• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAKNAAN LIRIK LAGU GLOOMY SUNDAY KARYA REZSO SERESS (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Lirik Lagu Gloomy Sunday Karya Rezso Seress).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMAKNAAN LIRIK LAGU GLOOMY SUNDAY KARYA REZSO SERESS (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Lirik Lagu Gloomy Sunday Karya Rezso Seress)."

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Per syar atan Memper oleh Gelar Sar jana Pada FISIP UPN “Veter an” J awa Timur

Oleh :

INGGRID NATALIA

0843010181

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Rezso Ser ess)

Disusun Oleh : INGGRID NATALIA

0843010181

Telah disetujui untuk mengik uti Ujian Skr ipsi Menyetujui,

Pembimbing Utama

Dr s. Kusnar to, M.Si NIP. 195808011984021001

Mengetahui, DEKAN

(3)

Oleh :

INGGRID NATALIA

0843010181

Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sita s Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada tanggal 20 Apr il 2012

Pembimbing Utama Tim Penguji:

1. Ketua

Dr s. Kusnar to, M.Si J uwito, S.Sos, M.Si NIP. 195808011984021001 NPT. 367049500361

2. Sekr etar is

Dr s. Kusnar to, M.Si NIP. 195808011984021001

3. Anggota

Dr a. Her lina Suksmawati, M.Si NIP. 196412251993092001

Mengetahui, DEKAN

(4)

Penelitian ini berdasarkan pada fenomena misteri sebuah lagu yang mengakibatkan bagi siapa saja yang mendengarnya dapat melakukan aksi bunuh diri, yaitu “Gloomy Sunday”. Ini terjadi di berbagai Negara di luar Indonesia, di Hungaria khususnya. Bahkan, penciptanya sendiri juga melakukan bunuh diri setelah lagu ini meledak menjadi hit pertamanya. Seiring dengan banyaknya kasus bunuh diri yang terjadi akibat lagu “Gloomy Sunday”, maka hal ini telah menjadi fenomena di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Hal ini juga telah menjadi pro dan kontra di kalangan masyarakat Indonesia, sehingga menimbulkan berbagai reaksi dan tanggapan negatif atas lagu tersebut.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dimana dalam penelitian ini menginterpretasikan secara rinci representasi lirik lagu “Gloomy Sunday” karya Rezso Seress. Penelitian ini menggunakan metode semiotik Saussure yang menitikberatkan pada tanda (sign), yaitu signifier (penanda) dan signified (petanda), form (bentuk) dan content (isi), langue (bahasa) dan parole (tuturan, ujaran), synchronic (sinkronik) dan diachronic (diakronik), serta syntagmatic (sintagmatik) dan associative (paradigmatik).

Berdasarkan analisis dari lirik lagu “Gloomy Sunday” ini menggambarkan di suatu Minggu yang suram telah terjadi sesuatu yang tidak terduga, bahwa seorang kekasih telah pergi meninggalkan (meninggal dunia) seseorang yang sangat mencintainya. Setelah kematian seorang kekasih tersebut, kehidupan seseorang ini menjadi suram dan kehidupan yang dilewati penuh dengan bayang-bayang kekasih yang tercinta. Seseorang tersebut juga melalui hari-harinya dengan penuh kegelisahan yang tak tertahankan. Sehingga pada akhirnya ia membuat suatu keputusan untuk mengakhiri semuanya dengan cara bunuh diri. Keputusan itu ia lakukan demi bertemu dan agar dapat bersama-sama dengan kekasih yang tercinta. Semua itu hanya terjadi di Minggu yang suram. Jadi, kesimpulan dalam lirik lagu ”Gloomy Sunday” ini adalah seseorang yang mengalami hal tersebut di atas berarti depresi.

(5)

This watchfulness based on mysterious phenomenon of a song that cause for whoever that hear it can do suicide act, that is "Gloomy Sunday". It happen at various countries outside Indonesia, at Hungarian especially. Even the creator also do the suicide after this song explodes became his first hit. Along with case quantity of suicides that happen because the consequence of "Gloomy Sunday", then it had became a phenomenon in the entire world, belong in Indonesia. This matter also become pros and contra among Indonesia society, so that to make various of reactions and negative conceptions of this song.

Method that used in this watchfulness is qualitative descriptive, where in this watchfulness interpreting in detail of " Gloomy Sunday" song lyric by Rezso Seress. This watchfulness used Saussure semiotic method which to accentuate to sign, and that are signifier (penanda) and signified (petanda), form (bentuk) and content (isi), langue (bahasa) and parole (tuturan, ujaran), synchronic (sinkronik) and diachronic (diakronik), and then syntagmatic (sintagmatik) and associative (paradigmatik).

Based on this “Gloomy Sunday” song lyric analysis is describe about in a gloomy Sunday had happen something unexpected that her boyfriend had passed away to leave her. After the death of her boyfriend,her life became so gloomy and her life that through is full with the shadows of her beloved boyfriend. Then that person also through her daily day with full of unbearable restless. At last, that person make a decision to end everything with suicide. The decision had made just for meet and can be with her beloved boyfriend. That is all only happen in the gloomy Sunday. The conclusion of this “Gloomy Sunday” song lyric is somebody that to experience the thing above that is mean depression.

(6)

ucapan syukur yang terdalam kepada sang Juru Selamat, Tuhan Yesus Kristus. Dengan kasih karunia, hikmat, dan penyertaan-Nya, sehingga skripsi dengan judul “Pemak naan Lir ik Lagu Gloomy Sunday Kar ya Rezso Ser ess” (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Lirik Lagu Gloomy Sunday Kar ya Rezso Seress) dapat terselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada Bapak Drs. Kusnarto, M.Si selaku Dosen Wali sekaligus Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat, serta motivasi kepada penulis. Dan penulis juga banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril, spiritual maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus yang telah banyak memberikan inspirasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya.

2. Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor UPN “Veteran” Jatim.

3. Dra. Hj. Suparwati, M.Si, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UPN “Veteran” Jatim.

4. Juwito, S.Sos, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UPN “Veteran” Jatim.

(7)

7. Pak Agus, selaku travellnya Bu Supar. Terima kasih banyak atas semua perhatian dan masukan dari Anda.

8. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun Staff Karyawan FISIP hingga UPN “Veteran” Jatim pada umumnya.

9. Yang tercinta, Daddy dan Mommy. Terima kasih banyak atas doa dan dukungannya! Khususnya, Daddy yang telah banyak membantu Inge dalam mengerjakan skripsi ini hingga selesai.

10.Jeane dan Joshua, terimakasih banyak atas dukungan dan bantuannya.

11.Wenny, Yohan serta Ate Lilyati dan Om Manasye. Terima kasih banyak atas bantuannya.

12.Kak Adi, terima kasih banyak atas bantuannya. Sukses selalu untuk Kak Adi. 13.Kak Syahril Wijaya dan Kak Christian Pramudia, terima kasih banyak atas

bantuan dan dukungannya.

14.Untuk semua pihak, baik dari dalam maupun dari luar, baik yang telah dicantumkan namanya maupun yang belum, terima kasih banyak atas dukungan dan doanya untuk Inge. Sukses selalu untuk semuanya. Tuhan Yesus Memberkati.

(8)

Surabaya, April 2012

(9)

HALAMAN PERSETUJ UAN UJ IAN SKRIPSI .………..ii

HALAMAN PERSETUJ UAN DAN PENGESAHAN UJ IAN SKRIPSI ……iii

KATA PENGANTAR ………..iv

DAFTAR ISI ………vii

DAFTAR GAMBAR ………...x

ABSTRAK ………xi

BAB I PENDAHULUAN ………...1

1.1. Latar Belakang Masalah ………..1

1.2. Perumusan Masalah ………....11

1.3. Tujuan Penelitian ………....11

1.4. Manfaat Penelitian ……….11

1.4.1. Secara Teoritis ………...11

1.4.2. Secara Praktis ……….11

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ………..12

2.1. Landasan Teori ………....12

2.1.1. Pengertian Komunikasi ………...12

2.1.2. Komunikasi Verbal ………....14

(10)

2.1.7. Definisi Depresi ………...23

2.1.8. Semiotika ………...26

2.1.9. Semiotika Dalam Komunikasi ………...28

2.1.10. Teori Tanda Ferdinand de Saussure ………..30

2.1.11. Pengertian Makna ...………...35

2.1.12. Perubahan Makna dan Ambiguitas ………....37

2.2. Kerangka Berpikir ………..39

BAB III METODE PENELITIAN ………...41

3.1. Metode Penelitian ………..41

3.2. Kerangka Konseptual ……….42

3.2.1 Corpus ………....42

3.3. Unit Analisis ………...44

3.4. Teknik Pengumpulan Data ……….44

3.5. Teknik Analisis Data ……….44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………...46

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ………46

4.1.1. Gloomy Sunday karya Rezso Seress ………..46

(11)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………..128 5.1. Kesimpulan ………....128

5.2. Saran ………128

(12)
(13)

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan manusia terdapat banyak sekali fenomena komunikasi dan sosial di dalamnya. Pada fenomena-fenomena tersebut terdapat berbagai macam permasalahan yang dapat diangkat untuk menjadi sebuah penelitian. Dalam hal ini yang diteliti merupakan sebuah permasalahan atau fenomena yang terjadi dalam masyarakat yang tertuang dalam sebuah lirik lagu.

Musik dan manusia. Dalam kehidupan manusia, musik telah menjadi ‘udara’ yang dihisap dan dihembuskan tanpa batas waktu. Musik sudah tidak hanya ‘dikonsumsi’ melalui alat dengar atau telinga saja, tetapi sudah menjadi lebih komplek lagi. Manusia ‘mengkonsumsi’ musik sudah memasuki arena perasaan jiwa. Dengan musik, manusia dapat memiliki ‘obat alternatif’ sebagai obat penenang, atau musik sudah dijadikan sebagai sahabat yang menemani kegiatannya sehari-hari. Tidak heran beberapa orang di sekitar kita dapat menikmati musik lebih dari 12 jam atau bahkan 24 jam sehari. (http://angkuyautis.multiply.com/)

(14)

sebagai orang yang mengirim pesan. Pesan yang disampaikan biasanya bersumber dari frame of reference (pengetahuan) dan field of experience (pengalaman).

Musik merupakan hasil budaya manusia yang menarik di antara budaya yang lain, dikatakan menarik karena musik memegang peranan yang sangat banyak diberbagai bidang. Seperti dilihat dari sisi psikologisnya, musik kerap menjadi sarana kebutuhan manusia dalam hasrat akan seni dan berkreasi. Dari sisi sosial, musik dapat disebut sebagai cermin tatanan yang ada dalam masyarakat saat musik tersebut diciptakan. Dari segi ekonomi, musik telah berkembang pesat menjadi suatu komoditi yang menguntungkan.

Musik sendiri menurut kamus lengkap bahasa Indonesia, memiliki makna bunyi-bunyian yang ditata enak dan rapi. Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa musik dapat menciptakan sebuah lagu. Sebuah lagu yang dinyanyikan biasanya terdiri dari komponen yang saling melengkapi dan saling bergantung. Komponen tersebut antara lain; paduan alat musik dalam satu instrumen, suara vokal, dan yang terakhir adalah lirik lagunya. Instrumen dan kekuatan vokal penyanyian adalah sebagai tubuh, sedangkan lirik lagu adalah jiwa, atau nyawa adalah penggambaran musik itu sendiri.

(15)

tetapi tidak dapat didefinisikan karena ia hanya bersifat ‘implisit, tetapi secara konvensional tidak tetap’.

Salah satunya hal yang terpenting dalam sebuah musik adalah keberadaan lirik lagunya, karena melalui lirik lagu, pencipta lagu ingin menyampaikan pesan yang merupakan pengekspresian dirinya tehrhadap fenomena-fenomena yang terjadi di dunia sekitar. Lirik lagu dalam musik yang sebagaimana bahasa, dapat pula sebagai sarana untuk sosialisasi dalam pelestarian terhadap suatu sikap atau nilai. Oleh karena itu, ketika sebuah lirik lagu diaransi dan diperdengarkan kepada masyarakat merupakan tanggung jawab yang besar tersebar luasnya keyakinan, nilai-nilai, bahkan prasangka tertentu (Setianingsih, 2003:7-8).

Lirik lagu adalah media komunikasi verbal yang memiliki makna pesan di dalamnya, sebuah lirik lagu bila tepat memilihnya bisa memiliki nilai yang sama dengan ribuan kata atau peristiwa, juga secara individu mampu memikat perhatian. Sebuah karya cipta dibidang musik juga harus memiliki jiwa yang menghibur bagi konsumen. Banyak sekali jenis lirik lagu keseluruhan dalam sebuah produk musik yang telah tercipta, adanya menyangkut pembicaraan autoritas mereka melambangkan saling pengertian yang patut diagungkan dan dipatuhi orang dari apa yang mereka awali.

(16)

saja akan berdampak pada sikap afektif, konatif, dan kognitif pendengarnya. Sikap afektif adalah sikap emosional dari individu, sikap konatif adalah berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan dan bertindak, sedangkan sikap kognitif adalah aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui oleh manusia (Rahmat, 2001:37).

Oleh karena itu, ketika sebuah lirik lagu diaransemen dan diperdengarkan oleh khalayak, lirik lagu mempunyai tanggung jawab yang besar atas tersebar luasnya sebuah keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai bahkan sebuah prasangka tertentu. Sebuah lirik lagu notabene kata-kata di dalamnya menggunakan media musik untuk menyampaikannya kepada publik. Jadi, bisa dikatakan bahwa lirik lagu juga merupakan karya sastra yang diwujudkan dalam karya seni.

(17)

Dikatakan, Rezso Seress bunuh diri karena menyadari bahwa setelah “Gloomy Sunday” meledak menjadi hit pertamanya diberbagai negara, dia berpikir bahwa dia tidak akan pernah lagi bisa menciptakan hit seperti itu untuk yang kedua kalinya. Oleh karena itu, dia berniat untuk mengakhiri hidupnya. Rezso Seress diberitakan bunuh diri pada 1968 di hari Minggu dengan meloncati jendela apartemen dari tempat tinggalnya.

Pada 1997, Billy Mackenzie penyanyi yang merekam lagu “Gloomy Sunday” di tahun 1982 juga mati bunuh diri di dekat rumah ayahnya. Bahkan, katanya apabila lagu “Gloomy Sunday” ini dimainkan tanpa lirik (suara penyanyi) atau hanya berupa instrumental saja, maka pendengarnya akan tertidur berat dan mengalami mimpi buruk yang kelihatan nyata sekali.

Di negeri asalnya sendiri, Hungaria, lagu ini dilarang keras untuk beredar karena telah menyebabkan meningkatnya gelombang bunuh diri di Negara tersebut. Lagu “Gloomy Sunday” sendiri hilang dari peredaran dan menjadi terlupakan semenjak adanya perang Adolf Hitler di tahun 1930-an, lagu ini dimusnahk1930-an, dan versi aslinya sudah tidak ada lagi, mengingat banyak yang telah menjadi korban dari lagu ini. Dalam siaran radio BBC (British Broadcasting Channel) di London, lagu tersebut dilarang keras untuk di udarakan.

(18)

Jelas sekali bahwa lirik lagu “Gloomy Sunday” merupakan sebuah ekspresi mendalam mengenai perasaan karena kehilangan seseorang yang sangat dicintai. Dalam lirik lagu itu juga dikatakan bahwa betapa besar keinginannya untuk memiliki seseorang yang telah tiada tersebut sehingga mengakibatkan ingin bunuh diri (mengakhiri hidupnya).

Lagu “Gloomy Sunday” ternyata juga tidak terlalu asing bagi para pendengarnya di Indonesia. Lagu ini ternyata juga memberikan pengaruh negatif di Indonesa. Meskipun sebagian masyarakat Indonesia belum mengetahui lagu “Gloomy Sunday”, tetapi ada beberapa masyarakat Indonesia yang telah mengetahuinya serta mencoba untuk mendengarkannya. Sebagian dari mereka juga membandingkannya dengan tembang Jawa “Lingsir Wengi”, yang mana tembang tersebut sangat terkenal setelah ditembangkan dalam film Kuntilanak bagian pertama hingga terakhir, yaitu bagian ketiga.

(19)

(suara penyanyi) atau hanya berupa instrumental saja, maka pendengarnya akan tertidur berat dan mengalami mimpi buruk yang kelihatan nyata sekali.

(http://arieffanfitrov.blogspot.com/2010/04/legenda-gloomy-sunday-lagu-pembawa.html)

Tidak dipungkiri, bahwa berita ini telah merambat sampai ke seluruh dunia, salah satunya di Indonesia. Rasa penasaran yang mendalam membuat masyarakat Indonesia untuk mencari tahu tentang kebenaran mistis dari lagu “Gloomy Sunday”. Setelah itu, mereka menyatakan sesuatu setelah mendengar lagu tersebut. Pernyataan dari masing-masing mereka terangkum dalam sebuah forum besar di internet, yaitu Kaskus. Beberapa di antara mereka ada yang berpendapat biasa saja dan ada yang merasa seram, merinding, dan ketakutan. Ada juga yang mengungkapkan bahwa “Gloomy Sunday” merupakan lagu yang dapat mengosongkan pikiran.

(http://www.kaskus.us/showthread.php?t=8060743&page=5)

Seseorang mengungkapkan bahwa setelah mendengar lagu tersebut, ia merasa ketakutan, mual, pusing, dan berharap bahwa ia tidak akan bunuh diri. Ada juga yang mengungkapkan bahwa setelah mendengar lagu “Gloomy Sunday”, ia sempat mengalami mimpi buruk dan suasana di mimpinya tersebut menjadi kacau, karena ia mendengarkannya dalam keadaan sedang tidur.

(20)

Salah satu kaskuser juga mengungkapkan pengalamannya saat mendengar lagu tersebut. Awalnya, ia tidak percaya akan misteri lagu “Gloomy Sunday”. Tetapi, karena rasa penasarannya, akhirnya ia memutuskan untuk mengunduh lagu tersebut kemudian mendengarkannya. Pertama kali ia mendengarkan lagu tersebut terasa biasa saja meskipun aransemen lagunya cukup menyeramkan baginya. Di suatu malam ia memberanikan diri untuk mendengarkan lagu tersebut dengan menggunakan headset, lalu ia merasa bahwa semakin lama ia mendengarkan lagu tersebut, tiba-tiba pikirannya terasa kacau dan ia melamun dalam keadaan sedang mendengarkan lagu tersebut.

Seketika itu juga, ia menghentikan lagu tersebut dan memutuskan untuk tidur di malam itu serta berharap akan mimpi indah. Tetapi, hal yang tidak disangka terjadi pada dirinya. Ia tidak dapat tidur dengan tenang dan merasa gelisah. Ia juga merasakan bahwa ada yang membisikkan sesuatu di telinganya untuk melakukan hal-hal di luar nalar. Lalu ia pun merasa takut apabila terjadi sesuatu pada dirinya dan hal itu sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Ia juga mengungkapkan bahwa ia tidak dapat tidur hingga pukul 01.00 tengah malam, karena telah mendengarkan lagu “Gloomy Sunday”. Padahal, keesokan harinya ia harus mengikuti ujian semester. Akhirnya, pada keesokan harinya, ia terpaksa tidak mengikuti ujian semester di hari terakhir karena sakit.

(21)

mengalami sakit dan mengakibatkan ia tidak dapat mengikuti ujian semesternya yang terakhir. Lalu ia pun segera menghapus lagu “Gloomy Sunday” dari handphone-nya. Ia juga menyatakan bahwa ia sungguh menyesal pernah mendengar lagu tersebut.

(http://www.kaskus.us/showthread.php?t=11907688)

Hal ini juga telah ditanggapi oleh pendengar lainnya. Ada yang mengungkapkan bahwa kematian adalah suatu jalan keluar untuk mengobati rasa sakit karena cinta. Ada juga yang hanya menyatakan bahwa liriknya tidak berbeda jauh dengan lirik-lirik puisi atau syair biasa, hanya saja artinya penuh dengan rasa putus asa, penyesalan, dan kekecewaan yang mendalam.

(http://lirik.kapanlagi.com/artis/bjork/gloomy%20sunday/komentar) Hubungan musik dengan fungsi otak. Semua jenis musik atau bila bunyi tersebut dalam suatu rangkaian teratur yang kita kenal dengan musik, akan masuk melalui telinga, kemudian menggetarkan gendang telinga, mengguncang cairan di telinga dalam serta menggetarkan sel-sel berambut di dalam Koklea untuk selanjutnya melalui saraf Koklearis menuju ke otak.

(22)

secara difus mempersarafi neokorteks. Hipotalamus merupakan pusat saraf otonom yang mengatur fungsi pernapasan, denyut jantung, tekanan darah, pergerakan otot usus, fungsi endokrin, memori, dan lain-lain. Seorang peneliti, Ira Altschuler mengatakan, “Sekali suatu stimulus mencapai Talamus, maka secara otomatis pusat otak telah diinvasi”.

(23)

(planet- evolution.blogspot.com/2010/05/gloomy-sunday-lagu-pembawa-kematian.html)

Dari fenomena yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk meneliti lirik lagu “Gloomy Sunday” karya Rezso Seress.

1.2. Per umusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah pemaknaan lirik lagu “Gloomy Sunday” karya Rezso Seress?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui pemaknaan lirik lagu “Gloomy Sunday” karya Rezso Seress.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Secar a Teor itis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada perkembangan serta pendalaman studi komunikasi dengan menganalisis semiotik dalam lirik lagu.

1.4.2. Secar a Pr aktis

(24)

2.1. Landasan Teor i

2.1.1. Penger tian Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses pengiriman pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat secara timbal balik sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami oleh kedua belah pihak (Djamarah, 2004:2).

Menurut (Effendy, 2001:11) proses komunikasi adalah: “Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan)”. Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. (http://www.scribd.com/deefit/d/3397081-Persepsi-remaja-terhadap-program-dakwahtaiment)

(25)

Musik juga merupakan bagian dari komunikasi, seperti yang dikemukakan oleh William I. Gorden menyatakan bahwa komunikasi itu mempunyai empat fungsi. Keempat fungsi tersebut meliputi komunikasi sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi ritual, dan komunikasi instrumental. Menurutnya, fungsi komunikasi tampaknya tidak sama sekali independen, melainkan juga berkaitan dengan fungsi-fungsi lainnya, meskipun terdapat suatu fungsi yang dominan. (http://id.wikipedia.org/wiki/Fungsi_komunikasi)

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresif yang dapat dilakukan baik sendirian ataupun dalam kelompok. Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan memengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrument untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi). Perasaan tersebut dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal. Emosi juga dapat kita salurkan lewat bentuk-bentuk seni seperti novel, musik, puisi, atau lukisan. Harus diakui musik juga dapat mengekspresikan perasaan, kesadaran, dan bahkan pandangan hidup manusia (Mulyana, 2005:21).

(26)

bahwa komunikasilah yang berhubungan dengan manusia itu, dimana tidak mungkin manusia bisa hidup tanpa berkomunikasi.

2.1.2. Komunikasi Ver bal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Suatu sistem kode verbal disebut bahasa. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.

Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang merepresentasikan berbagai aspek realitas individual kita. Konsekuensinya, kata-kata adalah abstraksi realitas kita yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas objek atau konsep yang diwakili kata-kata itu (Mulyana, 2007:260-261).

(27)

khalayak, lirik lagu mempunyai tanggung jawab yang besar atas tersebar luasnya sebuah keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai bahkan sebuah prasangka tertentu.

2.1.3. Media Komunikasi Massa

Media dapat diartikan sebagai alat. Pengertian media komunikasi dapat didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk komunikasi. Alat bantu untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Media komunikasi ini menjadi alat bantu atau seperangkat sarana yang digunakan untuk kelancaran proses komunikasi.

Media komunikasi bisa bermacam-macam bentuknya tergantung dari bentuk komunikasi yang dilakukan. Ada beberapa bentuk komunikasi yang memerlukan media komunikasi, tapi ada juga yang memang tidak memerlukan media komunikasi seperti komunikasi yang bersifat langsung atau tatap muka. Sehingga ada sebagian orang yang menggolongkan panca indera juga merupakan media komunikasi.

(28)

Dalam komunikasi massa sendiri, media komunikasi yang digunakan adalah media komunikasi massa. Media komunikasi massa ini adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dengan penerima yang sifatnya terbuka. Di sini, setiap orang dapat melihat, membaca, atau mendengarnya. Misalnya komunikan dan komunikatornya tidak bertatap muka langsung walaupun pada jarak yang dekat namun berbeda ruangan, dan lain sebagainya.

Ada dua jenis media komunikasi massa: 1. Media Cetak

Media yang mempergunakan unsur pencetakan untuk penyampaian pesannya. Sehingga pesan dapat dilihat atau dibaca oleh massa.

Contohnya: surat kabar, buku, majalah, jurnal, leaflet, brosur, stiker, bulletin, hand out, poster, spanduk, dan lain sebagainya.

2. Media Elektr onik

Media ini menggunakan perangkat elektronik untuk alat penyampaian pesan dari sumber kepada massa. Pesan dapat dilihat, didengar, atau dibaca oleh khalayak karena bentuknya lebih kompleks dari sekadar media cetak. Apalagi dengan kemajuan teknologi yang semakin hari semakin cepat.

Contohnya: televisi, radio, film, video recording, komputer, elektronic board, audio cassette, internet dan sebagainya.

(29)

2.1.4. Musik

Musik adalah bunyi-bunyian yang ditata enak dan rapi (KBI-Besar, Yasyin, 1997:338). Disadari atau tidak, dalam kehidupan kita sehari-hari banyak melibatkan musik karena definisi paling mendasar dari musik itu sendiri adalah bunyi yang teratur. Musik sendiri mempunyai banyak kegunaan dalam kehidupan kita sehari-hari. Mulai dari janin masih di dalam perut sampai saat kita menjadi dewasa dan tua bisa memanfaatkan musik tersebut. Sehingga tidak heran bila dunia musik selalu berkembang

seiring dengan kebutuhan umat manusia.

(carapedia.com/pengertian_definisi_musik_info2091.html)

Musik adalah jemari halus yang mengetuk pintu kalbu untuk membangunkan kehangatan dari tidurnya yang lelap. Ketukan jemari itu membuat hamparan kenangan hadir kembali, setelah hilang ditelan pekatnya malam. Ketukan itu membuat kenangan masa silam terbuka kembali, setelah diselubungi berbagai peristiwa yang selalu datang silih berganti.

(30)

berupa susunan kata-kata ceria yang segera menguasai kalbu kita, lalu menari riang disela tulang rusuk, menghadirkan seribu bahagia.

(31)

Pengertian dari musik mungkin sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata karena musik adalah sesuatu yang tidak tampak namun dapat kita nikmati dengan indah. Menurut sebagian orang bisa saja musik hanya seperti itu adanya. Sebenarnya musik mempunyai efek yang dapat memengaruhi seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu, dan musik juga dapat mencerdaskan otak kita. (www.wattpad.com/120966-pengertian-musik)

Musik adalah sesuatu yang indah dan patut dinikmati dan dirasakan. Musik tidak pernah membedakan Ras, Suku, dan Agama. Setiap orang bebas tanpa terikat oleh jarak dan waktu untuk bisa menikmati musik. Musik bersifat universal. Pada dasarnya setiap orang menyukai suara yang indah. Dalam hal ini nada-nada yang tersusun secara rapi sehingga menghasilkan musik yang enak didengar pula. Musik tidak pernah meminta pendengarnya dari lapisan atas, menengah atau bawah, tanpa mengenal strata dan golongan mana berasal, musik memang bisa menyatukan dan menjangkau masyarakat.

Jadi musik kini menjadi bagian hidup dari manusia yang tak terpisahkan, tanpa musik maka dunia akan hambar. Dengan musik, kita bisa mengekspresikan diri baik sedih dan senang. Musik milik setiap orang, dan musik berhak dinikmati semua orang.

(32)

mencerminkan realitas sosial yang ada pada masyarakat. Lirik lagu dapat pula menjadi sarana untuk sosialisasi dan pelestarian terhadap suatu sikap atau nilai. Oleh karena itu, ketika sebuah lirik lagu mulai diaransi dan diperdengarkan kepada khalayak, maka timbul nilai-nilai, bahkan prasangka tertentu.

Lirik lagu sangat mempengaruhi emosi, baik negatif maupun positif. Lagu-lagu putus asa, kata-katanya dapat membuat kita lemah, ada juga yang dapat membuat kita bersemangat. Dalam hal ini juga dapat membangkitkan emosi, keinginan memberontak dan sebagainya.

(planet-evolution.blogspot.com/2010/05/gloomy-sunday-lagu-pembawa-kematian.html)

2.1.5. Musik dan Kecer dasan Emosi

Stenberg dan Salovery (1997) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali emosi diri, yang merupakan kemampuan seseorang dalam mengenali perasaannya sendiri sewaktu perasaan atau emosi itu muncul, dan ia mampu mengenali emosinya sendiri apabila ia memiliki kepekaan yang tinggi atas perasaan mereka yang sesungguhnya dan kemudian mengambil keputusan-keputusan secara mantap.

(33)

seseorang yang sedang marah, maka kemarahan itu tetap dapat dikendalikan secara baik tanpa harus menimbulkan akibat yang akhirnya disesali dikemudian hari.

Kepekaan akan rasa indah timbul melalui pengalaman yang dapat diperoleh dari menghayati musik. Kepekaan adalah unsur yang penting guna mengerahkan kepribadian dan meningkatkan kualitas hidup. Seseorang memiliki kepekaan yang tinggi atas perasaan mereka, maka ia akan dapat mengambil keputusan-keputusan secara mantap dan membentuk kepribadian yang tangguh.

Kehalusan dan kepekaan seseorang untuk dapat ikut merasakan perasaan orang lain, menghayati pengalaman hidup dengan “perasaan” adalah fungsi otak kanan, sedangkan kemampuan mengerti perasaan orang lain, mengerti pengalaman dan rasio adalah fungsi otak kiri. Kemampuan seseorang untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan manusiawi dengan orang lain merupakan percampuran (blending antara otak kanan dan kiri). Musik digambarkan sebagai salah satu “bentuk murni” ekspresi emosi. Musik mengandung contour (garis bentuk), spacing (ruang/jarak), variasi intensitas dan modulasi bunyi yang luas, sesuai dengan komponen-komponen emosi manusia.

(34)

2.1.6. Lir ik Lagu

Salah satu hal yang penting dalam sebuah musik adalah lirik lagu. Sebagaimana bahasa dapat menjadi sarana atau media komunikasi untuk mencerminkan realitas sosial di masyarakat. Lirik lagu dapat pula sebagai sarana untuk sosialisasi dan pelestarian terhadap suatu sikap atau nilai. Oleh karena itu, ketika sebuah lirik lagu mulai diaransir dan perdengarkan kepada khalayak, lirik lagu tersebut mempunyai tanggung jawab yang besar atas tersebar luasnya sebuah keyakinan, nilai-nilai, bahkan prasangka tertentu.

Pesan yang disampaikan oleh pencipta lagu lewat lagunya ini tentu tidak akan berasal dari luar diri si pencipta lagu, dalam artian bahwa pesan tersebut bersumber dari pola pikirnya serta frame of reference (pengetahuan) dan field of experience (pengalaman) yang terbentuk dari hasil interaksinya dengan lingkungan sosial sekitar.

Perkembangan lirik lagu di Indonesia sudah mulai muncul sejak setelah merebut kemerdekaan. Pada paruhan pertama dasawarsa 1950-an. Pada waktu masih dilakukan yang dinamakan “musikalisasi syair” yaitu menggarap komposisi-komposisi lagu terhadap puisi-puisi yang terlebih dahulu diciptakan oleh penyair terpandang (Rachmawati, 2000:42).

(35)

perasaan emosi yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh si pencipta lagu. Ada yang menyuarakan perasaan cinta yang mengharu biru, ada pula yang menuangkan protes dan kontrol sosial.

Apa pun jenis musiknya, lirik lagu cinta tetap dominan dari waktu ke waktu. Para pencipta lagu pun lebih memprioritaskan lagu-lagu bertema cinta. Para pencipta lagu pun berpendapat bahwa tema cinta adalah universal, bisa diterima siapa saja, tidak heran apabila banyak grup musik atau penyanyi yang memakai konsep pembuatan lirik semacam itu.

(www.media-indonesia.com/resensi/detail.asp?id)

2.1.7. Definisi Depr esi

Depresi adalah kata yang memiliki banyak nuansa arti. Sebagian besar di antara kita pernah merasa sedih atau jengkel, menjalani kehidupan yang penuh masalah, merasa kecewa, kehilangan dan frustasi, yang dengan mudah menimbulkan ketidakbahagiaan dan keputusasaan. Namun, secara umum perasaan demikian itu cukup normal dan merupakan reaksi sehat yang berlangsung cukup singkat dan mudah dihalau.

(36)

kematian seseorang yang sangat dicintai atau kehilangan pekerjaan yang sangat dibanggakan.

Depresi yang seperti ini merupakan penyakit yang memerlukan bantuan medis. Dengan kata lain, depresi menjadi suatu masalah bilamana ia timbul tanpa sebab yang jelas atau bertahan lama sesudah stres yang menyebabkan timbulnya depresi hilang atau telah diselesaikan. Misalnya ketika seseorang berada dalam kondisi berduka karena kehilangan orang yang dicintai, maka hal tersebut merupakan kejadian wajar bila seseorang terjadi pada minggu-minggu pertama kehilangan tersebut. Tetapi keadaan ini disebut depresi jika kesedihan yang mendalam tetap ada dalam jangka waktu yang lama, misalnya enam bulan setelah kehilangan orang yang dicintai.

Depresi merupakan gangguan mental yang sering terjadi di tengah masyarakat. Berawal dari stres yang tidak diatasi, maka seseorang bisa jatuh ke fase depresi. Penyakit ini kerap diabaikan karena dianggap bisa hilang sendiri tanpa pengobatan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan, suatu perasaan tidak ada harapan lagi.

(37)

Dr. Jonatan Trisna (dalam http://pmkt-ugm.tripod.com/) menyimpulkan bahwa depresi adalah suatu perasaan sendu atau sedih yang biasanya disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh. Mulai dari perasaan murung sedikit sampai pada keadaan tak berdaya. Depresi adalah gangguan perasaan (afek) yang ditandai dengan afek disforik (kehilangan kegembiraan/gairah) disertai dengan gejala-gejala lain, seperti gangguan tidur dan menurunnya selera makan (Lubis, 2009:13).

Depresi dan kecemasan. Depresi sulit dibedakan dari gangguan cemas (anxiety). Penderita mungkin tampil dengan kecemasan yang mencolok sehingga gejala-gejala depresi yang lebih ringan seperti kehilangan selera makan, gangguan tidur, dan capai sering kali terlewatkan.

Kecemasan adalah tanggapan dari sebuah ancaman, nyata ataupun khayal. Individu mengalami kecemasan karena adanya ketidakpastian di masa mendatang. Misalnya, seseorang yang menghadapi masalah penting dan belum mendapat penyelesaian yang pasti. Kecemasan juga bisa berkembang menjadi suatu gangguan jika menimbulkan ketakutan yang hebat dan menetap pada individu tersebut.

(38)

Menurut Prof. Robert Priest (1994) pada saat menghadapi kecemasan, tubuh mengadakan reaksi fisik yang meliputi: berdebar-debar, gemetar, ketegangan, gelisah atau sulit tidur, keringat, tanda-tanda fisik yang lain. Gelisah atau sulit tidur: Anda mungkin merasa kesulitan jika akan tidur. Anda mungkin akan bersandar ataupun bangun beberapa lama sampai tengah malam. Khayalan akan timbul dan menghantarkan pada mimpi yang menakutkan. Lalu keesokan hari mungkin Anda akan bangun dengan perasaan lelah dan kurang sehat (Priest, 1994) dalam Lubis (2009:16).

2.1.8. Semiotika

Kata “semiotika” itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti “tanda” atau seme, yang berarti “penafsiran tanda”. Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika dan poetika. “Tanda” pada masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain (Sobur, 2006:16).

(39)

tertentu. Semiotika signifikasi ini tidak mempersoalkan adanya tujuan berkomunikasi, yang diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada penerima tanda lebih diperhatikan. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk megkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia (Sobur, 2003:15).

Berkenaan dengan studi semiotik, pada dasarnya pusat perhatian pendekatan semiotik adalah pada tanda (sign). Menurut John Fiske, terdapat tiga area penting dalam studi semiotik, yakni (Fiske, 1990:40): 1. Tanda itu sendir i.

Hal ini berkaitan dengan beragam tanda yang berbeda, seperti cara mengantarkan makna serta cara menghubungkannya dengan orang yang menggunakannya. Tanda adalah buatan manusia dan hanya bisa dimengerti oleh orang yang menggunakannya.

2. Kode atau sistem dimana lambang-lambang disusun.

Studi ini meliputi bagaimana beragam kode yang berbeda dibangun untuk mempertemukan dengan kebutuhan di dalam masyarakat dalam kebudayaan.

3. Kebudayaan dimana kode dan lambang itu ber oper asi (Sobur , 2001:94).

(40)

tanda bisa saja memiluhkan kenyataan atau mentaatinya. Dalam semiotika, bila segala sesuatu yang dalam terminologi semiotika disebut sebagai tanda (sign), semata alat untuk berdusta, maka setiap tanda akan selalu mengandung muatan dusta; maka setiap makna (meaning) adalah dusta; setiap pengguna tanda adalah para pendusta; setiap proses pertandaan (signification) adalah kedustaan. Umberto Eco menjelaskan bahwa bila sesuatu tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan kebenaran (truth): ia pada kenyataan tidak dapat digunakan untuk “mengungkapkan” apa-apa. Dia berpikir definisi sebagai sebuah teori kedustaan sudah sepantasnya diterima sebagai program komprehensif untuk semiotika umum (Piliang, 2003:43).

2.1.9. Semiotika Dalam Komunikasi

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusikan sistem terstruktur dari tanda (Sobur, 2003:15).

(41)

hal lain. Contohnya, asap menandai adanya api. Semiotika modern mempunyai tokoh, yakni Ferdinand de Saussure dimana melalui tokoh tersebut muncullah cikal bakal linguistik umum. Ferdinand de Saussure memberikan tekanan pada teori tanda dan pemahamannya dalam suatu konteks tertentu. Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri dan makna (meaning) ialah hubungan antara suatu objek atau idea dan suatu tanda.

Menurut Littlejohn (1996:64) dalam Sobur (2001:15) tanda-tanda (signs) adalah basis dari seluruh komunikasi. Manusia dengan tanda-tanda dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang dipakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia.

Pada dasarnya semiosis dipandang sebagai suatu proses tanda yang dapat diberikan dalam istilah semiotika sebagai suatu hubungan antara lima istilah:

Gambar 2.1, Semiotika (Sobur, 2003:17)

S adalah untuk semiotic relation (hubungan semiotik); s untuk sign (tanda); i untuk interpreter (penafsir); e untuk effect atau pengaruh (misalnya, suatu disposisi dalam i akan bereaksi dengan cara tertentu terhadap r pada kondisi-kondisi tertentu c karena s); r untuk reference

(42)

(rujukan); dan c untuk context (konteks) atau conditions (kondisi) dalam Sobur (2003:17). Saat ini dikenal tiga jenis semiotik, yaitu:

1. Semiotika komunikasi yang dikembangkan oleh Charles Sanders Peirce lebih menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu di antaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu pengirim, penerima kode (sistem tanda), pesan, saluran komunikasi dan acuan.

2. Semiotika signifikasi yang dikembangkan oleh Ferdinand de Saussure memberikan tekanan pada teori tanda dan pemahamannya dalam suatu konteks tertentu. Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri dan makna (meaning) ialah hubungan antara suatu objek atau idea dan suatu tanda.

3. Semiotika konotasi yang dikembangkan oleh Roland Barthes lebih menekankan lima kode yang ditinjau dan dieksplisitkan untuk menilai suatu naskah realitas. Lima kode yang ditinjau Barthes adalah kode hermeneutik (kode teka-teki), kode semik (makna konotatif), kode simbolik, kode proaretik (logika tindakan), dan kode gnomik yang membangkitkan suatu badan pengetahuan tertentu.

2.1.10.Teor i Tanda Ferdinand de Saussur e

(43)

didefinisikan oleh Ferdinand de Saussure di dalam Course in General Linguistic sebagai “ilmu yang mengkaji tentang tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial” (Saussure, 1990:15 dalam Piliang, 2003:256). Implisit dalam definisi Saussure adalah prinsip, bahwa semiotika sangat menyadarkan dirinya pada aturan main (rule) atau kode sosial (social code) yang berlaku di dalam masyarakat, sehingga tanda dapat dipahami maknanya secara kolektif (Piliang, 2003:256).

Sedikitnya ada lima pandangan dari Saussure yang di kemudian hari menjadi peletak dasar dari strukturalisme, yaitu pandangan tentang:

1. Signifier (penanda) dan Signified (petanda)

Yang cukup penting dalam upaya menangkap hal pokok pada teori Saussure adalah prinsip yang mengatakan bahwa bahasa itu adalah suatu sistem tanda, dan setiap tanda itu tersusun dari dua bagian, yakni signifier (penanda) dan signified (petanda). Menurut Saussure, bahasa itu merupakan suatu sistem tanda (sign).

(44)

2. Form (bentuk) dan Content (isi)

Istilah form (bentuk) dan content (materi, isi) ini oleh Gleason (Pateda, 1994:35) diistilahkan dengan expression dan content, satu berwujud bunyi dan yang lain berwujud idea. Memang demikianlah wujudnya. Saussure membandingkan form dan content atau substance itu dengan permainan catur. Dalam permainan catur, papan dan biji catur itu tidak terlalu penting. Yang penting adalah fungsinya yang dibatasi, aturan-aturan permainannya. Jadi, bahasa berisi sistem nilai, bukan koleksi unsur yang ditentukan oleh materi, tetapi sistem itu ditentukan perbedaannya (Sobur, 2003:47).

3. Langue (bahasa) dan Parole (tuturan, ujar an)

Saussure membedakan tiga istilah dalam bahasa Prancis: langage, langue (sistem bahasa) dan parole (kegiatan ujaran). Langange adalah suatu kemampuan berbahasa yang ada pada setiap manusia yang sifatnya pembawaan, namun pembawaan ini mesti dikembangkan dengan lingkungan dan stimulus yang menunjang. Singkatnya, langage adalah bahasa pada umumnya. Dalam pengertian umum, langue adalah abstraksi dan artikulasi bahasa pada tingkat sosial budaya, sedangkan parole merupakan ekspresi bahasa pada tingkat individu (Hidayat, 1996:23).

(45)

yang menaruh perhatian pada tanda-tanda (sign) bahasa atau ada pula yang menyebutnya sebagai kode-kode (code) bahasa (Kleden-Probonegoro, 1998:107) dalam Sobur (2003:49-50).

Jika langue mempunyai objek studi sistem atau tanda atau kode, maka parole adalah living speech, yaitu bahasa yang hidup atau bahasa sebagaimana terlihat dalam penggunaannya. Kalau langue bersifat kolektif dan pemakaiannya “tidak disadari” oleh pengguna bahasa yang bersangkutan, maka parole lebih memperhatikan faktor pribadi pengguna bahasa. Kalau unit dasar langue adalah kata, maka unit dasar parole adalah kalimat. Kalau langue bersifat sinkronik dalam arti tanda atau kode itu dianggap baku sehingga mudah disusun sebagai suatu sistem, maka parole boleh dianggap bersifat diakronik dalam arti sangat terikat oleh dimensi waktu pada saat terjadi pembicaraan (Sobur, 2003:51).

4. Synchronic (sinkr onik) dan Diachronic (diakr onik)

(46)

Yang dimaksud dengan studi sinkronis sebuah bahasa adalah deskripsi tentang “keadaan tertentu bahasa tersebut (pada suatu “masa”) (Lyons, 1995:46). Bertens (2001:184) menyebut “sinkronis” sebagai “bertepatan menurut waktu”. Dengan demikian, linguistik sinkronis mempelajari bahasa tanpa mempersoalkan urutan waktu. Sedangkan, yang dimaksud dengan diakronis adalah “menelusuri waktu” (Bertens, 2001:184). Jadi, studi diakronis atas bahasa tertentu adalah deskripsi tentang perkembangan sejarah (“melalui waktu”). Atau dengan kata lain, linguistik diakronis ialah subdisiplin linguistik yang menyelidiki perkembangan suatu bahasa dari masa ke masa (Sobur, 2003:53).

5. Syntagmatic (sintagmatik) dan Associative (par adigmatik)

Satu lagi struktur bahasa yang dibahas dalam konsepsi dasar Saussure tentang sistem pembedaan di antara tanda-tanda adalah mengenai syntagmatic dan associative (paradigmatic), atau antara sintagmatik dan paradigmatik. Hubungan-hubungan ini terdapat pada kata-kata sebagai rangkaian bunyi-bunyi maupun kata-kata sebagai konsep (Sobur, 2003:54).

(47)

memprediksi apa yang terjadi kemudian. Kesadaran ini meliputi kedasaran logis, kausalitas atau sebab-akibat.

Sedangkan, paradigmatik bisa dikatakan memiliki hubungan yang saling menggantikan. Hubungan eksternal suatu tanda dengan tanda lain. Tanda lain yang bisa berhubungan secara paradigmatik adalah tanda-tanda satu kelas sistem.

Gambar 2.2, Diagram Semiotik Saussure

(http://bambangsukmawijaya.wordpress.com/2008/02/19/teori-teori-semiotika-sebuah-pengantar/68/)

2.1.11.Penger tian Makna

(48)

mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian. Dalam hal ini Ferdinand de Saussure (dalam Abdul Chaer, 1994:286) mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik.

Dalam kamus linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi: 1. Maksud pembicara.

2. Pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia.

3. Hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya, dan 4. Cara menggunakan lambang-lambang bahasa (Harimurti Kridalaksana,

2001:132).

(49)

(http://luluvikar.wordpress.com/2010/05/24/macam-macam-dan-teori-tentang-makna-arti/)

Kata merupakan momen kebahasaan yang bersama-sama dalam kalimat menyampaikan pesan dalam suatu komunikasi secara teknis, kata adalah satuan ujaran yang berdiri sendiri yang terdapat di dalam kalimat, dapat dipisahkan, dapat ditukar, dapat dipindahkan dan mempunyai makna serta digunakan untuk berkomunikasi. Makna dalam kata yang dimaksud di sini yakni berbentuk yang sudah diperhitungkan sebagai kata atau dapat disebut sebagai makna leksikal yang terdapat di dalam kamus (Pateda, 2001:34).

2.1.12.Per ubahan Makna dan Ambiguitas

Bahasa berkembang terus sesuai dengan perkembangan pemikiran pemakai bahasa. Telah diketahui bahwa pemakaian bahasa telah diwujudkan di dalam bentuk kata dan kalimat. Manusialah yang menggunakan kata dan kalimat itu, dan manusia pula yang menambah kosa kata sesuai dengan kebutuhan.

(50)

Telah dikemukakan bahwa bahasa berkembang sesuai dengan perkembangan pemikiran pemakai bahasa, karena manusia menggunakan kata-kata dan kalimat yang berubah terus. Maka dengan sendirinya makna pun berubah. Dengan kata lain terjadi perubahan. Perubahan terjadi karena manusia sebagai pemakai bahasa menginginkannya. Pembicara membutuhkan kata, manusia membutuhkan kalimat untuk berkomunikasi, maka ia membutuhkan kata baru. Kadang-kadang karena belum ditemukan kata baru untuk mendukung pemikirannya, maka pembicara mengubah bentuk kata yang telah ada, atau boleh jadi ia mengubah makna kata yang ada sehingga muncul kata-kata yang bermakna ganda (Pateda, 2001:158). Setiap kata mengandung makna. Makna itu ada yang sudah jelas tetapi ada juga yang maknanya kabur. Setiap kata dapat saja mengandung lebih dari satu makna. Dapat saja sebuah kata mengacu pada sesuatu yang berbeda sesuai dengan lingkungan pemakainya. Hubungan makna tampak pula jika kata akan dirangkaikan satu dengan lainnya, sehingga akan terlihat makna dalam pemakaian bahasa.

(51)

memang masih menimbulkan keraguan pada kita. Keraguan itu hilang jika pembicara mengukuhkan makna kata atau kalimat yang diujarkannya (Pateda, 2001:200).

2.2. Ker angka Ber pikir

Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda-beda dalam memaknai suatu peristiwa atau objek. Hal ini dikarenakan latar belakang pengalaman (field of experience) dan pengetahuan (frame of reference) yang berbeda dalam setiap individu tersebut. Begitu juga individu dalam menciptakan sebuah pesan komunikasi. Dalam hal ini pesan disampaikan dalam sebuah lirik lagu atau dalam bentuk sebuah lagu, maka penciptaan lagu tidak terlepas dari dua hal tersebut.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pemaknaan terhadap tanda dan lambang berbentuk tulisan lirik lagu “Gloomy Sunday” karya Rezso Seress. Lirik lagu “Gloomy Sunday” akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan semiotika dari teori tanda Ferdinand de Saussure.

(52)
(53)

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan jenis kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian sistematis yang melukiskan fakta atau karakteristik tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. Dalam penelitian ini peneliti menginterpretasikan secara pemaknaan dalam lirik lagu “Gloomy Sunday” karya Rezso Seress. Dalam penelitian ini akan mengungkapkan secara terperinci fenomena kehidupan sosial masyarakat tertentu tanpa harus melakukan hipotesis yang telah dirumuskan secara ketat. Dalam metode ini memfokuskan pada “teks” sebagai objek, serta bagaimana menafsirkan dan memahami kode (decoding) di balik teks tersebut.

Menurut Bogdan dan Taylor, metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada individu secara holistic (utuh). Jadi, hal ini tidak boleh mengisolasikan individu ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi memandangnya sebagai keutuhan (Moleong, 2002:3).

(54)

3.2. Ker angka Konseptual 3.2.1. Cor pus

Corpus adalah suatu himpunan terbatas atau juga “berbatas” dari unsur yang memiliki sifat bersama atau tunduk pada aturan yang sama karena itu dapat dianalisis sebagai keseluruhan (Arkoun dalam Achmad, 2001:43). Pengertian lain dari Corpus adalah sekumpulan bahan terbatas yang ditentukan pada perkembangannya oleh analisis kesemenaan, bersifat sehomogen mungkin (Kurniawan, 2001:70). Corpus harus cukup luas untuk memberi harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya dapat dianalisis sebagai keseluruhan.

Tetapi, sebagai analisis corpus itu bersifat terbuka pada konteks yang beraneka ragam sehingga memungkinkan untuk memahami banyak aspek dari sebuah teks yang tidak dapat ditangkap atas dasar suatu analisis yang bertolak dari unsur tertentu yang terpisah dan berdiri sendiri dari teks yang bersangkutan (Arkoun dalam Achmad, 2001:53). Corpus dalam penelitian ini adalah lirik lagu dengan judul “Gloomy Sunday” karya Rezso Seress. Berikut ini adalah lirik lagu “Gloomy Sunday”:

Gloomy Sunday

Sunday is gloomy The hours are slumberless

Dearest the shadows I live with are numberless

(55)

Of sorrow has taken you

Soon there’ll be prayers and candles are lit I know Let them not weep

Let them know That I’m glad to go

Death is no dream For in death I’m caressing you

(56)

3.3. Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah tanda-tanda berupa tulisan, terdiri atas kata-kata yang membentuk kalimat yang ada pada lirik lagu “Gloomy Sunday”. Analisis ini menggunakan teori tanda Ferdinand de Saussure, sebagaimana bahasa di mata Saussure tak ubahnya sebuah karya musik. Maka penelitian ini menggunakan pendekatan semiotika Ferdinand de Saussure yang menitikberatkan pada tanda.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data sekunder yang diperoleh dari:

1. Data Primer: pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mendengar secara langsung lagu “Gloomy Sunday” dan membaca serta memahami kata dan kalimat dari lirik lagunya. Yang kemudian ditulis kembali oleh peneliti untuk dijadikan sebagai bahan penelitian. 2. Data Sekunder: data yang berasal dari bahan-bahan referensi seperti

buku-buku artikel, dan data dari internet yang berhubungan dengan objek kajian yang diteliti.

3.5. Teknik Analisis Data

(57)

kalimat dalam lirik lagu tersebut. Signifier (penanda) adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna” (aspek material), yakni apa yang dikatakan, apa yang didengar dan apa yang ditulis dan dibaca. Sementara signified (petanda) adalah gambaran mental, yakni pikiran atau konsep (aspek mental) dari bahasa (Kurniawan, 2001:30).

(58)

4.1. Gambar an Umum Objek Penelitian 4.1.1. Gloomy Sunday kar ya Rezso Ser ess

Lagu “Gloomy Sunday” yang judul aslinya Szomorú Vasárnap atau dalam bahasa Indonesia yaitu Minggu Yang Kelam, tercipta pada 1933 dan merupakan karya dari seorang komposer dan pemain piano autodidak dari Budapest, Hungaria, bernama Rezso Seress. Lagu ini terkenal sebagai lagu pengiring kematian pada era itu, karena banyak yang telah menjadi korban bunuh diri. Masyarakat seolah-olah terhipnotis setelah mendengar lagu tersebut. Rezso Seress sang penciptanya juga meninggal akibat bunuh diri pada 1968.

Rezso Seress diberitakan bunuh diri pada hari Minggu dengan meloncati jendela apartemen dari tempat tinggalnya. Dikatakan, Rezso Seress bunuh diri karena menyadari bahwa setelah “Gloomy Sunday” meledak menjadi hit pertamanya di berbagai negara, dia berpikir bahwa dia tidak akan pernah lagi bisa menciptakan hit seperti itu untuk yang kedua kalinya.

(59)

pendengarnya akan tertidur berat dan mengalami mimpi buruk yang kelihatan nyata sekali. Di Negeri asalnya sendiri, Hungaria, lagu ini dilarang keras untuk beredar karena telah meyebabkan meningkatnya gelombang bunuh diri di Negara tersebut.

Lagu ini telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, seperti Bahasa Inggris, Perancis, Finlandia, dan Spanyol, dan telah dirilis dalam 7 versi oleh 56 penyanyi yang berbeda, termasuk di antaranya versi Heather Nova, Bjork, Ray Charles, Sarah Brightman dan Sinead O’Connor, versi Billie Holiday-lah yang membuat lagu ini sangat terkenal dan pada akhirnya menjadi versi standard interpretasi “Gloomy Sunday”.

Lagu “Gloomy Sunday” ini sebenarnya merupakan soundtrack dari sebuah film yang cukup populer. Filmnya berjudul sama dengan judul lagu soundtrack-nya, yaitu film yang menceritakan tentang sebuah hubungan segitiga seorang wanita pemilik restoran di Hungaria. Dalam film “Gloomy Sunday” tersebut juga diceritakan tentang beberapa kasus bunuh diri yang diakibatkan oleh lagu ini.

Lagu “Gloomy Sunday” sendiri hilang dari peredaran dan menjadi terlupakan, semenjak adanya perang Adolf Hitler di tahun 1930-an, lagu ini dimusnahkan, dan versi aslinya sudah tidak ada lagi, mengingat banyak yang telah menjadi korban dari lagu ini. Dalam siaran Radio BBC (British Broadcasting Channel) di London, lagu tersebut dilarang keras untuk di udarakan.

(60)

Salah satu kasus yang menarik adalah lagu ini diciptakan oleh Rezso Seress ketika dia sedang patah hati karena putus dengan pacarnya. Setelah lagu ini menjadi terkenal, nama Rezso Seress pun banyak dibicarakan oleh masyarakat, begitu pula kisah percintaannya yang telah dituangkan dalam lagu dan lirik “Gloomy Sunday”. Suatu hari, Rezso Seress mengajak mantan pacarnya untuk kembali menjalin kisah cintanya, namun sang (mantan) kekasih tetap menolaknya, bahkan perempuan tersebut melakukan bunuh diri dengan menelan racun sambil memegang surat dari Rezso Seress yang isinya adalah bait-bait lirik “Gloomy Sunday”.

Kesedihan yang memuncak yang dialami Rezso Seress dimanfaatkannya kembali untuk mulai menciptakan lagu yang diharapkan bisa menjadi pengaruh (lagi) bagi banyak orang. Namun, akhirnya Rezso Seress pun ‘bertanggungjawab’ dengan banyaknya aksi bunuh diri ini dengan melakukan bunuh diri pada 1968 dengan cara melompat dari jendela apartemennya, karena tidak mampu menciptakan lagu yang ‘bagus’ lagi.

(61)

melakukan bunuh diri, entah itu karena lagu atau lirik, atau lagu dan liriknya, atau mungkin pengaruh lainnya.

Rezso Seress menulis lagu ini dengan dibantu oleh temannya yaitu Ladislas Javor dalam penulisan liriknya. “Gloomy Sunday” telah menjadi sebuah trigger (pemicu) karena fenomena bunuh dirinya. Padahal, lagu dan lirik ini bercerita tentang patah hati atau depresi yang dialami Rezso Seress. Dalam Gloomy Sunday: A Study In Black (Michael Fingerhut 1998), Rezso Seress menjawab pertanyaan tentang apa yang ada di balik pikirannya tentang lagu yang ditulisnya ini, Rezso Seress menjawab: “I stand in the midst of this deadly success as an accused man. This fatal fame hurts me. I cried all of the disappointments of my heart into this song, and it seems that others with feelings like mine have found their own hurt in it.”

“Saya berada di tengah-tengah kematian yang hebat ini seperti seorang terdakwa. Ini sangat menyakiti saya. Saya menangisi semua kekecewaan hati saya pada lagu ini, dan sepertinya orang lain dengan perasaan yang sama dengan yang kumiliki telah menemukan luka mereka masing-masing di dalamnya”.

(62)

1930-an di restor1930-an y1930-ang bernama Kis Pipa Restaur1930-ant, di m1930-ana restor1930-an ini pun merupakan tempat Rezso Seress menulis lagu “Gloomy Sunday” dan memainkannya hanya dengan piano.

Dalam sebuah blog yang berjudul Overture To Death yang diambil dari The Cincinatti Journal of Ceremonial Magick, Vol 1, no 1, pada 1976 karya D.P MacDonald, diberitakan bahwa dari tahun ke tahun, lagu “Gloomy Sunday” telah menyebabkan kematian lebih dari 100 jiwa, dan lagu tersebut sangat berhubungan dengan masalah sekitar bunuh diri. Kasus demi kasus tentang bunuh diri yang dipicu oleh lagu “Gloomy Sunday” ini semakin jelas dan dekat dengan masyarakat, seolah-olah hal tersebut adalah ekspresi biasa. (http://angkuyautis.multiply.com/)

Beberapa macam kasus kematian akibat lagu “Gloomy Sunday”, di antaranya:

1. Kematian seorang laki-laki yang menembakkan revolver ke arah kepalanya di depan sebuah night club, setelah meminta kepada band night club untuk memainkan lagu “Gloomy Sunday”.

2. Di Berlin, pemuda yang juga merupakan penjaga toko, melakukan aksi bunuh diri, dan di antara kedua kakinya bergelatakkan pecahan piringan hitam dari lagu “Gloomy Sunday”.

(63)

4. Pria berumur 80 tahun melakukan bunuh diri dengan cara meloncat melalui jendela dari ketinggian tujuh lantai sambil berteriak menyanyikan “Gloomy Sunday”.

5. Kontra dengan pria tadi, di Roma pada hari yang sama, perempuan yang berumur 14 tahun ditemukan mati menjatuhkan diri dengan menggenggam piringan hitam lagu “Gloomy Sunday”.

6. Dalam situs smartgeneration.com di salah satu blog personal pengguna situs ini dilaporkan bahwa di London Utara ditemukan perempuan mati terduduk dengan iringan lagu “Gloomy Sunday”.

(http://katarame.blogspot.com/2011/12/gloomy-sunday-lagu-kematian.html)

4.2. Penyajian Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa lirik lagu “Gloomy Sunday” karya Rezso Seress. Dalam lagu “Gloomy Sunday” mempunyai struktur lagu berupa judul yang menjadi tema dari lagu dan song yang merupakan isi cerita dalam lirik lagu dari bait ke bait hingga

selesai.

(64)

kedelapan yaitu ‘Of sorrow has taken you’, baris kesembilan yaitu ‘Angels have no thought’, baris kesepuluh yaitu ‘Of ever returning you’, baris kesebelas yaitu ‘Would they be angry’, baris kedua belas yaitu ‘If I thought of joining you’, baris ketiga belas yaitu ‘Gloomy Sunday’.

Struktur bait kedua terdapat pada baris pertama yaitu ‘Gloomy Sunday’, baris kedua yaitu ‘With shadows I spend it all’, baris ketiga yaitu ‘My heart and I have decided’, baris keempat yaitu ‘To end it all’, baris kelima yaitu ‘Soon there’ll be prayers and candles are lit I know’, baris keenam yaitu ‘Let them not weep’, baris ketujuh yaitu ‘Let them know’, baris kedelapan yaitu ‘That I’m glad to go’, baris kesembilan yaitu ‘Death is no dream’, baris kesepuluh yaitu ‘For in death I’m caressing you’, baris kesebelas yaitu ‘With the last breath of my soul’, baris kedua belas yaitu ‘I’ll be blessing you’, baris ketiga belas yaitu ‘Gloomy Sunday’.

(65)

Gloomy Sunday

Soon there’ll be prayers and candles are lit I know Let them not weep

Let them know That I’m glad to go

Death is no dream For in death I’m caressing you

(66)

Minggu Yang Suram

(67)

4.3. Pemaknaan Lir ik Lagu “Gloomy Sunday” Menur ut Dikotomi-dikotomi Saussur e

Objek dari penelitian ini adalah lirik lagu “Gloomy Sunday” yang secara keseluruhan dapat ‘dibedah’ dengan menggunakan dikotomi-dikotomi dari Saussure, yaitu pandangan tentang signifier (penanda) dan signified (petanda); form (bentuk) dan content (isi); langue (bahasa) dan parole (tuturan, ujaran); synchronic (sinkronik) dan diachronic (diakronik); syntagmatic (sintagmatik) dan associative (paradigmatik) dalam Sobur (2003:46).

Pada lirik lagu “Gloomy Sunday” akan dimaknai menurut struktur lagunya, yaitu:

1. Signifier (penanda) dan Signified (petanda)

Signifier-nya (penanda) adalah lirik lagu atau kata-kata yang terdapat dalam judul lagu “Gloomy Sunday” mulai dari judul lagu sampai dengan bait terakhir.

Signified-nya (petanda) adalah makna tersembunyi atau gambaran

mental, pikiran, atau konsep yang ada dalam kata-kata yang digunakan oleh peneliti lirik lagu “Gloomy Sunday”.

2. Form (bentuk) dan Content (isi)

(68)

mengacu pada sesuatu yang berbeda sesuai dengan lingkungan pemakainya. Dengan kata lain, sifat kontruksi yang dapat diberi lebih dari satu tafsiran.

Content (isi) yang ada dalam lirik lagu “Gloomy Sunday” ini mengandung wacana tentang perasaan gelisah karena kehilangan seseorang yang sangat dicintai dan juga diungkapkan bahwa seberapa besar keinginannya untuk memiliki seseorang yang telah tiada (meninggal), sehingga ingin mengakhiri semuanya (bunuh diri).

3. Langue (bahasa) dan Parole (tutur an, ujaran)

Langue-nya (bahasa) adalah keseluruhan unsur-unsur berupa kata dalam hubungannya satu sama lain yang dimaknai dengan tingkat kebahasaan sehari-hari.

Parole-nya (tuturan, ujaran) berupa kalimat-kalimat yang merupakan ekspresi bahasa pada setiap baris lirik lagu.

4. Synchronic (sinkr onik) dan Diachronic (diakronik )

Pendekatan sinkronis mempelajari keseluruhan arti bahasa yang ada pada lirik lagu “Gloomy Sunday” tanpa mempersoalkan waktu.

Sedangkan pendekatan diakronis adalah melihat unsur waktu yaitu masa kini dimana pada lagu “Gloomy Sunday” adanya ungkapan yang ditujukan kepada seseorang yang telah tiada (meninggal).

5. Syntagmatic (sintagmatik) dan Associative (par adigmatik)

(69)

Menunjuk hubungan suatu tanda dengan tanda-tanda lainnya, baik yang mendahului atau mengikutinya. Hubungan sintagmatik mengajak kita untuk memprediksi apa yang terjadi kemudian. Kesadaran ini meliputi kesadaran logis, kausalitas atau sebab-akibat.

Sedangkan, associative (paradigmatik) bisa dikatakan memiliki hubungan yang saling menggantikan. Hubungan eksternal suatu tanda dengan tanda lain. Tanda lain yang bisa berhubungan secara paradigmatik adalah tanda-tanda satu kelas sistem.

4.4. Analisis Data

J udul lagu “Gloomy Sunday”

(70)

Parole-nya sendiri terletak pada kalimat yang menjadi baris judul dari lagu tersebut, yaitu “Gloomy Sunday”. Pada baris judul “Gloomy Sunday” merupakan baris kalimat yang tersusun oleh sekumpulan tanda dari kata “Gloomy Sunday”. Sehingga menghasilkan sebuah baris kalimat “Gloomy Sunday” yang kemudian menghasilkan sebuah tanda yang dapat dimaknai. Baris kalimat “Gloomy Sunday” tidak akan menjadi “Gloomy Sunday” tanpa adanya sekumpulan tanda dari kata-kata “Gloomy Sunday”, dan hal tersebut tidak akan menjadi sebuah tanda yang bermakna dalam baris kalimat karena tidak adanya sebuah kata yang membentuk sebuah kalimat. Secara denotasi pada kalimat Gloomy Sunday. Kata Gloomy yang artinya sur am berarti temaram (suram, redup); tak terang; kurang cahaya atau juga dapat dikatakan redup atau kelam. Sedangkan kata Sunday yang artinya Minggu berarti hari ketujuh dari jumlah ketujuh hari yang ada. Jadi, kalimat Gloomy Sunday secara denotasi merupakan suatu Minggu yang suram.

Gambar

Gambar 2.1,  Semiotika (Sobur, 2003:17)
Gambar 2.2, Diagram Semiotik Saussure

Referensi

Dokumen terkait

[r]

8) meningkatkan kualitas SDM dalam bidang akuntabilitas dan manajemen kinerja. Untuk mencapai target sasaran strategis yang telah ditetapkan tersebut, selain. harus

Pada penulisan ini diuraikan tentang algoritma pembentukan pohon biner, menyisipkan simpul pada pohon biner dan juga kunjungannya yang berupa InOrder, PreOrder dan

Oleh karena itu, pada Tahun 2014 Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan mengelola anggaran belanja untuk kegiatan sampai dengan anggaran perubahan sebesar

Banyaknya jumlah data yang harus diolah oleh panitia penerimaan siswa baru dengan jumlah terbatas dan dalam waktu singkat untuk membuat laporan, akan sangat menyulitkan jika

tahunan Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD ) Kabupaten Pesisir Selatan.. Dengan mempertimbangkan berbagai keberhasilan dalam pelaksanaan pembangunan. ditahun-tahun

Pada penulisan ini diuraikan tentang algoritma pembentukan pohon biner, menyisipkan simpul pada pohon biner dan juga kunjungannya yang berupa InOrder, PreOrder dan

kegiatan SKPD serta masyarakat dalam pencapaian tujuan pembangunan Kabupaten