• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “SEKUAT HATIMU”(Studi Semiotik Terhadap Lirik Lagu “Sekuat Hatimu” karya band Last Child).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMAKNAAN LIRIK LAGU “SEKUAT HATIMU”(Studi Semiotik Terhadap Lirik Lagu “Sekuat Hatimu” karya band Last Child)."

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

S K R I P S I

Oleh :

NIZWAN AMIN

NPM : 0743010193

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAH AN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU PO LITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Disusun Oleh :

NIZWAN AMIN

NPM : 0743010193

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

Pembimbing

Dra. Diana Amalia, Msi

NIP. 1963 0907 199103 2001

Mengetahui,

D E K A N

(3)

Disusun Oleh : NIZWAN AMIN NPM : 0743010193

Telah dipertahankan di hadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi

Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur Pada Tanggal 13 Juni 2012

Menyetujui

Tim Penguji : Pembimbing Utama : 1. Ketua

Dr a. Diana Amalia, M.Si Ir . H. Didiek Tr enggono, M.Si NIP. 1963 0907 199103 2001 NIP. 1958 1225 199001 1001

2. Sekretaris

Dr a. Her lina Suksmawati, M.Si NIP. 1964 1225 199309 2001 3. Anggota

Dr a. Diana Amalia, M.Si NIP. 1963 0907 199103 2001

Mengetahui D E K A N

(4)

Child)

Masa remaja adalah masa dimana terdapat kelabilan dalam pola pikir manusia.

Dan fenomena yang terjadi dewasa ini di masyarakat adalah masih banyak ditemukannya

remaja yang memilih gaya hidup dan lingkungan yang salah tanpe memikirkan dampak

yang ditimbulkan. Dan lagu “Sekuat Hatimu” dari band Last Child diciptakan untuk

mengkritisi fenomena tersebut.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna yang terkandung dalam

lirik lagu “Sekuat Hatimu” yang ada dalam album “Our Biggest Think Ever” yang

diciptakan oleh band Last Child.

Teori yang digunakan adalah semiotica Ferdinand de Saussure. Saussure

mendefinisikan tanda linguistik sebagai entitas dua sisi, yaitu penanda (signifier), yaitu

aspek material dari sebuah tanda, sebagaimana kita menangkap bunyi saat orang

berbicara, dan petanda (signified), merupakan aspek mental dari bahasa. Kerangka

berfikir yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan Frame of Reference (berdasarkan

pengalaman) serta Field of Experience (latar belakang pengalaman).

Metode semiotic dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu sebuah

metode yang lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian ini kenyataan ganda,

menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek penelitian, serta

dapat menyesuaikan posisi peneliti terhadap pengaruh pola nilai yang di interpretasikan.

Dalam hal ini, penekanan analisis lebih mengarah pada lirik lagu Sekuat Hatimu yang

mengandung makna penyesalan akan kesuraman dan kegagalan masa remaja.

Hasil yang diperoleh dari interpretasi lirik lagu Sekuat Hatimu adalah rasa

penyesalan yang dialami anak remaja yang menyia – nyiakan masa mudanya untuk

memilih gaya hidup dan lingkungan yang salah, sedangkan makna keseluruhan dari lirik

lagu ini adalah kisah nyata dari seorang anak yang beranjak dewasa yang mengalami

penyesalan mendalam akan masa mudanya yang dihabiskan dengan hidup di jalanan dan

ingin kembali merasakan kasih sayang dari ibu yang selama ini dia rindukan.

Kata Kunci : Semiotik, lirik lagu, penyesalan, Sekuat Hatimu, Last Child.

(5)

Nya kepada penulis sehingga skripsi dengan judul “Pemaknaan Lir ik Lagu Sekuat Hatimu (Studi Semiotik Terhadap Lirik Lagu “Sek uat Hatimu” kar ya band Last Child” dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Diana Amalia, Msi selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah meluangkan banyak waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi kepada penulis. Selain itu penulis juga menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berpa moril, spiritual maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Mami tercinta yang telah membesarkan penulis dengan kasih sayang dan doa yang tiada batasnya.

2. Ibu Ec. Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

(6)

6. Adekku tercinta, Firman Abdul Aziz, yang selalu bikinin kopi saat lembur malam hari.

7. Arwinda Rossy Meirianti, atas pinjeman kamus bahasa Indonesia dan semangatnya.

8. Biggest Thanks to Ryan Alan (Yopie), Andi Pratama, Mochammad Irmansyah alias mas Pman, Maulana, Agung Bendoel, Joko, Windy, Nanik, Dedy Mble, Panji Ses dan semua kawan – kawan seperjuangan di kampus...makasih banget supportnya...ayo kita goyang Giriloka saat wisuda nanti.

9. Samuel, Sigit dan Galuh Oke yang selalu memberi motivasi dan menghibur penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Ratih Dwi, Irfan Iskandar, Evan Rheza, dan teman – teman seperjuangan UPN Televisi.

11.Windrey, Laras, Bagus, Gopal, Kiky Bonek, Ahong, Repo, Fifi, Danton, Riri, Umi, Avy, Jojo, Icha, Yayas, Karina, Arya, Arista, Maryssa, Mega, Cayzia, Januarty Punel, Dewi, Intan, Eko Mandala dan semua adek – adekku UPN Televisi...lanjutkan perjuangan kita. 12.Kawan – kawan seperjuangan di media komunikasi AK UPN Radio,

(7)

dukungannya untuk belajar berwirausaha.

Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini akan ditemukan banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala keterbatasan yang penulis miliki semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan penulis pada khususnya.

Surabaya, 30 Mei 2012

(8)

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

ABSTRAKSI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

2.1 Landasan Teori ... 11

2.1.1 Pengertian Komunikasi ... 11

2.1.2 Komunikasi Verbal ... 13

2.1.3 Musik sebagai Media Komunikasi ... 14

2.1.4 Lagu dan Lirik Lagu ... 14

2.1.5 Kritik Sosial ... 19

2.1.6 Kritik Sosial sebagai Alat Komunikasi Efektif ... 20

2.1.7 Remaja ... 23

2.1.8 Kenakalan Remaja ... 26

2.1.9 Semiotika Dalam Ilmu Komunikasi ... 28

2.1.10 Makna dan Pemaknaan ... 30

2.1.11 Teori – Teori Makna ... 31

2.1.12 Teori Semiotik Saussure ... 33

2.1.13 Signifier dan Signified ... 36

2.1.14 Langue dan Parole ... 43

(9)

3.2.1 Unit Analisis ... 48

3.2.2 Korpus Penelitian ... 48

3.2.3 Teknik Pengumpulan Data ... 50

3.3 Analisi Data ... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 52

4.2 Penyajian Data ... 57

4.3 Pemaknaan Lirik Lagu “Sekuat Hatimu” Menurut Dikotomi – Dikotomi Saussure ... 59

4.4 Analisis Data ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 108

5.1 Kesimpulan ... 108

5.2 Saran ... 109

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belaka ng Masalah

Musik merupakan hasil dari budaya manusia diantara banyak budaya manusia yang lain yang menarik, karena musik memegang peranan yang sangat banyak di berbagai bidang. Musik menjadi sarana pemenuhan kebutuhan manusia dalam hasrat mengenai seni dan berkreasi. Jika dilihat dari sudut pandang sosial, musik hingga menjadi sebuah lagu bisa disebut sebagai cermin tatanan sosial yang ada dalam masyarakat saat lagu itu diciptakan. Selain itu, musik yang dibuat menjadi sebuah lagu bisa mempangaruhi pendengarnya dalam melakukan sesuatu.

Hal ini disebabkan karena saat ini musik dalam bentuk lagu disampaikan melalui beragam media komunikasi elektronik, seperti televisi, radio, maupun video dan audio streaming internet sehingga bisa dinikmati kapan saja oleh penikmatnya. Selain itu, musik juga bisa dinikmati secara langsung melalui sarana pergelaran dan konser musik.

(11)

lebih terhadap dunia musik dengan menetapkan 9 maret sebagai Hari Musik Nasional. Hal ini dikarenakan betapa pentingnya musik bagi msyarakat. Selain itu, musik juga menjadi alat bagi pembentukan budi pekerti manusia dan melalui musik, manusia bisa dibentuk lebih baik.

Musik dapat disebut juga lagu, tanpa syair, hanya terdiri dari serangkaian nada. Dengan adanya musik maka terciptalah sebuah lagu. Lagu dapat diartikan sebagai bahasa komunikasi antar manusia. Hal ini dikarenakan bahwa proses mendengarkan lagu juga merupakan salah satu bentuk komunikasi efektif.

Dalam komunikasi, bahasa merupakan unsur utama dalam komunikasi karena membangun pesan. Sedangkan dalam semiotik, bahasa merupakan objek utama dalam kajian. Dan pengertian diatas, bahasa dalam pengertian komunikasi disebut embangun pesan dan teks. Sedangkan bahasa dalam semiotik didefinisikan sebagai tanda – tanda atau teks. Pengertian teks dalam pandangan semiotik sama dengan pesan dalam ilmu komunikasi, yakni “Teks merupakan seperangkat tanda yang ditransmisikan dari seorang pengirim kepada seorang penerima melalui media tertentu dan dengan kode – kode tertentu”.

Pihak pertama yang menerima tanda – tanda sebagai teks segera mencoba menafsirkannya berdasarkan kode – kode yang tepat dan telah tersedia. (Purwasito, 2003: 240)

(12)

Dalam studi kebudayaan (culture), bahasa ditempatkan sebagai sebuah unsur penting selain unsur – unsur lain seperti sistem pengetahuan, mata pencaharian, adat istiadat, kesenian, sistem peralatan hidup, dan lain – lain. Bahkan bahasa dapat dikategorika sebagai unsur kebudayaan yang berbentuk non – material selain nilai, norma dan kepercayaan (belief). Bagaimana kaitan bahasa dengan kebudayaan? Menurut Sapir-Whorf; bahasa atau peristiwa mempengaruhi cara seseorang dalam berpikir dan memandang dunia (Liliweri, 2003 : 132)

Sebuah lagu juha merupakan salah satu nilai kebudayaan manusia yang sifatnya universal dan sudah diakui oleh seluruh bangsa di dunia. Bagi kehidupan itu sendiri, sesungguhnya sebuah lagu dapat dijadikan sebagai suatu kebutuhan hidup bagi manusia. Artinya disini, bahwa lagu merupakan nafas kehidupan bagi semua orang. Sebuah lagu mampu menyatukan berbagai perbedaan yang ada diantara manusia. Bahkan sebuah lagu mampu menjadi media komunikasi diantara semua lapisan masyarakat tanpa memperdulikan perbedaan harkat dan martabat.

Penelitian – penelitian membuktikan bahwa lagu memberikan banyak manfaat kepada manusia seperti merangsang pikiran, memperbaiki konsentrasi dan ingatan, meningkatkan aspek kognitif, serta membangun kecerdasan emosional. Sebuah lagu juga dapat menyeimbangkan fungsi otak kanan dan kiri, yang berarti menyeimbangkan perkembangan aspek intelektual dan emosional (www.depdiknas.go.id).

(13)

pada penyesuaian, maka tidak lagi sebagai satu kesatuan utuh dari bangunan lagu itu sendiri. Jadi manusia juga harus dapat memahami lagu yang diciptakan secara konseptual dan bukan sekedar bunyi – bunyian dan lirik lagu saja (www.depdiknas.go.id).

Sebuah lagu merupakan salah satu bagian dari seni, dan juga sebagai suatu kebutuhan dan kehidupan masyarakat di dunia. Oleh karena itu, sebuah lagu seharusnya dinilai tidak hanya dari sekedar merupakan bunyi – bunyian maupun suara – suara saja, namun lebih menekankan kepada sesuatu yang bernilai tinggi yang dapat memberikan arti lebih.

Lirik lagu mempunyai peranan penting dalam menceritakan isi dari sebuah lagu. Dari lirik lagu, kita bisa mengetahui, memahami dan mamaknai pesan apa yang ingin disampaikan oleh pencipta lagu kepada masyarakat yang mendengarkan lagu tersebut. Pncipta lagu biasanya selalu mengungkapkan dan menekankan tampilan lagu melalui lirik – lirik lagunya. Biasanya mereka bercerita tentang pengalaman pribadi, kejadian – kejadian dan kenyataan – kenyataan dan suatu interaksi yang sangat sederhana sampai kepada kompleks dan apa – apa yang terjadi dalam suatu masyarakat.

(14)

Lahir di Jakarta Timur pada tahun 2006, Virgoun (25, vokal & gitar), Dimas (23, bass & vokal), dan Ari (24, drum) dan kemudian merekrut Yodi (26, gitar). Mereka membentuk grup band beraliran pop punk dengan nama Last Child. Di tahun 2007, dengan modal swadaya dari masing – masing personil, Last Child merilis mini album dengan judul “Grow Up” dengan single “Diary Depresi”. Lalu tahun 2008 dibawah indie label Fake Records mereka merilis album “Everything We Are Everything”. Perlahan tapi pasti, album yang melahirkan hits “Pedih”, “Kembali” dan “Diary Depresi” yang dimaster ulang oleh Jemi Sitanayah, MMus (Mastering of Music, sound engineering) ini meraih kesuskesan dengan menembus angka 300,000 download. Sebuah angka yang fenomenal bagi band indie yang belum terlalu dikenal masyarakat luas.

Dengan kepercayaan penuh akan kerja keras dan ketulusan jiwa, Last Child terus menginspirasi generasi muda di luar sana dengan satu pesan penting dimana kerasnya hidup tak selayaknya mematahkan asa untuk berkarya.

Sukses dengan lagu “Diary Depresi”, “Pedih” dan “Percayalah” yang menjadi hits di radio – radio dan tampil di televisi, Last Child yang berangkat dari sebuah band indie semakin dikenal luas oleh masyarakat. Hingga saat ini lebih dari 1.100.000 orang Last Friend, sebutan bagi fans Last Child terus berinteraksi di fanpage facebook dan akun twitter mereka.

(15)

Selain single “Seluruh Nafas Ini” yang laris di pasaran, di album “Our Biggest Thing Ever” Last Child juga merilis lagu “Sekuat Hatimu” yang merupakan lagu jagoan kedua setelah “Seluruh Nafas Ini”. Virgoun, gitaris dan vokalis dari Last Child menegaskan bahwa lagu “Sekuat Hatimu” merupakan sambungan cerita dari single “Diary Depresi” yang bercerita tentang pengalaman seorang anak yang rindu akan kasih sayang orang tua yang berpisah karena perceraian. (www.twitter.com/LCvirgoun)

Masa – masa remaja yang labil, remaja rentan sekali untuk memilih jalan dan lingkungan yang salah. Apalagi jika remaja mengalami keadaan keluaga yang broken home akibat perceraian atau salah satu orang tuanya meninggal dunia.

Rasa masih tidak bisa menerima keadaan, rentan untuk membuat remaja mencari pelarian kepada lingkungan yang bisa menjerumuskan masa depannya.

Dan fenomena – fenomena yang terjadi dewasa ini di masyarakat adalah masih ditemukan adanya kasus kenakalan remaja dimana banyak anak di usia remaja. Fenomena kenakalan remaja seperti membolos, tawuran, pencurian, seks bebas, narkoba merupakan suatu penyimpangan perilaku yang dilakukan remaja sehingga mengganggu ketentraman diri sendiri dan orang lain. Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya kenakalan remaja faktor dari mereka sendiri, keluarga, masyarakat ataupun dari lingkungan sekolah. Keluarga merupakan faktor pemicu utama karena tidak berfungsinya orang tua sebagai figur teladan bagi anak.

(16)

pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil atau motor tanpa SIM atau helm, mengambil barang orang tua tanpa izin (3) kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkoba, hubungan seks di luar nikah, pemerkosaan dan lain – lain.

Masa remaja adalah masa yang dimana seorang sedang mengalami saat kritis sebab ia akan menginjak ke masa dewasa. Remaja berada dalam masa peralihan. Dalam masa peralihan itu pula remaja sedang mencari identitasnya. Dalam proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan dirinya, remaja membutuhkan pengertian dan bantuan dari orang yang dicintai dan dekat dengannya terutama orang tua atau keluarganya.

Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa fungsi keluarga adalah memberi pengayoman sehingga menjamin rasa aman maka dalam masa kritisnya remaja sungguh-sungguh membutuhkan realisasi fungsi tersebut. Sebab dalam masa yang kritis seseorang kehilangan pegangan yang memadai dan pedoman hidupnya. Masa kritis diwarnai oleh konflik-konflik internal, pemikiran kritis, perasaan mudah tersinggung, cita-cita dan kemauan yang tinggi tetapi sukar ia kerjakan sehingga ia frustasi dan sebagainya.

(17)

oleh rasa kasih sayang dasar-dasar perkawinan yang telah terbina bersama telah goyah dan tidak mampu menompang keutuhan kehidupan keluarga yang harmonis. Dengan demikian hubungan suami istri antara suami istri tersebut makin lama makin renggang, masing-masing atau salah satu membuat jarak sedemikian rupa sehingga komunikasi terputus sama sekali.

Kenakalan remaja dapat berakar pada kurangnya dialog dalam masa kanak-kanak dan masa berikutnya, karena orangtua terlalu menyibukkan diri sedangkan kebutuhan yang lebih mendasar yaitu cinta kasih diabaikan. Akibatnya anak menjadi terlantar dalam kesendirian dan kebisuannya. Ternyata perhatian orangtua dengan memberikan kesenangan materiil belum mampu menyentuh kemanusiaan anak. (http://rinaselamanya.com/2012/05/pengertian-kenakalan-remaja.html)

Lagu “Sekuat Hatimu” ini menginspirasi dan menjadi pengingat banyak orang terutama mereka yang melakukan kenakalan remaja, melawan orang tua. Mereka sadar bahwa peran orang tua terutama seorang ibu sangat penting dalam menuntun perjalanan hidup masa remaja mereka. Pada saat mereka diingatkan dan diberikan nasehat, tak jarang ada bantahan dan bentakan yang keluar dari mulut mereka. Rasa egois dan tidak mau tahu baik buruknya suatu tindakan sangat besar pada masa – masa remaja. Dan penyesalan yang timbul saat mereka beranjak dewasa. Disaat mereka sadar bahwa tindakan yang mereka lakukan pada masa remaja tersebut tidak benar.

(18)

merefleksikan fenomena ke dalam tanda komunikasi berupa lirik lagu. Untuk menganalisis tanda komunikasi berupa lirik lagu tersebut, maka penelitian ini menggunakan analisis dengan pendekatan semiotik Ferdinand de Saussure. Dalam metode Saussure, dikembangkan sebuah model relasi yang disebut signifier dan signified, yaitu cara pengkombinasian tanda berdasarkan aturan main tertentu hingga menghasilkan suatu ungkapan dan interpretasi mengenai lirik lagu “Sekuat Hatimu”.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan studi semiotik untuk mengetahui makna yang terkandung dalam lirik lagu “Sekuat Hatimu” karya Last Child yang terdapat dalam album “Our Biggest Thing Ever”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

Bagaimana pemaknaan lirik dalam lagu “Sekuat Hatimu” dari grup band Last Child.

1.3 Tujuan Penelitian

(19)

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis, yaitu untuk menambah literatur penelitian kualitatif ilmu komunikasi khususnya mengenai analisis dengan metode semiotik. 2. Kegunaan Praktis, yaitu memberikan manfaat dan masukan bagi khalayak

(20)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teor i

2.1.1 Penger tian Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses pengiriman pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat secara timbal balik sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami oleh kedua belak pihak. (Djamarah, 2004:2)

Menurut Effendy (2001:11) proses komunikasi adalah: “Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan)”. Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini dan lain lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati.

(http://scribd.com/deefit/3397081-Persepsi-remaja-terhadap-program-dakwahtainment)

(21)

Musik juga merupakan bagian dari komunikasi, seperti yang dikemukakan oleh William I. Gorden menyatakan bahwa komunikasi itu mempunyai empat fungsi. Keempat fungsi tersebut meliputi komunikasi sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi ritual dan komunikasi instrumental. Menurutnya, fungsi komunikasi tampaknya tidak sama sekali independen, melainkan juga berkaitan dengan fungsi – fungsi lainnya, meskipun terdapat suatu fungsi yang dominan. (http//id.wikipedia.org/wiki/Fungsi_komunikasi.php)

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresif yang dapat dilakukan baik sendirian ataupun dalam kelompok. Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain. Namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan – perasaan (emosi). Perasaan tersebut dikomunikasikan melalui pesan – pesan nonverbal. Emosi juga dapat kita salurkan lewat bentuk – bentuk seni seperti novel, musik, puisi, atau lukisan. Harus diakui musik juga dapat mengekspresikan perasaan, kesadaran, dan bahkan pandangan hidup manusia (Mulyana, 2005:21).

(22)

2.1.2. Komunikasi Ver bal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha – usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Suatu sistem kode verbal disebut bahasa. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol – simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.

Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran,perasaan dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata – kata yang mempresentasikan berbagai aspek realitas individual kita. Konsekuensinya, kata – kata adalah abstraksi realitas kita yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas objek atau konsep yang diwakili kata – kata itu (Mulyana, 2007:260-261).

(23)

2.1.3. Musik sebagai Media Komunikasi

Musik dan lagu merupakan salah satu budaya manusia yang menarik diantara budaya – budaya manusia yang lain. Dari sisi psikologis humanistis, musik atau lagu bisa menjadi sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam hasrat seni dan kreasi. Dari sisi sosial, lagu bisa disebut sebagai cermin dari tatanan sosial yang ada dalam masyarakat saat lagu tersebut diciptakan. Dari sisi ekonomi, lagu merupakan sebuah komoditi yang sangat menguntungkan. (Rahmat, 1993:19)

Pada dasarnya musik dan lagu juga merupakan kegiatan komunikasi, karena didalamnya terdapat proses penyampaian pesan dari si pencipta lagu kepada khalayak perdengarnya. Pesan yang terkandung dalam sebuah lagu merupakan representasi dari pikiran atau perasaan dari si pencipta lagu sebagai orang yang mengirim pesan. Pesan yang disampaikan biasanya dari frame of reference dan field of experience seseorang yang terbentuk dari hasil interaksinya

dengan lingkungan sosial sekitarnya.

2.1.4. Lagu dan Lirik Lagu

(24)

masing. Sementara Perry (dalam Savitri 1991:3) juga menyebutkan bahwa sebagai bagian dari kemanusiaan sendiri, musik dan lagu hadir dan disukai manusia secara kodrati. Para ahli menyebutkan inherent merit yang memperkaya khasanah dan memperindah kebudayaan manusia.

Di Indonesia sendiri lirik berkembang pada paruhan pertama dasawarsa 1950-an setelah merebut kemerdekaan. Waktu itu masih dilakukan yang dinamakan “musikalisasi syair” yaitu menggarap komposisi – komposisi lagu terhadap puisi – puisi yang terlebih dahulu diciptakan penyair terpandang (Rachmawati, 2002:42)

Usaha dilakukan kembali pada paruh dasawarsa 1970-an. Saat mulai legitimasi bahwa syair dan lagu tersebut sebagai lirik lagu, musikalisasi itu telah terjadi kembali. Salah satu contoh adalah Bimbo yang sering melakukan kerjasama dengan penyair terkenal di antaranya Taufik Ismail, Ramadhan K.H dan Wing Kardjo. Upaya yang dilakukan Bimbo ini disambut oleh beberapa kelompok musik, terutama dari Bandung, yang kemudian mencoba untuk memusikalisasi puisi – puisi karya Gunawan Mohammad, Abdul Hadi W.M, Supardi Joko Darmon, dan bahkan puisi karya pelukis Jeihan.

(25)

Selain itu masih terdapat persoalan teknis, seperti persewaan studio yang mahal semakin memaksa mereka menciptakan karya yang asal jadi. Seringkali mereka hanya mengadaptasi kata – kata dari lagu pop Amerika mengenai cinta yang dicerna oleh komponis Indonesia. Padahal lirik Amerika sendiri mendapat kecaman antara lain dikatakan bahwa lirik lagu Amerika tidak jelas, dumb, vulgar, cheap, degrading, uninspired. (Rosidi, 1995:8)

Lirik lagu pada perkembangannya akhirnya mulai meninggalkan kebiasaan mengadaptasi lirik lagu luar negeri, walaupun tidak benar – benar meninggalkannya. Para lirikus Indonesia sudah mulai menciptakan lirik – lirik lagu populer berdasarkan fenomena sosial yang sedang terjadi di sekitarnya, walaupun sebagian besar masih bertemakan cinta dengan segala dukanya.

Pada masa ini oleh masyarakat, musik populer diberi arti : musik yang mudah diterima oleh kebanyakan orang untuk karenanya masyarakat banyak yang menyukainya (Sumaryo dalam Setyaningsih, 2002:26). Beberapa jenis musik yang didasarkan pada manfaat agar diketahui lebih dalam adalah :

1. Musik Klasik : ada sedikit pergeseran makna, seperti terjadi pula pada nama ataupun istilah lain. Ada tiga taksiran mengenai musik klasik yang sering digunakan.

(26)

b. Kedua : Musik klasik adalah jenis musik yang lahir atau diciptakan oleh komponis – komponis masa lalu, yaitu masa sekitar tahun 1750 – 1800

c. Ketiga : Musik klasik adalah jenis musik yang dibuat oada masa sekarang, tetapi mengambil gaya, corak, ataupun teknik yang terdapat pada masa musik klasik dari pengertian pertama dan kedua.

2. Musik Jazz : Jenis musik yang dianggap lahir di New Orleans, Amerika Serikat, pada awal abad ini. Merupakan perpaduan antara teknik dan peralatan musik Eropa. Khususnya Perancis, dengan irama bangsa negro asal Afrika Barat, di perkebunan – perkebunan, New South Orleans. 3. Musik Keroncong : Jenis musik dimana dalam musik ini dipergunakan

peralatan dan pernadaan musik Barat, yang dimainkan dan dinyanyikan dengan gaya musik tradisi kita yang sudah ada sebelumnya. Misal : permainan alat penumbuk padi, kentongan, angklung dan lain – lain. 4. Musik populer : Jenis musik yang selalu memasukkan unsur – unsur

(27)

Meski disebut musik populer, dari pemain – pemainnya tetap diminta syarat musikalitasnya. Makin tinggi nilai musikalitasnya, makin baik. Pemain musik populer tidak begitu merasa ‘tegang’ seperti pemain musik seriosa. Yang dimaksud ‘tegang’ disini adalah suatu rasa tekanan atau ketegangan mental, yang disebabkan antara lain adanya konsentrasi penuh agar dapat memainkan musik sebaik – baiknya. (Sumaryo dalam Rachmawati, 2000:29)

Band musik populer, disingkat musik pop, bentukny berganti – ganti menurut jamannya. Kalau dalam tahun 1930-an yang dinamakan band populer itu berbentuk jazz atau musik hawaian, pada masa sekarang band yang paling populer sebagian besar alat – alatnya terdiri dari gitar elekrtrik, lengkap dengan pengeras suaranya. (Rachmawati, 2000:30)

Meskipun bentuk band populer berganti – ganti, prinsip permainannya tidak banyak berubah. Pemain yang penting dalam band - band populer harus kuat dalam improvisasi. Dalam arti, menghidangkan sebuah improvisasi bebas dalam batas – batas pola tertentu. Pola – polanya tetap sama, yaitu perkembangan kord dan melodi asli dalam lagu tersebut.

(28)

2.1.5. Kr itik Sosial

Kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai kontrol terhadap jalannya sebuah sistem sosial atau proses bermasyarakat. Dalam konteks inilah kritik sosial merupakan salah saru variabel penting dakam memelihara sistem sosial. Berbagai tindakan sosial atau individual yang menyimpang dari orde sosial maupun orde nilai moral dalam masyarakat dapat dicegah dengan mengfungsikan kritik sosial. Dalam kata lain, kritik sosial dalam hal ini berfungsi sebagai wahana dalam konservasi dan reproduksi sebuah sistem sosial atau masyarakat. (Mes’oed, 1999:47)

Cara berpikir yang demikian sering dipakai kaum fungsionalis dalam menempatkan kritik sosial dalam proses politik. Kritik sosial menurut mereka bersumber dan merupakan bagian dari sistem itu sendiri. Kritik sosial di luar sistem dianggap sesuatu yang tabu dan tidak dapat diterima, bahkan dianggap sebagai tindakan subversif, sebab menggoncangkan sistem. Dalam perspektif demikian, kritik sosial harus dilakukan sesuai dengan norma – norma atau aturan – aturan main dalam sistem tersebut.

Kritik sosial juga dapat berarti sebuah inovasi sosial. Dalam arti bahwa kritik sosial menjadi sarana komunikasi gagasan baru – sembari menilai gagasan – gagasan lama – untuk suatu perubahan sosial. Kritik sosial dalam kerangka yang demikian berfungsi untuk membongkar berbagai sikap konservatif, status quo dan vested interest dalam masyarakat untuk perubahan sosial.

(29)

menginginkan sesuatu yang baru, suasana yang lebih baik dan lebih maju, atau secara politis, suasana yang lebih demokratis dan terbuka.

Kritik sosial dalam disampaikan melalui berbagai wahana, mulai dari cara yang paling tradisional, seperti pepe (berjemur diri), ungkapan – ungkapan sindiran melalui komunikasi antar personal dan komunikasi sosial, melalui berbagai pertunjukan sosial dan kesenian dalam komunikasi publik, seni sastra dan melalui media massa (Mes’oed, 1999:49)

2.1.6. Kr itik Sosial sebagai Alat Komunikasi Efek tif

Komunikasi dengan mempergunakan bahasa adalah bersifat umum dan universal (Sobur, 2002:140). Bahasa dapat bersifat produktif, terbuka, kreaktif, karena pesan – pesan verbal merupakan gagasan baru.

Kritik sosial tidak lepas dari suatu proses keterbukaan. Keterbukaan dan kritik, ibarat dua sisi dari sekeping mata uang yang sama. Keduanya memiliki makna ekstensi, potensi dan aktualisasi yang sama, kendati dalam warna atau perwajahan yang berbeda. Sehingga keduanya sering digunakan sebagai barometer ‘kemanusiaan manusia’. Oleh karena itu, keterbukaan dan kritik bukan saja harus diciptakan dalam kehidupan individual dan sosial manusia tetapi juga harus dipertahankan, diamankan dan dikembangkan dalam diri setiap manusia. (Ali, 1999:194)

(30)

peluang untuk mengaktualisasikan kemanusiaannya. Sebaliknya, kritik pun perlu diciptakan demi merealisasikan keinginan (want) dan kebutuhan (need) manusia.

Astrid Susanto dalam Mas’oed (1999:72) memberi penegasan bahwa peningkatan unsur rasional dan pengurangan unsur irrasional dalam kritik sosial akan meningkatkan bobot kritik sosial itu sehingga lebih mungkin diterima oleh masyarakat sebab gejala sosial yang dikritik dengan akal sehat itu akan lebih mudah pula diterima oleh akal sehat.

Kritik sosial dapat digunakan sebagai moment actie komunikasi yang efisien dan efektif, sebagimana saran J.S Bois tentang “bagaimana berkomunikasi secara efektif”. Dalam kaitan ini J.S Bois menyarankan 7 langkah yang perlu dilakukan :

1. Menerima kehadiran atau keberadaan orang lain sebagaimana adanya baik suka maupun tidak.

2. Tumbuhkan penampilan diri dengan orang lain sehingga semua pihak dapat mengemukaan pikiran, perasaan, harapan serta ketakutannya secara bebas.

3. Jelaskan apa sesungguhnya dimaksudkan dan dikehendaki oleh komunikator dalam berkomunikasi dengan sasarannya (komunikan). 4. Kontak pribadi antara komunikator dengan kawan / lawan bicara, harus

mengarah kepada pembentukan persahabatan.

(31)

dengan perkataan lain, jangan menganggap diri sendiri sebagai norma kebenaran dan kebajikan.

6. Pandanglah seluruh proses komunikasi sebagai proses kerja sama yang dinamis, dengan memberikan peluang bagi diri sendiri dan orang lain untuk mengenali diri secara utuh dan menyeluruh.

7. Gunakan ukuran kebenaran dan kepuasan orang lain sebagai standarisasi kebenaran dan kepuasan diri sendiri dan sebaliknya. Tetapi sama sekali jangan pergunakan ukuran kebenaran serta kepuasan kemanusiaan itu secara sepihak. Artinya, jangan sesekali mengutamakan kepentingan diri sendiri dengan mengabaikan kepentingan orang lain.

Atas dasar kertimbangan itu pula, maka ktitik sosial harus disesuaikan dengan setting sosial, budaya, dan politik dari masyarakat sekitarnya. Dalam proses komunikasi yang efektif, pesan yang disampaikan harus jelas tujuannya, kritik sebagai “salah satu fungsi manajemen keterbukaan”, harus diwarnai oleh tujuan dan cara yang terbuka dan jelas pula. Artinya, siapapun yang melancarkan kritik harus terbuka dan jelas (clear) dapat menguraikan tujuannya melakukan kritik. (Ali, 1999:197)

(32)

desakan kepada masyarakat untuk memperhatikan apa yang termuat di dalam kritik sosial yang rasional itu. (Mas’oed, 1999:72)

2.1.7. Remaja

Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence).

Hasan Bisri dalam bukunya Remaja Berkualitas, mengartikan remaja adalah mereka yang telah meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan dan menuju masa pembentukan tanggung jawab (Bisri, 1995).

Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.

(33)

Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.

Masa remaja merupakan masa dimana terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.

Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai. Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak.

(34)

Pada masa ini remaja mengalami masa kritis identitas atau masalah identitas – ego remaja. Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat, serta usaha mencari perasaan kesinambungan dan kesamaan baru para remaja harus memperjuangkan kembali dan seseorang akan siap menempatkan idola dan ideal seseorang sebagai pembimbing dalam mencapai identitas akhir. (http://www.duniapsikologi.com/remaja-pengertian-dan-definisinya/)

Ciri – ciri khusus yang bisa dilihat pada masa remaja ini dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1) Perasaan dan emosi remaja tidak stabil atau mengalami kegelisahan. 2) Mengalami pertentangan dalam dirinya.

3) Mengkhayal.

4) Keinginan mencoba sesuatu. 5) Aktivitas yang selalu berkelompok.

6) Mengenai status remaja masih sangat sulit ditentukan 7) Kemampuan mental dan daya pikir mulai agak sempurna.

8) Hal sikap dan moral menonjol pada menjelang akhir masa remaja awal.

9) Remaja awal adalah masalah kritis.

10) Remaja awal banyak masalah yang dihadapi.

(35)

dengan berbagai macam cara, tingkah laku, sikap, yang kadang – kadang bila tidak dapat dikontrol dan dikendalikan akan menjurus pada suatu hal yang negatif. Untuk itu, perhatian, bimbingan dari orangtua , guru dan masyarakat sangat penting.(http://id.shvoong.com/social-sciences/counseling/ciri-ciri-remaja/)

2.1.8. Kenaka lan Remaja

Kenakalan remaja biasa disebut dengan istilah Juvenile berasal dari bahasa Latin juvenilis, yang artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja, sedangkan delinquent berasal dari bahasa latin “delinquere” yang berarti terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, nakal, anti sosial, kriminal, pelanggar aturan pembuat ribut, pengacau peneror, durjana dan lain sebagainya. Juvenil delinquency atau kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang.

(36)

hukum.(http://deviah.hostei.com/index.php?option=com_content&view=article&i d=46&Itemid=27)

Masyarakat merupakan ajang hidup anak remaja disamping keluarga dan lingkungan sekolah. Dalam arti khusus, masyarakat merupakan kelompok mansusia yang sudah cukup lama mengadakan interaksi sosial dalam kehidupan bersama yang diliputi oleh struktur serta sistem yang mengatur kehidupan. Di samping itu di dalamnya terdapat pola kebudayaan dan salah satu unsur pokok masyarakat, yakni solidaritas sosial, di dalam kehidupan masyarakat, biasanya terjadi interaksi sosial diantara individu dengan individu yang masing-masing memiliki kesadaran dan pengertian tentang hubungan timbale balik tersebut.

(37)

2.1.9. Semiotika dalam Ilmu Komunikasi

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda – tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah – tengah manusia dan bersama – sama manusia. Semiotika pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal – hal (things). Memaknai berarti bahwa objek – objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana obyek – obyek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkanstitusikan sistem terstruktur dari tanda. (Sobur, 2003 :15)

Kata “semiotika” sendiri berasal dari bahasa Yunani, yang berarti “tanda” atau berarti “penaksir tanda”. “tanda” pada masa itu masih bermakna suatu hal yang memnunjuk pada hal lain. Contohnya, asap menandai api. Semiotika modern mempunyai tokoh yakni Ferdinand de Saussure dimana melalui tokoh tersebut muncullah cikal bakal linguistik umum.Saussure memberikan tekanan pada teori tanda dan pemahamannya dalam konteks tertentu.

Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri dan makna (meaning) adalah hubungan antara suatu objek atau ide dan suatu tanda.

Menurut Littlejohn (1996:64) dalam Sobur (2001:15) tanda – tanda (signs) adalah basis dari seluruh komunikasi. Manusia dengan tanda – tanda dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda – tanda adalah perangkat yang dipakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah – tengah manusia dan bersama – sama manusia.

(38)

semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana (signs) tanda – tanda dan berdasarkan sign system (code) (Segres, 2004:4). Hjelmslev (dalam Christomy, 2001:7) mendefinisikan tanda sebagai “suatu keterhubungan antara wahana ekspresi (expression plan) dan wahana isi (content plan). Charles Morris menyebut semiosis sebagai suatu prases tanda, yaitu proses ketika sesuatu merupakan tanda bagi beberapa organisme.

Dari beberapa contoh definisi diatas maka semiotika atau semiosis adalah ilmu atau proses yang berhubungan dengan tanda.

Pada dasarnya semiosis dapat dipandang sebagai proses tanda yang diberikan dalam istilah semiotika sebagai suatu hubungan antara lima istilah :

S adalah semiotic relation (hubungan semiotik); s untuk sign (tanda); i tuntuk interpreter (penafsir); e untuk effect atau pengaruh (misalnya suatu disposisi dalam i akan bereaktsi dengan cara tertentu terhadap r pada kondisi – kondisi tertentu c karena s); r untuk refference (rujukan); dan c untuk context (konteks) atau conditions (kondisi).

Saat ini dikenal dua jenis semiotika yaitu semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi.

1. Semiotika komunikasi yang dikembangkan oleh Charles Sanders Pierce lebih menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu diantaranya mengansumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi yaitu pengirim, penerima kode (sistem tanda), pesan, saluran komunikasi dan acuan.

(39)

2. Semiotika signifikasi yang dikembangkan oleh Ferdinand de Saussure memberikan tekanan pada teori tanda dan pemahamannya dalam suatu konteks tertentu. Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri dan makna (meaning) adalah hubungan antara objek atau ide dan suatu tanda.

2.1.10. Makna dan Pemaknaan

Brown dalam Sobur (2001:255-256) mendefinisikan makna sebagai kecenderungan (disposisi) total yang menggunakan atau bereaksi terhadap suatu bentuk bahasa. Terdapat banyak bentuk bahasa. Terdapat banyak komponen dalam makna yang dibangkitan suatu kata atau kalimat. Namun kita terlebih dahulu harus membedakan pemaknaan secara lebih tajam tentang istilah – istilah yang nyaris berimpit antara apa yang disebut (1) terjemah (translation), (2) tafsir atau interpretasi, (3) ekstraplorasi dan makna atau meaning.

Membuat terjemah adalah upaya untuk mengemukakan materi atau substansi yang sama dengan media yang berbeda, media tersebut mungkin berupa bahasa yang satu ke bahasa yang lain, dari verbal ke gambar dan sebagainya. Pada penafsiran, kita tetap berpegang pada materi yang ada, dicari latar belakangnya,

konteksnya, agar dapat dikemukakan konsep atau gagasannya lebih luas. Ekstrapolasi lebih menekankan pada kemampuan daya pikir manusia untuk

(40)

indrawinya, daya pikirnya dan akal budinya. Materi yang tersajikan seperti juga ekstrapolasi, dilihat tidak lebih dari tanda – tanda atau indikatornya bagi sesuatu yang lebih jauh. Dibalik yang tersajikan bagi ekstrapolasi terbatas dalam artian empirik logik. Sedangkan pada pemaknaan dapat pula menjangkau yang etik maupun trasendental.

Semantik adalah ilmu mengenai makna kata – kata, suatu definisi yang menurut S.I Hayakawa dalam Mulyana (2001:257) tidaklah buruk bisa orang – orang tidak menganggap bahwa pencarian makna kata mulai dan berakhir dengan melihatnya dalam kamus. Makna dalam kamus tentu saja lebih bersifat kebahasaan (linguistik), yang punya banyak dimensi, simbol merujuk pada objek di dunia nyata, pemahaman adalah perasaan subyektif kita mengenai simbol itu dan referen adalah objek yang sebenarnya eksis di dunia nyata.

Makna dapat pula digolongkan ke dalam makna konotatif. Makna denotatif adalah makna yang sebenarnya (faktual) seperti kita temukan dalam kamus. Karena itu makna denonatif lebih bersifat publik. Namun banyak juga kata yang bermakna konotatif, lebih bersifat pribadi, yakni makna diluar rujukan objektifnya. Dengan kata lain, makna konotatif lebih bersifat subjektif dari makna denotatif.

2.1.11. Teor i – Teor i Makna

Beberapa teori tentang makna dikembangkan oleh Alston (1964:11-26) dalam Sobur (2001:259) diantaranya adalah :

(41)

Teori acuan merupakan salah satu jenis teori makna yang mengenali atau mengidentifikasikan makna suatu ungkapan dengan apa yang diacunya atau dengan hubungan acuan.

2. Teor i Ideasional (The Ideational Theory)

Teori ideasional adalah suatu jenis teori makna yhang mengenali atau mengidentifikasikan makna suatu ungkapan dengan gagasan – gagasan yang berhubungan dengan ungkapan tersebut. Dalam hal ini, teori ideasional menghubungkan makna atau ungkapan tersebut kepada kesadaran. Atau dengan kata lain, teori ideasional mengidentifikasikan makna E (expression atau ungkapan) dengan gagasan – gagasan atau ide – ide yang ditimbulkan E (expression). Jadi pada dasarnya teori ini meletakkan gagasan (ide) sebagai titik sentral yang menentukan makna suatu ungkapan.

3. Teor i Tingka h Laku (Behavioral Theory)

Teori tingkah laku merupakan salah satu jenis teori makna mengenai makna suatu kata atau ungkapan bahasa dengan rangsangan – rangsangan (stimuli) yang menimbulkan ucapan tersebut. Teori ini menanggapi bahsa sebagai semacam kelakukan yang mengembalikannya pada teori stimulus dan respon, makna menurut teori ini, merupakan rangsangan untuk menumbuhkan perilaku tertentu sebagai respons kepada rangsangan itu tadi.

(42)

seseorang yang bercerita sehingga menjadi inspirasi dalam menciptakan sebuah karya lagu. Melalui cerita tersebut, pencipta lagu berusaha mengungkapkan ide atau gagasan tersebut kedalam sebuah ungkapan (expression) yang dituangkan dalam lirik – lirik yang penuh makna. Berlandaskan teori ideasional, peneliti berusaha untuk melakukan pemaknaan terhadap lirik lagu “Sekuat Hatimu”.

2.1.12. Teor i Semiotik Saussur e

Semiotik adalah ilmu tanda. Istilah tersebut berasal dari Yunani, Semeion yang berarti “tanda”. Tanda terdapat dimana – mana. Kata adalah tanda, demikian pula gerak isyarat, lampu lalu lintas, bendera dan sebagainya. Bidang kajian semiotik adalah mempelajari fungsi tanda dalam teks, yaitu bagaimana memahami sistem tanda yang ada dalam tanda teks yang berperan membimbing pembacanya agar bisa menangkap pesan yang terkandung di dalamnya. (Komaruddin Hidayat dalam Sobur, 201:106)

(43)

meliputi tanda linguistik. Dalam hal ini dia mengikuti tradisi teorisasi tanda – tanda “konvensional”. Sisi kedua dari tanda yaitu sisi yang diwakili secara material oleh penanda adalah apa yang disebut Saussure sebagai penanda (signified). Penanda merupakan konsep material dari penanda tersebut.

Kesatuan antara penanda dan petanda membawa Saussure untuk menawarkan diagram berikut :

Sign

Composed of

Signification

Signifier Signified External

(physical plus (mental concept) reality of meaning Existence

of the sign)

Gambar 1.1. Diagram Semiotik Saussure (1990:44)

Saussure menyebut signified sebagai bunyi atau coretan bermakna (konsep material), artinya apa yang dapat dikatakan, ditulis dan dibaca. Signified adalah gambaran mental, yakni pikiran atau konsep aspek mental dari bahsa. Hubungan antara keberadaan fisik tanda dan konsep mental tersebut dinamakan signification.dengan kata lain signification adalah upaya dalam memberi makna

(44)

Tegasnya, Saussure meyakini bahwa proses komunikasi melalu bahasa juga melibatkan pemindahan isi kepala : tanda – tanda membentuk kode atau sirkuit yang menghubungkan dua individu agar membuka isi kepala masing – masing.

Selain itu Saussure juga meletakkan dasar perbedaan antara langue dan parole sebagai dua pendekatan linguistik (Sobur, 2001:111). Langue adalah sistem pembendaan diantara tanda – tanda. Dapat dibayangkan sebagai sebuah lemari yang menyimpan semua kemungkinan tanda – tanda tersebut, satu demi satu yang mengonstruksi sebuah parole (ekspresi kebahasaan, wicara) tertentu.

Ciri dasar lain langue adalah terdapat dua bentuk di dalam hubungan dan perbedaan antara unsur – unsur bahasa berdasarkan kegiatan mental manusia. Di satu sisi dalam suatu wacana, kata – kata bersatu demi sebuah kesinambungan tertentu yang ditunjang oleh keluasan. Hubungan suatu sintagma suatu istilah kehilangan relevansinya karena istilah itu dipertentangkan dengan istilah lain yang mendahului dan mengikutinya atau dengan kesamaan berasosiasi dalam ingatan yang membentuk kelompok – kelompoktempat berbagai hubungan berkuasa. Hubungan ini disebut oleh Saussure hubungan asosiatif atau paradigmatik.

(45)

2.1.13. Signifier dan Signified

Pada dasarnya apa yang disebut signifier dan signified tersebut adalah produk kultural. Hubungan antara keduanya bersifat arbiter (manasuka) dan hanya bersifat konvensi, kesepakatan atau peraturan dari kultur pemakai bahasa tersebut. Hubungan antara signifier dan signified tidak bisa dijelaskan dengan nalar apapun, pilihan bunyi – bunyinya maupun pilihan untuk mengkaitkan rangkaian bunyi tersebut dengan tanda atau konsep yang dimaksud., karena hubungan yang terjadi antara signifier dan signified bersifat arbiter, maka makna signifier harus dipelajari yang berarti ada struktur pasti atau kode yang membantu

menafsirkan makna.

Sifat arbiter antara signifier dan signified serta kaitan antara kedua komponen ini menarik bila dikaitkan dengan kekuasaan. Maksudnya, bagaimana kekuasaan atau pihak uang memegang kekuasaan dapat menentukan signified mana yang boleh dikaitkan dengan signifier. Hal ini bisa terjadi dalam sebuah kekuasaan yang bersifat otoriter dimana signifier tertentu hanya bisa diberi makna oleh pihak penguasa dan signified alternatif atau “tandingan” tidak diberi tempat.

Ketika bahasa berupaya mendefinisikan realitas, ada bahaya bahwa bahasa sendiri tereduksi menjadi suatu rangkaian signifier belaka tanpa referensi langsung terhadap yang ditandakan (signified). Suatu pengertian atau definisi tentang sesuatu tinggal definisi belaka. Akibatnya bahasa menjadi “kosong” sebab bahas tampak sebagai rangkaian perumusan yang tersimpan dalam kamus atau memori saja.

(46)

1. Signifier atau penanda adalah bunyi yang bermakna (aspek material), yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis atau dibaca.

2. Signified atau petanda adalah gambaran mental, yakni pikiran atau konsep (aspek mental) dari bahasa.

Bahasa dimata Saussure seperti kerja musik, baginya bahasa adalah keutuhan yang berdiri sendiri. Pendekatan inilah yang disebut – sebut sebagai “Ilmu Linguistik Struktural”, pada perkembangan selanjutnya, pemahaman struktural demikian menjadi dasar pemikiran postmodernisme yang diwariskan Saussure. (Sobur, 2004:44)

Dua hal yang menjadi strukturalisme sebagai gerakan otonomi adalah pandangan, dimana cara berpikir tentang dunia dikaitkan dengan persepsi dan deskripsi struktur, pada hakikatnya dunia lebih tersusun dari hubungan – hubungan dari pada benda itu sendiri (Hawks dalam Kusumaningrum, 2005:33)

(47)

1. Signifier (penanda) dan Signified (petanda)

Yang cukup penting dalam upaya menangkap hal pokok pada teori Saussure adalah prinsip yang mengatakan bahwa bahasa itu adalah suatu sistem tanda, dan setiap tanda itu tersusun dari dua bagian, yakni signifier (penanda) dan signified (petanda). Menurut Saussure, bahasa

itu merupakan suatu sistem tanda (sign).

Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda dari sebuah ide atau petanda. Dengan kata lain, penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”. Jadi penanda adalah aspek material dari bahasa: apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Jadi petanda adalah aspek mental dari bahasa (Bertens, 2001:180) dalam Sobur (2003:46).

2. Form (bentuk) dan Content (isi)

(48)

3. Langue (bahasa) dan Parole (tuturan, ujar an)

Saussure membedakan tiga istilah dalam bahasa Prancis: langage, langue (sistem bahasa) dan parole (kegiatan ujaran). Langange adalah

suatu kemampuan berbahasa yang ada pada setiap manusia yang sifatnya pembawaan, namun pembawaan ini mesti dikembangkan dengan lingkungan dan stimulus yang menunjang. Singkatnya, langage adalah bahasa pada umumnya. Dalam pengertian umum, langue adalah abstraksi dan artikulasi bahasa pada tingkat sosial budaya, sedangkan parole merupakan ekspresi bahasa pada tingkat individu (Hidayat,

1996:23).

Langue ini ada dalam benak orang, bukan hanya

abstraksi-abstraksi saja. Langue adalah sesuatu yang berkadar individual dan juga sosial universal. Langue dimaksudkan sebagai cabang linguistik yang menaruh perhatian pada tanda-tanda (sign) bahasa atau ada pula yang menyebutnya sebagai kode-kode (code) bahasa (Kleden-Probonegoro, 1998:107) dalam Sobur (2003:49-50).

(49)

atau kode itu dianggap baku sehingga mudah disusun sebagai suatu sistem, maka parole boleh dianggap bersifat diakronik dalam arti sangat terikat oleh dimensi waktu pada saat terjadi pembicaraan (Sobur, 2003:51).

4. Synchronic (sinkr onik) dan Diachronic (diakr onik)

Kedua istilah ini berasal dari kata Yunani khronos (waktu) dan dua awalan syn- dan dia- masing-masing berarti “bersama” dan “melalui”. Salah satu dari banyak perbedaan konsep dan tata istilah paling penting yang diperkenalkan ke dalam linguistik oleh Saussure adalah perbedaan antara studi bahasa sinkronis dan diakronis (perbedaan itu kadang-kadang digambarkan dengan membandingkan “deskriptif” dan “historis”).

(50)

5. Syntagmatic (sintagmatik) dan Associative (par adigmatik)

Satu lagi struktur bahasa yang dibahas dalam konsepsi dasar Saussure tentang sistem pembedaan di antara tanda-tanda adalah mengenai syntagmatic dan associative (paradigmatic), atau antara sintagmatik dan paradigmatik. Hubungan-hubungan ini terdapat pada kata-kata sebagai rangkaian bunyi-bunyi maupun kata-kata sebagai konsep (Sobur, 2003:54).

Sintagma menghasilkan rangkaian yang membentuk sebuah kumpulan tanda yang berurutan secara logis. Menunjuk hubungan suatu tanda dengan tanda-tanda lainnya, baik yang mendahului atau mengikutinya. Hubungan sintagmatik mengajak kita untuk memprediksi apa yang terjadi kemudian. Kesadaran ini meliputi kedasaran logis, kausalitas atau sebab-akibat.

Sedangkan, paradigmatik bisa dikatakan memiliki hubungan yang saling menggantikan. Hubungan eksternal suatu tanda dengan tanda lain. Tanda lain yang bisa berhubungan secara paradigmatik adalah tanda-tanda satu kelas sistem.

(51)

sebagai bahasa apabila itu semua mengekspresikan, menyampaikan ide – ide, pengertian – pengertian tertentu. (Sobur, 2003:46)

Tanda adalah suatu kesatuan dari suatu bentuk pertanda dan penanda. Dengan kata lain, penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau petanda “coretan yang bermakna”. Jadi penanda aspek material dari bahasa apa yang dikatakan, apa yang didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda sendiri adalah gambaran mental, pikiran, konsep. Jadi petanda adalah aspek mental dari bahasa yang konkrit, kedua unsur tidak dapat dilepaskan. Tanda bahas selalu mempunyai dua segi : penanda dan petanda : signifier dan signified. Suatu penanda tanpa petanda akan tidak berarti apa – apa dan karena itu tidak merupakan tanda. Sebaliknya, suatu petanda tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda, petanda atau yang ditandakan itu termasuk tanda sendiri dan dengan demikian merupakan suatu faktor linguistik. “Petanda atau penanda merupakan suatu kesatuan, seperti dua sisi dari sehelai kertas”, kata Saussure.

Jadi meskipun antara penanda dan petanda tampak sebagai identitas yang terpisah -pisah, namun keduanya hanya ada sebagai komponen. Tandalah yang merupakan fakta dasar bahasa. Maka itu setiap upaya untuk memaparkan teori Saussure mengenai bahasa, pertama – tama harus membicarakan pandangan Saussure mengenai hakikat tanda tersebut. Setiap tanda keabsahan, menurut Saussure pada dasarnya menyatukan sebuah konsep dan suatu citra suara (sound image, bukan menyatakan suatu sebagai nama. Dua konsep signifier dan signified

(52)

2.1.14. Langue dan Par ole

Saussure membedakan tiga istilah dalam bahasa Perancis : langange, langue, (sistem bahasa) dan parole (kegiatan ujaran). Langue adalah suatu

kemampuan berbahasa yang ada pada setiap manusia yang sifatnya pembawaan, namun pembawaan ini mesti dikembangkan dengan lingkungan dan stimulus yang menunjang. Singkatnya langue adalah bahasa pada umumnya.

Dalam pengertian umum, langue adalah abstraksi dan artikulasi bahasa pada tingkat sosial budaya, sedangkan parole merupakan bahsa pada tingkat individu menyebut langue melebihi sebuah individu yang berbicara bahasa itu, seperti juga sebuah simfoni tidak sama dengan dibawakannya dalam sebuah konser orkes tententu (dengan segala kekurangan umpannya).

(53)

2.2 Ker angka Berpikir

Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda – beda memaknai suatu peristiwa atau obyek. Hal ini dikarenakan latar belakang pengalaman (field of experience) dan pengetahuan (frame of reference) yang berbeda – beda pada

setiap individu tersebut. Dalam menciptakan sebuah pesan komunikasi, dalam hal ini pesan yang disampaikan dalam sebuah lagu, maka pencipta lagu tidak lepas dari dua hal diatas.

Begitu juga peneliti dalam memaknai tanda dan lambang yang ada dalam obyek, juga berdasarkan pengalaman dan pengetahuan peneliti. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pemaknaan terhadap tanda dan lambang berbentuk tulisan pada lirik lagu “Sekuat Hatimu” dengan menggunakan metode semiotik Saussure. Sehingga dapat diperoleh hasil dan interpretasi data mengenai makna lirik lagu tersebut.

Pada penelitian ini peneliti tidak menggunakan metode semiotik Pierce karena dalam lirik lagu “Sekuat Hatimu” kata – kata yang digunakan adalah kata – kata yang lugas atau kalimat langsung sehingga peneliti tidak banyak menemukan adanya simbol – simbol yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan analisis. Oleh karena itu peneliti menggunakan metode semiotik Saussure dengan menitikberatkan pada hubungan penanda dan petanda yang ada pada lirik lagu tersebut.

(54)

hingga menghasilkan suatu interpretasi sebagaimana digambarkan dalam lirik lagu “Sekuat Hatimu” tersebut.

Berikut gambar kerangka berpikir dari penelitian ini adalah :

Lirik Lagu “Sekuat Hatimu”

Oleh band Last Child

Semiotik Saussure : 2. Signifier atau penanda

adalah kata, frase, kalimat dalam lirik lagu “Sekuat Hatimu” karya band Last Child 3. Signified atau petanda

adalah makna yang terkandung dalam kata, frase, kalimat dalam lirik lagu Sekuat Hatimu” karya band Last Child

(55)

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Dengan data yang digunakan adalah data kualitatif (bukan data yang terdiri atas angka – angka), melainkan berupa pesan – pesan verbal (tulisan) yang terdapat dalam lirik lagu “Sekuat Hatimu” karya band Last Child. Data – data kualitatif tersebut berusaha diinterpretasikan dengan rujukan, acuan, atau referensi – referensi secara ilmiah.

Penelitian kualitatif ini menggunakan metode kualitatif, metode ini digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakiki peneliti dan juga diteliti. Dan yang ketiga, metode ini lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman bersama terhadap pola – pola yang dihadapi. (Meleong, 2002:5)

Menurut Bogdan dan Taylor dalam Meleong (2002:4) menggunakan metode kualitatif sebagai berikut :

(56)

deskriptif kualitatif,dengan memaknai lirik lagu “Cinta Melulu” menggunakan teori semiotika Ferdinand de Saussure, yaitu pandangan tentang signifier (penanda) dan signified (petanda); langue (bahasa) dan parole (ujaran; serta syntagmatic (sintagmatik) dan associative (paradigmatic).

Melalui pandangan dari Saussure itulah kemudian dijelaskan lewat penafsiran dengan menggunakan definisi daripada asertivis serta ciri – ciri asertif yang kemudian dapat ditarik suatu makna yang sebenarnya dari lirik lagu tersebut. Sesuai dengan ‘paradigma’ konstruktivisme, analisis semiotika bersifat kualitatif, jenis penelitian ini memberi peluang besar bagi dibuatnya interpretasi – interpretasi alternatif. (Sobur, 2001:147)

Metode semiotika ini adalah sebuah metode yang memfokuskan dirinya pada tanda dan teks sebagai objek kajiannya, serta bagaimana peneliti menafsirkan pemahaman kode (decoding) dibalik tanda dan teks tersebut (Piliang, 2003:270). Penggunaan semiologi sebagai metode pembacaan didalam berbagai cabang keilmuan dimungkinkan, dikarenakan ada kecenderungan dewasa ini untuk memandang berbagai diskursus sosial, politik, budaya, dan seni sebagai fenomena bahasa. Berdasarkan pandangan semiotika, bila seluruh praktek sosial dianggap sebagai fenomena bahasa, maka ia dapat pula dipandang sebagai tanda (Piliang, 2003:257)

(57)

membawanya pada sebuah kesadaran” (Sobur, 2003:16).

3.2 Ker angka Konseptual 3.2.1 Unit Analisis

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanda – tanda berupa tulisan, yang terdiri dari atas kata – kata yang membentuk kalimat yang ada pada lirik lagu “Sekuat Hatimu” karya band Last Child.

3.2.2 Kor pus Penelitian

Korpus adalah sekumpulan bahan yang terbatas yang ditentukan pada perkembangannya oleh analisis dengan semacam kesemenaan, bersifat sehomogen mungkin (Kurniawan, 2001:170). Korpus atau data yang dikumpulkan berwujud tulisan. Pada penelitian ini yang menjadi korpus adalah lirik lagu “Sekuat Hatimu” yang terdapat pada album band Last Child “Our Biggest Thing Ever”.

(58)

home. Dan akhirnya mereka cenderung memilih gaya hidup dan lingkungan yang mau menerima mereka. Walaupun lingkungan tersebut tidak baik dimata orang tua dan masyaraka. Dan berikut ini adalah lirik lagu “Sekuat Hatimu” :

Sekuat Hatimu

Ku mohon hentikan air matamu mama Bila ternyata harus putus sekolahku Dan ku pilih gaya hidup yang tiada pernah indah di matamu

Tak mampu ku mengampuni diriku mama Bila ku dengar harunya arti doamu

Yang kau panjatkan untukku saat ku bawa diriku Semakin dalam ku terjatuh

(59)

Reff:

Peluklah lelah jiwaku mama Yang terluka dipecundangi dunia

Hanya kasihmu yang mampu lindungi lemah hatiku Yang tak sekuat hatimu

Peluk hati kecil yang penuh dendam ini Ajari tuk menghapus sebuah rasa benci Biarkan kasih lembutmu sentuh hatiku Ubah aku jadi buah hati yang dulu

3.2.3 Tek nik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data didalam penelitian ini berasal dari data primer dan sekunder :

1. Data primer, Korpus atau data yang dikumpulkan oleh peneliti, berwujud tulisan yaitu lirik lagu yang berjudul “Sekuat Hatimu”. Data primer diperoleh dari dalam cover CD Album “Our Biggest Thing Ever” karya band Last Child, yang kemudian ditulis kembali oleh peneliti untuk dijadikan bahan penelitian.

(60)

3.3 Analisis Data

Analisis data dilakukan berdasarkan metode semiotik Saussure, yaitu menghubungkan antara signifier (penanda) dan signified (petanda) dengan melihat dari kata – kata dan rangkaian kata yang membentuk kalimat dalam lirik lagu tersebut. Kemudian menganalisis makna konotasi yang terdapat dalam lirik lagu yang mencerminkan kehidupan sosial masyarakat Indonesia, sehingga diperoleh makna denotasi yang merupakan makna sebenarnya dari suatu kata. (Sobur, 2002:128)

Bila hendak menemukan maknanya, maka akan dilakukan adalah rekonstruksi dari bahan – bahan yang tersedia, yaitu teks lirik lagu itu sendiri. Sebagai proyek rekonstruksi, maka pertama – tama teks atau lirik lagu tersebut dipenggal – penggal terlebih dahulu menjadi “leksia” atau susunan bacaan tertentu. Leksia ini dapat berupa kata, beberapa kalimat, sebuah paragraf, atau beberapa paragraf.

(61)

4.1. Gambar an Umum Objek Penelitian

Last Child adalah sebuah band yang terbentuk pada tahun 2006 lalu dengan anggota 3 orang yaitu Virgoun, Dhimaz dan Ari Ceper. Last Child terbentuk di sebuah tempat dimana mereka berkumpul, tertawa, suka dan duka bersama. Sebelumnya mereka juga tergabung dalam satu band, tetapi mereka mengalami perpecahan band tersebut. Akhirnya mereka dipertemukan kembali oleh Tuhan dengan formasi baru yaitu Last Child yang bertahan hingga saat ini untuk bisa berkarya dan bergabung dengan deretan band – band lainnya. Last Child memutuskan untuk lebih serius dalam industri musik tanah air. Mereka pun terus berupaya dalam berkarya. Seiring berjalannya waktu, mereka pun mencoba untuk membuat lagu sendiri dan mereka menyebut genre musiknya“proggresive punk pop”.

(62)

Impian umumnya anak muda biasanya berbunyi seperti ini, “Gue pengen jadi anak band dan musisi yang terkenal dan sukses”. Sebetulnya hal ini sah – sah saja, asal didukung dengan niat dan usaha yang besar. Hal ini juga dirasakan oleh Virgoun, Dhimaz dan Ary Ceper. Tiga anak muda Jakarta yang menjadi cikal bakal band Last Child. Pada 16 Januari 2006 mereka memutuskan untuk mewujudkan impian dengan membentuk sebuah band. Band yang awalnya didirikan untuk mengisi acara pentas seni salah satu SMA di Jakarta ini diberi nama “Last Child” – karena ketiga personilnya merupakan anak terkecil/terakhir di keluarga masing – masing. Dengan modal sebuah lagu dan satu kali latihan, Last Child nekat mengikuti audisi tersebut. Sayangnya kenekatan tersebut belum berbuah manis, mereka dinyatakan tidak lulus audisi.

(63)

satu distro di bilangan Jakarta Timur, mereka bertiga terkejut dengan sambutan penonton yang sudah begitu mengenal mereka, sampai – sampai hafal dengan lagu – lagu Last Child. Sambutan yang membanggakan ini akhirnya menjadi motivasi utama mereka untuk merilis debut album Last Child. Album perdana bertitel “Grow Up” yang rencananya akan dirilis pertengahan bulan Agustus 2007 ini berisi semua hits yang sering mereka bawakan selama mereka manggung. Selain pengaruh music punk, pop dan post punk dan emo yang kental, album ini juga banyak memasukkan unsur harmonik dan synthesizer. Seorang additional yang bernama “Bayu” dipercaya mengisi posisi ini saat manggung.

(64)

Monkey menjadi awal bagus bagi band yang berasal dari Utan Kayu, Jakarta ini. Tambahan album kedua dengan judul “Everythink We Are Everythink semakin mempertegas posisi Last Child sebagai band indie yang tidak setengah – setengah dalam bermusik. Lagu – lagu mereka seperti Diary Depresi dan Pedih pun jadi omongan.

Band indie seperti Last Child sadar bahwa tak selamanya mereka akan memainkan musik beraliran punk, oleh karena itu mereka mencoba menyasar pasar yang lebih luas dengan merilis single kedua berjudul Pedih yang membawa nuansa lembut penuh romansa namun tepat gagah. “Kita menyadari bahwa setiap orang akan mengalami kesedihan atau putus asa dan harus menjalaninya sendirian. Di saat seperti itulah kita berharap lagu Pedih bias menemani dan juga menjadi penyemangat,” tutur Virgoun, sang vokalis. Dalam single ini, Last Child meyakini jika apa yang dibawakannya bisa menjadi sajian yang berbeda bagi penikmat music di tanah air.

(65)

Gambar

Gambar 1.1. Diagram Semiotik Saussure (1990:44)

Referensi

Dokumen terkait

tersebut tidak akan menjadi sebuah tanda yang bermakna dalam baris kalimat,. karena tidak adanya sebuah kata yang membentuk

adalah makna yang terkandung dalam kata, frase, kalimat dalam lirik lagu “Belanja Terus Sampai Mati” oleh Efek Rumah Kaca. Pemaknaan lirik lagu “Belanja Terus Sampai

Makna yang terkandung dalam lirik lagu boyband cekat – cekot ini adalah tentang perasaan iri hati terhadap boyband yang sedang menjadi fenomena di Tanah air.. Boyband

Kesimpulan dalam lirik lagu “ABG Tua” yang dipopulerkan oleh Pl4t Band sebagaimana adanya suatu perilaku menyimpang seseorang yang sudah lanjut usia berperilaku seperti

Kesimpulan dari data yang dianalisis dalam lagu “Besar dan Kecil”, kritik sosial yang tersirat adalah ketidakadilan pemerintahan orde baru khususnya ketika pemilu

Kesimpulan dalam lirik lagu “ABG Tua” yang dipopulerkan oleh Pl4t Band sebagaimana adanya suatu perilaku menyimpang seseorang yang sudah lanjut usia berperilaku seperti

Berangkat dari fenomena sosial diatas, lagu “Paling Suka 69” yang dibawakan oleh Julia Perez dengan nada dan suaranya yang erotis, mendesah, penuh nafsu, dan

Lirik lagu“Sayur Kol” bunyi dominan yang kontras antara bunyi vokal, konsonan yang terhambat, dan konsonan yang lancar. Bunyi- bunyi yang menunjukkan ketajaman perasaan