• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimasi formula sediaan gel gigi yang mengandung ekstrak daun jambu biji (psidium guajaya L) dengan Na CMC sebagai gelling agent

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Optimasi formula sediaan gel gigi yang mengandung ekstrak daun jambu biji (psidium guajaya L) dengan Na CMC sebagai gelling agent"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

GELLING AGENT

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Farmasi.

Oleh

Dea Arditia Rahman NIM: 105102003360

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) SYARIFHIDAYATULLAH

(2)

Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar

hasil karya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai skripsi

atau karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga

pendidikan manapun.

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaah, terucap puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang tak

henti-hentinya memberikan nikmat kepada kita semua hingga akhirnya penulis

dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Sholawat serta salam,

semoga selalu tercurah kepada “the real idol” baginda Nabi Muhammad SAW,

teladan terbaik sepanjang zaman, model manusia beriman yang layak jadi panutan

dalam setiap peran. Semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di hari

pengadilan kelak.

Tentunya penyusunan skripsi ini tidak mudah dibuat, banyak pihak yang

sangat penting dalam proses tersusunnya skripsi ini. Oleh karenanya, penulis ingin

mengucapkan rasa terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada :

1. Bapak (Paturohman) dan ibunda (Yayah Hardianti) serta seluruh keluarga

besar dirumah yang sudah sangat tak terhitung jasanya kepada penulis dan

telah banyak menyayangi serta mengasihi penulis dengan berbagai bantuan

baik materil maupun immaterial. Jiwa dan raga untuk membesarkan penulis

hingga saat, aku sanga menyayangi kalian.

2. Ibu Nelly Suryani M.Si, Apt dan bapak Yardi M.Si, Apt yang telah banyak

memberi bimbingan dan arahan serta sabar dan mau meluangkan waktunya

ditengah kesibukan beliau berdua untuk menyelesaikan skripsi ini,

mudah-mudah Allah membalas dengan balasan yang terbaik

3. Dosen-dosen penguji ( ibu Farida Sulistyawati, M.Si, Apt, ibu Azrifitria, M.Si,

Apt, dan ibu Nurmeilis, M.Si, Apt) yang telah banyak memberi masukan dan

penyempurnaan serta dosen-dosen lain baik yang secara langsung maupun

tidak langsung terlibat dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Saudari Mutia Gardena yang sudah menjadi jembatan terlaksananya

penyusunan skripsi ini mulai dari tema hingga proses penelitian

5. Agus Wiryono, Oky Hermansyah, Salman Alfarisii, Arif Romdhon Hakim,

dan Lukky Jayadi yang sudah banyak terlibat dalam proses penelitian selama

(4)

6. Teman-teman Faramsi UIN Angkatan 2005, semuanya (tidak bias saya

sebutkan satu persatu) yang masing-masing mempunyai peranan penting bagi

penulis, mudah-mudahan ikatan persaudaraan kita dikekalkan hingga akhirat,

amiin

7. Mbak Eris Risenti yang sudah banyak membantu dalam penyediaan alat dan

bahan dan setia menemani proses penelitian penulis di laboratorium.

8. Mbak Pia yang telah membantu dalam proses birokrasi akademi serta seluruh

elemen farmasi UIN yang telah banyak memberi bantuan kepada penulis

9. A.Syahril Baidillah, murobbi dan tempat penulis berdiskusi soal keagamaan,

mudah-mudahan dapat membentuk keluarga yang sakinah mawaddah wa

rohmah.

10. Adikku, Gia Ardian Rahman dan Gea Arian Rahman yang telah banyak

memberi pendewasaan dalam hidup penulis, mohon maaf aa belum banyak

bisa menjadi teladan yang baik

Tentunya masih banyak pihak-pihak yang berkaitan dengan penyusunan

skripsi ini yang tidak bisa saya sebut satu persatu tapi mudah-mudahan selalu

dalam keridhoan Allah SWT. Penulis berharap penelitian ini suatu saat dapat

bermanfaat untuk dunia kesehatan khususnya, dan dunia islam pada umumnya.

Jakarta, 4 November 2009 M

16 Dzulqo’dah 1430 H

(5)

ABSTRAK

JUDUL : OPTIMASI FORMULA SEDIAAN GEL GIGI YANG MENGANDUNG EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajavaLinn) DENGAN Na CMC SEBAGAIGELLING AGENT

Telah dilakukan penelitian mengenai optimasi formula sediaan gel gigi yang mengandung ekstrak daun jambu biji (Psidium guajavaL) dengan Na CMC sebagai gelling agent. Berdasarkan data empiris, daun jambu biji (Psidium guajava L) sering digunakan untuk obat kumur dan dapat mengobati sariawan bahkan sakit tenggorokan. Data hasil penelitian juga menyebutkan bahwa daun jambu biji (Psidium guajava L) memiliki kandungan sebgaai antiseptik alami. Optimasi dilakukan terhadap semua bahan-bahan yang membentuk sediaan gel gigi ini. Berdasarkan hasil penelitian ini, Na CMC yang berfungsi sebagaigelling agent optimal pada konsentrasi 6%, CaCO3 optimal pada konsentrasi 40%, Na Lauril Sulfat optimal pad konsentrasi 3%, dan kombinasi gliserin-sorbitol optimal pada konsentrasi 25%-5%. Perbandingan hasil pengujian yang dilakukan terhadap sediaan gel gigi, dengan hasil pengujian sediaan pasta gigi yang sudah beredar di pasaran menunjukkan bahwa secara umum sediaan ui hampir mirip dengan sediaan gel gigi, Namun ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L) rentan teroksidasi cahaya dan udara sehingga secara penyimpanan dan stabilitas, sediaan tidak bisa bertahan lama.

(6)

ABSTRACT

TITLE : OPTIMIZATION FORMULA OF TOOTH GEL

CONTAINING LEAF EXTRACT OF GUAVA (Psidium guajava Linn) WITH Na CMC AS GELLING AGENT

A research about formula’s optimization of tooth gel using Na CMC as a gelling agent. Based on empirical data, guava leaves (Psidium guajava L) frequently used as gargle and also can heal sprue even a sore throat. Research data also mentions that guava leaves contain a natural antiseptic. Optimization carried out on all the forming materials preparation of this tooth gel. Based on the result of this research, Na CMC which acts as a gelling agent, optimal at 6% of concentration, CaCO3 optimal at 40% of concentration, Na Lauril Sulfate optimal at 3% of concentration, and combination of gliserin-sorbitol optimal at 25%-5% of concentration. Comparison of test result conducted on the preparation of tooth gel form, with the test result of tooth gel preparations already circulating in the market in general showed that the test prepration is almost similar to the dosage form of a tooth gel, however, guava leaf extract (Psidium guajava L) oxidized vulnerable to light and air so that the storage and stability, preparations could not go along way

(7)

DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Jambu Biji ... 5

2.1.1. Klasifikasi Tanaman ... 5

2.1.2. Nama Daerah ... 5

2.1.3. Deskripsi Tanaman ... 6

2.1.4. Kandungan Kimia ... 6

2.1.5. Khasiat Daun Jambu Biji ... 7

2.2. Ekstraksi ... 7

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan waktu penelitian ... 20

4.2. Alat dan bahan ... 20

4.3. Metode penelitian ... 21

4.3.1. Determinsi, Penyiapan Simplisia dan Penapisan ... 21

4.3.2. Pembuatan Ekstrak ... 24

4.3.3. Optimasi dan penentuan Na CMC ... 24

4.3.4. Optimasi dan penentuan CaCO3 ... 27

4.3.5. Optimasi dan penentuan Gliserin+Sorbitol ... 28

4.3.6. Optimasi dan penentuan Na Lauril Sulfat ... 29

4.4. Formula Optimal Sediaan . ... 30

4.5. Pengukuran dan pengujian hasil formula optimasi... 30

4.5.1. Organoleptis ... 30

4.5.2. Uji Homogenitas dan Volume Pemisahan ... 30

4.5.3. Uji Stabilitas ... 31

4.5.4. Uji pH ... ... 31

(8)

4.5.6. Uji Viskositas pada berbagai kecepatan geser (rpm)... 32

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil ... 33

5.1.1. Hasil Determinasi Tanaman ... 33

5.1.2. Hasil Penapisan Fitokimia ... 33

5.1.3. Hasil Optimasi dan penentuan Na CMC ... 34

5.1.4. Hasil Optimasi dan penentuan CaCO3 ... 34

5.1.5. Hasil Optimasi dan penentuan Gliserin+Sorbitol ... 34

5.1.6. Hasil Optimasi dan penentuan Na Lauril Sulfat ... 35

5.1.7. Hasil pengamatan organoleptis dan sediaan optimal ... 35

5.1.8. Hasil Uji Homogenitas dan Volume Pemisahan ... 35

5.1.9. Hasil Uji Stabilitas ... 35

5.1.10. Hasil Uji Stabilitas terhadap pH ... 36

5.1.11. Hasil Uji Stabilitas terhadap konsistensi ... 36

5.1.12. Hasil Uji Viskositas ... 36

5.2. Pembahasan ... 36

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 42

6.2. Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA... 43

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Syarat mutu pasta gigi

2. Formula Optimasi Na CMC pada gel gigi 3. Formula Optimasi CaCO3 pada gel gigi

4. Formula Optimasi Gliserin+Sorbitol pada gel gigi 5. Formula Optimasi Na Lauril Sulfat pada gel gigi 6. Formula Akhir optimasi sediaan gel gigi

7. Hasil Penapisan Fitokimia ekstrak kental daun jambu biji 8. Hasil optimasi Na CMC

9. Hasil penentuan Na CMC 10. Hasil optimasi CaCO3 11. Hasil penentuan CaCO3

12. Hasil Optimasi Gliserin+Sorbitol 13. Hasil Optimasi Na Lauril Sulfat 14. Hasil Uji Stabilitas

15. Hasil Uji Stabilitas Terhadap pH

16. Hasil Uji Stabilitas Terhadap Konsistensi 17. Hasil Uji Perbandingan viskositasi

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Gambar tanaman jambu biji

2. Gambar bagian-bagian gigi

3. Perbandingan nilai pH terhadap stabilitas

4. Gambar perbandingan viskositas sediaan pada pekan ke-0 5. Gambar perbandingan viskositas sediaan pada pekan ke-1 6. Gambar perbandingan viskositas sediaan pada pekan ke-2 7. Gambar perbandingan viskositas sediaan pada pekan ke-3 8. Gambar perbandingan viskositas sediaan pada pekan ke-4 9. Gambar hasil uji konsistensi terhadap stabilitas

10. Gambar sediaan formula optimal

11. Gambar sediaan pada suhu penyimpanan 450C 12. Gambar sediaan pada suhu penyimpanan 550C 13. Gambar sediaan pada suhu penyimpanan 270C

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Hasil Uji Determinasi tanaman

2. Hasil Uji Susut Pengeringan ekstrak kental daun jambu biji 3. Hasil pengujian pH

4. Hasil Pengukuran Viskositas 5. Hasil Pengujian Konsistensi 6. Gambar Sediaan Optimal 7. Hasil Uji Stabilitas 8. Tabel Hasil Uji

(12)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bumi kita memiliki potensi tumbuhan yang sangat besar. terdapat

tidak kurang dari 25.000 spesies tumbuhan berbunga di alamnya berbunga,

sekitar 80%-nya telah digunakan dalam pengobatan(WHO, IUCN dan

WWF. 1993) produk obat-obatan saat ini sangat bergantung kepada

hasil-hasil alam terutama tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu, inovasi dan kreasi

dibidang pengembangan obat-obatan yang berbasis pengobatan berbasis

herbal harus lebih dikembangkan, dengan tidak mengesampingkan mutu

keamanan dan khasiat obat, prospek dunia pengobatan berbasis herbal ini

sangat menjanjikan dan banyak diincar orang.

Salah satu tumbuhan obat yang perlu dikembangkan dan banyak

digunakan sebagai bahan obat adalah daun jambu biji (Psidium guajavaL.).

Tumbuhan ini banyak terdapat di Indonesia dan digunakan untuk

pembuatan ramuan obat atau jamu. Daun jambu biji dapat digunakan

sebagai obat kumur untuk sakit gigi, sebagai astringent pada beberapa

sediaan kosmetik, anti diare dan muntah karena kolera, anti spasmodik dan

pemakaian lokal untuk reumatik, anti inflamasi, antipiretik, analgetik, dan

anti bakteri (Iwu, 1993). melirik khasiat-khasiat yang beraneka ragam

tersebut, maka inovasi dari produk yang berasal dari bahan ini dapat ditelaah

(13)

Dalam dunia kesehatan terutama kesehatan mulut, masalah yang

sering dialami oleh masyarakat pada umumnya adalah keluhan sakit gigi

yang disebabkan karies gigi dan penyakit jaringan pendukung gigi.

Walaupun penyakit ini tidak secara langsung membahayakan jiwa manusia

namun sering kali mengganggu aktivitas manusia. Salah satu cara untuk

menjaga kebersihan gigi dan mulut yaitu dengan menggosok gigi dengan

menggunakan pasta gigi.

Berdasarkan hasil penelitian para ilmuan dibuktikan bahwa daun

jambu biji dapat berkhasiat sebagai antibakteri (Iwu, 1993) dan biasa

digunakan dalam sediaan kumur pada pengobatan gusi bengkak atau

berdarah yang sudah digunakan orang sejak lama (Rain-tree.com).

Sediaan pembersih gigi adalah sediaan semi padat yang efektif

sebagai medium perawatan yang terdiri dari campuran bahan penggosok,

bahan pembersih, dan bahan tambahan agar zat aktif dapat bekerja pada

permukaan gigi dengan efek utamanya yaitu membuat permukaan gigi lebih

resisten terhadap kerusakan oleh bakteri atau jamur di mulut tanpa merusak

gigi maupun membran mukosa mulut. Sediaan pembersih gigi dapat berupa

pasta, gel, pasta dengan lapisan berwarna, serbuk atau cairan. Sediaan dalam

bentuk gel umumnya lebih disukai karena mempunyai penampilan yang

lebih baik. Namun sediaan dalam bentuk pasta ataupun gel, masyarakat

menyebutnya sebagai pasta gigi.

Pada penelitian kali ini, dilakukan optimasi formula gel gigi dengan

penambahan ekstrak daun jambu biji dan Na CMC sebagai gelling agent

(14)

dimaksudkan untuk melihat pengaruh peningkatan konsentrasi Na CMC

yang digunakan sebagai gelling agent terhadap stabilitas fisik pasta gigi

ekstrak daun jambu biji,disamping itu, karena penelitian ini baru dilakukan

pertama kalinya, oleh karenanya masing-masing dari setiap rangkaian

formula dilakukan optimasi terhadap komponen-komponen yang lain untuk

mendapatkan formula yang lebih baik dan lebih stabil secara penyimpanan.

1.2. Perumusan Masalah

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ekstrak etanol 70% daun jambu biji dapat dibuat menjadi

sediaan gel gigi yang stabil secara fisik dengan menggunakan Na CMC

sebagaigelling agent?

2. Berapakah konsentrasi Na CMC yang baik digunakan sebagai gelling

agent pada sediaan gel gigi dengan menggunakan ekstrak etanol 70%

daun jambu biji?

3. Pada konsentrasi berapa pula didapatkan formula yang sesuai dan stabil

secara fisik sebagai bahan pembuatan gel gigi dengan menggunakan

ekstrak etanol 70% daun jambu biji?

1.3. Hipotesis

1. Ekstrak etanol 70% daun jambu biji dapat dibuat sediaan gel gigi

dengan penambahan Na CMC sebagaigelling agent.

2. Dengan variasi modifikasi konsentrasi, diharapkan dapat ditemukan

konsentrasi optimal dari Na CMC sebagai gelling agent dalam

(15)

3. Dengan menggunakan metode trial and error, diharapkan dapat

ditemukan formula yang tepat dari masing-masing komponen pembuat

gel gigi ini.

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendapatkan Konsentrasi optimal dari Na CMC sebagai gelling agent

dalam pembuatan gel gigi dengan menggunakan ekstrak etanol 70%

daun jambu biji

2. Mendapatkan Formula yang optimal dari variasi formula optimasi yang

dilakukan

3. Membuat sediaan gel gigi dari ekstrak daun jambu biji yang berfungsi

sebagai antiseptik yang stabil secara fisik

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai terobosan baru dalam dunia kosmetik khususnya sediaan gigi

yang menggunakan bahan aktif ekstrak daun jambu biji, yang tentunya

minim akan efek samping dan tidak kalah berkhasiat dibandingkan dengan

bahan aktif kimiawi dan juga dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai

rekomendasi bahan aktif yang berkhasiat dan aman digunakan dalam

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Jambu Biji

Tinjauan mengenai tumbuhan ini meliputi klasifikasi, nama daerah,

deskripsi tanaman, khasiat dan kegunaan serta kandungan kimia

2.1.1 Klasifikasi Tanaman

Tanaman Jambu Biji (Psidium guajavaL.) diklasifikasikan sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus :Psidium

Spesies : Psidium guajava L.

2.1.2 Nama daerah

Sumatra : Glima breueh (Aceh), glimeu beru (Gayo), galiman (Batak),

masiambu (Nias), biawas, jambu biawas, jambu biji, jambu

susu (Melayu)

(17)

Jawa : Jambu klutuk (Sunda), bayawas, jambu krutuk, petokal,

tokal (Jawa), jambu bender, jambu bigi (Madura)

NTB : Sotong (Bali), guawa (Ende), goihawa (Sika), kejawas,

kujawas, kojabas (Timor)

2.1.3 Deskripsi Tanaman

Tanaman jambu biji merupakan tanaman semak atau pohon dengan

ketinggian 3–10 meter, kulit batang halus permukaannya, berwarna coklat

dan mudah mengelupas. Daun berhadapan, bertulang menyirip, berbintik,

berbentuk bulat telur agak menjorong atau agak bundar sampai meruncing,

panjang helai daun 6–14 cm, lebar 3–6 cm, panjang tangkai 3–7 cm, daun

yang muda berambut, daun yang tua permukaan atasnya menjadi licin.

Pembungaan terdiri dari 1–3 bunga, panjang gagang pembungaan 2–4 cm,

panjang kelopak 7–10 mm, tajuk berbentuk bundar telur sungsang,

panjang 1,5–2 cm. Buah berbentuk bulat atau bulat telur, kalau masak

berwarna kuning, panjang 5–8,5 cm, berdaging yang menyelimuti biji-biji

dalam massa berwarna kuning atau merah jambu (Vademekum Bahan

Obat Alam, 1977)

2.1.4 Kandungan Kimia

Daun jambu biji mengandung minyak essensial(minyak atsiri)

dengan komponen utamanya ialah α-pinen, β-pinen, limonene, menthol,

terpenil asetat, isopropil alkohol, longisilen, Vitamin C, guaijaverin,

(18)

-kopanen, tannin, farnesen, humulen, selinen, kardinen dan kurkumen

(Zakaria, 1994)

2.1.5 Khasiat Daun Jambu Biji

Daun jambu biji berkhasiat sebagai obat antara lain untuk mengobati

penyakit gastroenteritis, muntah-muntah, diare, luka-luka, penyakit kulit

seperti ulcer, gusi bengkak, sakit gigi, batuk, sakit tenggorokan, sariawan,

keputihan, diabetes, antiseptik, antibakteri, analgesik, antispasmodik,

antipiretik, antiinflamasi, dan disentri (Zakaria, 1994)

Gambar 1. Tanaman Jambu Biji

2.2 Ekstraksi

Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan

mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang

diinginkan larut didalamnya (Ansel, 1989). Hasil dari proses ekstraksi ialah

ekstrak. Dalam buku disebutkan bahwa: Ekstrak adalah sediaan kering, kental

(19)

hewani menggunakan pelarut dan cara yang sesuai, diluar pengaruh cahaya

matahari langsung ( Depkes RI, 1979).

Ada beberapa macam metode ekstrasi diantaranya :

1. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut

a. Cara dingin

Ø Maserasi

Yaitu proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan prose

perendaman dimana pelarut yang tadi,dapat melunakkan susunan sel,

sehingga zat-zat yang mudah larut akan terbawa (Ansel, 1989)

Ø Perkolasi

Adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna

(exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan paa temperatur

ruangan. Ekstraksi ini membutuhkan pelarut yang lebih banyak.

b. Cara panas

Ø Refluks

Adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama

waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan

adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada

residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapt termasuk proses ekstraksi

sempurna.

Ø Soxhlet

Adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya

dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan

(20)

Ø Digesti

Adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur

yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum

dilakukan pada temperatur 40-50oC.

Ø Infus

Adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas

air(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur

terukur 96-98oC) selama waktu tertentu (15-20 menit).

Ø Dekok

Adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik

didih air.

2. Destilasi uap

Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap

(minyak atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air

berdasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap

dengan fase uap air dari ketel secara kontinu sampai sempurna dan diakhiri

dengan kondensasi fase uap campuran (senyawa kandungan menguap ikut

terdestilasi) menjadi destilat air bersama senyawa kandungan yang

(21)

2.3. Gigi

Gigi adalah bagian keras yang terdapat di dalam mulut. Fungsi

utama dari gigi adalah untuk merobek dan mengunyah makanan. Gigi

tertanam di dalam tulang rahang bawah dan atas serta tersusun dalam dua

lengkung. Lengkung rahang atas lebih besar dari pada lengkung rahang

bawah.

Gigi tetap berjumlah 32 pada setiap setengah rahang terdapat 8 buah

gigi, yaitu 2 gigiinsisivus, 1 kaninus, dan 2 premolar yang menggantikan

kedua molar gigi susu dan tambahan 3 molar lagi di bagian posterior.

(22)

Gigi terdiri dari:

a. Mahkota gigi (mahkota klinis) yaitu bagian yang menonjol di atas

gusi (gingiva), sedangkan mahkota anatomis adalah bagian yang

dilapisi email

b. Akar gigi yaitu bagian yang terpendam dalam alveolus pada tulang

maksila atau mandibula

c. Leher gigi (serviks) yaitu tempat bertemunya mahkota anatomis dan

akar gigi. Di bagian tengah gigi terdapat rongga pulpa yang

melanjutkan diri menjadi saluran akar yang berakhir pada foramen

apikal. Rongga pulpa ini dikelilingi oleh dentin dan di bagian luar

dentin dilapisi oleh email (pada mahkota) dan sementum (pada akar).

Email atau enamel adalah bahan terkeras pada tubuh. Terdiri atas 97

% bahan berkapur, terutama kalsium fosfat dalam bentuk kristal apatit, dan

hanya 1 % bahan organik. Bahan organiknya terdiri dari enamelin, suatu

protein yang sangat kaya prolin.

Dentin merupakan bahan berkapur yang banyak mengandung unsur

organik, dengan proporsi yang sama sepeti tulang. Dentin mengandung

tubulus spinal yang keluar dari rongga sumsum. Masing-masing tubulus

tersebut ditempati oleh satu odontoblas melalui proses protoplasmik yang

(23)

2.4. Pasta Gigi

Dalam catatan sejarah, pertama kali pasta gigi pada peradaban

manusia ditemukan pada 1550 SM di Mesir kuno, dimana bahan-bahan

pembuatnya terdiri dari campuran serbuk batu api, tanah liat, kemenyan

dan madu. Sedangkan pada masa Romawi dan Yunani kuno, pasta gigi

terbuat dari serbuk tanduk rusa, serbuk tulang hewan, serbuk batu apung

dan marmer, madu dan berbagai macam tumbuhan obat yang digunakan

hingga ke zaman pertengahan. Sedangkan produk pasta gigi komersial

yang sudah diproduksi di pasaran dimulai di Amerika Serikat pada tahun

1850 dengan nama Sheffield Toothpaste (Mitsui, 1997).

Pasta gigi adalah produk semipadat yang terdiri dari campuran bahan

penggosok, bahan pembersih dan bahan tambahan yang digunakan untuk

membantu membersihkan gigi tanpa merusak gigi maupun membran

mukosa mulut.

Sediaan pembersih gigi dapat berupa pasta, gel, pasta dengan lapisan

berwarna, serbuk atau cairan. Bentuk yang umum berada di pasaran adalah

dalam bentuk pasta dan gel. Sediaan dalam bentuk gel umumnya lebih

disukai karena mempunyai penampilan yang lebih baik.

Fungsi utama dari pasta gigi adalah menghilangkan pengotor dari

permukaan gigi dengan efek buruk yang kecil terhadap gigi. Timbulnya

busa saat menggosok gigi membuat proses pembersihan gigi menjadi lebih

menyenangkan. Fungsi lain dari pasta gigi adalah untuk mencegah

(24)

Syarat mutu pasta gigi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Syarat mutu pasta gigi (SNI 12-3524-1995)

No Jenis Uji Satuan Syarat

1 Sukrosa atau karbohidrat lain yang dapat

terfermentasi

4 Campuran Mikroba

Angka lempeng total

5 Zat Pengawet Sesuai dengan yang

diijinkan Dept. Kes

6 Formaldehida maks. sebagai formaldehida

bebas

% 0,1

7 Flour bebas ppm 800-1500

(25)

Karakteristik yang penting dari pasta gigi adalah konsistensi,

kemampuan menggosok, penampilan, pembentukan busa, rasa, stabilitas

dan keamanan.

a. Konsistensi

Konsistensi menggambarkan reologi dari pasta. konsistensi ideal dari

pasta yaitu mudah dikeluarkan dari tube, cukup keras sehingga dapat

mempertahankan bentuk pasta minimal selama 1 menit. konsistensi dapat

diukur melalui densitas, viskositas, kelenturan. Viskositas adalah ukuran

resistensi zat cair untuk mengalir. Makin besar resistensi suatu zat cair

untuk mengalir, makin besar pula viskositasnya.

b. Kemampuan menggosok

Pasta gigi dapat memiliki kemampuan menggosok yang sangat

bervariasi. pasta gigi yang ideal harus memiliki kemampuan menggosok

yang cukup untuk dapat dibersihkan dan membersihkan partikel atau noda

dan mengkilatkan permukaan gigi.

c. Penampilan

Pasta gigi yang disukai biasanya lembut, homogen, mengkilat, bebas

dari gelembung udara dan memiliki warna yang menarik.

d. Pembentukan busa

Surfaktan yang digunakan harus dapat mensuspensikan dan

(26)

e. Rasa

Rasa dan aroma merupakan hal yang paling diperhatikan konsumen

dan merupakan karakteristik yang penting untuk mengetahui apakah

konsumen akan membeli produk atau tidak.

f. Stabilitas

Formulasi pasta gigi harus stabil, sesuai dengan waktu penyimpanan.

waktu penyimpanan pasta gigi dapat mencapai tiga tahun. Sediaan pasta

gigi tidak boleh memisah atau terjadi sineresis. Viskositas dan pH sediaan

pasta gigi harus dapat dipertahankan selama waktu penyimpanan.

2.5. Gel

Gel adalah suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu

dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul

organik yang besar dan saling diresapi cairan. (DepKes RI, 1995)

Makromolekul yang ada pada sediaan gel disebarkan keseluruh cairan

sampai tidak terlihat ada batas diantaranya, cairan ini disebut gel satu fase.

Jika massa gel terdiri dari kelompok kelompok partikel kecil yang

berbeda, maka gel ini dikelompokkan sebagai sistem dua fase dan sering

pula disebut magma atau susu. Gel dianggap sebagai dispersi koloid

karena masing-masing mengandung partikel-partikel dengan ukuran

koloid(Ansel, 1989).

Bentuk gel mempunyai beberapa keuntungan diantaranya tidak

lengket, gel mempunyai aliran tiksotropik dan pseudoplastik yaitu gel

(27)

konsentrasi bahan pembentuk gel yang dibutuhkan hanya sedikit untuk

membentuk massa gel yang baik, viskositas gel tidak mengalami

perubahan yang berarti pada suhu penyimpanan (Lieberman, 1989).

Gel merupakan salah satu bentuk sediaan untuk beberapa rute

pemberian obat. Gel digunakan sebagai sediaan yang diberikan secara oral,

topikal, vaginal, dan rektal. Gel dan jelli termasuk ke dalam sediaan gel

dibuat tampilan yang seragam dari transparan hingga semi

tranparan.(Mitsui, 1997). Komponen utama gel terdiri dari basis gel

dan pelembut, surfaktan, zat pengawet, zat aktif, pewarna, dan parfum.

Pada sediaan gel yang transparan, maka zat tambahan harus dapat larut dan

terdispersi dalam basisnya.(Mitsuii, 1997).

2.5.1 Bahan-bahan dalam pembuatan Gel Gigi

Bahan-bahan yang umum digunakan dalam pasta gigi adalah

sebagai berikut(Harry, 1973),( M. Howard, 1974)

A. Abrasif (bahan penggosok)

Adalah bahan pembersih yang mempunyai kemampuan untuk

membersihkan permukaan gigi dari sisa-sisa makanan serta tidak

menimbulkan efek buruk pada permukaan gigi. Kemampuan menggosok

dan membersihkan dari abrasif dipengaruhi oleh ukuran, bentuk dan

kekerasan bahan tersebut. Bahan penggosok biasa digunakan dalam

konsentrasi 10-50%. Bahan penggosok yang biasa digunakan antara lain

alumina, silika, dikalsium fosfat, kaolin, bentonit, kalsium karbonat,

(28)

B. Detergen

Detergen dan pembentukan busa digunakan dalam sediaan

pembersih gigi untuk membantu membersihkan noda dengan cara

menurunkan tegangan permukaan. Hal ini akan meningkatkan penetrasi

sehingga membantu menghilangkan noda. Detergen harus tidak berasa,

tidak toksik, tidak mengiritasi dalam mukosa mulut. Kualitas busa sangat

penting karena busa mempunyai pengaruh dalam penilaian terhadap

penampilan dan kenyamanan sediaan pembersih gigi. Konsentrasi

detergen dalam formula biasanya 0,5-2,0%. Detergen yang umum biasa

digunakan adalah natrium lauril sulfat.

C. Humektan

Humektan penting digunakan untuk mencegah pengeringan sediaan

pembersih gigi yang biasanya terjadi bila tutup tube terbuka. Humektan

dapat juga berfungsi sebagai pelicin sediaan dan untuk mencegah

terjadinya pengerakan sisa gel setelah komponen lain menguap. Bahan

yang sering digunakan adalah sorbitol, gliserin, propilen glikol. Dalam

sediaan pembersih gigi yang tidak tembus cahaya digunakan konsentrasi

20-40%. Dalam sediaan pembersih gigi berbentuk gel bisa digunakan

hingga 80%.

D. Pembentuk Gel (gelling agent)

Pembentuk gel penting sebagai bahan pengikat membentuk suatu

semisolid yang stabil. Bahan pembentuk gel yang biasa digunakan adalah

(29)

gum alam seperti lumut inggris, gum tragakan, selulosa sintetik, Na

CMC, Magnesium Alumunium Silicate dan lain-lain.

E. Penambah rasa (flavour)

Pemilihan penambah rasa merupakan salah satu langkah penting

dalam membuat formula sediaan pembersih gigi. Penambah rasa dipilih

dengan fungsi yang optimal. Konsumen lebih menyukai sediaan

pembersih gigi dengan rasa yang dapat meninggalkan sensasi segar

dalam mulut dan kesan bersih. Penambah rasa yang umum ditambahkan

adalah mentol untuk memberikan kesan dingin.

F. Bahan tambahan lain

Bahan tambahan lain yang digunakan dalam sediaan pembersih gigi

adalah pengawet. Penambahan pengawet digunakan untuk menjaga dan

mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada sediaan pembersih gigi.

Bahan pengawet yang biasa digunakan adalah campuran dari metil paraben.

Pewarna digunakan agar sediaan pembersih gigi terlihat lebih menarik,

pewarna yang sering digunakan adalah merah, hijau (D&C #3), biru dan

(30)

BAB III

KERANGKA KONSEP

Maserasi dengan etanol

Daun jambu biji dapat berkhasiat sebagai antiseptik

alami

Pembuatan sediaan mulut berbasis herbal masih sangat

terbatas.

Proses penyiapan simplisia kering

Pembuatan Formula Optimasi

Ekstrak kental daun jambu biji

(31)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia Farmasi FKIK

UIN-Jakarta dan Pusat Laboratorium Terpadu UIN Syarif Hidayatullah UIN-Jakarta.

Penelitian dimulai dari bulan mei sampai bulan September 2009.

4.2. Alat dan Bahan 4.2.1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari, Spatula,

timbangan analitik, toples,Vacuum Rotary Evaporator, Lumpang dan Alu,

pH meter, Oven, Inkubator, Labu Erlenmeyer, Viskometer Brookfield,

Kaca Arloji, Beaker Glass, Gelas Ukur, Pipet.

4.2.2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

Ekstrak Etanol 70 % daun Jambu Biji, Na CMC, Natrium Lauril Sulfat,

Kalsium Karbonat, Gliserin, Sorbitol, Minyak Permen, Na meta bisulfit,,

(32)

4.3. Metode Penelitian

4.3.1. Determinasi, Penyiapan Simplisia, dan penapisan fitokimia 4.3.1.1. Determinasi dan Penyiapan Simplisia

Penelitian mengenai optimasi formula gel gigi ini demulai dengan

melakukan determinasi tanaman di Herbarium Bogoriense, Pusat

Penelitian Biologi, LIPI, Cibinong. Daun Jambu Biji (Psidium guajava.

Linn) yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik

(BALITTRO) Depertemen Pertanian Bogor tersebut selanjutnya disortasi

kering, lalu dicuci dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan,

setelah kering, setelah itu daun jambu biji di potong kecil-kecil sehingga

didapat simplisia kering yang kemudian digunakan untuk proses

maserasi.

4.3.1.2. Penapisan fitokimia (Farnsworth, 1969)

Pada pemeriksaan terhadap kandungan golongan senyawa kimia

dari serbuk dan ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.) seperti

alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, steroid/terpenoid, kuinon, minyak

atsiri dan kumarin.

a. Identifikasi alkaloid

Sebanyak + 5 gram serbuk dilembabkan dengan 5 ml ammoniak

25 % digerus dalam mortir, kemudian ditambahkan 20 ml kloroform da

digerus kembali dengan kuat, campuran tersebut disaring dengan kertas

saring, filtrat berupa larutan organik diambil (sebagai larutan A), sebagai

(33)

pengocokan dalam tabung reaksi, diambil larutan bagian atasnya (larutan

B). Larutam A diteteskan beberapa tetes pada kertas saring dan disemprot

atau ditetesi dengan pereaksi Dragendroff, terbentuk warna merah atau

jingga pada kertas saring menunjukkan adanya senyawa alkaloid.

Larutan B dibagi dalam 2 tabung reaksi, ditambahkan masing-masing

pereaksi Dragendroff dan pereaksi Mayer, terbentuk endapan merah bata

dengan pereaksi Dragendroff atau endapan putih dengan pereaksi Mayer

menunjukkan adanya senyawa alkaloid.

b. Identifikasi flavonoid

Sebanyak + 10 gram serbuk ditambah 100 ml air panas, didihkan

selama 5 menit, saring. Ambil 5 ml filtratnya (dalam tabung reaksi),

ditambahkan serbuk Mg secukupnya dan 1 ml asam klorida pekat dan 2

ml amil alkohol, kocok kuat dan biarkan memisah. Terbentuknya warna

merah, kuning, atau jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan

adanya flavonoid.

c. Identikasi saponin

Serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambah 10 ml air

panas. Setelah dingin kocok kuat secara vertikal selama 10 detik.

Terbentuknya busa yang stabil, menunjukkan adanya saponin, bila

ditambahkan 1 tetes HCl 1% busa tetap stabil.

d. Identifikasi tanin

Sebanyak + 10 gram serbuk ditambah 10 ml air, didihkan selama

(34)

ditambah 1-2 tetes FeCl3 1 %, terbentuknya warna biru, hijau atau hitam

menunjukkan adanya seyawa golongan tanin.

e. Identifikasi steroid/terpenoid

Sebanyak + 5 gram serbuk dimaserasi dalam 20 ml eter selama 2

jam kemudian disaring. Diuapkan dalam cawan penguap sampai kering.

Ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat ke

dalam residu. Terbetuknya warna hijau atau merah menunjukkan adanya

steroid/triterpenoid.

f. Identifikasi kuinon

Sebanyak + 1 gram serbuk dipanaskan dalam air selama 5 menit,

disaring. Sebanyak 5 ml filtat ditambah beberapa tetes larutan NaOH 1

N, terbentuk warna merah menunjukkan adanya kuinon.

g. Identifikasi minyak atsiri

Sebanyak + 2 gram serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi

(volume 20 ml), tambahkan 10 ml pelarut petroleum eter. Pada mulut

tabung dipasang corong yang diberi lapisan kapas yang telah dibasahi

dengan air, kemudian disaring dengan kertas saring. Filtrat yang

diperoleh diuapkan pada cawan penguap, selanjutnya residu dilarutkan

dengan pelarut etanol 95 % sebanyak 5 ml lalu saring dengan kertas

saring. Filtratnya diuapkan dengan cawan penguap, residu yang berbau

(35)

h. Identifikasi kumarin

Sebanyak + 2 gram serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi,

ditambahkan 10 ml kloroform. Corong yang diberi lapisan kapas yang

telah dibasahi dengan air dipasag pada mulut tabung, kemudian

dipanaskan selama 30 menit, setelah dingin disaring. Filtrat diuapkan

dengan cawan penguap hingga kering, sisa ditambah air panas 10 ml,

dinginkan kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan

0,5 ml amoniak 1 %. Diamati dibawah sinar UV 366 nm, flouresensi biru

atau hijau menunjukkan adanya kumarin.

4.3.2. Pembuatan Ekstrak

Pembuatan ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.)

menggunakan metode ekstraksi cara dingin dengan cara maserasi dan

memakai etanol 70% sebagai pelarut. Ekstraksi cara dingin memiliki

keuntungan dalam proses ekstraksi total, yaitu memperkecil

kemungkinan terjadinya kerusakan pada senyawa termolabil yang

terdapat pada sampel. Sebagian besar senyawa dapat terekstraksi

dengan ekstraksi cara dingin, walaupun ada beberapa senyawa yang

memiliki keterbatasan kelarutan terhadap pelarut pada suhu ruangan

(Heinrich et al, 2004). Metode maserasi dipilih karena prosesnya

mudah, peralatan yang digunakan lebih sedikit dan sederhana, dan tidak

memerlukan keahlian khusus (Green, 2000). Sedangkan etanol 70%

digunakan karena etanol umum digunakan pada ekstraksi total.

Keuntungan penggunaan etanol ini adalah sebagaian besar senyawa

(36)

Daun jambu biji yang sudah dibuat derajat halus dimasukkan

dalam gelas piala besar dan diberi etanol hingga seluruh simplisia

terendam. Pelarut dilebihkan setinggi kurang lebih 2,5 cm diatas

permukaan serbuk (Harbone, 1996, Depkes RI, 1996). Proses maserasi

dilakukan selama 3 jam sambil diaduk. Lalu disaring menggunakan

kapas untuk menyaring ampas. Proses ini dilakukan berulang-ulang

hingga tidak ada lagi senyawa yang terekstrak yang ditandai dengan

warna pelarut yang jernih. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan, disaring

dengan menggunakan kertas saring dan diuapkan etanolnya hingga

didapat ekstrak etanol yang kental.

4.3.3. Optimasi dan penentuan Na CMC

Tabel 2. Formula optimasi Na CMC pada gel gigi

Bahan Formula

1 2 3 4

Ekstrak Daun Jambu Biji (%) 2,0 2,0 2,0 2,0

Na CMC (%) 4,0 6,0 8,0 10

Kalsium Karbonat (%) 40 40 40 40

Gliserin (%) 15 15 15 15

Larutan Sorbitol (%) 10 10 10 10

Na-Lauril Sulfat (%) 2,0 2,0 2,0 2,0

Minyak Permen (%) 0,75 0,75 0,75 0,75

Nipagin (%) 0,1 0,1 0,1 0,1

Nipasol (%) 0,01 0,01 0,01 0,01

Na-Meta Bisulfit (%) 1,0 1,0 1,0 1,0

(37)

Na CMC dikembangkan terlebih dahulu dalam air panas dengan

cara menaburkannya diatas air, lalu didiamkan selama + 15 menit agar

memudahkan dalam proses pembuatan, setelah itu aduk kuat-kuat secara

constant sehingga basis gel berhasil dibuat homogen.

Setelah itu, CaCO3 dimasukkan kedalam basis gel tersebut, diaduk

hingga homogen bersama basis gel (M1). Dalam lumpang yang terpisah,

Gliserin dicampurkan bersama dengan sorbitol dan Ekstrak daun jambu

biji (M2). Na Lauril sulfat dilarutkan dalam air terlebih dahulu sebelum

dicampurkan dengan bahan-bahan lainnya (M3).

M2 (Ekstrak+Gliserin+Sorbitol) dicampurkan kedalam M1(Na

CMC+CaCO3), diaduk hingga homogen.Setelah itu, ditambahkan M3

(Na lauril sulfat+air), diaduk perlahan hingga homogen. Nipagin, Na

Metabisulfit, dan minyak permen ditambahkan setelah semua massa

(M1+M2+M3) tercampur homogen, diaduk perlahan-lahan hingga semua

bahan, tercampur homogen.

Dalam optimasi formula ini, konsentrasi dari Na CMC

dimodifikasi dari mulai 4% hingga 10%, lalu dari masing-masing

modifikasi tersebut, didapatkanlah konsentrasi optimal dari Na CMC

(38)

4.3.4. Optimasi dan penentuan CaCO3

Tabel 3. Formula optimasi CaCO3 (Kalsium Karbonat) pada gel gigi

Setelah optimasi konsentrasi Na CMC dan Ekstrak yang sesuai,

ditemukan. Maka dalam formulasi kali ini, dilakukan proses optimasi dan

penentuan konsentrasi dari Kalsium Karbonat yang bertujuan untuk

menemukan konsentrasi Kalsium Karbonat yang optimal yang berfungsi

sebagai abrasif pada formula pembuatan gel gigi. Sedangkan cara

pembuatan sediaan, sama seperti formula optimasi sebelumya.

Bahan Formula

1 2 3 4

Ekstrak Daun Jambu Biji (%) 2,0 2,0 2,0 2,0

Na CMC (%) 6,0 6,0 6,0 6,0

Kalsium Karbonat (%) 20 30 40 50

Gliserin (%) 15 15 15 15

Larutan Sorbitol (%) 10 10 10 10

Na-Lauril Sulfat (%) 2,0 2,0 2,0 2,0

Minyak Permen (%) 0,75 0,75 0,75 0,75

Nipagin (%) 0,1 0,1 0,1 0,1

Nipasol (%) 0,01 0,01 0,01 0,01

Na-Meta Bisulfit (%) 1,0 1,0 1,0 1,0

(39)

4.3.5. Optimasi dan penentuan Gliserin+Sorbitol

Tabel 4. Formula optimasi Gliserin+Sorbitol pada gel gigi

Dalam formula ini, dilakukan proses optimasi dari

Gliserin+Sorbitol yang bertujuan untuk menemukan konsentrasi dari

kedua pemanis yang paling baik, secara rasa maupun pengaruh kepada

penampilan sediaan akhir gel gigi. Disamping berfungsi sebagai pemanis,

kedua zat ini juga dapat saling bersinergi ketika digabungkan, Sedangkan

cara pembuatan sediaan, sama seperti formula optimasi sebelumya.

Bahan Formula

1 2 3 4

Ekstrak Daun Jambu Biji (%) 2,0 2,0 2,0 2,0

Na CMC (%) 6,0 6,0 6,0 6,0

Kalsium Karbonat (%) 40 40 40 40

Gliserin (%) 15 20 25 30

Larutan Sorbitol (%) 15 10 5,0 0

Na-Lauril Sulfat (%) 2,0 2,0 2,0 2,0

Minyak Permen (%) 0,75 0,75 0,75 0,75

Nipagin (%) 0,1 0,1 0,1 0,1

Nipasol (%) 0,01 0,01 0,01 0,01

Na-Meta Bisulfit (%) 1,0 1,0 1,0 1,0

(40)

4.3.6. Optimasi dan penentuan Na Lauril Sulfat

Tabel 5. Formula optimasi Na Lauril Sulfat pada gel gigi

Dalam formula ini, dilakukan proses optimasi dari Na Lauril Sulfat

yang bertujuan untuk menemukan konsentrasi pembuat busa yang paling

baik namun lebih aman secara pemakaian, baik nyaman

digunakan,maupun nilai estetika pada penampilan sediaan akhir gel gigi.

Daya busa yang baik ialah yang cukup menimbulkan busa dan tidak

terlalu mudah bereaksi jika terkena air., Sedangkan cara pembuatan

sediaan, sama seperti formula optimasi sebelumya.

Bahan Formula

1 2 3 4

Ekstrak Daun Jambu Biji (%) 2,0 2,0 2,0 2,0

Na CMC (%) 6,0 6,0 6,0 6,0

Kalsium Karbonat (%) 40 40 40 40

Gliserin (%) 25 25 25 25

Larutan Sorbitol (%) 5,0 5,0 5,0 5,0

Na-Lauril Sulfat (%) 10 5,0 3,0 2,0

Minyak Permen (%) 0,75 0,75 0,75 0,75

Nipagin (%) 0,1 0,1 0,1 0,1

Nipasol (%) 0,01 0,01 0,01 0,01

Na-Meta Bisulfit (%) 1,0 1,0 1,0 1,0

(41)

4.4. Formula Optimal Sediaan

Tabel 6. Formula akhir optimasi sediaan gel gigi

4.5. Pengukuran dan Pengujian Hasil Formula Optimasi 4.5.1. Organoleptis

Pengamatan sediaan akhir yang meliputi bau, rasa, dan warna yang

diamati secara obyektif dan kontinyu. Pengamatan ini bertujuan untuk

melihat terjadinya perubahan secara signifikan pada sediaan akhir yang

telah dibuat.

4.5.2. Uji Homogenitas & Volume Pemisahan

Pengujian ini berfokus pada pengolesan sediaan pada kaca objek,

lalu mengamati penampilan permukaan, apakah ada bagian yang terpisah

atau tidak. Sedangkan uji volume pemisahan ialah pengujian dengan

melihat perubahan yang terjadi antara volume pemisahan dengan volume

awal sediaan yang dimasukkan dalam tabung reaksi.

Bahan Formula

1 2 3 4

Ekstrak Daun Jambu Biji (%) 2,0 2,0 2,0 2,0

Na CMC (%) 6,0 6,0 6,0 6,0

Kalsium Karbonat (%) 40 40 40 40

Gliserin (%) 25 25 25 25

Larutan Sorbitol (%) 5,0 5,0 5,0 5,0

Na-Lauril Sulfat (%) 3,0 3,0 3,0 3,0

Minyak Permen (%) 0,75 0,75 0,75 0,75

Nipagin (%) 0,1 0,1 0,1 0,1

Nipasol (%) 0,01 0,01 0,01 0,01

Na-Meta Bisulfit (%) 1,0 1,0 1,0 1,0

(42)

4.5.3. Uji Stabilitas

Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk obat atau

kosmetik untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang ditetapkan

sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin

identitas, kekuatan, kualitas dan kemurnian produk tersebut. (Joshita

Djajadisastra, 2004). Sediaan kosmetika yang stabil adalah suatu sediaan

yang masih berada dalam batas yang dapat diterima selama periode

waktu penyimpanan dan penggunaan, dimana sifat dan karakteristiknya

sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat. Oleh karena itu, untuk

mengetahui apakah sediaan gel gigi yang dibuat, dapat dikategorikan

stabil secara fisik, maka dilakukan pengujian stabilitas terhadap sediaan

kami dengan metodeelevated temperature yaitu suhu dipercepat dengan

suhu yang bervariasi yaitu suhu kamar (270 C), 450 C dan 550 C yang

diamati selama satu bulan dan diamati penampilan sediaan tersebut,

apakah terjadi perubahan atau tidak.

4.5.4. Uji pH

Pengujian pH dilakukan untuk mengecek dan memastikan

bahwasanya pH dari sediaan gel gigi yang telah dibuat, apakah sesuai

standard SNI yang telah ditetapkan. Pengukuran dilakukan dengan

menggunakan pH meter jenway, sebelum sediaan dicelupkan, alat

dikalibrasi terlebih dahulu dengan mecelupkan elektrodanya ke larutan

dapar pH 7 kemudian pada pH 4, lalu dicoba kembali pada pH 7. Setelah

(43)

4.5.5. Uji konsistensi

Uji konsistensi dilakukan untuk mengukur daya penetrasi atau

kekuatan sediaan yang dibuat, alat yang digunakan untuk mengukurnya

ialah penetrometer. Sediaan ditaruh dalam wadah yang rata bagian

bawahnya. Lalu wadahnya ditempatkan pada meja penetrometer, setelah

itu alat dihidupkan lalu batang penetrometer dinaikkan hingga

bersentuhan dengan batang jarum pengukur, kemudian batang

penetrometer didekatkan hingga ujung kepalanya menyentuh sediaan

dalam wadah tadi. Lalu pengukuran dilakukan setelah batang dilepaskan

selama periode 5 detik sekali, setelah itu dilakukan pembacaan nilai

penetrasi yang terjadi dengan membaca angka yang ditunjuk oleh jarum

pembaca.

4.5.6. Uji viskositas pada berbagai kecepatan geser (rpm)

Viskositas adalah ukuran resistensi zat cair untuk mengalir. Makin

besar resistensi suatu sediaan untuk mengalir, makin besar pula

(44)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil

5.1.1. Hasil Determinasi Tanaman

Dari hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium

Botani Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi, LIPI, Cibinong

Bogor. Terbukti bahwa sampel yang kami gunakan dalam penelitian ini

adalah daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn). Untuk detail dapat

dilihat di lampiran 1.

5.1.2. Hasil Penapisan Fitokimia

Dari hasil penapisan fitokimia yang dilakukan terhadap eksrak

yang telah dipekatkan, didapatkan karakteristik ekstrak dan hasil

penapisan fitokimia. Untuk detail hasil penapisan dapat dilihat pada

tabel 7. dan untuk detail hasil uji susut pengeringan dapat dilihat pada

lampiran 2.

Tabel 7. Hasil penapisan fitokimia ekstrak kental daun jambu biji

(Psidium guajavaL.)

(45)

i. Warna

5.1.3. Hasil Optimasi dan penentuan Na CMC

Optimasi pertama yang dilakukan ialah mendapatkan formula Na

CMC yang tepat yang akan digunakan sebagai basis gel pada formula

sediaan gel gigi, dari hasil optimasi empat formula dengan modifikasi Na

CMC tersebut, didapatkan konsentrasi yang cocok digunakan sebagai

basis gel ialah pada konsentrasi 6%. untuk detail hasil optimasi, dapat

dilihat pada tabel 8 dan untuk detail penentuan Na CMC dapat dilihat

pada tabel 9

5.1.4. Hasil Optimasi dan penentuan CaCO3

Kalsium Karbonat (CaCO3) yang berfungsi sebagai abrasif,

mengalami optimasi pula, dari hasil optimasi konsentrasi Kalsium

Karbonat yang dilakukan, didapatlah konsentrasi yang sesuai yaitu 40%.

untuk detail hasil optimasi, dapat dilihat pada tabel 10 dan untuk detail

hasil penentuan CaCO3 dapat dilihat di tabel 11

5.1.5. Hasil Optimasi dan penentuan Gliserin+Sorbitol

Optimasi formula gliserin+Sorbitol yang dilakukan, perlu adanya

karena berpengaruh terhadap rasa dan penampilan akhir sediaan, dan

hasil dari optimasi kedua pemanis ini, ditemukanlah formula yang tepat

yaitu dengan konsentrasi Gliserin 25% dan Sorbitol 5%. untuk detail

(46)

5.1.6. Hasil Optimasi dan penentuan Na Lauril Sulfat

Kemampuan menghasilkan busa-pun menjadi perhatian khusus

dalam pembuatan sediaan gel gigi ini, dalam optimasi empat formula

untuk menemukan konsentrasi yang tepat ini, didapatlah konsentrasi Na

Lauril Sulfat yang cukup memenuhi criteria yaitu pada konsentrasi 3%.

untuk detail hasil optimasi, dapat dilihat pada tabel 13

5.1.7. Hasil Pengamatan organoleptis sediaan otpimal

Penampilan : Merata, mulus tapi masih terlihat rongga walaupun

sedikit

Warna : Hijau Muda

Bau : Menthol

Rasa : Cukup Manis

5.1.8. Hasil Uji Homogenitas dan Volume Pemisahan

Volume pemisahan tidak mengalami perubahan. Homogenitas gel

gigi pada semua konsentrasi tetap dengan berjalannya waktu dan tidak

terjadi pemisahan.

5.1.9. Hasil Uji Stabilitas

Dari hasil uji stabilitas yang dilakukan terhadap sediaan pada

berbagai suhu diantaranya ialah suhu pada suhu 270C, suhu 450 C dan

550C selama 4 minggu. Untuk detail hasil pengamatan pada uji stabilitas

(47)

5.1.10. Hasil uji stabilitas terhadap pH

Hasil pengujian yang dibandingkan antara pH terhadap berbagai

suhu penyimpanan menunjukkan hasil yang tidak terlalu jauh berbeda

ketika dua pekan pertama, tetapi kemudian terjadi perubahan yang cukup

signifikan ketika memasuki pekan ketiga. Untuk detail hasil uji pH dapat

dilihat pada tabel 15.

5.1.11. Hasil uji stabilitas terhadap konsistensi

Pada pengukuran konsistensi menggunakan penetrometer, telah

terjadi perubahan dengan bertambahnya waktu yang ditandai dengan

bertambahnya nilai penetrasi. Untuk detail hasil uji konsistensi dapat

dilihat pada tabel 16.

5.1.12. Hasil Uji Viskositas

Uji Viskositas dilakukan terhadap peningkatan kecepatan geser

(rpm). Pengujian dilakukan selama 1 bulan dengan cara membandingkan

sediaan uji terhadap sediaan yang beredar dipasaran yang berbentuk gel

dan pasta gigi yang mengandung CaCO3. Untuk detail hasil uji

viskositas, dapat dilihat tabel 17.

5.2. Pembahasan

Daun jambu biji yang diyakini dan memang berkhasiat sebagai

antidiare, telah lama diketahui dan digunakan oleh masyarakat sejak lama.

Disamping itu, daun jambu biji juga berkhasiat sebagai antiseptik, antijamur,

bahkan antibakteri. Hal ini dapat menjadi daya tarik tersendiri mengingat

(48)

Penelitian ini ditujukan untuk mengoptimasi formula gel gigi dengan

menggunakan ekstrak etanol 70% daun jambu biji yang dilatar belakangi oleh

khasiatnya sebagai antiseptik dan inovasi baru dalam dunia kosmetik

khususnya sediaan gigi.

Optimasi bahan yang pertama kali digunakan ialah Na CMC yang

merupakan basis gel (gelling agent) karena ini merupakan faktor penting

dalam pembuatan sediaan bentuk gel. konsentrasi yang diuji coba ialah 4%,

6%, 8%, dan 10%. Dari hasil uji yang dilakukan didapatlah konsentrasi yang

tepat untuk digunakan yaitu 6% karena selain membuat konsistensi sediaan

terlihat kokoh, namun mudah terdistribusi ketika sediaan digosokkan ke

permukaan benda.

Pada konsentrasi 4%, konsistensi sediaan memang terlihat bagus,

tetapi ketika diletakkan pada sikat gigi, sediaan tidak dapat konsisten lagi atau

melebur kebawah permukaan sikat gigi. sedangkan pada konsentrasi 8%,

sediaan terlihat sangat konsisten, tetapi rupanya hal itu membuatnya semakin

susah untuk terdistribusi ketika sudah menempel pada sikat gigi. begitu pula

yang terjadi dengan konsentrasi 10%

Optimasi bahan selanjutnya ialah optimasi CaCO3 yang berfungsi

sebagai abrasif yaitu bahan penggosok yang berfungsi untuk mengangkat

sisa-sisa makanan yang menempel di gigi. optimasi dilakukan untuk

mencegah semakin sulitnya sediaan mengalir sehingga menyerupai pasta dan

agar tidak terlalu encer seperti emulsi. Dari hasil optimasi empat konsentrasi

yang ada (20%, 30%, 40% dan 50%), didapatkanlah konsentrasi yang cocok

(49)

umumnya, konsentrasi ini juga tidak mempercepat adanya oksidasi dari

sediaan. Terbukti dari hasil perbandingan dengan konsentrasi 50% yang

mulai menimbulkan efek oksidasi yang lebih parah dibandingkan konsentrasi

40%. Sedangkan pada konsentrasi 20% dan 30% sediaan menjadi terlihat

encer seperti emulsi yang membuatnya menjadi sangat rapuh ketika ditaruh

pada sikat gigi.

Telah didapatkannya formula optimal dari Na CMC dan CaCO3

tidak berarti formula sediaan sudah mencapai optimal, optimasi masih

dilakukan tidak hanya terhadap bahan aktif, tetapi juga bahan tambahan yang

dalam hal ini gliserin-sorbitol sebagai pemanis dan humektan sebagai

pelembab sediaan agar tidak cepat kering.

Optimasi dilakukan pada konsentrasi kombinasi gliserin-sorbitol

dengan masing-masing konsentrasi 15%15%, 20%-10%, 25%-5%, dan

gliserin saja 30%. Hasil yang didapatkan memang tidak terlalu berpengaruh

terhadap sediaan, tetapi lebih kepada daya manis yang paling bagus yang

dihasilkan oleh kombinasi kedua bahan tersebut. Dan daya manis yang cukup

bagus dan bertahan lama ialah kombinasi gliserin-sorbitol dengan konsentrasi

25%-5%. Selain daya manisnya yang bertahan cukup bagus, kombinasi ini

pun memberi kesan mengkilap terhadap sediaan sehingga memberi nilai

estetika yang cukup bagus. (lihat gambar 10). Untuk konsentrasi 15%-15%,

sediaan hanya berasa agak manis yang bertahan tidak terlalu lama atau

kemudian terasa agak tawar karena dayanya sudah mulai berkurang,

sedangkan pada konsentrasi 20%-10%, sediaan mulai terasa cukup bertahan

(50)

untuk konsentrasi gliserin 30%, sediaan akhir malah terasa agak pedas karena

pada sediaan ini, gliserin hanya sendiri, tanpa ada kombinasi dengan sorbitol.

Daya busa atau yang dihasilkan oleh Na Lauril Sulfat, berpengaruh

juga terhadap warna akhir sediaan dan homogenitasnya sehingga Na Lauril

Sulfat juga dilakukan optimasi untuk mendapatkan daya busa yang bagus

tanpa merusak sediaan. Variasi konsentrasi yang dilakukan ialah 10%, 5%,

3%, dan 2%.dari keempat konsentrasi tersebut didapatlah konsentrasi optimal

yaitu pada konsentrasi 3% dengan daya busa yang cukup bagus ketika

digosok dan tidak terlalu menimbulkan banyak rongga pada sediaan akhir.

Sedangkan pada konsentrasi 10% dan 5%, busa yang dihasilkan memang

cukup banyak, tetapi hal itu membuat penampilan akhir menjadi berongga.

Hasil dari formula yang sudah dilakukan optimasi kemudian dibuat

menjadi suatu sediaan baru yang kemudian dilakukan pengujian untuk

menguji kualitas dari sediaan tersebut, apakah memenuhi syarat sediaan yang

layak atau tidak.

Pengujian yang dilakukan meliputi pengamatan organoleptik, uji

homogenitas dan volume pemisahan, uji stabilitas, uji pH, uji viskositas serta

uji konsistensi.

Dari hasil pengamatan organoleptik pada sediaan uji formula akhir,

sediaan berwarna hijau muda, berbau menthol dan terasa manis yang cukup

bertahan. Tetapi keadaan ini hanya berlangsung selama 2 pekan saja, setelah

masuk pekan ketiga, sediaan mulai berubah warna menjadi berwarna orange

kecoklatan. Hal ini dikarenakan adanya kandungan vitamin C yang mudah

(51)

Hampir dari semua optimasi yang dilakukan dari awal penelitian

hingga formula akhir, menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda, semua

menunjukkan bahwasanya ketika mulai memasuki pekan ketiga, sediaan

menjadi berubah warna.

Uji homogenitas sediaan menunjukkan hasil yang cukup memuaskan

dimana sediaan uji terlihat homogen, pada semua bagian permukaan, hal ini

terlihat dari tersebarnya persamaan warna, bentuk dan ukuran partikel sediaan

padaobject glass. Sedangkan uji volume pemisahan menunjukkan hasil yang

bagus pula dimana volume sediaan akhir tidak terlalu berubah jauh

dibandingkan dengan volume awal.

Hasil uji stabiilitas sediaan pada suhu kamar (270 C) menunjukkan

kestabilan yang cukup bagus pada 0 hari hingga pekan kedua, tetapi

menunjukkan perubahan warna dan viskositas ketika mulai memasuki pekan

ketiga sebagaimana seperti yang telah dibahas sebelumnya. Sedangkan pada

suhu 450 C mulai terjadi pemisahan dari hari keempat belas setelah

penyimpanan yang ditandai dengam berubahnya warna permukaan menjadi

orange dan begitu seterusnya hingga sediaan menjadi berwarna orange

kecoklatan dan mengering. Dan pada suhu 550 C, sediaan mulai menunjukkan

perubahan pada hari kesepuluh dari penyimpanan yang ditandai dengan

berubahnya warna permukaan sediaan menjadi orange kecoklatan dan

berongga-rongganya sediaan pada suhu tersebut.

Pada uji viskositas, dilakukan perbandingan nilai viskositas yang

Nampak dari berbagai variabel diantaranya sediaan uji, pasta gigi biasa dan

(52)

memperlihatkan nilai viskositas sediaan uji hampir setara dengan nilai gel

gigi yang beredar di pasaran, hal ini dikarenakan adanya faktor gelling agent

yang terkandung dalam sediaan uji kami sehingga secara viskositas, nilainya

menyerupai gel gigi dibandingkan dengan pasta gigi biasa.

Nilai viskositas mengalami penurunan yang cukup signifikan

dikarenakan sediaan uji mengandung gliserin dengan konsentrasi 25% yang

memiliki sifat higroskopis sehingga ketika proses penyimpanan dan

pengujian viskositas, sediaan menyerap uap air yang mungkin didapat dari

pengaruh ruangan yang ber-AC sehingga menyebabkan sediaan menjadi

sedikit lebih encer dan menyebabkan nilai viskositasnya menurun.

Pada uji konsistensi menggunakan penetrometer, didapatkan nilai

yang cukup bervariasi dari masing-masing suhu, tetapi karena semakin lama

penyimpanan, daya viskositas sediaan menurun, yang mengakibatkan naiknya

nilai konsistensinya pada 2 pekan pertama, tetapi mulai terlihat penurunan

ketika memasuki pekan ketiga dan seterusnya. (lihat tabel 16).

Pada pemeriksaan pH menggunakan pH meter, didapatkanlah nilai

yang stabil pada sediaan yang disimpan pada suhu kamar yang terjadi selama

dua pekan pertama, tetapi nilai itu berubah ketika memasuki pekan ketiga,

lebih dari itu, nilai pH sediaan dari masing-masing suhu juga, ikut meningkat.

Hal ini mungkin karena menurunnya nilai viskositas sediaan yang

menandakan bahwa sediaan menjadi semakin basa, disamping itu faktor Na

lauril sulfat dan CaCO3 dapat memungkinkan berpengaruh terhadap

(53)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Ekstrak etanol 70% daun jambu biji dapat dibuat sediaan gel gigi, namun

hasilnya kurang stabil

2. Konsentrasi Na CMC yang optimal digunakan ialah 6%

3. Formula akhir hasil optimasi bahan pembuat gel gigi yang optimal ialah:

Na CMC 6%, CaCO3 40%, Na Lauril Sulfat 3%, dan Gliserin-sorbitol

25%-5%.

6.2 Saran

1. Perlu adanya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pembuatan

sediaan gel gigi dengan menggunakan minyak atsiri dari dari daun jambu

biji.

2. Penelitian mengenai uji efektivitas antibakteri dari sediaan gel gigi juga

perlu mendapat perhatian khusus jika ada modifikasi penelitian lebih

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. 1989.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Ed ke-4. Farida Ibrahim, penerjemah.UI Press . Jakarta.

Bilal, L.Smadi. 2007.Dental care products.

Darsono, F. L. 1995. Perbandingan daya antibakteri ekstrak daun jambu biji dari

dua kultivar terhadap Staphylococcus aureus dan Eschericia coli. FF

Unika/Vidman

Departemen Kesehatan RI.1979.Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Direktorat

Jendral Pengawasan Obat dan Makanan: Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standard Umum Ekstrak Tumbuhan

Obat.Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan: Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 1989. Pemanfaatan Tanaman Obat, Edisi III. Jakarta:

Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.

Departemen Kesehatan RI.1993. Kodeks kosmetika Indonesia. Direktorat jendral Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta

.

Departemen Kesehatan RI.1985. Formularium kosmetika Indonesia. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta.

Departemen Kesehatan RI.1996. Materia Medika Indonesia. Jilid I. Direktorat jendral Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta.

Djajadisastra, Joshita, Sutriyo, Haniefah. 2008.Effect of cream,gel and ointment

dosage forms on in-vitro skin penetration of caffeine as an anti-cellulite

using franz diffusion. Department of Pharmacy, Faculty of Mathematics

and Sciences, University of Indonesia. Depok

George M. Howard. 1974. Perfume, cosmetics and soaps, Vol.III, eight edition,

Chapman and Hall, London.

Harry. R.G 1968. Harry’s cosmetology, 5th edition, chemical publ.co.inc: New

York.

(55)

Iwu, Maurice M. 1993:Handbook of African Medicinal Plants. CRC Press.. ISBN No.0-8493-4266-X.

Lachman, L., Herbert, A.L and Joseph, L.K. 1994.Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi 1-3. UI Press. Jakarta

Last, R.J. 1970.Anatomy :Regional and applied,4th edition, ELBS and Churchill, London.

Leslie Taylor, ND. 2005.The Healing Power of Rainforest Herbs.Diakses dari

http://www.rain-tree.com/guava.htm,diakses tanggal 12 April 2009

Lieberman., Rieger and Banker. 1989.Pharmaceutical Dosage Form : Disperse System. Vol ke-2. New York: Marcel Dekker Inc. 495-498

Mahabir P. Gupta, Ph.D. 2007.Preparations of pharmacopoeial monographs on herbal drugs and harmonization efforts for regional herbal

pharmacopoeia. Center for Pharmacognostic Research on Panamanian Flora,College of Pharmacy, University of Panama, USA.

Mitsui, T. Phd., 1997. New cosmetics science, Elsevier: Amsterdam.Soetarto M., Asep Ganda suganda, Desnida narti. 1985. Pemeriksaan kandungan kimia daun psidium guajava Linn. Proceedings-1 seminar pembudidayaan tanaman obat tradisional. Purwokerto, 17-18 oktober 1985

Soetarto M., Asep Ganda suganda, Desnida narti. 1985. Pemeriksaan kandungan kimia daun psidium guajava Linn. Proceedings-1 seminar pembudidayaan tanaman obat tradisional. Purwokerto, 17-18 oktober 1985

Wade, Ainley dan Paul j weller. 1994. Handbook of pharmaceutical excipients. The Pharmaceutical press: London.

WHO, IUCN dan WWF. 1993.Guidelines on the Conservation of Medicinal Plants. IUCN. Gland, Switzerland.

Yuniarti, Titin. 2008.Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional. Jakarta.

Zakaria, Muhamad bin & Mohd, Mustafa Ali 1994.Traditional Malay Medicinal

Plants.. Penerbit Fajar Bakti Sdn. Bhd

Zulfikiri. 2000. Uji pengaruh variasi konsentrasi ekstrak daun sirih(Piper betle

(56)
(57)

Lampiran 2

Hasil Uji Susut Pengeringan Ekstrak Kental Daun Jambu Biji (Psidium guajavaL)

Bobot awal

Berat cawan kosong : 13,6586 g

Berat cawan kosong + tutup : 25,0401 g

Ekstrak kental : 1,0001 g

Berat cawan kosong + tutup + ekstrak : 26,0402 g

Bobot setelah pengeringan selama 180 menit

Berat cawan kosong + tutup + ekstrak : 25,4045 g

Susut pengeringan setelah pemanasan selama 180 menit

=

(58)

Lampiran 3. Hasil Pengujian pH

(59)

Lampiran 4. Hasil Pengukuran Viskositas

Gambar 4. Perbandingan viskositas pada pekan ke-0

(60)

Gambar 6. Perbandingan viskositas pada pekan ke-2

(61)

Gambar 8. Perbandingan viskositas pada pekan ke-4

Lampiran 5. Hasil pengujian konsistensi

(62)

Lampiran 6. Gambar sediaan optimal

(63)

Lampiran 7. Hasil Uji Stabilitas

Gambar 11. Penyimpanan Pada Suhu 450C.

(64)
(65)

Lampiran 8. Tabel Hasil

Tabel 8. Hasil Optimasi Na CMC

Kons. Na CMC

(%) Hasil Pengamatan

4,0

Warna: Hijau kehitaman Bau: Menthol

Rasa: Pahit yang lama hilangnya

Konsistensi: agak encer, kurang konsisten sewaktu ditaruh di sikat gigi( meluruh kebawah), sangat mudah hancur seperti lotion

6,0

Warna: Hijau kehitaman Bau: Menthol

Rasa: Pahit yang lama hilangnya

Konsistensi : bagus ketika ditaruh di sikat gigi, mudah tersebar atau terdistribusi.

8,0

Warna: Hijau kehitaman Bau: Menthol

Rasa: Pahit yang lama hilangnya

Konsistensi : cukup mudah mengalir, konsistensinya sangat bagus ketika ditaruh di sikat gigi, tetapi itu membuatnya tidak mudah terdistribusi sewaktu digosok (kenyal).

10

Warna: Hijau kehitaman Bau: Menthol

Rasa: Pahit yang lama hilangnya

(66)

Tabel 9. Hasil penentuan Na CMC

10% 2 163200 8,32

4 125700

6 105700

10 79230

12 62580

Tabel 10. Hasil Optimasi CaCO3

Konsentrasi CaCO3

Hasil Pengamatan

20%

Warna : hijau muda Bau: menthol, merata

Rasa: manis yang meninggalkan rasa pahit Konsistensi : mudah mengalir

30%

Warna :hijau agak kekuningan Bau: menthol, merata

Rasa: sedikit manis

Konsistensi : agak susah mengalir

40%

Warna :hijau kekuningan Bau: menthol, merata

Rasa: manis yang meninggalkan sedikit rasa pahit Konsistensi : agak susah mengalir

50%

Warna: Hijau kekuningan Bau: menthol, merata

(67)

Tabel 11. Hasil penentuan CaCO3

Tabel 12. Hasil Optimasi Gliserin-sorbitol

Sediaan RPM Viskositas

Pasta gigi 2 346000

4 185000

6 125200

10 81700

12 68600

Gel gigi 2 117640

4 77460

15%-15% Warna: Hijau muda

Bau: Menthol, merata

Rasa: agak manis yang cukup bertahan

(68)

Tabel 13. Hasil Optimasi Na Lauril Sulfat

20-10% Warna: Hijau muda

Bau: Menthol, merata

Rasa: cukup manis yang bertahan

Penampilan: Mulus, merata, agak sedikit bergelembung Konsistensi : Agak susah mengalir

25%-5% Warna: Hijau muda

Bau: Menthol, merata Rasa: manis yang bertahan

Penampilan: Mulus, merata, agak sedikit bergelembung Konsistensi : Agak susah mengalir

30% Warna: Hijau muda

Bau: Menthol, merata

Rasa: manis agak pedas,dan bertahan

Penampilan: Mulus, merata, agak sedikit bergelembung Konsistensi : Agak susah mengalir

Konsentrasi Na Lauril Sulfat Hasil Pengamatan

10% Warna: Hijau muda memudar

Bau: Menthol, merata

Rasa: agak manis dan berasa asam Penampilan: Merata,Tapi berongga Konsistensi : Agak susah mengalir Daya Busa: Sangat mudah membusa

5,0% Warna: Hijau muda sedikit menguning

Bau: Menthol, merata

Rasa: cukup manis yang masih berasa asam Penampilan: merata, tapi masih agak sedikit berongga

Konsistensi : Agak susah mengalir

Daya Busa: masih mudah membusa sehingga masih terlihat banyak rongga pada sediaan

3,0% Warna: Hijau muda

Bau: Menthol, merata Rasa: cukup manis

Penampilan: merata, rongga sudah mulai sedikit Konsistensi : Agak susah mengalir

Daya Busa: cukup membusa ketika digunakan

2,0% Warna: Hijau muda

Bau: Menthol, merata

Rasa: manis yang cukup bagus

Penampilan: merata, rongga sudah mulai sangat sedikit

Konsistensi : Agak susah mengalir

(69)
(70)

Tabel 15. Hasil Uji stabilitas terhadap pH

Pekan ke- pH Sediaan pada suhu

270C 450C 550C

Tabel 16. Hasil Uji stabilitas terhadap konsistensi (mm/5 detik) Formula Pada

Tabel 17. Hasil Uji Perbandingan Viskositas

Sediaan RPM Viskositas (Cenitpoise) Pekan

ke-0 1 2 3 4

Pasta gigi 2 346000 3425000 336000 325600 313000

Gambar

Gambar 1. Tanaman Jambu Biji
Tabel 1. Syarat mutu pasta gigi (SNI 12-3524-1995)
Tabel 2. Formula optimasi Na CMC  pada gel gigi
Tabel 3. Formula optimasi CaCO3 (Kalsium Karbonat) pada gel gigi
+7

Referensi

Dokumen terkait

ilmiah saya, dengan judul : Pengaruh Kombinasi Gom Xanthan dan Gom Guar Sebagai Gelling Agent Dalam Formula Pasta Gigi Ekstrak Etanol 70% Daun Jambu Biji

Hasil Evaluasi Stabilitas Penggunaan Carbomer 940 sebagai Gelling Agent dalam Formula Pasta Gigi Ekstrak Buah Apel ( Malus sylvestris Mill) dalam Bentuk Gel

Hasil uji daya sebar, homogenitas, konsistensi, daya lekat, uji kesukaan dan uji iritasi antar formula dianalisa dengan analisa statistik Kruskal-Wallis tidak

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbandingan konsentrasi carbomer 940 sebagai gelling agent dalam pembuatan formula pasta gigi ekstrak

Hipotesis penelitian ini adalah, penggunaan berbagai konsentrasi carbomer 940 sebagai gelling agent akan mempengaruhi sediaan pasta gigi ekstrak air daun gambir bentuk gel

Hipotesis dari penelitian ini adalah ekstrak kering buah apel (Malus sylvestri Mill.) dapat diformulasikan sebagai bahan aktif sediaan pasta gigi bentuk gel yang memberi

Aktivitas ekstrak etanol daun jambu biji dalam sediaan gel handsanitizer dapat diketahui dengan melakukan pengujian daya hambat menggunakan metode sumuran ( well difusion method

Desain penelitian ini adalah eksperimental laboratorium, sebelumnya melakukan formulasi pada gel ekstrak daun pisang dan melakukan pembuatan ekstraksi, sediaan gel ekstrak