• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif phenomenologi. Penelitian kualitatif berkaitan dengan pengalaman, pendapat dan perasaan individu (Hancock B, 2002). Tujuan dari metode deskriptif kualitatif untuk mempelajari fenomena intensif, menemukan pola dan tema tentang peristiwa hidup ketika peneliti memiliki pertanyaan spesifik mengenai fenomena. Pendekatan penelitian kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk menggali pengalaman individu selama dirawat di ruang intensif dimana diberikan pelayanan intensif, seperti pemantauan hemodinamik secara ketat.

Teknik pengambilan informan yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah purposive yaitu pengambilan informan sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009). Dalam penelitian ini informan adalah seluruh klien kondisi terminal dimana penyakit yang tidak dapat disembuhkan/pulih kembali dan dapat menyebabkan kematian.

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah klien kondisi terminal infark miokard, dengan kriteria

a. Klien kondisi terminal di sini adalah klien dengan penyakit jantung yaitu infark miokard akut killip II dan III.

b. Di rawat di unit intensif: CICU dan HCCU

c. Telah diperkenankan untuk pulang ke rumah oleh dokter penanggung jawabnya d. Mampu berkomunikasi dengan baik

e. Bersedia menjadi informan f. Kooperatif

26

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:

a. Klien kondisi terminal infark miokard akut Killip I ketika masuk dan Killip IV ketika diwawancarai.

b. Klien yang tidak dirawat di unit intensif: CICU dan HCCU c. Tidak mampu berkomunikasi; berbicara

Dalam penelitian ini jumlah informan yang diambil adalah 10 orang informan klien.

Prosedur dan Cara Pengumpulan Data - Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimulai setelah memperoleh ijin dari pihak yang berwenang di tempat penelitian. Kemudian penentuan informan sesuai dengan kriteria penelitian yaitu klien dengan infark miokard killip II, III dan telah dinyatakan boleh pulang oleh dokter penanggung jawab. Sebelum memulai wawancara peneliti melakukan pengamatan lingkungan dan perilaku informan. Setelah meneliti perilakunya, peneliti membina hubungan saling percaya dengan informan.

Peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu dan menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian. Setelah calon informan memahami tujuan dari penelitian yang akan dilakukan dan memahami hak-hak mereka sebagai informan, selanjutnya peneliti meminta informan untuk menandatangi surat ketersediaan berpartisipasi atau informed consent. Kemudian peneliti membuat kontrak waktu pelaksanaan wawancara yang disesuaikan dengan kondisi dan kesediaan klien.

Peneliti menyiapkan panduan topik atau guidelinenya dan wawancara di ruang rawat intensive (CICU). Wawancara dilakukan dengan lamanya waktu 1 jam yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi klien, sesuai kontrak yang telah disepakati. Hasil wawancara direkam dengan menggunakan MP4 dan digunakan lembar observasi untuk memvalidasi kebutuhan klien dengan kondisi penyakit terminal, dan bila ada kejadian-kejadian yang di luar kebiasaan dibuat dalam catatan kronologis.

27 - Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik wawancara dan pengamatan. Lofland dan Lofland (1984) dalam Bagoes (2004) mengatakan sumber utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan dari orang-orang yang diamati dan diwawancarai, jadi selain itu dilakukan observasi atas perilaku, tindakan non verbal dari informan. Teknik ini juga merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya. Melalui teknik ini peneliti berusaha menggali informasi pada klien dengan penyakit terminal tentang pengalaman perawatan selama di rawat di ruang intensif.

Peneliti melakukan pengumpulan data dengan menggunakan alat bantu yang berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis sebagai pedoman untuk wawancara, buku catatan, dan MP4 untuk merekam wawancara antara peneliti dengan informan.

Pengumpulan data dengan teknik wawancara yang digunakan dalam wawancara ini adalah:

1) Membina hubungan baik.

Hal ini sangat penting dalam penelitian dan dapat terjalin bila telah ada rasa saling percaya antara pewawancara dengan partisipan. Untuk menjalin rasa percaya, peneliti mengadakan pembicaraan pendahuluan dengan menggunakan bahasa sederhana, mulai dari permasalahan yang sesuai dengan kondisi informan/partisipan, menciptakan suasana yang dekat dan santai yang tetap berpegang pada nilai dan kode etik.

2) Keterampilan Sosial

Wawancara didukung dengan keterampilan sosial yang memadai. Peneliti bersikap sopan, ramah dan berpakaian yang pantas/rapi. Di sini peneliti dituntut untuk responsif dan sensitif terhadap kebutuhan klien, perlu keterbukaan dan mempertahankan kontak mata dengan partisipan.

3) Mencatat dan merekam dengan menggunakan alat recording

Sebelum proses wawancara peneliti sebelumnya mengobservasi kondisi klien, memperkenalkan diri dan membuat kontrak untuk dilakukan wawancara.

28

Wawancara informan klien dilakukan di tempat tidur klien, dengan posisi duduk. Klien duduk bersandar pada bantal atau duduk dengan punggung tegak.

- Analisa Data dan Keandalan Hasil Penelitian

Untuk analisis data pada penelitian kualitatif adalah penentuan tema dari hasil wawancara.

Menentukan Tema atau Interpretasi 1) Transkripsi/Menyalin data kualitatif

Transkripsi adalah prosedur untuk menghasilkan versi tertulis dari wawancara. Ini adalah sebuah "script" penuh wawancara. Transkripsi adalah proses yang memakan waktu. Hal ini juga menghasilkan banyak teks yang ditulis sebagai hasil dari wawancara yang sudah dilakukan.

Untuk catatan hasil pengamatan/observasi dibuat catatan lapangan (field note) sesuai dengan respon yang diperlihatkan dari setiap jawaban pertanyaan atau pernyataan yang dibuat oleh klien. Kemudian catatan ini dikelompokkan sesuai dengan pernyataan yang dibuat informan. Bila ada catatan kronologis bisa disatukan untuk melengkapi data yang dikumpulkan.(Hancock B, 2002., Maleong LJ, 2010)

Proses dasar untuk menganalisa data kualitatif adalah dimulai dengan memberi label atau kode/coding dari setiap item informasi sehingga kita dapat mengenal perbedaan dan persamaan antara semua item yang berbeda. Peneliti kualitatif tidak memiliki sistem untuk pra coding sehingga membutuhkan sebuah metode untuk mengidentifkasi dan memberi label item-item data yang muncul di dalam teks dari transkrip sehingga semua item-item data dalam 1 interview dapat dibandingkan dengan data yang dikumpulkan dengan dari interview-interview yang lain.Hal ini membutuhkan sebuah proses yang disebut analysis conten dan prosedur dasarnya digambarkan di bawah ini. Prosedurnya sama apakah data kualitatif telah dikumpulkan melalui interview, grup fokus, observasi atau analisa dokumentary karena berkaitan dengan menganalisa teks.

Metode yang digunakan untuk menganalisis tema adalah dengan melakukan content analysis. Data ditampilkan dalam bentuk narasi,

29

informasi tersusun sesuai dengan urutan partisipan sehingga mudah untuk diamati. Dari tema umum yang didapatkan selanjutnya dianalisis berdasarkan teori dan konsep yang relevan dan diinterpretasikan.

Content Analysis

Analisis conten melibatkan coding dan mengelompokkan data. Hal ini untuk mengidentifikasi dari transkrip data dan untuk memilah-milah pesan penting yang tersembunyi di setiap wawancara. Prosedur ini melibatkan serangkaian langkah, sebagai berikut:

(1) Mengambil salinan transkrip dan membacanya. Bila melihat sesuatu yang berisi informasi yang menarik atau relevan, dibuat catatan singkat di marjin tentang sifat informasi.

(2) Melihat melalui catatan margin dan membuat daftar berbagai jenis informasi yang telah ditemukan. Jika transkrip tersebut diketik, cara yang lebih cepat untuk melakukan ini adalah dengan menyorot setiap item data, menyalin dan menyisipkan ke daftar (salinan asli dari seluruh transkrip dalam file tersendiri)

(3) Sekarang telah ada daftar item yang disarikan dari teks. Membaca daftar item data dan mengkategorikan masing-masing item dengan yang menggambarkan tentang sesuatu. Disini akan digunakan beberapa kategori karena beberapa item data mengacu pada topik yang sama. Pada tahap ini dikategorikan sebanyak yang dibutuhkan dan jangan memasukkan sesuatu ke dalam kategori yang sama dengan item sebelumnya, bahkan jika menduga adanya kemungkinan mengidentifikasi kategori baru. Jumlah kategori dapat dikurangi nanti.

(4) Sekarang melihat daftar kategori telah teridentifikasi dari transkrip dan pertimbangkan apakah beberapa kategori yang mungkin dapat dihubungkan dalam beberapa kategori saja. Jika demikian, bisa dibuat daftar sebagai kategori utama kategori yang lebih kecil sebagai kategori kecil. Beberapa buku teks mengacu pada kategori utama sebagai tema.

30

(5) Melihat melalui daftar kategori besar dan kecil. Ketika melakukannya, dibandingkan dan mungkin beberapa kategori kecil lebih baik masuk ke dalam kategori alternatif.

(6) Untuk transkrip berikutnya, diulangi proses dari tahap 1 - 5. Ketika mengidentifikasi transkrip kedua dan selanjutnya, akan terus teridentifikasi kategori baru informasi tetapi akan menemukan kenyataan bahwa item data yang ditemukan sebagai bagian dari sebuah kategori yang sebelumnya diidentifikasi. Akhirnya, tidak akan ditemukan kategori baru dan menemukan bahwa semua item informasi yang relevan dan menarik dapat ditampung dalam kategori yang ada. Bisa menggunakan warna-warna tersendiri untuk setiap kategori, tetapi penting untuk menyimpan transkrip asli yang masih bersih.

(7) Mengumpulkan semua transkrip dari hasil wawancara, ambil satu kategori yang memiliki beberapa hubungan satu sama lain. Periksa setiap kategori apakah memiliki kesamaan atau ada kategori yang tampak seolah-olah tidak cocok dan benar-benar termasuk dalam kategori yang berbeda.

(8) Ketika semua data transkrip relevan telah disortir ke dalam kategori kecil dan besar, dilihat kembali data yang terdapat dalam setiap kategori. Ketika meninjau data dalam sistem kategorisasi yang telah dikembangkan dapat diputuskan untuk memindahkan beberapa item data dari satu kategori ke kategori lain. Atau dapat diputuskan informasi yang ada di kategori yang tepat, "tempat yang tepat", dalam hal ini istilah yang digunakan untuk nama atau menggambarkan kategori tidak akurat.

(9) Setelah mengurutkan semua kategori dan yakin bahwa semua item data dalam kategori yang tepat, lihat kisaran kategori untuk melihat apakah dua atau lebih kategori tampaknya cocok. Jika demikian maka dapat membentuk suatu tema yang penting dalam riset .

(10) Melihat kembali salinan asli dari transkrip, lihatlah teks yang tampaknya tidak relevan pada saat itu. Sekarang telah memiliki tema, kategori utama dan kategori kecil yang telah diurutkan, pertimbangkan apakah ada data yang sebelumnya tidak relevan dan harus disertakan dalam hasil .

31

Proses conten analisis melibatkan dan terus meninjau kembali data dan meninjau kategorisasi data sampai peneliti yakin bahwa tema dan kategori yang digunakan untuk meringkas dan menggambarkan penemuan adalah suatu refleksi jujur dan akurat dari data. Setelah menentukan tema yang muncul dari hasil wawancara dengan informan, peneliti kemudian melakukan validasi data kepada informan untuk meminta klarifikasinya bila hal ini memungkinkan (pindah ruang rawat atau klien telah meninggal). Hasil klarifikasi tersebut dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Klarifikasi yang muncul dikatakan valid apabila tema tersebut telah dianalisa dan disetujui oleh dosen pembimbing. Kemudian melakukan sintesis terhadap pernyataan-pernyataan yang ada, agar data tidak bertolak belakang dengan isi transkrip yang ada. Tahap terakhir adalah membuat laporan tertulis.

- Keandalan Data (Trustworthiness)

Agar hasil penelitian mempunyai keabsahan dan kekuatan ilmiah, peneliti berpatokan pada keandalan data (audability), dan kepastian atau konfirmasi ulang data (confirmability). Secara operasional keandalan data dilakukan dengan melakukan pemeriksaan data yang akurat dan berulang.

Untuk mendapat keabsahan (trustworthness) diperlukan tehnik pemeriksaan atas sejumlah kriteria tertentu. Credibility, Transferability, Dependability serta Confirmability (Moleong, 2004).

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengumpulan data dilakukan pada 10 orang informan klien infark miokard akut yang memenuhi kriteria penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan melalui wawancara mendalam (indepth interview).

Secara umum, peneliti menyediakan ruang bagi jawaban informan selama wawancara, pertanyaan juga disesuaikan dengan karakter, situasi dan kondisi informan yang berbeda-beda. Pada umumnya wawancara berlangsung selama 60 menit, dengan pembagian waktu yaitu 5 menit pertama membuka percakapan dan

32

mengungkapkan maksud dan tujuan wawancara. Untuk proses wawancara dibutuhkan rata-rata sekitar 45 - 55 menit untuk mengungkapkan apa yang dirasakan dan dibutuhkan oleh klien dan keluarga selama di rawat di Ruang Intensif Khusus Jantung. Pada 5 menit terakhir untuk mengakhiri proses wawancara dan ditutup dengan ucapan terima kasih atas kesediaan informan untuk diwawancarai dan melakukan kontrak untuk pertemuan selanjutnya.

Selama wawancara, peneliti berusaha menggali data sesuai topik yang telah ditentukan dengan tetap memperhatikan hal-hal yang dapat mempengaruhi proses wawancara. Hal ini diantisipasi dengan memberikan informasi sebelumnya mengenai maksud dan tujuan penelitian. Saat wawancara berlangsung peneliti bersikap empati, akrab dan profesional, tidak mempengaruhi jawaban informan dan mencatat waktu dan respon non verbal yang ditunjukan oleh informan. Meskipun pada saat wawancara masing-masing informan menceritakan kjadian dengan berbagai gaya bahasa, ekspresi wajah dan intonasi suara yang berbeda-beda, namun secara mendasar, hasil wawancara telah mencakup apa yang menjadi tujuan penelitian ini.

Kemudian setelah data terkumpul, data dianalisa dengan menghubungkan pernyataan informan dalam bentuk matriks dan diinterpretasikan untuk masing-masing data. Selama proses analisa, peneliti mereduksi data yang terkumpul tanpa mengurangi makna yang terkandung.

A. Karakteristik Informan 1) Informan I

Tn. E berusia 42 tahun, beragama Islam, tinggal di Bandung. Beliau bekerja di perusahaan MLM sebagai marketing yang tidak mempunyai gaji tetap setiap bulannya. Pendidikan terakhirnya adalah Sekolah Menengah Atas (SMA), memiliki dua orang anak yang pertama baru kelas 6 SD, yang kedua baru 2 tahun.

Klien sedang menjalani perawatan di Ruang Intensif Khusus Jantung dan ini merupakan serangan pertama. Klien masuk ke RS melalui Unit Gawat Darurat (UGD) kemudian di rawat di Cardiac Intensif Care Unit (CICU) dengan diagnosa medis CAD Stemi Inferior, Posterior, Anterior luas Killip III, setelah 5 hari di rawat dan kondisinya sudah mulai stabil klien dipindahkan ke ruang rawat

33

inap High Care Cardiac Unit (HCCU) dan telah dirawat selama 3 hari. Selama sakit klien menggunakan fasilitas GAKINDA, saat ini klien dalam proses mengurus kepulangannya dari rumah sakit.

Riwayat kesehatan klien diketahui telah menderita hipertensi selama 10 tahun dengan angka tertinggi di 160/? mmHg, tidak pernah kontrol, riwayat merokok 2 bungkus/hari sudah dijalani dari 20 tahun yang lalu. Selama wawancara berlangsung Tn. E sangat terbuka dalam menjawab semua pertanyaan yang diberikan dan selama proses wawancara Tn. E tampak menitikkan air mata mengingat kondisi kesehatannya saat ini.

2) Informan II

Tn. N berusia 51 tahun, beragama Islam, dari suku Jawa, pendidikan terakhir Strata I, klien tinggal di Purwakarta dan klien memiliki 2 orang anak, sudah selesai kuliah tetapi belum bekerja dan ada yang masih kuliah.. Ini merupakan pengalaman dan serangan pertama. Klien bekerja sebagai karyawan swasta dan menggunakan fasilitas Jamsostek sebagai asuransi kesehatannya.

Klien di rawat di ruang Cardiac Intensif Care Unit (CICU) selama 5 hari, klien masuk rumah sakit melalui UGD dan di diagnosa STEMI Anteroseptal Killip III. Saat ini klien dirawat di ruang rawat biasa (penyakit dalam) dan sudah diperbolehkan pulang.

Riwayat Kesehatan klien menderita hipertensi sejak 15 tahun yang lalu, terkontrol, dan tidak merokok serta minum kopi, tidak pernah makan daging-dagingan. Klien menyadari bahwa dirinya mempunyai resiko terkena penyakit jantung koroner sehingga menjaganya jangan sampai terjadi. Ketika wawancara klien menjawab semua pertanyaan dengan terbuka dan penyakit ini menjadi bahan introspeksi dirinya menjalani kehidupan, sehingga menyebabkan dirinya lebih dekat pada sang Pencipta.

3) Informan III

Tn. A seorang pensiunan pegawai negeri sipil (PNS) golongan II, berusia 66 tahun, beragama Islam dari suku Sunda. Selama sakit klien menggunakan asuransi kesehatan (ASKES PNS). Klien memiliki 4 orang anak, 3 orang telah menikah dan 1 orang anak masih sekolah di tingkat SMA. Walaupun telah

34

pensiun, klien memiliki kegiatan lain di paguyuban seni sunda dan aktif dalam organisasi masyarakat di desa.

Sakit ini merupakan serangan dan pengalaman pertama bagi klien. Klien masuk melalui UGD dan di rawat di HCCU dan telah dirawat 4 hari. Klien didiagnosa CAD NSTEMI, Interior Inferior Killip II. Klien tidak merokok, tidak memilki riwayat hipertensi, relatif sehat dan baru pertama ini dirawat di RS.

Dalam proses wawancara klien menjadikan ini ajang mencurahkan masalah yang dihadapinya, klien menangis karena masalah yang dihadapinya, meratapi nasibnya setelah klien tenang baru proses wawancara dimulai dan klien terbuka menjawab semua pertanyaan yang diajukan.

4) Informan IV

Tn.C, usia 41tahun, beragama Islam, besar di tatar sunda, pendidikan terakhir SMA dan bekerja di Kebun Binatang Bandung, klien bertanggung jawab mengurus harimau. Hal ini menimbulkan stres tersendiri bagi Tn.C. Selama di rawat klien menggunakan fisilitas asuransi kesehatan GAKINDA.

Klien masuk rumah sakit melalui UGD dan dirawat di Cardiac Intensif Care Unit (CICU). Klien didiagnosa CAD STEMI Anterior luas Killip II, klien di rawat di CICU selama 5 hari dan pindah ke ruang rawat inap biasa.

Riwayat kesehatan klien hanya mengalami sakit ringan seperti ISPA dan tidak pernah di rawat di RS. Klien merokok 2 bungkus sehari , merokok sejak 20 tahun yang lalu, klien tidak pernah memeriksakan kesehatannya sehingga ini merupakan pengalaman dan serangan pertama klien dan harus dirawat di unit intensif. Selama sakit klien menggunakan fasilitias GAKINDA. Selama wawancara klien terbuka menjawab pertanyaan yang diajukan.

5) Informan V

Klien Ny. E, seorang pensiunan Kepala Sekolah, berusia 71 tahun, beragama Islam, suku Sunda. Suaminya telah meninggal 3 tahun yang lalu. Memiliki 4 orang anak yang telah dewasa. Klien menggunakan fasilitas ASKES selama perawatan di RS.

Klien sudah 16 tahun mempunyai penyakit jantung koroner. Klien masuk ke rumah sakit melalui UGD dan di rawat di unit intensif Cardiac Intensif Care

35

Unit (CICU), dengan diagnosa medis CAD recent STEMI Anterior Killip II, AMI Inferior, dengan hipertensi.

Riwayat kesehatan menurut penuturan klien, pertama kali di rawat tahun 1995 dan baru diketahui klien memiliki hipertensi, kemudian kambuh kembali tahun 2009. Di tahun 2009 klien dinyatakan harus dilakukan tindakan pemasangan stent tetapi klien menolak baru tahun 2011 akhirnya klien bersedia dilakukan pemasangan stent. Selama di rawat klien menggunakan ASKES PNS. Selama proses wawancara Ny.E sangat terbuka menjawab semua pertanyaan yang diajukan terhadap dirinya. Ny.E telah mempersiapkan segala sesuatunya bila meninggal karena penyakitnya.

6) Informan VI

Ny. H, usia 68 tahun, beragama Islam, suku Jawa, seorang ibu rumah tangga. Klien masuk ke rumah sakit melalui poli spesialis dan dinyatakan harus dirawat dengan diagnosa medis CAD STEMI Anterior, Inferior Killip II kemudian di rawat di ruang HCCU. Ini merupakan pengalaman pertama klien di rawat di unit intensif khusus jantung.

Riwayat kesehatan menurut penuturan klien, memiliki penyakit hipertensi sudah lebih dari 25 tahun, rutin kontrol, tidak merokok. Selain itu klien juga memilki penyakit gastritis, dan rutin berobat. Selama sakit klien menggunakan ASKES PNS. Selama wawancara klien kooperatif dan terbuka menjawab semua pertanyaan yang diajukan terhadapnya.

7) Informan VII

Tn.J berumur 51 tahun, beragama Islam, suku Sunda, seorang PNS di Departemen Kehutanan, pendidikan terakhir Strata I. Memiliki 2 orang anak, yang pertama perempuan telah menikah, yang kedua laki-laki masih sekolah di SMP. Selama sakit menggunakan fasilitas ASKES PNS.

Klien masuk ke rumah sakit melalui poli spesialis dan telah menderita penyakit jantung koroner selama 7 tahun. Klien di rawat di Cardiac Intensif Care Unit (CICU) dengan diagnosa medis adalah CAD STEMI Anterior Inferior Killip II. Klien akan dipasang ring tetapi ternyata kondisinya tidak memungkinkan dan mengharuskan klien untuk operasi dan klien dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar.

36

Riwayat kesehatan dari penuturan klien diketahui klien menderita diabetes melitus sejak 3 tahun yang lalu, tetapi klien tidak meminum obat, pernah diberi insulin 1 tahun tetapi kemudian berhenti dan tidak pernah kontrol. Selama wawancara klien sangat terbuka dan menjawab pertanyaan yang diajukan, klien tampak kesal dan mengaku bosan menunggu dokter memeriksa hanya untuk mengatakan dirinya boleh pulang.

8) Informan VIII

Tn. E berumur 48 tahun, beragama Islam, dari suku Sunda. Pendidikan klien dari SMA dan tidak memilki pekerjaan tetap. Klien memilki 5 orang anak, yang pertama perempuan masih kuliah, yang kedua laki-laki telah bekerja, yang ketiga masih SMP, ke empat SD dan yang ke lima masih di 4 Tahun.

Klien masuk ke rumah sakit melalui UGD dan diharuskan dirawat dengan diagnosa medis CAD STEMI LBBB Killip II. Sebelumnya klien di rawat di ruang Cardiac Intensif Care Unit selama 5 hari kemudian pindah ke ruang HCCU. Klien menggunakan fasilitas GAKINDA selama dirawat di RS.

Sebelumnya terdapat riwayat hipertensi sejak 1 tahun yang lalu, tetapi tidak pernah kontrol, tekanan darah paling tinggi yang dialami adalah 180/?? mmHg. Selama ini klien tidak pernah sakit dan dirawat, ini merupakan serangan dan pengalaman pertama klien di rawat di ruang intensif khusus jantung. Selama proses wawancara klien terbuka menjawab semua pertanyaan yang diajukan pada dirinya, dan berulang kali mengatakan bahwa penyakit ini harus diterima tidak ada yang menginginkannya, harus diterima bagaimana lagi.

9) Informan IX

Tn. S (54 tahun), beragama Islam dari suku Sunda, pendidikan terakhir Strata I, bekerja sebagai guru di SMK Negeri di Bandung. Klien memilki 4 orang anak, 2 orang telah dewasa dan menikah, yang satu masih SMA dan yang paling kecil masih kelas 5 di SD. Selama sakit klien menggunakan fasilitas ASKES PNS. Ini adalah sakitnya yang kedua di rawat di unit intensif khusus jantung

Dokumen terkait