Skema 2: Kerjasama Teoritisi dan Praktisi Dalam Upaya Pembinaan Hukum Dalam Upaya Pembinaan Hukum
G. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, tehnik kajian yang dilakukan adalah menggunakan metode pengumpulan data dan metode analisis data. Pengumpulan data dimaksudkan untuk memberikan deskripsi yang padat dan jelas dari sumber-sumber baik primer maupun sekunder yang terkait erat dan relevan dengan objek kajian. Dengan deskripsi yang padat terhadap suatu pokok kajian, maka langkah selanjutnya, yaitu analisis data dapat dilakukan dengan baik. Analisis data dalam disertasi ini sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya akan menggunakan teori-teori terkait sebagai pisau analisis. Sebab tanpa deskripsi yang padat terhadap pokok permasalahan yang dikaji, maka akan sulitlah untuk menghasilkan analisa yang tajam dan mendalam. Di samping itu, disertasi ini juga akan memberikan deskripsi yang jelas tentang definisi operasional untuk mengarahkan kajian ini agar lebih fokus, terarah dan tajam sesuai dengan judul penelitian ini. Dengan demikian, kajian disertasi ini akan menghasilkan analisis yang tajam dan mendalam berdasarkan fokus yang tepat yang didasarkan juga pada data yang akurat.
Penelitian120 bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis,
metodologis, dan konsisten. Penelitian hukum menurut Morris L.Cohen121
Legal research, in a nutshellIs the process of finding the law that governs activities in human society. It involves locating both the rules are enforced
by the state and commentaries which explain or analyse these rules.
yaitu:
(Terjemahan: penelitian hukum, sebagai proses penemuan hukum dalam kehidupan masyarakat. Hal ini meliputi peraturan yang diterapkan negara dan penjelasan yang menjelaskan atau menganalisis undang-undang). Dalam hal ini Cohen hanya memandang penelitian hukum sebagai proses penemuan hukum dalam arti undang-undang yang diterapkan negara. Sedangkan Soerjono Soekanto122
Metode merupakan suatu bagian dari penelitian untuk menyelidiki permasalahan tertentu dengan menggunakan langkah-langkah yang terarah dan sistematis. Menurut Peter R.Senn
mengemukakan penelitian hukum adalah suatu penelitian ilmiah yang mempelajari suatu gejala hukum tertentu dengan menganalisisnya atau melakukan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan yang timbul dari gejala yang bersangkutan.
123
120 Kata “penelitian” sebenarnya merupakan terjemahan dari istilah research, yang di Negeri Belanda baru digunakan secara umum sekitar tahun 1930-an. Semula pengertian research
hanya digunakan untuk penelitian di bidang teknik dan ilmu alam. Kemudian, istilah research juga mulai digunakan dalam Ilmu Ekonomi, Ilmu-ilmu sosial, dan yang terakhir dalam Ilmu Hukum serta ilmu politik. Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad ke-20, Alumni, Bandung, 1994, hal. 96.
, metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu dengan menggunakan langkah-langkah yang sistematis.
121 Morris L.Cohen, Legal Research, West Publishing Co., St.Paul, 1992, hal. 1.
122 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Rajawali Press, Jakarta, 2003, hal. 38.
123 Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Hukum, Mandar Maju, Bandung, 2008, hal. 3.
Sedangkan menurut Van Peursen124
1. Spesifikasi Penelitian
, metode mengandung pengertian bahwa suatu penyelidikan berlangsung menurut suatu rencana tertentu.
a. Sifat Penelitian
Sifat penelitian dalam penelitian ini bersifat eksploratif, deskriptis dan preskriptif. Penelitian yang bersifat eksploratif dimaksudkan untuk menggali pemikiran, norma-norma hukum konkret yang ada dalam putusan peradilan, untuk mencari asas-asas dalam kontrak baku. Dalam penelitian yang bersifat deskriptif bertujuan mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum yang menjadi objek penelitian. Penelitian yang bersifat preskriptif diperlukan untuk merencanakan perubahan norma hukum in concreto
menjadi hukum in abstracto, merencanakan perubahan dari peraturan yang terkait.
b. Metode Pendekatan
Penelitian dalam disertasi ini secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam ranah pendekatan metode pendekatan yuridis normatif . Pendekatan yuridis normatif mencakup penelitian terhadap asas-asas hukum dan sinkronisnya dalam hukum perjanjian, dan dalam peraturan perundang-undangan terkait (Undang-undang Perumahan dan Undang-undang Perlindungan Konsumen). Asas-asas hukum dicari melalui analisis abstraksi dari aturan perlindungan konsumen dan undang-undang perumahan dan diderivasikan ke dalam perjanjian-perjanjian perumahan. Selain hal tersebut di atas, juga dilakukan pendekatan
yuridis empiris. Pendekatan tersebut dimaksudkan untuk penerapan norma terhadap peristiwa hukum (rechtsfeit). Pemilihan metode dengan pendekatan tersebut adalah untuk mengetahui lebih dalam tentang perjanjian baku dalam tataran normatif, dan dalam kenyataan-kenyataan sosiologis yang berkembang dalam praktik baik di lingkungan pelaku usaha, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) maupun putusan-putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK).125 Sebagai perbandingan terhadap putusan BPSK, juga diteliti
putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) yang terkait dengan sengketa konsumen dalam kaitannya dengan perjanjian baku. 126 Dalam hal ini
terdapat dua aspek penelitian, yaitu aspek normatif dan aspek sosiologis yakni terhadap aspek yang disebut terakhir ini digunakannya metode dan teori-teori ilmu-ilmu sosial tentang hukum untuk membantu peneliti dalam melakukan analisis, yang berujung (bermuara) pada hukum.127
125
Sunaryati Hartono, Op.Cit., hal.140-141. Studi sosiolegal atau sosiologis empiris adalah suatu pendekatan alternatif yang menguji studi doktrinal terhadap hukum. Kata socio dalam
sosiolegal studies merepresentasikan keterkaitan antara konteks di mana hukum berada. Terdapat tiga bidang disiplin ilmu yang sering disamakan saja, karena kesalahpahaman, yaitu studi sosiolegal, sosiologi hukum, dan sociological jurisprudence. Studi sosiolegal berbeda dengan sosiologi hukum yang benih intelektualnya terutama berasal dari sosiologi arus utama, dan bertujuan untuk dapat mengkonstruksikan pemahaman teoretik dari sistem hukum. Banakar dan Reza menjelaskan bahwa di Inggris, studi sosiolegal berkembang terutama dari kebutuhan sekolah-sekolah hukum untuk memunculkan studi interdisipliner terhadap hukum. Meskipun terdapat perbedaan karakteristik antara sosiologi hukum, sociological jurisprudence, antropologi hukum, maupun studi sosiolegal, namun terdapat benang merah persamaan yaitu menempatkan studi-studi hukum alternative. Persamaan tersebut menempatkan posisi hukum dalam konteks kemasyarakatan yang luas, dengan berbagai implikasi metodologisnya. Sulistyowati Irianto, Shidarta (ed.), Metode Penelitian Hukum: Konstelasi dan Refeleksi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal.175-177.
126 Metode campuran harus digunakan dalam penelitian ini karena hukum perlindungan konsumen dan perjanjian baku tidak lagi menampilkan fenomena tunggal yang bersifat normatif saja, akan tetapi menampilkan fenomena sosiologis dan cultural yang meliputi fenomena politik, ekonomi, dan bahkan fenomena budaya dalam arti luas. Lebih lanjut lihat Abbas Tashakkori, Charles Teddlie, Hand Book Of Mixed Methods In Social & Behavioral Research, (Terjemahan Daryatno), Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, hal. 54.
127 Mukti Fajar Nur Dewata, Yulianto Ahmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, hal. 47. Lihat juga bahan dan materi kuliah yang
2. Sumber Data
Data dalam penelitian ini ada dua macam yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya baik melalui wawancara, maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang kemudian diolah peneliti128
Data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan. Studi kepustakaan
(library research) bertujuan untuk mendapatkan konsep-konsep, teori-teori dan
informasi-informasi serta pemikiran konseptual dari peneliti pandahulu baik berupa peraturan perundang-undangan dan karya ilmiah lainnya. Data sekunder penelitian yang digunakan terdiri dari :
. Sumber data primer (primer sources) yang digunakan di sini meliputi peraturan dokumen-dokumen, Perjanjian-perjanjian perumahan, putusan-putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen, dan wawancara mendalam (deept interview) dengan pelaku usaha, Persatuan Perusahaan Real Estate (REI), Konsumen Perumahan, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).
129
1) Bahan hukum primer yakni bahan hukum yang terdiri dari aturan hukum yang terdapat pada berbagai perangkat hukum atau peraturan perundang-undangan. Terdiri dari Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), KUH Perdata dan peraturan perundang-undangan yang terkait lainnya.
disampaikan oleh Soetandyo Wignjosoebroto, Lily Rasyidi dan Tan Kamello selama kurun waktu perkuliahan pada Semester Genap Tahun Ajaran 2010-2011 pada Program Doktor Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.
128 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 106. 129 Jhonny Ibrahim,Op.Cit, hal.192.
2) Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari buku teks, jurnal-jurnal, pendapat sarjana, dan hasil-hasil penelitian.
3) Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus hukum, kamus besar bahasa Indonesia.
3. Alat Penelitian
Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumen, kuesioner, dan wawancara. Studi dokumen dilakukan terhadap bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier serta perjanjian baku terhadap kepemilikan rumah dan putusan pengadilan maupun BPSK serta dokumen lainnya yang berkaitan dengan obyek penelitian.
Kuesioner disusun dalam bentuk kombinasi yang bersifat tertutup dan terbuka, yang ditujukan kepada responden penelitian. Caranya daftar kuesioner dikirimkan terlebih dahulu kepada responden dengan tujuan agar pertanyaan-pertanyaan dapat dijawab dengan benar. Wawancara dilakukan terhadap responden dan informan. Untuk mempermudah mendapatkan data yang mendalam dipersiapkan pedoman wawancara. Melalui wawancara ini dapat dilengkapi kekurangan pengisian kuesioner. Dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara terhadap para pelaku usaha dalam hal ini pelaku usaha, konsumen, dan pihak-pihak yang terkait.
4. Analisis Data
Langkah pertama yang dilakukan dalam analisis data adalah, menginventarisir seluruh norma-norma hukum yang termuat dalam KUHPerdata, Undang-undang Perlindungan Konsumen dan Undang-undang Perumahan. Proses selanjutnya adalah menarik asas-asas hukum yang “tersembunyi” dibalik atau di belakang norma hukum itu. Prosesnya bertolak dari premis-premis norma hukum positif yang termuat dalam undang-undang tersebut, dengan teknik analisis interpretatif induktif. Interpretatif dilakukan dengan cara membuang hal-hal yang bersifat khusus untuk mendapatkan hal-hal yang bersifat umum abstrak. Teknik ini juga dikenal sebagai teknik pengabstraksian dengan metode analisis induktif. Metode bernalar induktif akan selalu ditempatkan pada posisi mendahului melalui pengamatan terhadap pernyataan-pernyataan proposisional yang termuat dalam norma peraturan perundang-undangan yang disusun sebagai premis-premis dan kemudian kesimpulannya ditarik melalui prosedur induktif. Dengan memanfaatkan proposisi-proposisi hasil pengamatan, maka akan diperoleh proposisi-proposisi baru sebagai kesimpulan induktif yang berdaya laku umum dalam bentuk asas hukum. Dalam dunia penalaran ilmu (hukum), asas hukum yang diperoleh secara induktif ini pada putaran berikutnya akan dijadikan sebagai proposisi pangkal (premis mayor) untuk mengembangkan pemikiran deduktif, spekulatif, guna membuktikan asumsi-asumsi yang telah dikemukakan dalam penelitian ini, yang pada gilirannya akan dipakai sebagai modal untuk memulai proses induksi berikutnya sebagai something news (figur hukum perjanjian yang membuat rasa keadilan, memberi kemanfaatan dan menciptakan kepastian hukum
yang dituangkan dalam Hukum Perikatan Nasional dalam bentuk perjanjian bernama).
Langkah selanjutnya adalah memperbandingkan (komparasi) asas-asas hukum yang ditemukan dalam berbagai-bagai peraturan perundang-undangan tersebut. Data wawancara dan memory van toelichting akan menjadi dasar untuk pengujian hubungan antara variabel politik dan variabel pilihan norma hukum yang tertuang dalam undang-undang. Teknik ini lazim dikenal dengan “content
analysis” (analisis isi). Metode penelitian ini bergerak dari analisis kualitatif yang
dimaksudkan. Hasil analisis tidak tergantung dari jumlah data berdasarkan angka-angka melainkan data yang dianalisis dilakukan secara mendalam dan holistik.
130
Teknik ini melulu menggunakan teknik analisis kualitatif, dengan kata lain menyampingkan teknik analisis kuantitatif, untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai temuan baru, sesuatu yang baru (something news).
H. Asumsi
Untuk memberikan arahan dalam penelitian ini maka berdasarkan permasalahan yang diajukan yang sesuai dengan kerangka teori dan konsepsi, mencakup beberapa hal, maka perlu diketengahkan asumsi sebagai berikut :
1. Bahwa kedudukan asas kepatutan sebagai rujukan normatif dalam UUPK dan rujukan aparat penegak hukum tidak terwujud dalam normatif dan tak
130 John W.Creswell mengemukakan bahwa Penelitian kualitatif memiliki ciri khas masalah seperti: (a) konsep yang tidak lengkap karena adanya ketidakjelasan akibat kurangnya teori dan penelitian sebelumnya; (b) ada kemungkinan teori yang tersedia tidak akurat, tidak sesuai, tidak benar atau bias: (c) butuh pendalaman dan penjelasan tentang fenomena serta pengembangan teori; atau (d) sifat fenomena yang tidak sesuai dengan pengukuran kualitatif). Lihat John W.Creswell, Research Design: Qualitative & Quantitative Approaches, Sage Publications, Thousand Oaks, 2004, hal. 146.
terwujud dalam penemuan hukum dan figur hukum perjanjian baku perlu dimasukkan dan dikualifikasikan dalam hukum perdata sebagai perjanjian bernama, agar terdapat kepastian hukum dan para hakim tidak bias dalam melakukan aktivitas penegakan hukum.
2. Bahwa pelaku usaha tetap bertanggung jawab kepada konsumen terhadap produk rumah yang menggunakan kontrak baku.
3. Bahwa hakim dalam putusannya pada sengketa antara pelaku usaha dengan konsumen, tidak mencerminkan adanya penerapan asas-asas hukum.
I. Sistematika Penulisan
Bab Pertama merupakan Bab Pendahuluan, yang berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori dan konsepsi, keaslian penelitian, metode penelitian, asumsi dan sistematika penulisan.
Bab Kedua membahas tentang Kedudukan Asas Kepatutan dalam Sistem Hukum Perjanjian yang menguraikan tentang Kedudukan Asas dalam Sistem Hukum Perjanjian, Memperkuat Asas-asas Hukum Kepribadian Bangsa dalam Kontrak Baku, Pergeseran Ide Kapitalisme-Individualistik Kepada Hukum Kepribadian Bangsa dalam Kontrak Kohesi, Asas-asas Hukum dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang-undang Perumahan, Asas Kepatutan Berfungsi untuk Mengurangi dan Menambah Isi Kontrak Baku, Peran Pemerintah untuk Mengawasi Kontrak Baku yang Melanggar Hukum Kepribadian Bangsa.
Dalam Bab Ketiga akan membahas tentang Pertanggungjawaban Pelaku Usaha Terhadap Konsumen dalam Perjanjian Baku yang menguraikan tentang kontrak merupakan hubungan hukum antara Pelaku usaha dengan Konsumen, Bentuk dan Isi Kontrak antara Pelaku usaha dengan Konsumen, Kemampuan Tawar Yuridis yang Tidak Seimbang dalam Kontrak Baku Melahirkan Ketidakseimbangan Hak dan Kewajiban, Penyalahgunaan Keadaan dalam Kontrak Kohesi, Pertanggungjawaban Perdata Pelaku Usaha Berdasarkan Kontrak dan Perbuatan Melawan Hukum, Perlindungan Hukum Konsumen Sebagai Wujud Pertanggungjawaban Pelaku usaha melalui Kontrak, Kajian Yuridis Terhadap UU No.1 Tahun 2011.
Bab Keempat membahas tentang Penerapan Asas Kepatutan dalam Putusan Hakim dalam Sengketa antara Pelaku Usaha dengan Konsumen yang menguraikan tentang Peranan Hakim dalam Penyelesaian Kontrak antara Pelaku usaha dengan Konsumen Berdasarkan Litigasi & Non Litigasi, Asas Hukum Sebagai Pedoman Kerja Bagi Hakim dalam Pengambilan Keputusan, Positivasi Asas Hukum ke dalam Norma Hukum Melalui Kontrak Sebagai Hukum bagi Para Pihak, Asas Kepatutan dalam Penemuan Hukum, Putusan Badan Penyelsaian Sengketa Konsumen (BPSK), Putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI), Putusan Peradilan.
Bab Kelima merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dari apa yang telah diteliti serta saran yang diberikan terhadap permasalahan yang dibahas.
BAB II
KEDUDUKAN ASAS KEPATUTAN DALAM SISTEM