• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Dengan data yang digunakan adalah data kualitatif (bukan data yang terdiri atas angka – angka), melainkan berupa pesan – pesan verbal (tulisan) yang terdapat dalam lirik lagu “Sekuat Hatimu” karya band Last Child. Data – data kualitatif tersebut berusaha diinterpretasikan dengan rujukan, acuan, atau referensi – referensi secara ilmiah.

Penelitian kualitatif ini menggunakan metode kualitatif, metode ini digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakiki peneliti dan juga diteliti. Dan yang ketiga, metode ini lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman bersama terhadap pola – pola yang dihadapi. (Meleong, 2002:5)

Menurut Bogdan dan Taylor dalam Meleong (2002:4) menggunakan metode kualitatif sebagai berikut :

“Metode kualitatif merupaka prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada individu secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan kedalam variabel atau hipotesis, tetapi memandangnya sebagai kebutuhan.”

deskriptif kualitatif,dengan memaknai lirik lagu “Cinta Melulu” menggunakan teori semiotika Ferdinand de Saussure, yaitu pandangan tentang signifier (penanda) dan signified (petanda); langue (bahasa) dan parole (ujaran; serta syntagmatic (sintagmatik) dan associative (paradigmatic).

Melalui pandangan dari Saussure itulah kemudian dijelaskan lewat penafsiran dengan menggunakan definisi daripada asertivis serta ciri – ciri asertif yang kemudian dapat ditarik suatu makna yang sebenarnya dari lirik lagu tersebut. Sesuai dengan ‘paradigma’ konstruktivisme, analisis semiotika bersifat kualitatif, jenis penelitian ini memberi peluang besar bagi dibuatnya interpretasi – interpretasi alternatif. (Sobur, 2001:147)

Metode semiotika ini adalah sebuah metode yang memfokuskan dirinya pada tanda dan teks sebagai objek kajiannya, serta bagaimana peneliti menafsirkan pemahaman kode (decoding) dibalik tanda dan teks tersebut (Piliang, 2003:270). Penggunaan semiologi sebagai metode pembacaan didalam berbagai cabang keilmuan dimungkinkan, dikarenakan ada kecenderungan dewasa ini untuk memandang berbagai diskursus sosial, politik, budaya, dan seni sebagai fenomena bahasa. Berdasarkan pandangan semiotika, bila seluruh praktek sosial dianggap sebagai fenomena bahasa, maka ia dapat pula dipandang sebagai tanda (Piliang, 2003:257)

Dengan semiotika kita berurusan dengan tanda, dengan tanda – tanda kita mencoba mencari keteraturan di dunia yang centang – perenang ini, setidaknya agar kita mempunyai pegangan. “Apa yang dikerjakan oleh semiotika adalah

membawanya pada sebuah kesadaran” (Sobur, 2003:16).

3.2 Ker angka Konseptual 3.2.1 Unit Analisis

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanda – tanda berupa tulisan, yang terdiri dari atas kata – kata yang membentuk kalimat yang ada pada lirik lagu “Sekuat Hatimu” karya band Last Child.

3.2.2 Kor pus Penelitian

Korpus adalah sekumpulan bahan yang terbatas yang ditentukan pada perkembangannya oleh analisis dengan semacam kesemenaan, bersifat sehomogen mungkin (Kurniawan, 2001:170). Korpus atau data yang dikumpulkan berwujud tulisan. Pada penelitian ini yang menjadi korpus adalah lirik lagu “Sekuat Hatimu” yang terdapat pada album band Last Child “Our Biggest Thing Ever”.

Alasan pengambilan lagu diatas sebagai korpus dikarenakan dalam lagu tersebut terdapat sebuah kritikan sosial mengenai kelabilan masa remaja dimana pada saat tersebut remaja cenderung memiliki pola pikir yang masih labil dan tidak memikirkan dampak yang terjadi dengan apa yang dia lakukan. Sehingga masih banyak ditemukannya fenomena – fenomena kenakalan remaja yang terjadi di masyarakat. Dampak negatif maupun positif tidak begitu mereka pikirkan. Selain itu juga kekecewaan yang timbul saat menghadapi masalah keluarga.

home. Dan akhirnya mereka cenderung memilih gaya hidup dan lingkungan yang mau menerima mereka. Walaupun lingkungan tersebut tidak baik dimata orang tua dan masyaraka. Dan berikut ini adalah lirik lagu “Sekuat Hatimu” :

Sekuat Hatimu

Ku mohon hentikan air matamu mama Bila ternyata harus putus sekolahku Dan ku pilih gaya hidup yang tiada pernah indah di matamu

Tak mampu ku mengampuni diriku mama Bila ku dengar harunya arti doamu

Yang kau panjatkan untukku saat ku bawa diriku Semakin dalam ku terjatuh

Bila ku tak pernah sanggup untuk bangkit dari Kegagalan yang tak seharusnya kau sesali Karna kenyataan hidup yang aku jalani Tak seindah saat ku dengar engkau bernyanyi

Reff:

Peluklah lelah jiwaku mama Yang terluka dipecundangi dunia

Hanya kasihmu yang mampu lindungi lemah hatiku Yang tak sekuat hatimu

Peluk hati kecil yang penuh dendam ini Ajari tuk menghapus sebuah rasa benci Biarkan kasih lembutmu sentuh hatiku Ubah aku jadi buah hati yang dulu

3.2.3 Tek nik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data didalam penelitian ini berasal dari data primer dan sekunder :

1. Data primer, Korpus atau data yang dikumpulkan oleh peneliti, berwujud tulisan yaitu lirik lagu yang berjudul “Sekuat Hatimu”. Data primer diperoleh dari dalam cover CD Album “Our Biggest Thing Ever” karya band Last Child, yang kemudian ditulis kembali oleh peneliti untuk dijadikan bahan penelitian.

2. Data sekunder berasal dari bahan – bahan referensi seperti buku, artikel – artikel, internet yang berhubungan dengan objek kajian yang diteliti.

3.3 Analisis Data

Analisis data dilakukan berdasarkan metode semiotik Saussure, yaitu menghubungkan antara signifier (penanda) dan signified (petanda) dengan melihat dari kata – kata dan rangkaian kata yang membentuk kalimat dalam lirik lagu tersebut. Kemudian menganalisis makna konotasi yang terdapat dalam lirik lagu yang mencerminkan kehidupan sosial masyarakat Indonesia, sehingga diperoleh makna denotasi yang merupakan makna sebenarnya dari suatu kata. (Sobur, 2002:128)

Bila hendak menemukan maknanya, maka akan dilakukan adalah rekonstruksi dari bahan – bahan yang tersedia, yaitu teks lirik lagu itu sendiri. Sebagai proyek rekonstruksi, maka pertama – tama teks atau lirik lagu tersebut dipenggal – penggal terlebih dahulu menjadi “leksia” atau susunan bacaan tertentu. Leksia ini dapat berupa kata, beberapa kalimat, sebuah paragraf, atau beberapa paragraf.

Sistem penanda dan petanda yang terdapat dalam lirik lagu tersebut akan diinterpretasikan oleh pengguna tanda sesuai dengan pengalaman atau kerangka referensi penggunaan tanda, melalui interaksi sosial yang dilakukan oleh pengguna tanda sebagai anggota masyarakat atau budaya tertentu.

4.1. Gambar an Umum Objek Penelitian

Last Child adalah sebuah band yang terbentuk pada tahun 2006 lalu dengan anggota 3 orang yaitu Virgoun, Dhimaz dan Ari Ceper. Last Child terbentuk di sebuah tempat dimana mereka berkumpul, tertawa, suka dan duka bersama. Sebelumnya mereka juga tergabung dalam satu band, tetapi mereka mengalami perpecahan band tersebut. Akhirnya mereka dipertemukan kembali oleh Tuhan dengan formasi baru yaitu Last Child yang bertahan hingga saat ini untuk bisa berkarya dan bergabung dengan deretan band – band lainnya. Last Child memutuskan untuk lebih serius dalam industri musik tanah air. Mereka pun terus berupaya dalam berkarya. Seiring berjalannya waktu, mereka pun mencoba untuk membuat lagu sendiri dan mereka menyebut genre musiknya“proggresive punk pop”.

Inti bermusik dari Last Child adalah Punk. Saat manggung mereka rajin membawakan old school punk seperti Blink 182, MXPX, dan Greenday. Seiring berjalannya waktu, referensi musik Last Child semakin bertambah, seperti Fall Out Boy, Paramore, Motion City Soundtrack, Box Car Racer, The Transplants, Rancid, dan Angels and Airwaves. Dan mereka juga memasukkan unsur synthesizer di beberapa lagu yang membuat musik mereka semakin berwarna.

Impian umumnya anak muda biasanya berbunyi seperti ini, “Gue pengen jadi anak band dan musisi yang terkenal dan sukses”. Sebetulnya hal ini sah – sah saja, asal didukung dengan niat dan usaha yang besar. Hal ini juga dirasakan oleh Virgoun, Dhimaz dan Ary Ceper. Tiga anak muda Jakarta yang menjadi cikal bakal band Last Child. Pada 16 Januari 2006 mereka memutuskan untuk mewujudkan impian dengan membentuk sebuah band. Band yang awalnya didirikan untuk mengisi acara pentas seni salah satu SMA di Jakarta ini diberi nama “Last Child” – karena ketiga personilnya merupakan anak terkecil/terakhir di keluarga masing – masing. Dengan modal sebuah lagu dan satu kali latihan, Last Child nekat mengikuti audisi tersebut. Sayangnya kenekatan tersebut belum berbuah manis, mereka dinyatakan tidak lulus audisi.

Uniknya, kegagalan ini malah menjadi pendorong semangat mereka bertiga untuk lebih serius menekuni profesi pemusik. Virgoun (gitar & vokal), Dhimaz (bas & vokal) dan Ary Ceper (drum) mulai membuat konsep untuk materi – materi lagu Last Child berdasarkan selera music masing – masing yang banyak terpengaruh oleh genre emo, punk, pop dan post – punk. Bermodalkan konsep bermusik yang lebih terarah, Last Child mulai mematangkan diri dari satu panggung musik ke panggung musik lainnya. Tak terasa nama mereka mulai terdengar akrab di kalangan anak muda dan jumlah penggemar mereka lama kelamaan bertumbuh semakin besar.

satu distro di bilangan Jakarta Timur, mereka bertiga terkejut dengan sambutan penonton yang sudah begitu mengenal mereka, sampai – sampai hafal dengan lagu – lagu Last Child. Sambutan yang membanggakan ini akhirnya menjadi motivasi utama mereka untuk merilis debut album Last Child. Album perdana bertitel “Grow Up” yang rencananya akan dirilis pertengahan bulan Agustus 2007 ini berisi semua hits yang sering mereka bawakan selama mereka manggung. Selain pengaruh music punk, pop dan post punk dan emo yang kental, album ini juga banyak memasukkan unsur harmonik dan synthesizer. Seorang additional yang bernama “Bayu” dipercaya mengisi posisi ini saat manggung.

Dua tahun adalah waktu yang relatif singkat bagi sebuah band untuk merintis karir. Namun dalam rentang waktu tersebut, Last Child telah melalui perjalanan yang cukup berwarna. Panggung demi panggung musik yang mereka ikuti memberikan begitu banyak pengalaman berharga. Kesuksesan, diiringi beberapa kegagalan, menjadi motivator yang ampuh. Konsep bermusik yang unik, kekompakan para personil serta dukungan para penggemar yang terorganisir – sampai – sampai para fans ini punya julukan tersendiri yaitu : LastFriends - menjadi modal utama bagi Last Child untuk menapakkan kaki mereka di industri musik, dengan harapan apa yang mereka tawarkan dapat diterima dengan baik oleh para penggemar musik di Indonesia atau bahkan dunia internasional.

Monkey menjadi awal bagus bagi band yang berasal dari Utan Kayu, Jakarta ini. Tambahan album kedua dengan judul “Everythink We Are Everythink semakin mempertegas posisi Last Child sebagai band indie yang tidak setengah – setengah dalam bermusik. Lagu – lagu mereka seperti Diary Depresi dan Pedih pun jadi omongan.

Band indie seperti Last Child sadar bahwa tak selamanya mereka akan memainkan musik beraliran punk, oleh karena itu mereka mencoba menyasar pasar yang lebih luas dengan merilis single kedua berjudul Pedih yang membawa nuansa lembut penuh romansa namun tepat gagah. “Kita menyadari bahwa setiap orang akan mengalami kesedihan atau putus asa dan harus menjalaninya sendirian. Di saat seperti itulah kita berharap lagu Pedih bias menemani dan juga menjadi penyemangat,” tutur Virgoun, sang vokalis. Dalam single ini, Last Child meyakini jika apa yang dibawakannya bisa menjadi sajian yang berbeda bagi penikmat music di tanah air.

Single bertajuk Pedih mendapat sentuhan tangan dingin dan diaransemen ulang oleh musisi kenamaan Krisna J. Sadrach yang merupakan vokalis band cadas Suckerhead. Krisna adalah produser yang berada di balik kesuksesan sejumlah band besar seperti Ungu dan D’Masiv. “Semoga kita bisa seperti mereka dengan menuai kesuksesan dan bisa dinikmati oleh penggemar kita yang memang sudah lama mendukung kita.” Ujar Ari Morina Chandra sebagai Chief Commercial

mengakui mengincar pangsa Ring Back Tone (RBT).

RBT saat ini menjadi pemasukan yang sangat penting bagi setiap penyanyi maupun band. Begitupun Last Child yang tidak berharap banyak melalui penjualan tradisional via kaset pita dan CD di outlet – outlet toko kaset. Dengan basic fans hingga 2,5 juta di Indonesia, Last Child yakin bisa sampai 20 % - 30 % pembeliannya. Di bawah bendera DR.M yang menaungi sejumlah penyanyi dan band indie seperti Saykoji, Maylaffayza dan Warkeg Boys, Last Child yakin musik mereka dapat dijual dengan baik.

Di bulan Maret 2012, Last Child meluncurkan album ketiga mereka dan merupakan album pertama dengan major label DR.M berjudul “Our Biggest Think Ever”. Album yang berisi 11 track dengan 2 bonus track Percayalah dan Pedih, lagu yang sudah ada di album Grow Up dan diaransemen ulang oleh Krisna J. Sadrach. Selain itu Last Child juga menggandeng restoran cepat saji, KFC sebagai partner dalam penjualan album baru mereka.

Last Child menjadikan lagu “Seluruh Nafas Ini” di album Our Biggest Think Ever sebagai single pertama mereka. Di single Seluruh Nafas Ini mereka mengajak serta penyanyi mungil jebolan Indonesian Idol, Giselle. Sebuah taktik yang cerdas, karena vokal Giselle sukses memberi warna lain dalam album ini. Setelah sukses merajai tangga lagu di radio – radio di Indonesia dan acara musik televisi dengan lagu “Seluruh Nafas Ini”,

Single tersebut adalah “Indahkah Perbedaan” dan “Sekuat Hatimu”. Lagu “Sekuat Hatimu” yang ada dalam album Our Biggest Think ini merupakan cerita sambungan dari lagu Diary Depresi yang ada dalam album “Grow Up” dan “Everythink We Are Everythink”. “Lagu Diary Depresi dan Sekuat Hatimu ini merupakan cerita trilogy yang nantinya bakal ada ending di album kita selanjutnya.” ujar Virgoun.

4.2. Penyajian Data

Sebuah lirik lagu mempunyai struktur judul lagu, song, reff, bridge, interlude dan coda. Akan tetapi, dalam lirik lagu “Sekuat Hatimu”, hanya mempunyai struktur yang mempunyai tema dari lagu, song yang mempunyai isi cerita dalam lirik lagu, reff yang merupakan inti dari cerita dalam lirik lagu dan dengan kata lain inti dari lagu, dan bridge yang merupakan jembatan antara reff yang kemudian menaikkan emosi dari lagu untuk dikembalikan lagi ke dalam reff lagu.

Judul lagu mencerminkan isi dari lirik lagu yang diwakilinya “Sekuat Hatimu” atau dapat diartikan sebuah kisah penyesalan seorang anak dengan masa lalu yang suram dan ingin kembali menjadi harapan orang tua.

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa lirik lagu “Sekuat Hatimu” oleh band Last Child yang diambil dari album The Biggest Think Ever yang diciptakan oleh band Last Child itu sendiri.

air matamu mama’,baris kedua yaitu ‘Bila ternyata harus putus sekolahku’, baris ketiga yaitu ‘Dan ku pilih gaya hidup yang tiada’, baris keempat yaitu ‘Pernah indah di matamu’.

Struktur bait kedua terdapat baris pertama yaitu ’Tak mampu ku mengampuni diriku mama’, baris kedua ‘Bila ku dengar harunya arti doamu’, baris ketiga yaitu ‘Yang kau panjatkan untukku saat ku bawa diriku’, baris keempat yaitu ‘Semakin dalam ku terjatuh’.

Struktur bait ketiga terdapat baris pertama yaitu ‘Bila ku tak pernah sanggup untuk bangkit dari’, baris kedua yaitu ‘Kegagalan yang tak seharusnya kau sesali’, baris ketiga yaitu ‘Karna kenyataan hidup yang aku jalani’, baris keempat ‘Tak seindah saat ku dengar engkau bernyanyi’. Struktur bait keempat terdapat baris pertama yaitu ‘Peluklah lelah jiwaku mama’, baris kedua yaitu ‘Yang terluka dipecundangi dunia’, baris ketiga yaitu ‘Hanya kasihmu yang mampu lindungi lemah hatiku’, baris keempat yaitu ‘Yang tak sekuat hatimu’.

Struktur bait kelima terdapat baris pertama yaitu ‘Peluk hati kecil yang penuh dendam ini’, baris kedua yaitu ‘Ajari tuk menghapus sebuah rasa benci’, baris ketiga yaitu ‘Biarkan kasih lembutmu sentuh hatiku’, baris keempat yaitu ‘Ubah aku jadi buah hati yang dulu’. Berikut ini adalah keseluruhan dari lirik lagu “Sekuat Hatimu”

Ku mohon hentikan air matamu mama Bila ternyata harus putus sekolahku Dan ku pilih gaya hidup yang tiada

pernah indah di matamu

Tak mampu ku mengampuni diriku mama Bila ku dengar harunya arti doamu Yang kau panjatkan untukku saat ku bawa diriku

Semakin dalam ku terjatuh

Bila ku tak pernah sanggup untuk bangkit dari Kegagalan yang tak seharusnya kau sesali

Karna kenyataan hidup yang aku jalani Tak seindah saat ku dengar engkau bernyanyi

Peluklah lelah jiwaku mama Yang terluka dipecundangi dunia

Hanya kasihmu yang mampu lindungi lemah hatiku Yang tak sekuat hatimu

Peluk hati kecil yang penuh dendam ini Ajari tuk menghapus sebuah rasa benci Biarkan kasih lembutmu sentuh hatiku

Ubah aku jadi buah hati yang dulu

4.3. Pemaknaan Lir ik Lagu “Sekuat Hatimu” Menurut Dikotomi-dikotomi Saussur e

(petanda); form (bentuk) dan content (isi); langue (bahasa) dan parole (tuturan, ujaran); synchronic (sinkronik) dan diachronic (diakronik); syntagmatic (sintagmatik) dan associative (paradigmatik) dalam Sobur (2003:46).

Pada lirik lagu “Sekuat Hatimu” akan dimaknai menurut struktur lagunya, yaitu:

1. Signifier (penanda) dan Signified (petanda)

Signifier-nya (penanda) adalah lirik lagu atau kata-kata yang terdapat dalam judul lagu “Sekuat Hatimu” mulai dari judul lagu sampai dengan bait terakhir.

Signified-nya (petanda) adalah makna tersembunyi atau gambaran mental, pikiran, atau konsep yang ada dalam kata-kata yang digunakan oleh peneliti lirik lagu “Sekuat Hatimu”.

2. Form (bentuk) dan Content (isi)

Form-nya (bentuk) adalah keseluruhan dari isi lirik lagu “Sekuat Hatimu” yang mempunyai unsur bahasa yang terasa ambigu. Ambiguitas ini didasarkan pada makna suatu kata. Setiap kata dapat saja mengandung lebih dari satu makna. Dapat saja sebuah kata mengacu pada sesuatu yang berbeda sesuai dengan lingkungan pemakainya. Dengan kata lain, sifat kontruksi yang dapat diberi lebih dari satu tafsiran.

mengandung wacana tentang perasaan penyesalan tentang masa remaja yang suram yang dialami oleh seorang anak dan anak tersebut merasa berdosa terhadap ibunya. Dan anak tersebut ingin menjadi anak yang sesuai dengan harapan ibunya.

3. Langue (bahasa) dan Parole (tutur an, ujar an)

Langue-nya (bahasa) adalah keseluruhan unsur-unsur berupa kata dalam hubungannya satu sama lain yang dimaknai dengan tingkat kebahasaan sehari-hari.

Parole-nya (tuturan, ujaran) berupa kalimat-kalimat yang merupakan ekspresi bahasa pada setiap baris lirik lagu.

4. Synchronic (sinkr onik) dan Diachronic (diakronik)

Pendekatan sinkronis mempelajari keseluruhan arti bahasa yang ada pada lirik lagu “Sekuat Hatimu” tanpa mempersoalkan waktu.

Sedangkan pendekatan diakronis adalah melihat unsur waktu yaitu masa lalu dimana pada lagu “Sekuat Hatimu” adanya ungkapan penyesalan masa remaja anak tersebut yang melakukan kesalahan dan dosa terhadap ibunya.

5. Syntagmatic (sintagmatik) dan Associative (par adigmatik)

Syntagmatic (sintagmatik) menghasilkan rangkaian yang membentuk sebuah kumpulan tanda yang berurutan secara logis. Menunjuk hubungan suatu tanda dengan tanda-tanda lainnya, baik yang mendahului atau mengikutinya. Hubungan sintagmatik mengajak kita

kesadaran logis, kausalitas atau sebab-akibat.

Sedangkan, associative (paradigmatik) bisa dikatakan memiliki hubungan yang saling menggantikan. Hubungan eksternal suatu tanda dengan tanda lain. Tanda lain yang bisa berhubungan secara paradigmatik adalah tanda-tanda satu kelas sistem.

4.4. Analisis Data

J udul lagu “Sekuat Hatimu”

Pada judul lagu tersebut terdapat sebuah penanda dan petanda yang kemudian menghasilkan sebuah tanda, bahwa terdapat konsep mental yaitu sebuah petanda yang kemudian dituliskan menjadi sebuah teks yang merupakan sebuah penanda. Tanda-tanda yang terletak pada setiap kata yang kemudian dirangkai menjadi baris kalimat yang menandakan bahwa dalam penanda “Sekuat Hatimu” merupakan wujud dari petanda yang disampaikan dengan bentuk tulisan yang menjadi lirik lagu sehingga menjadikan sebuah tanda yang bermakna menjadi “Sekuat Hatimu”. Langue-nya merupakan sekumpulan tanda yang terletak pada setiap kata yang tersusun dari baris kalimat dalam judul “Sekuat Hatimu”, yaitu ‘Sekuat’, ‘Hatimu’.

Parole-nya sendiri terletak pada kalimat yang menjadi baris judul dari lagu tersebut, yaitu “Sekuat Hatimu”. Pada baris judul “Sekuat Hatimu” merupakan baris kalimat yang tersusun oleh sekumpulan tanda dari kata

yang kemudian menghasilkan sebuah tanda yang dapat dimaknai. Baris kalimat “Sekuat Hatimu” tidak akan menjadi “Sekuat Hatimu” tanpa adanya sekumpulan tanda dari kata-kata “Sekuat Hatimu”, dan hal tersebut tidak akan menjadi sebuah tanda yang bermakna dalam baris kalimat karena tidak adanya sebuah kata yang membentuk sebuah kalimat.

Secara denotasi pada kalimat Sekuat Hatimu. Kata Sekuat sek uat berasal dari kata kuat yang berarti seberapa mampu, tegar atau keras, hati adalah sesuatu yg ada di dalam tubuh manusia yang dianggap sebagai tempat segala perasaan batin dan tempat menyimpan pengertian atau perasaan, mu yang berarti dia atau menunjuk pada orang lain atau kata ganti orang kedua.

Jadi, kalimat Sekuat Hatimu, makna denotasinya adalah anak tersebut membandingkan hati dan jiwanya yang lemah yang tak sekuat ibunya. makna k onotasinya adalah hati anak tersebut lemah. Makna keseluruhannya adalah anak tersebut masih memiliki hati dan jiwa yang lemah dan ingin memiliki hati dan jiwa yang kuat seperti ibunya.

Bait 1

Ku mohon hentikan air matamu mama Bila ternyata harus putus sekolahku Dan ku pilih gaya hidup yang tiada pernah indah di matamu

Bait 1

1. Bait per tama bar is k e 1

“Ku mohon hentikan air matamu mama”

Pada baris tersebut terdapat sebuah penanda dan petanda yang

Dokumen terkait