• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode dibentuk dari kata “metodos” yang berarti teknik atau cara. Metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematik (Suriasumantri, 2001:119)

Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang bersifat rasional atau cara yang masuk akal, empiris ataupun orang lain selain peneliti dapat mengamati dan mengetahui cara yang digunakan dan sistematis ataupun menggunakan langkah yang bersifat logis yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data, dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan studi deskriptif kuantitatif. Dimana peneliti menggambarkan peristiwa dari objek tertentu. Artinya data harus dikumpulkan, diolah dan dianalisis dalam bentuk angka-angka dan lebih mencari kebenaran melalui logika matematika dan statistika. Penelitian kuantitatif ini hanya bertujuan untuk menggambarkan keadaan gejala sosial apa adanya, tanpa melihat hubungan- hubungan yang ada. Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuesioner.

Penelitian korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel (Faenkel dan Wallen) dalam Usman (2008: 328). Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian. Jenis penelitian ini melibatkan ukuran statistik/tingkat hubungan yang disebut korelasi (McMilan dan Schumacer) dalam Syamsuddin dan Vismaia (2009: 25). Penelitian korelasional menggunakan instrumen untuk menentukan apakah, dan untuk

48 tingkat apa, terdapat hubungan antara dua variabel atau lebih yang dapat dikuantitatifkan.

Menurut Gay dalam (Sukardi, 2004: 166) penelitian korelasi merupakan salah satu bagian penelitian ex-postfacto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi.

Penelitian korelasional berusaha untuk menentukan apakah terdapat hubungan (asosiasi) antara dua variabel atau lebih, serta seberapa jauh korelasi yang ada di antara variabel yang diteliti. Yang dimaksud dengan variabel adalah suatu konsep yang dapat diasumsikan sebagai suatu kisaran nilai. Contoh variabel adalah umur, tingkat pendidikan, motivasi, dan keberhasilan.

Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa penelitian korelasi tidak menjelaskan sebab akibat, melainkan hanya menjelaskan ada atau tidak adanya hubungan antara variabel yang diteliti. Untuk keperluan mengukur asosiasi ini, ada beberapa alternatif teknik yaitu: korelasi bivariat, korelasi berganda, korelasi sekuensial, korelasi kenolikal dan analisis frekuensi multi arah (multiway frequency analysis) (Tabachnick dan Fidell,1996 : 20-21). Mana teknik yang dipilih tergantung dari jumlah variabel yang diamati, macam data yang digunakan, dan apakah variabel independen dapat dikonseptualkan sebagai kovariat (bila dampak beberapa variabel independen diukur setelah dampak variabel independen dihilangkan).

Inti dari analisis korelasi adalah mengukur kekuatan hubungan antarvariabel, tanpa menunjukkan adanya hubungan sebab akibat. Korelasi bivariat merupakan jenis korelasi yang paling populer. Korelasi bivariat menjelaskan hubungan linier antara 2 variabel x dan y. korelasi antara x dan y secara numerik dapat dihitung dengan koefisien korelasi.

49 Penelitian korelasional dilakukan dalam berbagai bidang diantaranya pendidikan, sosial, maupun ekonomi. Penelitian ini hanya terbatas pada penafsiran hubungan antarvariabel saja tidak sampai pada hubungan kausalitas, tetapi penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk dijadikan penelitian selanjutnya seperti penelitian eksperimen (Emzir, 2009: 38).

Penelitian korelasi mempunyai tiga karakteristik penting untuk para peneliti yang hendak menggunakannya, antara lain :

1. Penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti dalam penelitian eksperimen.

2. Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan. 3. Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam lingkungan nyata.

Adapun ciri-ciri dari penelitian korelasi antara lain sebagai berikut (Sukardi, 2004: 166):

1. Penelitian seperti ini cocok dilakukan bila variabel-variabel yanbg diteliti rumit/tidak dapat diteliti dengan penelitian eksperimental atau tidak dapat dimanipulasi.

2. Studi seperti ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan saling hubungannya secara sistematik dalam keadaan realistiknya. 3. Output dari penelitian ini adalah taraf atau tinggi-rendahnya hubungan

dan bukan ada atau tidaknya hubungan tersebut.

4. Dapat digunakan untuk meramalkan variabel tertentu berdasarkan variabel bebas.

Disamping itu, penelitian korelasi dilakukan untuk menjawab tiga pertanyaan penelitian tentang dua variabel atau lebih. Pertanyaan tersebut yaitu:

1. Adakah hubungan diantara dua variabel?

2. Bagaimanakah arah hubungan tersebut?

50 Seorang peneliti tepat menggunakan penelitian korelasi ketika peneliti mempunyai beberapa alasan penting, di antaranya sebagai berikut (Sukardi, 2004: 169):

a. Ada kebutuhan informasi bahwa ada hubungan antarvariabel di mana

koefisien korelasi dapat mencapainya.

b. Penelitian korelasi perlu diperhitungkan kegunaannya apabila variabel yang

muncul itu kompleks, dan peneliti tidak mungkin dapat melakukan kontrol dan memanipulasi variabel-variabel tersebut.

c. Dalam penelitian memungkinkan dilakukan pengukuran beberapa variabel

dan hubungan yang ada dalam setting yang realistis. Alasan penting lain adalah bahwa penelitian korelasi tepat dilakukan, jika salah satu tujuan penelitian adalah mencapai formula prediksi, yaitu keadaan yang menunjukkan adanya asumsi hubungan antarvariabel.

Proses Dasar Penelitian Korelasional (Sukardi, 2004: 172):

a. Pemilihan Masalah

Studi korelasional dapat dirancang untuk menentukan variabel mana dari suatu daftar yang mungkin berhubungan maupun untuk menguji hipotesis mengenai hubungan yang diharapkan. Variabel yang dilibatkan harus diseleksi. Dengan kata lain, hubungan yang akan diselidiki harus didukung oleh teori atau diturunkan dari pengalaman.

b. Sampel dan Pemilihan Instrumen

Sampel untuk studi korelasional dipilih dengan menggunakan metode sampling yang dapat diterima, dan 30 subjek dipandang sebagai ukuran sampel minimal yang dapat diterima. Sebagaimana suatu studi, adalah penting untuk memilih dan mengembangkan pengukuran yang valid dan reliabel terhadap variabel yang diteliti. Jika variabel yang tidak memadai dikumpulkan, koefisien korelasi yang dihasilkan akan mewakili prakiraan tingkat korelasi yang tidak akurat. Selanjutnya, jika pengukuran yang digunakan tidak secara nyata mengukur

51 variabel yang diinginkan, koefisien yang dihasilkan tidak akan mengindikasikan hubungan yang diinginkan. Oleh karena itu kita harus berhati-hati dalam memilih dan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel.

c. Desain dan prosedur

Desain korelasional dasar tidaklah rumit; dua atau lebih skor yang diperoleh dari setiap jumlah sampel yang dipilih, satu skor untuk setiap variabel yang diteliti, dan skor berpasangan kemudian dikorelasikan. Koefisien korelasi yang dihasilkan mengindikasikan tingkatan atau derajat hubungan antara kedua variabel tersebut. Studi yang berbeda menyelidiki sejumlah variabel, dan beberapa penggunaan prosedur statistik yang kompleks, namun desain dasar tetap sama dalam semua studi korelasional.

d. Analisis Data dan Interpretasi

Bila dua variabel dikorelasikan hasilnya adalah koefisien korelasi, biasanya dinyatakan dalam harga r yang mempunyai nilai -1 sampai +1. Nilai negatif (-) menunjukkan arah dua variabel bertolak belakang. Nilai positif (+) menunjukkan dua variabel pada arah yang sama. Jika ada hubungan antara 2 variabel, berarti skor dalam 2 variabel mempunyai asosiasi dengan variabel tertentu yang terukur. Harga r =-1 atau +1 menunjukkan asosiasi sempurna diantara 2 variabel, sedangkan harga r = 0 mempunyai arti bahwa dua variabel tersebut tidak memiliki hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lainnya.

(Cohen dan Manion,1981:128) dalam Sukardi (2008:170) menunjukkan harga r (hubungan) sebagai berikut:

Nilai r Hasil

0,20-0,35 Menunjukkan hubungan dua variabel

52

0,35-0,65 Menunjukkan hubungan sedang,

umumnya signifikan pada lebih dari 1%, hubungan tersebut berguna untuk analisis prediksi.

0,65-0,85 Menunjukkan hubungan cukup tinggi

yang memungkinkan peneliti melakukan prediksi yang tepat.

>0,85 Menunjukkan hubungan antarvariabel

tinggi, dan peneliti dianjurkan melakukan prediksi grup secara tepat. Di samping itu, prediksi individual juga dapat dilakukan secara cermat.

Hubungan variabel yang lemah mungkin tidak memberikan rekomendasi untuk dilanjutkan, tetapi untuk variabel yang kuat misalnya r>0,80, peneliti dianjurkan untuk melakukan analisis prediksi hubungan sebab-akibat (causal comparative study) atau bahkan ke studi eksperimen untuk dapat mendapatkan kepastian apakah hubungan tersebut memiliki sebab akibat.

Interpretasi suatu koefisien korelasi tergantung pada bagaimana ia digunakan. Dengan kata lain, seberapa besar ia diperlukan agar bermanfaat tergantung pada tujuan perhitungannya. Dalam studi yang dirancang untuk menyelidiki atau mengetahui hubungan yang dihipotesiskan, suatu koefisien korelasi diinterpretasikan dalam istilah signifikansi statistiknya. Dalam studi prediksi, signifikansi statistik merupakan nilai kedua dari koefisien dalam memudahkan prediksi yang akurat.

53 Ketika menginterpretasikan suatu koefisien korelasi, anda harus selalu ingat bahwa anda hanya berbicara tentang suatu hubungan, bukan hubungan sebab akibat. Koefisien korelasi yang signifikan mungkin menyarankan hubungan sebab akibat, tetapi tidak menetapkannya. Dalam kenyataan, itu mungkin tidak saling memengaruhi; mungkin terdapat variabel ketiga yang memengaruhi kedua variabel.

Dokumen terkait