• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian

Sampel lumut diambil pada tiga lokasi perkebunan teh di Jawa Barat yaitu Gunung Mas di Cisarua, Bogor (06o42’LS dan 106o56’BT), Nirmala di dekat

kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) Sukabumi (06o51’LS

dan 106o38’BT), dan Rancabali di dekat kawasan Gunung Patuha, Bandung Selatan (07o09’LS dan 107o24’BT) (Gambar 1). Elevasi dan kondisi iklim (kisaran kelembapan, kisaran suhu harian, dan rata-rata curah hujan per tahun) di tiga lokasi perkebunan tersebut disajikan pada Tabel 1.

Gambar 1 Lokasi pengambilan sampel lumut di tiga perkebunan teh Jawa Barat: Gunung Mas (A), Nirmala (B), dan Rancabali (C). Tabel 1 Elevasi, kisaran kelembapan, kisaran suhu, dan rata-rata curah hujan di perkebunan teh Gunung Mas, Nirmala, dan Rancabali

Sumber Informasi:

1)Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Balai BesarWilayah II Bogor

2)

ht t p:/ / w w w .dephut .go.id/ INFORM ASI/ TN%20INDO-ENGLISH/ t nhalim un.ht m l

Lokasi Perkebunan Teh Elevasi Tempat (m dpl) Kisaran Kelembapan R Relatif (%) Kisaran Suhu (o C) Rata-rata Curah Hujan (mm/th) Gunung Mas 1) 600 74 - 89.5 18-25 2500-4000 Nirmala 2) 1150 38 - 80 19-30 4000-6000 Rancabali 1) 1628 75 - 93 7-27 1807-3962

= Lokasi pengambilan sampel A

B

Pengambilan Sampel Lumut

Pengambilan sampel lumut dilakukan dengan metode transek dan petak contoh menurut Mueller-Dombois dan Ellenberg (1974) dengan modifikasi. Di setiap lokasi perkebunan teh dibuat tiga plot penelitian masing-masing berukuran 30 m x 20 m, jarak antar plot minimal 500 m. Pada setiap plot dibuat tiga transek, jarak antar transek 5 m. Pada setiap transek ditentukan 5 sampel tanaman teh, satu sama lain berjarak 5 m. Di setiap plot ada 15 sampel tanaman teh sehingga di setiap lokasi perkebunan ada 45 sampel tanaman teh (Gambar 2). Dicatat dan diperkirakan persentase penutupan oleh setiap jenis lumut dan penutupan oleh total lumut pada setiap sampel tanaman teh. Selain itu, jenis-jenis lumut yang ditemukan diambil untuk dibuat spesimen herbarium (Gambar 3) dan diidentifikasi lebih lanjut di laboratorium (Gambar 4). Sebagai data pendukung dicatat pula diameter tajuk tanaman teh, persentase penutupan batang dan cabang primer tanaman teh oleh epifit selain lumut (liken dan tumbuhan paku).

= tanaman teh

Gambar 2 Skema plot dan penentuan sampel tanaman teh dalam setiap plot di perkebunan teh. 20 m 30 m 5 m 5 m

10

(a) (b)

Gambar 3 Sampel tanaman teh dengan jenis-jenis lumut epifit (a) dan sampel lumut yang dikoleksi sebagai spesimen herbarium (b).

Gambar 4 Alur identifikasi spesimen lumut di laboratorium.

IDENTIFIKASI M IKROSKOP STEREO M IKROSKOP BINOKULER HASIL FOTO HASIL FOTO SPESIM EN HERBARIUM NAM A JENIS

Identifikasi Sampel Lumut

Sampel lumut yang diambil dari perkebunan teh selanjutnya dibawa ke laboratorium, diamati ciri-ciri spesifik gametofit maupun sporofit dari masing-masing jenis dengan menggunakan mikroskop untuk keperluan identifikasi, dan dilanjutkan dengan dokumentasi. Spesimen lumut yang dikoleksi dibuat herbarium dan disimpan di Herbarium Bogoriense (BO) dan herbarium BIOTROP (BIOT). Masing-masing koleksi lumut epifit diberi kode kolektor Akmal. Identifikasi lumut hati dilakukan dengan menggunakan kunci identifikasi dalam Yamada (1979), Zhu dan So (2001), Zhu dan Gradstein (2005), dan Gradstein (2011). Identifikasi lumut sejati menggunakan kunci identifikasi menurut Bartram (1939), Eddy (1988, 1990, 1996), dan Pollatwan (2008).

Analisis Data

Hasil identifikasi berupa nama jenis lumut epifit disusun dalam checklist

yang menunjukkan keanekaragaman jenis lumut epifit di tiga lokasi perkebunan teh yang diteliti. Diversitas lumut epifit di setiap lokasi perkebunan teh dibandingkan berdasarkan kekayaan jenis lumut. Kekayaan jenis lumut ditunjukkan dari rata-rata jumlah jenis lumut per tanaman, rata-rata jumlah jenis lumut per plot dan total jenis lumut per lokasi perkebunan. Perbedaan jumlah jenis lumut per plot dan per tanaman teh di tiga lokasi perkebunan teh ditunjukkan dari nilai rata-rata dan standar deviasi. Tingkat kemiripan komposisi jenis lumut epifit antar perkebunan teh dibandingkan dengan indeks Sorensen (Rumus 1). Selain itu, diversitas komunitas lumut epifit di tiga perkebunan teh juga dinyatakan berdasarkan indeks Shannon (Rumus 2) yang dihitung berdasarkan kemelimpahan proporsional jenis-jenis lumut penyusunnya. Dominansi jenis pada tiga perkebunan teh ditunjukkan dengan indeks nilai penting (INP) (Rumus 3). Selanjutnya dibandingkan jenis-jenis lumut yang kemelimpahannya relatif tinggi (INP lebih dari 10%) dan jenis dominan (INP paling tinggi) di masing-masing lokasi perkebunan. Kemelimpahan total lumut epifit di masing-masing lokasi perkebunan ditunjukkan dari rata-rata persentase penutupan oleh total lumut terhadap batang dan cabang primer tanaman teh.

12 Rumus 1 Indeks Sorensen (CS) CS = 2 j/(a+b) Keterangan :

CS = indeks similaritas Sorensen berdasarkan data kualitatif

jN = ∑ jenis yang ada di dua lokasi (lokasi 1 dan 2) a = ∑ jenis di lokasi 1

b = ∑ jenis di lokasi 2

Rumus 2

Indeks Shannon H’ = - ∑ p i ln p i

Keterangan : p i = kemelimpahan proporsional jenis ke – i = n/N N = total jenis n = jumlah jenis ke - i Rumus 3 INP = {FR (%) + PR (%)} Keterangan; FR = Frekuensi Relatif PR = Penutupan Relatif (Magurran 1987)

Checklist Lumut Epifit di Perkebunan Teh Jawa Barat: Gunung Mas, Nirmala, dan Rancabali

Total jenis lumut epifit yang diinventarisasi dari tiga perkebunan teh di Jawa Barat (Gunung Mas, Nirmala, Rancabali) adalah 90 jenis yang termasuk dalam 48 marga dan 25 suku. Jumlah tersebut meliputi 42 jenis lumut hati (12 marga, 6 suku) dan 48 jenis lumut sejati (36 marga, 19 suku). Daftar nama jenis lumut dan persebarannya di tiga perkebunan teh tersebut disajikan pada Tabel 2. Suku dengan keanekaragaman paling tinggi adalah Lejeuneaceae, dijumpai sebanyak 26 jenis di ketiga perkebunan teh.

Tabel 2 Checklist lumut epifit di perkebunan teh Gunung Mas (GM), Nirmala (NR), dan Rancabali (RB), Jawa Barat

Kelompok, Suku, Nama Jenis GM NR RB Spesimen Diperiksa

Lumut hati (Liverworts) I Frullaniaceae

1 Frullania arecae (Spreng.) Gottsche - - v Akmal 88

2 Frullania gracilis (Reinw. et al.) Dum. - - v Akmal 97

3 Frullania grandistipula Lindenb. - - v Akmal 85

4 Frullania microauriculata Verd. - - v Akmal 87

5 Frullania riojaneirensis (Raddi) Angstr. v v v Akmal 10, 39, 84

6 Frullania sp. 1 - - v Akmal 96

7 Frullania sp. 2 - - v Akmal 100 II Lejeuneaceae

8 Acanthocoleus javanicus (Steph.) Kruijt v - v Akmal 7, 69

9 Cheilolejeunea decursiva (Sande Lac.) Schust. - v v Akmal 45, 103

10 Cheilolejeunea imbricata (Nees) S. Hatt. - - v Akmal 95

11 Cheilolejeunea trapezia(Nees) R. M. Schust. et Kachroo - v v Akmal 43, 86

12 Cheilolejeunea trifaria (Reinw.Blume et Nees) Mizut - v - Akmal 40

13 Cololejeunea angustiflora (Steph.) Mizut. - v - Akmal 44

14 Cololejeunea planissima (Mitt.) Abeyw. v - - Akmal 12

15 Lejeunea anisophylla Mont. v v v Akmal 1, 28, 70

16 Lejeunea cocoes Mitt. v v - Akmal 13, 46

17 Lejeunea discreta Lindenb. - - v Akmal 91

14

Kelompok, Suku, Nama Jenis GM NR RB Spesimen Diperiksa

19 Lejeunea flava (Sw.) Nees v v v Akmal 2, 29, 73

20 Lejeunea fleischeri (Steph.) Mizut. - - v Akmal 81

21 Lejeunea micholitzii Mizut. - - v Akmal 89

22 Lejeunea obscura Mitt. v v v Akmal 4, 37, 90

23 Lejeunea propagulifera Gradst. v v - Akmal 8, 35

24 Lejeunea punctiformis Taylor v v v Akmal 9, 31, 83

25 Lejeunea sordida (Nees) Nees - v v Akmal 42, 102

26 Lejeunea sp. 1 - v v Akmal 38, 76

27 Lejeunea sp. 2 - v v Akmal 41, 82

28 Lejeunea sp. 3 - - v Akmal 93

29 Lejeunea sp. 4 - - v Akmal 99

30 Leucolejeunea xanthocarpa (Lehm. et Lindenb.) A. Evans - - v Akmal 104

31 Lopholejeunea eulopha (Taylor) Schiffn. v v v Akmal 6, 33, 75

32 Lopholejeunea subfusca (Nees) Schiffn. v v v Akmal 5, 32, 74

33 Thysananthus convolutus Lindenb. - v - Akmal 47 III Metzgeriaceae

34 Metzgeria sp. 1 v v v Akmal 3, 30, 71

35 Metzgeria sp. 2 - - v Akmal 80

36 Metzgeria sp. 3 - - v Akmal 77 IV Plagiochilaceae

37 Plagiochila javanica (Sw.) Dumort. - - v Akmal 101

38 Plagiochila junghuhniana Sande Lac. - v v Akmal 36, 78 V Radulaceae

39 Radula madagascariensis Gottsche - - v Akmal 72

40 Radula retroflexa Taylor - - v Akmal 79

41 Radula tjibodensis Goebel - - v Akmal 98

VI Belum diketahui (unknown)

42 Liverwort 1 Akmal 94

Lumut Sejati (Mosses) I Brachytheciaceae

43 Eurhynchium celebicum E. B. Bartram v - v Akmal 15, 120 II Bryaceae

44 Brachymenium nepalense Hook. v v v Akmal 19, 48, 106

45 Bryum capillare Hedw. v - v Akmal 18, 121

46 Schoenobryum concavifolium (Griff.) Gangulee - - v Akmal 113 III Calymperaceae

47 Mitthyridium obtusifolium (Lindb.)Robinson v v v Akmal 24, 60, 140

Kelompok, Suku, Nama Jenis GM NR RB Spesimen Diperiksa

IV Dicranaceae

49 Bryohumbertia walkeri (Mitt.) Frahm. - - v Akmal 136

50 Campylopus crispifolius E. B. Bartram - - v Akmal 135

51 Campylopus micholitzii MÜll. Hal.ex M. Fleisch. - v - Akmal 63

52 Campylopus zollingerianus (MÜll. Hal.) Bosch et Sande Lac. - v v Akmal 58, 118

53 Dicranoloma braunii (MÜll. Hal.) Paris - - v Akmal 137 V Entodontaceae

54 Entodon sp. v - - Akmal 23 VI Fissidentaceae

55 Fissidens papillosus SandeLac. - - v Akmal 142

56 Fissidens braunii (C. MÜll.) Dozy et Molk. v - v Akmal 26, 127

57 Fissidens sp. 1 - - v Akmal 119 VII Hookeriaceae

58 Actynodontium ascendensSchwägr. v v - Akmal 16, 49

59 A. rhapidostegum (MÜll. Hal.) Bosch. et Sande Lac. v v v Akmal 21, 53, 132

60 Chaetomitrium orthorrhynchum (Dozy et Molk.) - - v Akmal 112

61 Daltonia armata E.B. Bartram - v - Akmal 50 VIII Hypnaceae

62 Ectropothecium cf. dealbatum (Reinw. et Hornsch.) A. Jaeger - - v Akmal 105 IX Leucobryaceae

63 Leucobryum javense (Brid. ex Schwägr.) Mitt. - v - Akmal 67

64 Octoblepharum albidum Hedw. - v - Akmal 57 X Meteoriaceae

65 Aerobryopsis longissima (Dozy et Molk.) M. Fleisch. v v v Akmal 17, 56, 108 66 Barbella rufifolioides (Broth.) Broth. - - v Akmal 124

67 Floribundaria floribunda (Dozy et Molk.) M. Fleisch. - v v Akmal 65, 117

68 Meteorium miquelianum (MÜll. Hal.) M. Fleisch. - v v Akmal 54, 110

69 Papillaria crocea (Hampe) A. Jaeger v - - Akmal 20 XI Neckeriaceae

70 Homaliodendron flabellatum (Sm.) M. Fleisch. - - v Akmal 129 XII Orthotrichaceae

71 Macromitrium orthostichum Nees ex Schwägr. - - v Akmal 126 XIII Pterobryaceae

72 Endotrichella elegans (Dozy et Molk.) M. Fleisch. - v v Akmal 62, 115 XIV Racopilaceae

73 Racopilum schmidii (MÜll. Hal.) Mitt. v - v Akmal 22, 109

16

Kelompok, Suku, Nama Jenis GM NR RB Spesimen Diperiksa

XV Sematophyllaceae

75 Acroporium sigmatodontium (MÜll. Hal.) M. Fleisch. - v v Akmal 61, 139

76 Gammiella rugosaTixier - v v Akmal 66, 122

77 Isocladiella sp. v - - Akmal 27

78 Meiothecium hamatum (MÜll. Hal.) Broth. - v v Akmal 59, 133

79 Meiothecium jagorii (MÜll. Hal.) Broth. - v - Akmal 55

80 Meiothecium microcarpum (Hook.) Mitt. v v v Akmal 25, 51, 114

81 Sematophyllum tristiculum (Mitt.) Fleisch. v v - Akmal 14, 64 XVI Thuidiaceae

82 Claopodium nervosum M. Fleisch. - - v Akmal 107 XVII Belum diketahui (unknown)

83 Moss sp. 1 - v v Akmal 68, 130 84 Moss sp. 2 - - v Akmal 123 85 Moss sp. 3 - - v Akmal 111 86 Moss sp. 4 - - v Akmal 116 87 Moss sp. 5 - - v Akmal 138 88 Moss sp. 6 - - v Akmal 125 89 Moss sp. 7 - - v Akmal 134 90 Moss sp. 8 - - v Akmal 128

Diversitas Lumut Epifit di Tiga Perkebunan Teh pada Elevasi Berbeda

Kekayaan Jenis. Perbandingan kekayaan jenis lumut epifit pada tiga perkebunan teh di Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar 5a. Di Gunung Mas ditemukan 27 jenis, terdiri atas 13 jenis lumut hati dan 14 jenis lumut sejati. Kekayaan jenis lumut epifit di Nirmala hampir 1.5 kali lipat dari Gunung Mas, meliputi 20 jenis lumut hati dan 20 jenis lumut sejati. Perkebunan teh Rancabali memiliki kekayaan jenis paling tinggi (hampir 3 kali lipat kekayaan jenis di Gunung Mas), meliputi 36 jenis lumut hati dan 38 jenis lumut sejati.

Rata-rata jumlah jenis lumut epifit per plot dan rata-rata jumlah jenis lumut epifit per tanaman teh di Gunung Mas, Nirmala, dan Rancabali menunjukkan hasil yang sebanding dengan total jenis di tiga perkebunan tersebut. Rata-rata jumlah jenis lumut epifit per plot dan per tanaman teh paling tinggi dijumpai di Rancabali, dan paling rendah di Gunung Mas (Gambar 5b). Rata-rata 53 jenis lumut epifit per plot

dan 15 jenis per tanaman teh ditemukan di Rancabali, sedangkan di Gunung Mas hanya dijumpai rata-rata 19 jenis lumut epifit per plot dan 7 jenis per tanaman teh.

Gambar 5 Total jenis lumut di perkebunan teh Gunung Mas, Nirmala, dan Rancabali (a), rata-rata jumlah jenis lumut per tanaman dan rata-rata jumlah jenis lumut per plot (b) di masing-masing perkebunan teh.

Kesamaan Komposisi Jenis. Beberapa jenis lumut epifit dijumpai hanya di satu lokasi perkebunan saja, jenis lainnya dijumpai di dua, atau tiga perkebunan teh sekaligus. Berdasarkan indeks similaritas Sorensen (ISS), komposisi jenis lumut epifit di Gunung Mas lebih mirip dengan komposisi jenis lumut epifit di Nirmala (54%) dibandingkan dengan komposisi jenis lumut yang terdapat di Rancabali (38%). Kemiripan komposisi jenis antara lumut epifit di Nirmala dan Rancabali sebesar 51% (Gambar 6).

(b)

Jumlah jenis Jumlah jenis

18

Gambar 6 Total jumlah jenis lumut epifit dan indeks similaritas Sorensen (ISS) pada dua perkebunan teh yang dibandingkan: Gunung Mas (GM) vs. Nirmala (NR), Gunung Mas vs. Rancabali (RB), dan Nirmala vs Rancabali.

Diversitas Komunitas Lumut Berdasarkan Indeks Shannon. Berdasarkan indeks diversitas Shannon (H’), komunitas lumut epifit yang ada di tiga lokasi perkebunan teh menunjukkan diversitas terendah terdapat di Gunung Mas (H’=2.67), diikuti oleh Nirmala (H’= 3.19), dan yang tertinggi terdapat di Rancabali (H’=3.82).

Dominansi Jenis. Dominansi jenis lumut epifit ditunjukkan oleh frekuensi kehadiran masing-masing jenis lumut epifit dan persentase penutupannya pada semua tanaman teh yang diamati. Nilai dominansi tersebut ditunjukkan oleh indeks nilai penting (INP). Kebanyakan jenis-jenis lumut yang dijumpai memiliki INP kurang dari 10%. Pada ketiga perkebunan hanya ada empat jenis lumut sejati dan lima jenis lumut hati dengan INP lebih dari 10%. Daftar jenis lumut hati dan lumut sejati epifit dengan INP lebih dari 10% ditunjukkan pada Tabel 3.

ISS = 0.51

ISS = 0.38

ISS = 0.54

Keterangan: FR= Frekuensi Relatif, PR= Penutupan Relatif, INP= Indeks Nilai Penting.

Gunung Mas Nirmala Rancabali

No FR PR INP FR PR INP FR PR INP

(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) Lumut Sejati 1 Sematophyllum tristiculum 13.2 21.3 34.5 0.4 0.3 0.7 - - - 2 Eurhynchium celebicum 12.6 17.3 29.9 - - - 0.6 1.2 1.8 3 Actinodontium ascendens 8.9 3.6 12.5 7.2 11.2 18.6 - - - 4 Brachymenium nepalense 0.7 1.2 1.9 7.0 11.8 18.7 3.3 4.9 8.2 Lumut Hati 1 Lejeunea anisophylla 9.8 24.5 34.2 8.8 22.3 31.1 12.4 5.8 18.2 2 Metzgeria sp. 1 10.4 2.3 12.7 7.0 4.0 11.0 6.1 6.2 12.3 3 Lejeunea flava 11.0 12.2 23.2 8.0 14.7 22.7 4.0 4.2 8.2 4 Acanthocoleus javanicus 2.8 0.9 3.7 - - - 16.4 4.6 21.0 5 Radula madagascariensis - - - - - - 8.1 4.0 12.1 19

20

Di Rancabali empat jenis lumut dengan INP di atas 10% merupakan lumut hati, tidak ada jenis lumut sejati yang memiliki INP lebih dari 10%. Jenis lumut dominan di Rancabali adalah Acanthocoleus javanicus dengan INP 21%. Jenis lumut tersebut dijumpai juga di Gunung Mas tetapi sangat jarang dan sedikit (frekuensi relatif 2.8%, penutupan relatif 0.9%, INP 3.7%). Acanthocoleus javanicus tidak dijumpai di Nirmala. Lumut hati Radula madagascariensis sering dijumpai di Rancabali (frekuensi relatif 8.1 %, penutupan relatif 4.0 %, INP 12.1%), tetapi tidak dijumpai di dua perkebunan teh lainnya.

Jenis lumut epifit dominan di Nirmala adalah Lejeunea anisophylla dengan INP lebih dari 30%. Jenis lain yang memiliki nilai INP lebih dari 10% di Nirmala adalah lumut hati Lejeunea flava dan Metzgeria sp.1, lumut sejati Actinodontium ascendens dan Brachymenium nepalense. Jenis terakhir juga dijumpai di dua perkebunan teh lainnya tetapi dengan INP kurang dari 10%. Actinodontium ascendens juga sering dijumpai di Gunung Mas tetapi tidak dijumpai di Rancabali.

Lumut sejati Sematophyllum tristiculum dengan INP 34.5% dominan di Gunung Mas. Jenis ini sangat jarang dijumpai di Nirmala dan tidak ditemukan di Rancabali. Lumut sejati Eurhynchium celebicum (dengan INP 29.9% di Gunung Mas), tidak dijumpai di Nirmala dan sangat jarang ditemukan di Rancabali. Empat jenis lainnya dengan INP lebih dari 10% di Nirmala adalah A. ascendens, L. anisophylla, L. flava, dan Metzgeria sp.1.

Kemelimpahan Total Lumut dan Diameter Tajuk Tanaman Teh.

Kemelimpahan total lumut epifit ditunjukkan dari persentase penutupan lumut terhadap substrat yang tersedia (batang dan cabang primer tanaman teh). Kemelimpahan total lumut terendah dijumpai di Nirmala, meningkat di Gunung Mas, dan tertinggi di Rancabali (Gambar 7). Penutupan oleh lumut rata-rata lebih dari 80% pada tanaman teh di Rancabali, sedangkan pada tanaman teh di Nirmala penutupan oleh lumut kurang dari 70%. Berbeda dengan penutupan oleh lumut, penutupan tanaman teh oleh liken dan tumbuhan paku rendah (5% dan 3%) di Rancabali, meningkat di Gunung Mas (10% dan 5%) dan di Nirmala (11% dan 4%).

Gambar 7 Rata-rata persentase penutupan oleh total lumut ( ), liken ( ), dan tumbuhan paku ( ), terhadap batang dan cabang primer tanaman teh di perkebunan teh Gunung Mas, Nirmala, dan Rancabali.

Pada penelitian ini dilakukan pengukuran diameter tajuk tanaman teh yang diambil lumutnya, karena diduga luas tajuk tanaman teh dapat mempengaruhi kemelimpahan lumut pada tanaman teh tersebut. Rata-rata diameter tajuk tanaman teh paling rendah dijumpai di Nirmala (111.5 cm). sedangkan paling tinggi (rata-rata 158.7 cm) dijumpai di Rancabali (Gambar 8).

Gambar 8 Rata-rata diameter tajuk sampel tanaman teh di perkebunan teh Gunung Mas, Nirmala, dan Rancabali.

126

111

158

%

PEMBAHASAN

Checklist Lumut Epifit di Perkebunan Teh Jawa Barat: Gunung Mas, Nirmala, dan Rancabali

Sebanyak 42 jenis lumut hati dan 48 jenis lumut sejati ditemukan di tiga perkebunan teh di Jawa Barat, yaitu Gunung Mas, Nirmala, dan Rancabali. Jumlah lumut hati yang ditemukan tersebut hanya mewakili 7.6 % dari total 554 jenis lumut hati yang pernah dilaporkan ada di Jawa (SÖderstrÖm et al. 2010), dan lumut sejati yang ditemukan juga hanya mewakili 7.6 % dari total 628 jenis lumut sejati di Jawa (Tan & Iwatsuki 1999). Lumut epifit yang dilaporkan pada penelitian ini termasuk dalam 48 marga dan 25 suku. Lejeuneaceae merupakan suku dengan jumlah jenis tertinggi (26 jenis), diikuti Sematophyllaceae (9 jenis), dan Frullaniaceae (7 jenis). Menurut Gradstein et al. (2001) suku Lejeuneaceae adalah suku terbesar dalam divisi Marchantiophyta, memiliki sekitar 90 marga dan lebih dari 1600 jenis. Suku Lejeuneaceae, Sematophyllaceae, Frullaniaceae dan Plagiochilaceae, merupakan suku yang umum di kawasan hutan hujan tropik (Gradstein & PÖcs 1989), seperti dilaporkan juga oleh Gradstein dan Culmsee (2010), Sporn et al. (2010) di hutan alam Sulawesi, dan oleh Chantanaorrapint (2010) di hutan alam Thailand.

Penelitian lumut di Jawa telah dimulai sekitar 200 tahun lalu, yaitu pada masa penjajahan Belanda, namun tidak berlanjut dalam waktu yang cukup lama. Penelitian dan publikasi tentang lumut baru muncul kembali sesudah tahun 2000-an. Akhir-akhir ini dari penelitian yang dilakukan, masih sering dilaporkan catatan baru untuk flora lumut di Jawa (Tan et al. 2006; Haerida et al. 2010; Gradstein et al. 2010). Tan et al. (2006) melaporkan lumut sejati Daltonia armata yang ditemukan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak sebagai jenis catatan baru untuk Jawa. Jenis lumut tersebut ditemukan di perkebunan teh Nirmala pada penelitian ini, tetapi tidak ditemukan di dua perkebunan teh lainnya. Adanya catatan baru menunjukkan data flora yang belum lengkap dan perlu dilakukan penelitian-penelitian untuk melengkapi daftar jenis lumut yang ada. Daftar jenis yang lengkap diperlukan untuk memonitor keberadaan jenis-jenis tersebut di suatu lokasi atau kawasan dari waktu ke waktu.

Selain itu, daftar jenis dapat menunjukkan persebaran jenis yang diperlukan bagi studi taksonomi yang lebih komprehensif.

Diversitas Lumut Epifit di Tiga Perkebunan Teh pada Elevasi yang Berbeda

Perkebunan teh Rancabali dibandingkan dengan dua perkebunan teh lainnya memiliki kekayaan dan kemelimpahan jenis lumut epifit yang paling tinggi. Rancabali terletak pada lokasi tertinggi dengan elevasi 1628 m dpl, lebih tinggi dari Gunung Mas dan Nirmala. Sebaliknya perkebunan teh Gunung Mas dengan elevasi paling rendah (600 m dpl) memiliki kekayaan jenis lumut epifit paling rendah. Peningkatan kekayaan jenis lumut epifit seiring dengan peningkatan elevasi juga dilaporkan oleh Bruun et al. (2006), Grau et al. (2007), Gradstein dan Culmsee (2010), Chantanaorrapint (2010), serta Ariyanti dan Sulistijorini (2011). Namun demikian pada penelitian yang lain menunjukkan adanya penurunan kekayaan jenis lumut pada elevasi lebih dari 2300 m dpl (Enroth 1990).

Persebaran lumut dapat dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Menurut Glime (2007) lumut tumbuh optimum pada kisaran suhu 15-25OC. Peningkatan elevasi dapat berhubungan dengan penurunan suhu lingkungan. Menurut Richards (1984) setiap kenaikan elevasi 100 m umumnya menyebabkan penurunan suhu 0.4-0.7OC. Rata-rata suhu harian di perkebunan teh Rancabali ada pada kisaran 7-27OC, lebih rendah dari Gunung Mas dan Nirmala.

Selain suhu, persebaran lumut juga dapat dipengaruhi oleh kelembapan (Richards 1984; Glime 2007). Kelembapan penting bagi lumut karena sel-sel lumut umumnya memiliki lapisan kutikula yang sangat tipis atau sama sekali tidak memiliki kutikula (Gradstein et al. 2001). Perkebunan teh Rancabali memiliki kisaran kelembapan harian 75-93%, lebih tinggi dari dua perkebunan teh lainnya. Chantanaorrapint (2010) melaporkan meningkatnya kekayaan jenis lumut di hutan tropik Thailand menyertai peningkatan kelembapan dan intensitas cahaya, serta penurunan suhu seiring peningkatan elevasi pada kisaran 400-1300 m dpl.

Gunung Mas dengan kekayaan jenis lumut epifit paling rendah dibandingkan dua perkebunan teh lainnya, terletak pada elevasi paling rendah. Perkebunan teh Gunung Mas berada di kawasan wisata Puncak Bogor, dekat dengan jalan raya yang

24

lalu lintas kendaraan bermotornya padat. Harahap (2004) melaporkan terdapat akumulasi timbal pada organ vegetatif tanaman teh di Gunung Mas, baik pada daun, batang, maupun pada akar. Timbal merupakan polutan berupa partikel yang berasal dari gas buangan kendaraan bermotor. Gas buangan yang berasal dari kendaraan bermotor ataupun dari kawasan industri dapat terakumulasi dalam sel-sel lumut. Saxena et al. (2008) menemukan akumulasi beberapa jenis logam berat pada sel-sel lumut yang tumbuh di lokasi dengan aktivitas kendaraan bermotor yang tinggi. Hallingback (2008) melaporkan, adanya akumulasi gas buangan di udara menyebabkan banyak jenis lumut epifit yang menghilang dari berbagai kota besar di beberapa negara industri.

Rata-rata penutupan tanaman teh oleh lumut di Nirmala paling rendah dibandingkan dua perkebunan teh lainnya. Hal ini diduga berhubungan dengan ukuran tajuk tanaman teh. Kemungkinan kondisi kerapatan tajuk antar tanaman dapat mempengaruhi iklim mikro (suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya) di bawah tajuk. Kondisi seperti ini dapat dibandingkan dengan kondisi di hutan alam. Menurut Hallingback (2008) persentase penutupan kanopi mempengaruhi kondisi iklim mikro di bawahnya. Sporn et al. (2010) dan Ariyanti et al. (2008) melaporkan adanya perbedaan komunitas lumut epifit pada beberapa tipe habitat dengan persentase penutupan kanopi berbeda.

Komunitas lumut epifit di Rancabali dan Gunung Mas memiliki kesamaan komposisi lebih rendah (38%) dibandingkan antara Rancabali dan Nirmala (51%), maupun antara Nirmala dan Gunung Mas (54%). Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar perbedaan elevasi antar lokasi semakin kecil kesamaan komunitas lumut antar keduanya. Hasil yang sama dilaporkan oleh Chantanaorrapint (2010) pada komunitas hutan alam di sepanjang gradasi elevasi di Thailand. Rancabali terletak pada elevasi di atas 1600 m dpl, sedangkan Nirmala di 1150 m dpl, dan Gunung Mas di 600 m dpl. Faktor yang diduga mempengaruhi perbedaan komposisi jenis antar komunitas di lokasi dengan perbedaan elevasi yang besar adalah adanya perbedaan suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya yang menghasilkan perbedaan pola persebaran jenis lumut. Ada jenis-jenis lumut yang hanya dijumpai pada kisaran

elevasi terbatas sementara ada pula jenis-jenis lumut yang dapat dijumpai pada kisaran elevasi yang lebih luas. Selain itu, jenis lumut yang sama dapat dijumpai dengan kemelimpahan berbeda di habitat dengan elevasi berbeda.

Sebanyak 74 jenis lumut epifit dijumpai di Rancabali, 41 jenis di antaranya tidak ditemukan di lokasi perkebunan teh lainnya, seperti lumut hati Radula madagascariensis dan Lejeunea discreta. Beberapa peneliti melaporkan bahwa kedua jenis lumut tersebut merupakan jenis yang persebaran alaminya di vegetasi hutan pegunungan (di atas 1500 m dpl). Yamada (1979) melaporkan persebaran R. madagascariensis di Asia pada elevasi 1400 m dpl sampai 2600 m dpl. Zhu dan So (2001) melaporkan di China L. discreta dijumpai pada elevasi 1050 m dpl dan 2200 m dpl. Sementara itu, Acanthocoleus javanicus dijumpai di Gunung Mas dan Rancabali, namun dengan kemelimpahan berbeda. Di Rancabali A. javanicus merupakan jenis lumut hati paling dominan dengan nilai INP di atas 20%, sedangkan di Gunung Mas jenis tersebut memiliki INP kurang dari 4%. Sematophyllum tristiculum merupakan jenis lumut sejati paling dominan di Gunung Mas dengan INP 34%. Jenis tersebut juga dijumpai di Nirmala tetapi dengan INP kurang dari 1%, dan tidak dijumpai di Rancabali. Hal ini menunjukkan persebaran altitudinal jenis tersebut yang terbatas pada elevasi rendah (kurang dari 1000 m dpl). Pollatwan (2008) melaporkan persebaran altitudinal S. tristiculum di Thailand yakni pada 700-900 m dpl.

Penelitian keanekaragaman lumut di hutan alam di sepanjang gradien altitudinal telah digunakan untuk membuat zonasi ketinggian berdasarkan beberapa jenis indikator yang dijumpai. Chantanaorrapint (2010) mengelompokkan komunitas lumut pada elevasi yang berbeda berdasarkan kehadiran jenis-jenis tertentu. Chantanaorrapint (2010) juga membagi vegetasi hutan tropik di Thailand ke dalam

Dokumen terkait