• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV METODE PENELITIAN

4.3. Metode penelitian

4.3.1. Determinasi, Penyiapan Simplisia, dan penapisan fitokimia 4.3.1.1. Determinasi dan Penyiapan Simplisia

Penelitian mengenai optimasi formula gel gigi ini demulai dengan melakukan determinasi tanaman di Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi, LIPI, Cibinong. Daun Jambu Biji (Psidium guajava. Linn) yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITTRO) Depertemen Pertanian Bogor tersebut selanjutnya disortasi kering, lalu dicuci dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan, setelah kering, setelah itu daun jambu biji di potong kecil-kecil sehingga didapat simplisia kering yang kemudian digunakan untuk proses maserasi.

4.3.1.2. Penapisan fitokimia (Farnsworth, 1969)

Pada pemeriksaan terhadap kandungan golongan senyawa kimia dari serbuk dan ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.) seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, steroid/terpenoid, kuinon, minyak atsiri dan kumarin.

a. Identifikasi alkaloid

Sebanyak + 5 gram serbuk dilembabkan dengan 5 ml ammoniak 25 % digerus dalam mortir, kemudian ditambahkan 20 ml kloroform da digerus kembali dengan kuat, campuran tersebut disaring dengan kertas saring, filtrat berupa larutan organik diambil (sebagai larutan A), sebagai larutan A (10 ml) diekstraksi dengan 10 ml larutan HCl 1:10 dengan

pengocokan dalam tabung reaksi, diambil larutan bagian atasnya (larutan B). Larutam A diteteskan beberapa tetes pada kertas saring dan disemprot atau ditetesi dengan pereaksi Dragendroff, terbentuk warna merah atau jingga pada kertas saring menunjukkan adanya senyawa alkaloid. Larutan B dibagi dalam 2 tabung reaksi, ditambahkan masing-masing pereaksi Dragendroff dan pereaksi Mayer, terbentuk endapan merah bata dengan pereaksi Dragendroff atau endapan putih dengan pereaksi Mayer menunjukkan adanya senyawa alkaloid.

b. Identifikasi flavonoid

Sebanyak + 10 gram serbuk ditambah 100 ml air panas, didihkan selama 5 menit, saring. Ambil 5 ml filtratnya (dalam tabung reaksi), ditambahkan serbuk Mg secukupnya dan 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol, kocok kuat dan biarkan memisah. Terbentuknya warna merah, kuning, atau jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya flavonoid.

c. Identikasi saponin

Serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambah 10 ml air panas. Setelah dingin kocok kuat secara vertikal selama 10 detik. Terbentuknya busa yang stabil, menunjukkan adanya saponin, bila ditambahkan 1 tetes HCl 1% busa tetap stabil.

d. Identifikasi tanin

Sebanyak + 10 gram serbuk ditambah 10 ml air, didihkan selama 15 menit, setelah dingin kemudian di saring dengan kertas saring. Filtrat

ditambah 1-2 tetes FeCl3 1 %, terbentuknya warna biru, hijau atau hitam menunjukkan adanya seyawa golongan tanin.

e. Identifikasi steroid/terpenoid

Sebanyak + 5 gram serbuk dimaserasi dalam 20 ml eter selama 2 jam kemudian disaring. Diuapkan dalam cawan penguap sampai kering. Ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat ke dalam residu. Terbetuknya warna hijau atau merah menunjukkan adanya steroid/triterpenoid.

f. Identifikasi kuinon

Sebanyak + 1 gram serbuk dipanaskan dalam air selama 5 menit, disaring. Sebanyak 5 ml filtat ditambah beberapa tetes larutan NaOH 1 N, terbentuk warna merah menunjukkan adanya kuinon.

g. Identifikasi minyak atsiri

Sebanyak + 2 gram serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi (volume 20 ml), tambahkan 10 ml pelarut petroleum eter. Pada mulut tabung dipasang corong yang diberi lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air, kemudian disaring dengan kertas saring. Filtrat yang diperoleh diuapkan pada cawan penguap, selanjutnya residu dilarutkan dengan pelarut etanol 95 % sebanyak 5 ml lalu saring dengan kertas saring. Filtratnya diuapkan dengan cawan penguap, residu yang berbau aromatik menunjukkan adanya senyawa golongan minyak atsiri.

h. Identifikasi kumarin

Sebanyak + 2 gram serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml kloroform. Corong yang diberi lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air dipasag pada mulut tabung, kemudian dipanaskan selama 30 menit, setelah dingin disaring. Filtrat diuapkan dengan cawan penguap hingga kering, sisa ditambah air panas 10 ml, dinginkan kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 0,5 ml amoniak 1 %. Diamati dibawah sinar UV 366 nm, flouresensi biru atau hijau menunjukkan adanya kumarin.

4.3.2. Pembuatan Ekstrak

Pembuatan ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.) menggunakan metode ekstraksi cara dingin dengan cara maserasi dan memakai etanol 70% sebagai pelarut. Ekstraksi cara dingin memiliki keuntungan dalam proses ekstraksi total, yaitu memperkecil kemungkinan terjadinya kerusakan pada senyawa termolabil yang terdapat pada sampel. Sebagian besar senyawa dapat terekstraksi dengan ekstraksi cara dingin, walaupun ada beberapa senyawa yang memiliki keterbatasan kelarutan terhadap pelarut pada suhu ruangan (Heinrich et al, 2004). Metode maserasi dipilih karena prosesnya mudah, peralatan yang digunakan lebih sedikit dan sederhana, dan tidak memerlukan keahlian khusus (Green, 2000). Sedangkan etanol 70% digunakan karena etanol umum digunakan pada ekstraksi total. Keuntungan penggunaan etanol ini adalah sebagaian besar senyawa lipofilik dan polar dapat terekstraksi (Heinrichet al, 2004).

Daun jambu biji yang sudah dibuat derajat halus dimasukkan dalam gelas piala besar dan diberi etanol hingga seluruh simplisia terendam. Pelarut dilebihkan setinggi kurang lebih 2,5 cm diatas permukaan serbuk (Harbone, 1996, Depkes RI, 1996). Proses maserasi dilakukan selama 3 jam sambil diaduk. Lalu disaring menggunakan kapas untuk menyaring ampas. Proses ini dilakukan berulang-ulang hingga tidak ada lagi senyawa yang terekstrak yang ditandai dengan warna pelarut yang jernih. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan, disaring dengan menggunakan kertas saring dan diuapkan etanolnya hingga didapat ekstrak etanol yang kental.

4.3.3. Optimasi dan penentuan Na CMC

Tabel 2. Formula optimasi Na CMC pada gel gigi

Bahan Formula

1 2 3 4

Ekstrak Daun Jambu Biji (%) 2,0 2,0 2,0 2,0

Na CMC (%) 4,0 6,0 8,0 10 Kalsium Karbonat (%) 40 40 40 40 Gliserin (%) 15 15 15 15 Larutan Sorbitol (%) 10 10 10 10 Na-Lauril Sulfat (%) 2,0 2,0 2,0 2,0 Minyak Permen (%) 0,75 0,75 0,75 0,75 Nipagin (%) 0,1 0,1 0,1 0,1 Nipasol (%) 0,01 0,01 0,01 0,01 Na-Meta Bisulfit (%) 1,0 1,0 1,0 1,0

Na CMC dikembangkan terlebih dahulu dalam air panas dengan cara menaburkannya diatas air, lalu didiamkan selama + 15 menit agar memudahkan dalam proses pembuatan, setelah itu aduk kuat-kuat secara constant sehingga basis gel berhasil dibuat homogen.

Setelah itu, CaCO3 dimasukkan kedalam basis gel tersebut, diaduk hingga homogen bersama basis gel (M1). Dalam lumpang yang terpisah, Gliserin dicampurkan bersama dengan sorbitol dan Ekstrak daun jambu biji (M2). Na Lauril sulfat dilarutkan dalam air terlebih dahulu sebelum dicampurkan dengan bahan-bahan lainnya (M3).

M2 (Ekstrak+Gliserin+Sorbitol) dicampurkan kedalam M1(Na CMC+CaCO3), diaduk hingga homogen.Setelah itu, ditambahkan M3 (Na lauril sulfat+air), diaduk perlahan hingga homogen. Nipagin, Na Metabisulfit, dan minyak permen ditambahkan setelah semua massa (M1+M2+M3) tercampur homogen, diaduk perlahan-lahan hingga semua bahan, tercampur homogen.

Dalam optimasi formula ini, konsentrasi dari Na CMC dimodifikasi dari mulai 4% hingga 10%, lalu dari masing-masing modifikasi tersebut, didapatkanlah konsentrasi optimal dari Na CMC yang cocok sebagai basis gel formula sediaan ini.

4.3.4. Optimasi dan penentuan CaCO3

Tabel 3. Formula optimasi CaCO3 (Kalsium Karbonat) pada gel gigi

Setelah optimasi konsentrasi Na CMC dan Ekstrak yang sesuai, ditemukan. Maka dalam formulasi kali ini, dilakukan proses optimasi dan penentuan konsentrasi dari Kalsium Karbonat yang bertujuan untuk menemukan konsentrasi Kalsium Karbonat yang optimal yang berfungsi sebagai abrasif pada formula pembuatan gel gigi. Sedangkan cara pembuatan sediaan, sama seperti formula optimasi sebelumya.

Bahan Formula

1 2 3 4

Ekstrak Daun Jambu Biji (%) 2,0 2,0 2,0 2,0

Na CMC (%) 6,0 6,0 6,0 6,0 Kalsium Karbonat (%) 20 30 40 50 Gliserin (%) 15 15 15 15 Larutan Sorbitol (%) 10 10 10 10 Na-Lauril Sulfat (%) 2,0 2,0 2,0 2,0 Minyak Permen (%) 0,75 0,75 0,75 0,75 Nipagin (%) 0,1 0,1 0,1 0,1 Nipasol (%) 0,01 0,01 0,01 0,01 Na-Meta Bisulfit (%) 1,0 1,0 1,0 1,0

4.3.5. Optimasi dan penentuan Gliserin+Sorbitol

Tabel 4. Formula optimasi Gliserin+Sorbitol pada gel gigi

Dalam formula ini, dilakukan proses optimasi dari Gliserin+Sorbitol yang bertujuan untuk menemukan konsentrasi dari kedua pemanis yang paling baik, secara rasa maupun pengaruh kepada penampilan sediaan akhir gel gigi. Disamping berfungsi sebagai pemanis, kedua zat ini juga dapat saling bersinergi ketika digabungkan, Sedangkan cara pembuatan sediaan, sama seperti formula optimasi sebelumya.

Bahan Formula

1 2 3 4

Ekstrak Daun Jambu Biji (%) 2,0 2,0 2,0 2,0

Na CMC (%) 6,0 6,0 6,0 6,0 Kalsium Karbonat (%) 40 40 40 40 Gliserin (%) 15 20 25 30 Larutan Sorbitol (%) 15 10 5,0 0 Na-Lauril Sulfat (%) 2,0 2,0 2,0 2,0 Minyak Permen (%) 0,75 0,75 0,75 0,75 Nipagin (%) 0,1 0,1 0,1 0,1 Nipasol (%) 0,01 0,01 0,01 0,01 Na-Meta Bisulfit (%) 1,0 1,0 1,0 1,0

4.3.6. Optimasi dan penentuan Na Lauril Sulfat

Tabel 5. Formula optimasi Na Lauril Sulfat pada gel gigi

Dalam formula ini, dilakukan proses optimasi dari Na Lauril Sulfat yang bertujuan untuk menemukan konsentrasi pembuat busa yang paling baik namun lebih aman secara pemakaian, baik nyaman digunakan,maupun nilai estetika pada penampilan sediaan akhir gel gigi. Daya busa yang baik ialah yang cukup menimbulkan busa dan tidak terlalu mudah bereaksi jika terkena air., Sedangkan cara pembuatan sediaan, sama seperti formula optimasi sebelumya.

Bahan Formula

1 2 3 4

Ekstrak Daun Jambu Biji (%) 2,0 2,0 2,0 2,0

Na CMC (%) 6,0 6,0 6,0 6,0 Kalsium Karbonat (%) 40 40 40 40 Gliserin (%) 25 25 25 25 Larutan Sorbitol (%) 5,0 5,0 5,0 5,0 Na-Lauril Sulfat (%) 10 5,0 3,0 2,0 Minyak Permen (%) 0,75 0,75 0,75 0,75 Nipagin (%) 0,1 0,1 0,1 0,1 Nipasol (%) 0,01 0,01 0,01 0,01 Na-Meta Bisulfit (%) 1,0 1,0 1,0 1,0

Dokumen terkait