimbangan mewakili tiga lingkungan pembelajaran yang berbeda yaitu di SDN Sukadamai 3 Kabupaten Bogor, SD Amaliah Ciawi, dan SD Citra Alam Ciganjur. Untuk selanjutnya, SDN Sukadamai 3 disebut sebagai kelompok 1, SD Amaliah sebagai kelompok 2, dan SD Citra Alam sebagai kelompok 3. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2008.

Penarikan Contoh

Contoh adalah keluarga inti lengkap yang memiliki anak kelas IV dan V sekolah dasar dengan asumsi contoh mendapatkan pengasuhan dari orang tua secara utuh. Untuk mewakili setiap lingkungan pembelajaran, dipilih masing-masing secara purposive 30 siswa dari ketiga lokasi.

Adapun yang menjadi dasar pertimbangan pemilihan siswa kelas IV dan V sebagai contoh adalah pada kelas IV dan V anak berada pada tahap kemampuan komunikasi, penggunaan bahasa dan pengembangan pemikiran logis, sedangkan pada tahap sebelumnya, yakni kelas I, II dan III anak berada pada tahap pengembangan membaca, menulis dan kemampuan matematik (Manrique 1994). Proses kognitif ini membantu perkembangan daya fikir abstrak, logis dan verbal. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan pada tahap kedua yakni ketika berada di kelas IV dan V, siswa telah menguasai tugas perkembangan di tahap pertama sekolah dasar sehingga memudahkan pelaksanaan penelitian.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi: (1) Karakteristik individu (umur dan jenis kelamin); (2) Karakteristik keluarga (tingkat pendidikan orang tua, jenis pekerjaan orang tua, tingkat pendapatan keluarga, dan besar keluarga); (3) Pola asuh belajar (gaya pengasuhan dan fasilitas belajar); (4) Motivasi belajar; (5) Potensi akademik (visual processing, auditory processing, verbal processing, kinesthetic processing, dan thinking logically). Untuk mengukur potensi akademik digunakan modifikasi instrument Rilley Inventory of Basic Learning Skills (RIBLS) (Rilley 1992 diacu dalam Latifah & Dina 2002). Data sekunder meliputi prestasi akademik siswa dan keadaan umum lingkungan pembelajaran yang diperoleh melalui data sekolah. Jenis dan cara pengumpulan data disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data

Variabel Alat Bantu Skala

-Umur Rasio

Karakteristik Individu

-Jenis kelamin Kuesioner Nominal

-Besar keluarga Rasio

-Pendidikan orang tua Ordinal

-Pekerjaan orang tua Nominal

Karakteristik keluarga

-Pendapatan Keluarga

Kuesioner

Interval

-Cara permisif Ordinal

-Cara Otoriter Ordinal

Gaya pengasuhan

-Cara Demokratis

Kuesioner

Ordinal

Fasilitas Belajar Kuesioner Ordinal

Motivasi Belajar Kuesioner Ordinal

Potensi Akademik Instrument RIBLS Ordinal

Prestasi Akademik Rapor Siswa Interval

Jumlah Siswa Data Sekolah Rasio

Keadaan Umum

Lingkungan Pembelajaran Data Sekolah

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan Microsoft Excel dan program komputer Statistical Package for Sosial Science (SPSS) versi 10,0. Data tersebut dianalisis secara deskriptif dan inferensial. Tingkat pendidikan orang tua digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, dan Perguruan Tinggi. Jenis pekerjaan orang tua meliputi wiraswasta, karyawan swasta, pegawai negeri, ABRI/Polisi, dan ibu rumah tangga. Tingkat pendapatan keluarga diukur berdasarkan pendapatan utama dan tambahan ayah dan ibu contoh per bulan. Besar keluarga dikategorikan menjadi tiga, yaitu kecil (< 4 orang), sedang (5-7 orang) dan besar (> 8 orang) (Hurlock 1993a).

Prestasi akademik dilihat dari rata-rata nilai rapor dari mata pelajaran yang sama-sama dimiliki oleh ketiga sekolah pada semester satu tahun ajaran 2007/2008, yakni Agama, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, dan Penjaskes. Prestasi akademik dikategorikan berdasarkan standar Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) pada kriteria in take yaitu rendah (50-64), sedang (65-80), dan tinggi (81-100). Berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 20 Tahun 2007, KKM merupakan batas minimal ketercapaian standar kompentensi dari aspek penilaian mata pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik.

Motivasi belajar dan pola asuh belajar diukur melalui penjumlahan skor, standarisasi dengan skala 0-100 dan dikategorikan berdasarkan rumus interval kelas. Pengkategorian menggunakan rumus berikut (Slamet 1993).

Interval Kelas (i) = Skor maksimum (NT) – Skor minimum (NR)

Jumlah kategori

Kategori :

Kurang = NR sampai (NR+i)

Sedang = (NR + i) sampai [(NR+i)+i] Baik = [(NR+i)+i] sampai NT

Berdasarkan rumus tersebut didapat kategori kurang (0-33), sedang (34-67), baik (68-100). Penilaian tingkat kecerdasan kognitif dilakukan berdasarkan standar RIBLS yang digolongkan dalam lima kategori, yaitu jauh dibawah rata-rata (<7), di bawah rata-rata (7,1-9,0), rata-rata (9,1-11,0), di atas rata-rata (11,1-13,0) dan jauh di atas rata-rata (>13,0) (Rilley 1992 diacu dalam Latifah & Dina 2002). Untuk mengidentifikasi dan mengetahui ada tidaknya perbedaan karakteristik individu, karakteristik keluarga, pola asuh belajar, motivasi belajar, potensi akademik, dan prestasi akademik pada lingkungan pembelajaran digunakan analisis deskriptif dan uji Kruskal Wallis, jika hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan adanya perbedaan yang nyata, maka akan digunakan uji lanjut Duncan untuk mengetahui letak perbedaan tersebut.

Untuk menganalisis hubungan antar variabel yang berskala ordinal digunakan uji korelasi Spearman, sedangkan untuk variabel yang berskala nominal digunakan uji Chi-Square. Untuk menganalisis pengaruh pola asuh belajar, lingkungan pembelajaran, motivasi belajar, dan potensi akademik terhadap prestasi akademik digunakan analisis regresi linear berganda.

Model umum analisis regresi linear berganda:

Keterangan :

Y = Prestasi akademik (variabel dependen) a = Konstanta

b1-b5 = Koefisien regresi

X1 = Motivasi belajar (variabel independen) X2 = Gaya pengasuhan (variabel independen) X3 = Fasilitas belajar (variabel independen)

X4 = Lingkungan pembelajaran (variabel independen) X5 = Potensi akademik (variabel independen)

Definisi Operasional

Anak Usia Sekolah adalah anak berusia 6-12 tahun (berdasarkan teori Papalia dan Old). Contoh dalam penelitian berada pada kelas IV dan V Sekolah Dasar (usia 9,0-11,9 tahun).

Keluarga adalah unit terkecil dalam sosial masyarakat yang terikat oleh hubungan perkawinan serta hubungan darah atau adopsi, terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang tinggal dalam satu atap.

Tingkat Pendidikan Orang Tua adalah pendidikan formal terakhir yang pernah diikuti ayah atau ibu contoh, yang ditandai dengan surat tanda tamat belajar/ijazah, tanpa memperhitungkan lama tinggal kelas. Pendidikan orangvtua dikategorikan menjadi Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, dan Perguruan Tinggi.

Tingkat Pendapatan Keluarga adalah penghasilan per bulan yang diperoleh dari pendapatan utama dan tambahan orangvtua.

Besar Keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang terdiri dari keluarga kecil (<4 orang), sedang (5-7 orang) dan besar (>8 orang) (Hurlock 1993a).

Pola Asuh Belajar adalah interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan dalam mendidik anak. pengasuhan dalam mendidik anak diukur berdasarkan gaya pengasuhan (permisif, otoriter, dan demokratis) dan penyediaan fasilitas belajar.

Gaya Pengasuhan Otoriter adalah cara orang tua dalam menerapkan disiplin pada anak dengan menentukan aturan dan batasan-batasan yang mutlak dan harus ditaati oleh anak, sehingga pendapat anak tidak di dengar oleh orang tua. Penerapan cara otoriter pada anak usia sekolah akan menyebabkan daya inisiatif dan kepercayaan diri anak melemah (Gunarsa & Gunarsa 2006).

Gaya Pengasuhan Permisif adalah cara orang tua dalam menerapkan disiplin dengan membiarkan anak mengatur dan menentukan sendiri apa yang anak anggap baik, sedangkan pada usia sekolah anak masih sangat membutuhkan bimbingan orang tua. Cara permisif akan membuat perkembangan kepribadian anak menjadi tidak terarah dan menumbuhkan sikap egosentrisme, sehingga menimbulkan kesulitan saat anak menghadapi peraturan dalam lingkungan sosial (Gunarsa dan Gunarsa 2006; Latifah 2008).

Gaya Pengasuhan Demokratis adalah cara orang tua dalam menerapkan disiplin pada anak dengan memperhatikan dan menghargai kebebasan anak, namun dengan kebebasan yang tidak mutlak dan bimbingan yang penuh pengertian antara orang tua dengan anak. Melalui cara otoriter akan tumbuh rasa tanggung jawab yang selanjutnya mengembangkan kepercayaan diri, sehingga anak akan memperoleh kepuasan sesuai dengan norma yang berlaku (Gunarsa & Gunarsa 2006).

Lingkungan Pembelajaran adalah kondisi pembelajaran di sekolah yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar, seperti keadaan gedung sekolah, fasilitas sekolah, peraturan sekolah, guru, dan cara penyajian materi pelajaran di sekolah.

Motivasi Belajar adalah daya penggerak dalam diri anak untuk mencapai taraf prestasi akademik, sesuai dengan yang anak tetapkan (Suciaty dan Irawan 2001). Potensi Akademik adalah kemampuan inteligensi berdasarkan tingkat kecerdasan

kognitif yang dinilai dari kemampuan visual processing (mengingat berdasarkan penglihatan), auditory processing (mengurutkan berdasarkan pendengaran), verbal processing (kosa kata), kinesthetic processing (kinestetik), dan thinking logically (kemampuan berpikir logis) (Rilley 1992 diacu dalam Latifah & Dina 2002).

Prestasi Akademik adalah gambaran mengenai penguasaan anak terhadap materi pelajaran di sekolah. Prestasi akademik diukur melalui rata-rata nilai rapor dari mata pelajaran Agama, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, dan Penjaskes.

Dokumen terkait