• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “PALING SUKA 69” (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Lirik Lagu ”Paling Suka 69” yang Dibawakan oleh Julia Perez).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMAKNAAN LIRIK LAGU “PALING SUKA 69” (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Lirik Lagu ”Paling Suka 69” yang Dibawakan oleh Julia Perez)."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh : Adindasyah Putr a NPM: 0943210002

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA

TIMUR FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Disusun Oleh: Adindasyah Putr a NPM : 0943210002

Telah disetujui untuk mengik uti Ujian Skr ipsi Menyetujui,

PEMBIMBING

Dr . Catur Suratnoadji, Msi NPT. 3 7206 95 00461

Mengetahui, D E K A N

(3)

Adindasyah Putr a NPM : 0943210002

Telah diper tahankan di hadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Sk r ipsi J ur usan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sita s Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur Pada tanggal 14 J uni 2012

Pembimbing Tim Penguji : 1. Ketua

Dr . Catur Suratnoadji, Msi J uwito, S.Sos, Msi NPT. 3 7206 95 00461 NPT. 3 6704 95 00361

2. Sekr etar is

Dr s. Saifuddin Zuhr i, Msi

NIP. 3 7706 94 00351

3. Anggota

Dr . Catur Suratnoadji, Msi

NPT. 3 7206 95 00461

Mengetahui, D E K A N

(4)

yang Dibawakan oleh J ulia Perez)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemaknaan lirik lagu ‘Paling Suka

69” yang dibawakan oleh Julia Perez. Kajian yang digunakan adalah musik dan lirik

lagu, seks dan seksualitas, dan metode semiotik Ferdinand de Saussure.

Penelitian ini dilakukan dengan cara memaknai setiap kata, baris kalimat,

setiap bait, dan keseluruhan lirik lagu “Paling Suka 69”, sehingga menghasilkan

pemaknaan terhadap lirik lagu “Paling Suka 69”. Makna yang dapat dilihat secara

keseluruhan yaitu penggambaran tentang proses kegiatan beradegan intim mulai dari

pemanasan (foreplay), inti permainan, sampai dengan penutupan (afterplay). Dalam

lirik lagu ini terkesan tidak mendidik karena ditulis secara terbuka dengan kata-kata

yang lugas sehingga terkesan vulgar

.

Kesimpulan dari analisis terhadap lirik lagu “Paling Suka 69” adalah

penggambaran kegiatan beradegan intim mulai dari proses pemanasan (foreplay),

kemudian inti permainan, sampai dengan proses penutupan (afterplay).

Kata kunci: kegiatan beradegan intim, lagu paling suka 69, semiotik.

ABSTRACT

ADINDASYAH PUTRA. 0943210002. REPRESENTATION OF SEX STYLE in

the song " PALING SUKA 69" (Semiotic Studies about The Representation of

Sex Style in the song " Paling Suka 69" sung by J ulia Perez)

This study aims to knowing the meaning lyrics of the song “Paling Suka 69"

sung by Julia Perez. Studies that used is the music and lyrics of the song, sex and

sexuality, and semiotic methods of Ferdinand de Saussure.

This research done by interpreted of each word, each sentence, each byte, and

the entire song "Paling Suka 69", so that produced the meaning lyrics of the song

“Paling Suka 69”. The meaning can be looked entirely from representation of the

activity process intimate scenes from the foreplay, the core play, until the after play.

The lyrics is not educate because its words is too vulgar.

Conclusions of the analysis of the lyrics of the song "Paling Suka 69" is an

intimate scene of activities ranging from foreplay, the core play, until the after play.

(5)

dan Hidayah-Nya kepada peneliti sehingga proposal dengan judul “PEMAKNAAN LIRIK LAGU “PALING SUKA 69” (Studi Semiotik Tentang Pemak naan Lir ik Lagu “Paling Suka 69” yang Dibawakan oleh J ulia Per ez) dapat terselesaikan dengan baik.

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Catur Suratnoadji, Msi selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi kepada peneliti. Peneliti juga banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril, spirituil maupun materiil. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra.Ec.Hj.Suparwati, M.si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Juwito, S.Sos., Msi selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Saifuddin Zuhri, Msi, selaku sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

(6)

moril maupun spirituil di saat peneliti sedang dalam proses kejenuhan dan sempat mengalami keputusasaan.

7. Wanita spesial yang menambah warna dalam hidupku Irma Sofianti. 8. Teman-teman IISIP Jakarta (Institut Ilmu Politik dan Ilmu Sosial) angkatan 2005 yang selama kurang lebih 3 tahun secara tidak langsung telah memberikan pengalaman berharga kepada peneliti selama di ibu kota Jakarta. 9. Teman-teman Soufa band dan musisi tanah air (mas Eko Bunglon band, Kaimsasikun band, Ronald ambon sound enginering dan additional guitar player Mocca band) terima kasih atas pengalaman hidupnya selama ini.

10. Teman-teman KKN UPN Jatim kelompok 4 gelombang 2 tahun 2011. 11. Serta teman-teman UPN Jatim jurusan Ilmu Komunikasi dan seluruh Pihak yang belum atau tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas doa dan dukungannya.

Peneliti menyadari bahwa didalam proposal ini masih ditemukan banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan proposal ini.

Surabaya, 4 Mei

(7)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR LAMPIRAN... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian……...……….. 5

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 6

2.1. Landasan Teori ... 6

2.1.1. Musik dan Lirik Lagu ... 6

2.1.2. Interpretasi Tanda dalam Lirik Lagu... 10

2.1.3. Seks dan seksualitas... 11

2.1.4. Kamasutra Ala India Kuno dan Ala Jawa.…...………... 14

2.1.5. Posisi dalam Adegan Intim dan Variasi Pengembangannya…...… 18

2.1.6. Komunikasi Verbal... 21

2.2. Analisa Semiotik Ferdinand De Saussure... 22

(8)

3.2.1. Unit Analisis……….….. 33

3.2.2. Corpus………..……….. 33

3.3. Metode Analisis Data………...……….. 35

3.4. Teknik Pengumpulan Data……….. 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……… 37

4.1. Gambaran Umum……… 37

4.1.2. Penyanyi Julia Perez……… 37

4.1.3. Sinetron……… 41

4.1.4. Film……….. 42

4.1.5. Album……….. 43

4.1.6. Hit Single……….. 43

4.2. Penyajian Data……….. 43

4.3. Pemaknaan Lirik Lagu “Paling Suka 69” Menurut Teori Saussure……. 45

4.4. Makna Secara Keseluruhan……….. 74

4.5. Adegan Vulgar dalam Lagu “Paling Suka 69”………. 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….. 78

5.1. Kesimpulan………... 78

(9)

1. Gambar 3.3. Diagram Semiotik Saussure………... 82

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Mengangkat masalah seks sebenarnya tidak terlepas dari keingintahuan masyarakat akan masalah yang selama ini dianggap sebagai hal yang tabu. Ketabuan membuat orang tidak berani mengungkapkan secara terbuka. Akibatnya seks dianggap sebagai sesuatu yang begitu rahasia dan misterius. Inilah yang menjadikan segala hal yang berhubungan dengan seks sebagai sesuatu yang fenomenal, kontroversial, dan membuat orang untuk ingin tahu lebih banyak. (Hidayana. 2004 : 3)

Sesungguhnya seks mengandung pengertian yang khas, intim, dan mesra dalam kaitannya dengan bermacam-macam hubungan antara pria dan wanita. Seks bukanlah sesuatu yang menakutkan, karena seks merupakan karunia dari Tuhan dipergunakan untuk melestarikan kehidupan di muka bumi, seks dapat dikatakan sebagai kenikmatan bagi setiap orang, asal dilakukan dalam konteks yang sebenarnya yaitu dalam ikatan pernikahan. Tetapi bila seks disalahgunakan akan menimbulkan kesengsaraan, rasa bersalah, gelisah, dimanfaatkan, takut, dan lain sebagainya.

(11)

melakukan hubungan seks bebas yang oleh sebagian orang dikatakan sebagai gaya hidup atau tren. (Hidayana. 2004 : 5)

Berangkat dari fenomena sosial diatas, lagu “Paling Suka 69” yang dibawakan oleh Julia Perez dengan nada dan suaranya yang erotis, mendesah, penuh nafsu, dan tekanan pada bait-bait lirik yang menggambarkan adegan intim dan gaya bercinta sang penyanyi menjadi permasalahan, selain itu penulisan pada lirik lagunya yang ditulis terlalu vulgar, terkesan tidak mendidik, nakal, dan mengarah ke pornografi.

Musik merupakan hasil budaya manusia yang menarik diantara banyak budaya manusia yang lain, dikatakan menarik karena memegang peranan yang sangat banyak diberbagai bidang. Jika dilihat dari sisi psikologisnya, musik kerap menjadi sarana pemenuhan kebutuhan manusia dalam hasrat akan seni dan berkreasi. Dari sisi sosial musik juga dapat disebut sebagai cermin tatanan sosial yang ada dalam masyarakat saat musik tersebut diciptakan. Dan dari segi ekonomi pun musik telah bergerak pesat menjadi suatu komoditi yang menguntungkan. Musik merupakan suatu karya seni (budaya). Sebuah karya seni memerlukan sebuah media dalam menyampaikan pesannya, salah satunya melalui musik.

(12)

pengekspresian dirinya terhadap fenomena-fenomena yang terjadi disekitarnya yang dimana dia berinteraksi didalamnya, dalam artian bahwa pesan tersebut bersumber pada pola pikirnya serta kerangka acuan (frame of reference) dan pengalaman (field of experience) sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan sosial di sekitarnya. Lirik lagu adalah sebuah media komunikasi verbal yang memiliki nilai yang sama dengan ribuan kata atau peristiwa, juga secara individu mampu memikat perhatian.

Lirik lagu dalam musik yang sebagaimana bahasa, dapat menjadi sarana atau media komunikasi untuk mencerminkan bentuk realitas sosial yang ada dalam masyarakat. Lirik lagu dapat juga sebagai sarana sosialisasi terhadap suatu sikap atau nilai. Oleh karena itu, ketika sebuah lirik lagu diaransir dan diperdengarkan kepada khalayak juga mempunyai tanggung jawab besar atas tersebarnya sebuah keyakinan, nilai-nilai, bahkan prasangka tertentu. Harus diakui musik juga dapat mengekspresikan perasaan, kesadaran, bahkan pandangan hidup (ideology) manusia. (Mulyana, D. 2005 : 22)

(13)

akan tetapi seluruh komponen yang terdapat didalam lagu itu secara keseluruhan juga bisa menggugah konsumen. Dan juga bukan hanya alat musik ataupun karakter suara penyanyi yang mendukung, akan tetapi faktor ketepatan waktu saat penyampaian lagu tersebut juga sangat berpengaruh terhadap konsumen atau penikmat musik, apakah lagu itu mampu mewakili perasaannya.

Konsep pesan dalam sebuah lagu juga bermacam-macam, ada yang berupa ungkapan sedih, rasa kagum terhadap seseorang, rasa kecewa, dendam, ataupun kritik terhadap suatu penyimpangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa lirik lagu tercipta bukan hanya dari rangkaian kata-kata indah semata, akan tetapi lirik lagu merupakan representasi dari sebuah realitas atau fenomena yang dirasakan oleh seorang pencipta lagu.

Jenis pelanggaran-pelanggaran dalam lagu “Paling Suka 69” antara lain tertuang pada:

1. Undang-Undang Penyiaran nomor 32 tahun 2002 pasal 36 ayat 5 dan 6 yang berbunyi (isi siaran dilarang menonjolkan hal-hal yang bermuatan cabul, dilarang memperolok, merendahkan, melecehkan, dan atau mengabaikan nilai-nilai agama dan martabat manusia Indonesia).

(14)

Atas dasar inilah, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apa makna yang terkandung pada lirik lagu “Paling Suka 69“ yang dibawakan oleh Julia Perez dan bagaimana semiotika yang muncul pada lagu ini, mengapa mengandung makna negatif didalam masyarakat.

1.2. Per umusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana analisis semiotik pada lirik lagu “Paling Suka 69”?

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimanakah pemaknaan lirik lagu “Paling Suka 69” yang dibawakan oleh Julia Perez.

1.4. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Untuk menambah literatur penelitian kualitatif ilmu komunikasi khususnya mengenai analisis pada lirik lagu dengan metode semiotik Saussure.

2. Manfaat Praktis

(15)

BAB II KAJ IAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teor i

2.1.1. Musik dan Lir ik Lagu

Musik adalah bentuk seni yang melibatkan penggunaan bunyi secara terorganisir melalui kontinum waktu tertentu. Musik memainkan peran dalam tiap masyarakat, memiliki sejumlah besar gaya, dan tiap gaya merupakan ciri dari wilayah geografis atau sebuah era sejarah. Namun, ada area perbatasan yang tak jelas antara musik dengan seni berdasarkan bunyi lainnya seperti puisi. Maka dari itu, masyarakat memiliki pendapat berbeda-beda mengenai musikalitas dari berbagai macam bunyi. Karenanya, irama berulang, gaya bernyanyi separuh berbicara, atau teks bunyi diciptakan program komputer bisa diterima sebagai musik oleh sebuah masyarakat atau kelompok dan bisa juga tidak. Konteks sosial tempat bunyi itu muncul pun sering menentukan apakah bunyi itu dapat dianggap sebagai musik atau tidak. Bisingnya daerah industri, misalnya, tidak dianggap sebagai musik kecuali disajikan sebagai dari sebuah konser musik eksperimental di dalam sebuah auditorium dan diarahkan oleh komposer. Ada bermacam-macam tingkatan seni musik yang ada. Didalam tingkatan seni musik kita sendiri, ada tiga tingkatan berikut ini:

(16)

2. Musik tradisional: yang dimiliki bersama oleh seluruh populasi.

3. Musik popular: dibawakan oleh kalangan professional, disebarkan melalui media elektronik (radio,televisi, album rekaman, film) dan dikonsumsi oleh masyarakat luas. Namun batasan antar strata ini tidak jelas, misalnya, melodi dari wilayah musik klasik terkadang diambil oleh komunitas musik tradisional dan popular, begitupun sebaliknya.

Perkembangan lirik lagu di Indonesia sudah muncul sejak mulai setelah merebut kemerdekaan. Pada perubahan pertama dasawarsa 1950-an. Pada waktu masih dilakukan yang dinamakan “musikalisasi syair” yaitu menggarap komposisi-komposisi lagu terhadap puisi-puisi yang terlebih dahulu diciptakan oleh penyair terpandang. (Rosidi. 1995 : 12)

Musikalitas syair yang dilakukan oleh para komponis lagu tahun 1950-an itu salah satunya disebabkan oleh keadaan niaga musik yang tidak bisa menunggu lama. Pada saat itu para komponis diharapkan mampu menciptakan sebuah lagu yang diibaratkan seperti kue, dapat dibeli dengan harga murah dan dapat dinikmati selagi hangat, ini menyebabkan karya para pemusik pun tergesa-gesa dalam pembuatannya, sehingga menyebabkan keterbatasan para pencipta lagu untuk mempersembahkan sebuah karya yang murni dan melodis.

(17)

mendapat kecaman antara lain dikatakan bahwa lirik lagu Amerika tidak jelas, vulgar, dumb, cheap, degrading, uninspired. (Rosidi. 1995 : 8)

Lirik lagu merupakan salah satu beragam karya seni yang ada, pada dasarnya hampir sama dengan puisi. Puisi tergolong juga sebagai seni kata. Oleh karena itu lirik dan puisi digolongkan sebagai seni kata sebab mediumnya adalah kata dalam bahasa. Lirik lagu memiliki bentuk pesan berupa tulisan kata-kata dan kalimat yang dapat digunakan untuk menciptakan suasana dan gambaran imajinasi tertentu kepada pendengarnya sehingga dapat pula menciptakan makna-makna yang beragam.

Propaganda melalui maupun tidak melalui lirik lagu tetap memiliki efek yang kompleks. Contohnya jika pesan dalam lirik lagu oleh propagandis diketengahkan tentang ketidakadilan serta ketimpangan-ketimpangan sosial dan secara tidak langsung menempatkan pemerintah sebagai pihak yang harusnya bertanggung jawab pada keadaan itu, bukan tidak mungkin hanya dengan melalui lagu khalayak menjadi marah, menuntut, bahkan melawan pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab dengan berbagai bentuk. Oleh karena bahasa dalam hal ini kata-kata, khususnya yang digunakan dalam lirik lagu tidak seperti bahasa sehari-hari dan memiliki sifat yang ambigu dan penuh ekspresi ini menyebabkan bahasa cenderung untuk mempengaruhi, membujuk, dan pada akhirnya mengubah sikap pembaca (Wellek. & Warren. 1989 : 14-15).

(18)

dipengaruhi oleh persepsi dan budaya, serta bagaimana tanda membantu manusia memaknai keadaan sekitarnya.

2.1.2. Inter pr etasi Tanda dalam Lir ik Lagu

Charles Osgood dalam LittleJohn (2009 : 104-105) mengemukakan sebuah teori tentang bagaimana arti sebuah tanda dipelajari dan hubungannya dengan makna yang diturunkannya. Contohnya adalah kata “jatuh”, maka yang terbayang adalah proses terlemparnya suatu benda dari ketinggian tententu menuju kebawah, namun dilain pihak bisa pula kata “jatuh” dibayangkan sebagai suatu hal yang berhubungan dengan rasa sakit, kekecewaan, pengalaman yang menyakitkan dan sebagainya. Disinilah bentukan stimulus dan respon terjadi, respon dari seseorang tentang suatu obyek akan berbenturan dengan pengalamannya serta dijembatani oleh rujukan yang ada di benaknya. Dengan kata lain, seseorang menginterpretasikan suatu tanda berangkat dari frame of reference (pengetahuan) dan frame of experience (pengalaman)

masing-masing, namun pemaknaan tanda tersebut pada masing-masing orang biasanya tidak berbeda jauh, dikarenakan tanda-tanda yang digunakan sifatnya universal. Interpretasi definisinya adalah sebuah proses yang aktif dan

(19)
(20)

Brown dalam Mulyana (2005 : 256) mendefinisikan makna sebagai kecenderungan (disposisi) total untuk menggunakan atau bereaksi terhadap suatu bentuk bahasa. Terdapat banyak komponen dalam makna yang dibangkitkan dari suatu kata atau kalimat. Makna muncul dari hubungan khusus antara kata (sebagai simbol verbal) dan manusia. Makna tidak melekat pada kata-kata, namun kata-kata membangkitkan makna dalam pikiran orang. Jadi tidak ada hubungan langsung antara suatu objek dan simbol yang digunakan untuk mempresentasikannya. (Mulyana. 2005 : 256)

Makna dapat pula digolongkan kedalam makna denotatif dan makna konotatif. Makna denotatif adalah makna yang sebenarnya (faktual), seperti yang kita temukan dalam kamus. Karena itu, makna denotatif lebih bersifat publik. Sejumlah kata bermakna denotatif, namun banyak kata juga bermakna konotatif, lebih bersifat pribadi, yakni makna diluar rujukan objektifnya. Dengan kata lain makna konotatif lebih bersifat subjektif dari pada makna denotatif. (Mulyana. 2005 : 257)

2.1.3. Seks dan Seksualitas

(21)

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu arti seks adalah segala hal yang berkaitan dengan alat kelamin. Dr. Boyke, salah seorang seksolog terkenal dalam buku Let’s Talk About Love berpendapat bahwa kata “seks” memiliki definisi yang luas. Secara keseluruhan, yang dimaksudkan dengan seks adalah pendidikan mengenai jenis kelamin.

Terdapat perbedaan antara seks pria dan wanita. Seksualitas pria adalah bila seorang anak berjenis kelamin pria telah dewasa, maka naluri seks dalam tubuhnya akan lebih nyata dan menjadi kuat. Perangsangan dapat timbul pada setiap saat dan terjadi agak cepat dan mungkin timbulnya tanpa disadari. Sedangkan seksualitas pada wanita berbeda dengan pria, yang dimana perasaan seksual pada wanita umumnya terjadi dengan perangsangan lebih lambat, tidak sesering dan tidak nyata seperti pada pria.

Menurut Dr. Boyke dalam buku Let’s Talk About Love mendefinisikan dan menggolongkan seks kedalam beberapa hal antara lain:

1. Dimensi biologis: dari sudut pandang biologis, seks berarti segala hal yang berkaitan dengan alat reproduksi. Didalamnya termasuk pengetahuan mengenai hormon-hormon, menstruasi, masa subur, gairah seks, bagaimana menjaga kesehatan dan gangguan dari penyakit seperti PMS (penyakit menular seksual), dan bagaimana memfungsikannya dengan optimal secara biologis. Termasuk dalam pengertian seks dari sudut biologis ini adalah pengetahuan mengenai proses pembuahan, bagaimana ovum bertemu dengan sperma dan membentuk zigot, dan seterusnya. Dalam Islam, pengertian seks

(22)

muslimah misalnya, diharuskan untuk mengetahui kapan usia balighnya dimulai. Sebenarnya itu berkaitan dengan masalah pendidikan seks dalam dimensi biologisnya, karena usia baligh atau kedewasaan seseorang menurut Islam dilihat dari ciri-ciri yang bersifat biologis. Misalnya, keluarnya darah haid (menstruasi) pada perempuan atau mulai aktifnya sel sperma yang ditandai dengan pengalaman “mimpi basah” (ihtilam).

2. Dimensi psikologis: dari dimensi psikologis, seks berkaitan dengan bagaimana seseorang menjalankan fungsinya sebagai makhluk seksual dan identitas peran jenis. Contohnya, laki-laki dipandang lebih agresif dibandingkan perempuan. Dalam Islam, penegasan identitas peran jenis ini juga menjadikan sesuatu yang sangat penting. Rasulullah SAW misalnya, memberikan larangan yang tegas kepada laki-laki untuk tidak menyerupai identitas seksual perempuan. Dan sebaliknya, perempuan juga dilarang menyerupai identitas seksual sebagaimana laki-laki. Hal ini tujuannya jelas, yakni untuk mempertegas fungsi seksual masing-masing pihak yang nantinya sangat berpengaruh pada dimensi psikologisnya.

(23)

menyucikan bagian tubuh yang terkena kotoran atau najis dengan menggunakan air atau dapat dilakukan dengan mandi, khususnya ketika selesai masa menstruasi atau sehabis melakukan hubungan seksual.

4. Dimensi sosial: dari dimensi sosial, seks adalah sesuatu yang berkaitan dengan hubungan interpersonal (hubungan antar sesama manusia). Sering kali hambatan interaksi ditimbulkan oleh kesenjangan peran jenis antara laki-laki dan perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh faktor budaya dan pola asuh yang lebih memprioritaskan laki-laki dibanding perempuan di masyarakat. Anggapan tersebut harus diluruskan karena didalam Islam, perbedaan jenis kelamin tidak menentukan mana yang lebih baik atau berkualitas, yang menentukan adalah faktor keimanannya.

Seksualitas memang merupakan suatu yang kodrati sehingga seksualitas akan tetap muncul dimana saja dan kapan saja dengan daya tarik sendiri. Seksualitas dapat juga dikatakan sebagai hasrat (desire) dan keinginan (want), yang tumpah tindih dengan aspek-aspek lain kehidupan. (Hasan. & Nasma. 2008 : 10)

2.1.4. Kamasutr a ala India Kuno dan ala J awa

(24)

berpusat pada masalah seks saja, tetapi juga merupakan tuntunan untuk seseorang bagaimana menjalani hidup dengan benar bersama pasangan, bahkan pembahasan tentang seks hanya mengambil porsi satu bagian dari total tujuh bagian dari isi kitab kamasutra yang berada pada bagian ke-2 dari total 7 bagian yang ada. Kitab ini terdiri dari 1250 ayat, 36 bab, dan 7 bagian. (http://www.seksualitas.net/kamasutra-india-kuno.htm)

Kitab Kamasutra bisa dikatakan sebagai salah satu kitab yang bertujuan untuk mendekatkan manusia dengan penciptanya. Sejatinya Kamasutra adalah sebuah kitab spiritual. Sebuah filosofi India menyebutkan tentang Purusharta, yaitu empat tujuan utama dalam kehidupan; berbuat kebajikan, kesejahteraan, kesenangan, dan kebebasan.

Sedangkan jika berbicara tentang Kamasutra ala Jawa. Konsep bibit, bebet,bobot yang mengandung makna kualitas mental, moral, dan spiritual sangat diutamakan dalam Kamasutra Jawa ini, yang membahas hal-hal yang berkaitan dengan cinta asmara. Orientasinya adalah mencari wiji sejati, yaitu generasi penerus yang mempunyai keyakinan dan kepribadian.

(25)

India memiliki buku yang mengupas tentang seksologi secara jelas, detail, transparan, dan bersejarah yang berjudul kitab Kamasutra India kuno. Tiongkok mempunyai buku Shu Ni Jing, Hung Lou Meng, dan Yin Yuan Thu yang mengupas ajaran seks secara hampir paripurna. Kitab-kitab tersebut selalu menjadi rujukan dan pedoman bagi mereka yang belajar seks sebagai suatu ilmu. Hal yang sama juga terdapat di Jawa, yakni Senat Nitimani dan Senat Kamasundha. Kedua kitab tersebut memberikan panduan yang cukup memadai

tentang seksualitas. Senat Nitimani menuturkan bahwa masyarakat Jawa juga telah lama mengembangkan bentuk-bentuk, teknik, metode, pengobatan, mantra bahkan ilmu pengasihan yang ada kaitannya dengan seksualitas. Didalam Primbon, masyarakat Jawa juga menyusun dengan ilmu petung yang berkaitan dengan kehidupan seksual; yakni ilmu tentang kalender seksual yang menjelaskan tentang waktu-waktu terbaik untuk untuk beradegan intim, kemudian cita rasa perempuan; yakni tempat-tempat sensitif yang berada pada tubuh perempuan dan kenikmatan seks berdasar pada bentuk genetikal perempuan. Disamping itu juga ada tata krama seksual dan pose-pose atau posisi gaya seks yang dapat melahirkan kenikmatan dalam beradegan intim. Semua itu disusun untuk mendapatkan kenikmatan seksual secara optimal. (Hariwijaya dalam Purwadi. 2004 : 157)

(26)

kalangan priyayinya. Kaum ningrat Jawa dan golongan priyayi pada umumnya memakai istilah seks tidak hanya berpusat pada masalah persetubuhan (asmaragama). Asmaragama adalah ajaran seks versi leluhur Jawa. Bagi sebagian orang mungkin sistilah asmaragama merupakan istilah yang asing, namun bagi orang yang berkecimpung dalam kebudayaan Jawa tentu sudah tidak asing lagi dengan ajaran seks versi raja-raja Jawa ini. Asmaragama berasal dari dua kata yaitu; asmara yang berarti cinta atau percintaan, dan gama yang berarti ajaran. Dengan demikian asmaragama berarti ajaran tentang percintaan leluhur Jawa. Dalam khasanah budaya Jawa, ajaran seks ini dibagi menjadi enam kategori, yaitu; asmaranala, asmaratura, asmaraturida, asmaradana, asmaratantra, asmaragama.

Asmaragama ini ditunjukkan kepada suami istri atau sebuah pasangan tetap. Latihan untuk memahami teori seksual ini diperlukan kesungguhan, keajegan atau istiqomah atau ketenangan batin, dan sakralitas. Karena kegiatan

seks merupakan ritual sakral yang hanya boleh dilakukan oleh mereka yang telah mengikatkan diri pada janji suci perkawinan. (Hariwijaya dalam Purwadi. 2004 : 175)

(27)

logis, dan estetis. Seksualitas hanya diulas dalam struktur sakralitas, asmara-dana yang berkorelasi dengan asmara-dana-asmara. Hasilnya adalah keselarasan,

keserasian, ketentraman, kedamaian, dan kesabaran.

2.1.5. Posisi dalam Adegan Intim dan Var iasi Pengembangannya

Pada pasangan yang telah mengalami berbagai macam adegan intim, kemampuan imajinasi yang lebih liar ditantang untuk muncul pada saat keduannya melakukan hubungan seksual. Adegan intim yang diharapkan pasangan yang sudah sering melakukan hubungan seksual biasanya lebih ekstrim dibandingkan dengan adegan yang diimajinasikan pasangan yang baru saja mengenal hubungan seksual. Hal ini disebabkan oleh kemampuan seksualitas untuk meningkatkan daya imajinasi manusia, sehingga terdapat ukuran atau yang bisa kita sebut dosis. Dosis tersebut sama halnya dengan dosis obat. Apabila sering digunakan atau dilakukan, maka dosisnya pun akan bertambah. Begitu juga dengan adegan intim yang berulang-ulang dilakukan, akan meningkatkan dosis si pelaku adegan tersebut, sehingga menginginkan adegan lain yang lebih memuaskan. (Wijaya. 2004 : 10-11)

(28)

mendapatkan orgasme dibandingkan dengan posisi lain yang bisa dilakukan saat berhubungan seksual. Akan tetapi lain halnya dengan perempuan, laki-laki tidak terlalu suka dengan adegan intim dengan posisi ini karena menyebabkan perempuan lebih cepat orgasme. Selain itu kebanyakan perempuan pada adegan intim dengan posisi ini jarang melakukan gerakan yang atraktif atau cenderung pasif, sehingga laki-laki merasa tidak tertantang ntuk mencoba posisi lainnya setelah itu.

2. Cowgirl: adegan ini menempatkan perempuan pada posisi diatas sedangkan laki-laki berada dibawah. Posisi ini cukup mudah dilakukan, akan tetapi butuh beberapa kali dilakukan agar si perempuan menjadi terbiasa saat melakukan posisi maju mundur tanpa membuat alat kelamin pasangan terjepit. 3. Seesaw: adegan ini bisa dilakukan di kursi, sofa, atau tempat-tempat santai lainnya dengan posisi perempuan berada diatas dan laki-laki berada dibawah. Pada posisi ini laki-laki bisa menyandarkan kepala dan punggungnya di bagian kursi atau sofa, sehingga tidak diperlukan tenaga ekstra untuk menahan beban tubuh pasangannya. Namun kesulitan adegan intim ini terletak pada perempuan yang harus bisa menarik otot pinggul agar bisa melakukan gerakan yang atraktif.

(29)

disebabkan oleh otot paha perempuan yang akan mudah pegal, serta otot betis si laki-laki yang harus menahan beban tubuh si perempuan.

Sedangkan jika berbicara tentang variasi posisi adegan intim, yang hal ini merupakan pengembangan dari posisi adegan intim, yaitu:

(30)

Association, vol. 118 / June-1989 dilaporkan bahwa didalam saliva (cairan

ludah), terdapat zat yang bisa menghambat vius HIV. Namun, mengingat aktifitas seks oral sering kali menimbulkan microlesi (luka kecil yang tak tampak di mata), maka aktifitas ini masih dikelompokkan dalam The High-Risk Behavior. Dengan pemahaman itu bisa kita mengerti bahwa seks oral

bukanlah tindakan seks yang aman. (Wijaya. 2004 : 17-18)

2. Doggy Style: variasi posisi ini mirp dengan amazon, namun laki-laki

maupun perempuan berada pada posisi sejajar. Pada posisi ini jika perempuan belum terbiasa, maka dia akan merasakan sensasi seksual dengan sedikit rasa sakit. Namun jika sudah terbiasa sensasi seksual inilah yang dicari oleh kaum perempuan umumnya. Sama halnya dengan posisi missionaries, adegan intim dengan posisi ini juga dapat memudahkan laki-laki untuk mencapai ejakulasi. Hal ini disebabkan oleh posisi alat kelamin laki-laki yang lurus menembus dinding alat kelamin perempuan, sehingga proses penetrasi berjalan dengan cepat dan lancar dan menyebabkan pompaan sperma pun lebih cepat untuk keluar.

2.1.6. Komunikasi Ver bal

(31)

sebagai sistem kode verbal. Bahasa verbal adalah saran utama untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan maksud kita. (Mulyana. 2005 : 238)

Bila kita menyertakan budaya sebagai variabel dalam proses abstraksi itu, problemnya menjadi semakin rumit. Ketika anda berkomunikasi dengan seseorang dari budaya anda sendiri, proses abstraksi untuk menginterpresentasikan pengalaman anda jauh lebih mudah, karena dalam suatu budaya orang-orang berbagai sejumlah pengalaman serupa. Namun bila komunikasi melibatkan orang-orang berbeda budaya, proses abstraksi juga menyulitkan. (Mulyana. 2005 : 239)

Kesulitan menggunakan kata yang tepat juga kita alami ketika ingin mengungkapkan perasaan. Pesan verbal biasanya lebih lazim digunakan untuk menerangkan sesuatu yang bersifat faktual-deskriptif-rasional. Akan tetapi, untuk mengungkapkan sesuatu yang sangat afektif dan pribadi, kita biasanya lebih mengandalkan pesan nonverbal. (Mulyana. 2005 : 247)

2.2. Analisa Semiotik Fer dinand De Saussur e

Semiotik adalah ilmu tanda. Istilah tersebut berasal dari Yunani semeion yang berarti “tanda”. Tanda terdapat dimana-mana. Kata adalah tanda, demikian pula gerak, isyarat, lampu lalu lintas, bendera, dan sebagainya. Bidang kajian semiotik adalah mempelajari fungsi tanda, yaitu bagaimana menangkap pesan yang terkandung didalam suatu objek. (Sobur. 2001 : 106)

(32)

Implisit dari definisi tersebut adalah sebuah relasi bahwa bila tanda merupakan bagian dari kehidupan sosial yang berlaku. Saussure juga berbicara mengenai konvensi sosial yang mengatur penggunaan tanda secara sosial, yaitu pemilihan, pengkombinasian, dan penggunaan tanda-tanda dengan cara tertentu, sehingga ia mempunyai makna dan nilai sosial. (Sobur. 2004 : viii)

Yang cukup penting dalam upaya menangkap hal pokok pada metode Saussure adalah prinsip yang mengatakan bahasa itu adalah sistem tanda, dan setiap tanda itu tersusun atas dua bagian, yakni signifier (penanda) dan signified (petanda). Menurut Saussure, bahasa itu merupakan suatu sistem tanda (sign). Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda dengan sebuah ide atas petanda (Sobur. 2004 : 44). Suara-suara baik itu manusia, binatang, atau bunyi-bunyian semua dapat dikatakan bahasa apabila semua itu mengekspresikan, menyampaikan ide-ide, ataupun merupakan pengertian-pengertian tertentu.

Tanda adalah suatu kesatuan dari suatu bentuk penanda dan petanda dengan kata lain penanda adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna. Jadi penanda adalah aspek material dari bahasa: apa yang dikatakan, apa yang didengar, dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda sendiri adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Jadi petanda adalah aspek mental dari bahasa yang kongkrit. Yang harus diperhatikan adalah bahwa dalam tanda bahasa yang konkret, kedua unsur tersebut tidak dapat dilepaskan. Tanda bahasa selalu mempunyai dua segi: penanda atau petanda.

(33)

ditangkap lepas dari penanda, petanda atau yang ditandakan itu termasuk pada tanda sendiri dan dengan demikian merupakan suatu faktor linguistik. “Penanda dan petanda merupakan kesatuan, seperti dua sisi dari sehelai kertas” (Sobur. 2004 : 46). Jadi, meskipun antara penanda dan petanda tampak sebagai entitas yang terpisah-pisah, namun keduanya hanya ada sebagai komponen. Tandalah yang merupakan faktor bahasa. Maka dari itu setiap upaya untuk memaparkan teori Sassure mengenai bahasa, pertama-tama harus membicarakan pandangan Saussure mengenai hakikat tanda tersebut. Setiap tanda keabsahan, menurut Saussure pada dasarnya menyatukan sebuah konsep dan suatu citra (sound image), bukan menyatakan sesuatu sebagai nama. Dua konsep signifier dan

signified tidak dapat dipisahkan, memisahkan berarti hanya menghancurkan

“kata” tersebut. Selain pandangan tentang signifier dan signified, Saussure juga mengungkapkan tentang form (bentuk) dan contens (isi), langue (bahasa) dan parole (tuturan, ujaran), synchronic (sinkronik) dan diachcronic (diakronik)

(34)

yang bervariasi adalah “the phonic and prhycological master”, sedangkan wadahnya yaitu satu macam kata tadi sebagai bagian dari sebuah sistem bahasa tetap sama. (Sobur. 2004 : 47-48)

Saussure juga meletakkan dasar perbedaan antara langue dan parole sebagai dua pendekatan linguistik. Langue adalah suatu kemampuan berbahasa yang ada pada setiap manusia yang sifatnya pembawaan, namun pembawaan ini mesti dikembangkan dengan lingkungan dan stimulus yang menunjang. Singkatnya langue adalah bahasa pada umumnya. Lebih jauh Saussure mengatakan bahwa

langue merupakan keseluruhan kebiasaan (kata) yang diperoleh secara pasif

yang diajarkan dalam masyarakat bahasa, yang memungkinkan para penutur saling memahami dan menghasilkan unsur-unsur yang dipahami penutur dan masyarakat. Langue bersenyawa dengan kehidupan masyarakat secara alami. Jadi, masyarakat merupakan pihak pelestari langue. Dalam langue terdapat batas-batas negatif (misalnya, tunduk pada kaidah-kaidah bahasa, solidaritas, asosiatif, dan sintagmatif) terhadap apa yang harus dikatakannya bila seseorang mempergunakan suatu bahasa secara gramatikal. Langue merupakan sejenis kode, suatu aljabar atau sistem nilai yang murni. Langue adalah perangkat konvensi yang kita terima, siap pakai, dari penutur-penutur terdahulu. Langue telah dan dapat diteliti, langue juga bersifat konkret karena merupakan perangkat tanda bahasa yang disepakati secara kolektif.

(35)

lambang-lambang bahasa konkret, tulisan-tulisan yang terindra dan teraba (terutama bagi tuna runggu). Langue adalah suatu sistem tanda yang mengungkapkan gagasan. Contoh: pergi! Dalam kata ini, gagasan kita adalah ingin mengusir, menyuruh. Kata pergi!, dapat juga diungkapkan kepada tuna runggu dengan abjad tuna runggu, atau dengan simbol-simbol. (Bartens. 2001 : 180, http://jajanghendra.wordpress.com, diakses 1 Desember 2008)

Dalam pengertian umum, langue adalah abstraksi dan artikulasi bahasa pada tingkat sosial budaya. Sedangkan parole adalah living speech, yaitu bahasa yang hidup atau bahasa yang sebagaimana terlihat penggunaannya, parole merupakan bahasa pada tingkat individu. Parole lebih memperhatikan faktor pribadi pengguna bahasa. Kalau unit dasar langue adalah kata, maka unit dasar parole adalah kalimat. (Sobur. 2004 : 53)

Synchronic dan diachronic, studi sinkronik sebuah bahasa adalah deskripsi

(36)

2004 : 53). Bartens menyebut sinkronis sebagai “bertepatan dengan waktu”. Dengan demikian, linguistik sinkronis mempelajari bahasa tanpa mempersoalkan waktu. Diakronis adalah “menelusuri waktu” (Bartens dalam Sobur. 2004 : 53). Jadi studi diakronis atas bahasa tertentu adalah deskripsi tentang perkembangan sejarah “melalui waktu”. Linguistik diakronis adalah subdisiplin linguistik yang menyelidiki perkembangan suatu bahasa dari masa ke masa. Saussure berpendapat bahwa penyelidikan sinkronis harus melalui penyelidikan diakronis. Linguistik komparatif-historis harus membandingkan bahasa sebagai sistem-sistem. Oleh sebab itu, sistem terlebih dahulu mesti dilukiskan tersendiri menurut prinsip sinkronis. Tak ada manfaatnya mempelajari evolusi atau perkembangan salah satu unsur bahasa, terlepas dari sistem-sistem dimana unsur itu berfungsi. (Sobur. 2004 : 54)

Syntagmatic dan associative, antara sintagmatik dan paragmatik hubungan-hubungan ini terdapat pada kata-kata sebagai rangkaian bunyi-bunyi maupun kata-kata sebagai konsep (Sobur. 2004 : 54). Menurut Saussure terdapat dua bentuk didalam hubungan dan perbedaan antara unsur-unsur bahasa berdasarkan kegiatan mental manusia, yaitu:

(37)

kesadaran sintagmatik mengandaikan bahwa signified suatu tanda tergantung juga pada hubungan logis atau kausalitas.

2. Hubungan associative (paragdimatik): hubungan eksternal dalam suatu tanda dengan tanda lain. Tanda lain yang bisa berhubungan secara paragdimatik adalah tanda-tanda satu kelas atau sistem. Contoh: gambar “ketupat” mempunyai hubungan dengan peci, sarung dalam iklan Ramadhan.

2.3. Ker a ngka Ber pik ir

Manusia adalah homo semioticus, dimana setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda-beda dalam memaknai suatu peristiwa atau obyek. Manusia dapat memproklamasikan sesuatu apa saja sebagai tanda, karena hal itu dapat dilakukan oleh semua manusia (Van Zoest dalam Sobur. 2004 : 13). Selain dari faktor pengalaman dan tingkat pengetahuan seseorang tersebut yang berbeda-beda satu dengan ang lain. Hal ini juga dikarenakan latar belakang pengalaman (field of experience) dan pengetahuan (frame of reference) yang berbeda-beda pada setiap individu tersebut dalam menciptakan sebuah pesan komunikasi. Dalam hal ini pesan disampaikan dalam sebuah lirik lagu, maka pencipta lagu juga tidak terlepas dari dua hal diatas.

(38)

dapat diperoleh hasil dari interpretasi data mengenai pemaknaan lirik lagu “Paling Suka 69”.

(39)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada dasarnya sebuah penelitian dilakukan untuk memahami berbagai hal yang berkaitan dengan dinamika kehidupan sosial masyarakat. Penelitian dibagi menjadi dua macam, yaitu; penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Disini yang akan peneliti uraikan adalah penelitian kualitatif, penelitian kualitatif diartikan sebagai penelitian yang tidak memerlukan perhitungan. Definisi penelitian kualitatif menurut Taylor dan Bogdan dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti. (Suyanto. & Sutinah. 2005 : 166)

Menurut Kirk dan Miller dalam buku Metodologi Penelitian Kualitatif, penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. (Moleong. 2002 : 3)

(40)

mendefinisikan dunianya. Interaksi simbolis adalah semua perilaku manusia pada dasarnya memiliki social meanings (makna-makna sosial), makna-makna sosial dari perilaku manusia yang melekat pada dunia sekitarnya itu penting untuk dipahami. Etnometodologi lebih merujuk pada bidang masalah yang diteliti yaitu tentang bagaimana individu menciptakan dan memahami kehidupannya sehari-hari. (Suyanto. & Sutinah. 2005 :166-167)

Dasar teoritis penelitian kualitatif biasanya berorientasi pada orientasi teoritis, dan teori dibatasi pada pengertian: suatu pernyataan sistematis yang berkaitan dengan seperangkat proposisi yang berasal dari data dan diuji kembali secara empiris. (Moleong. 2002 : 8)

Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Peneliti lebih memilih menggunakan metode kualitatif dikarenakan beberapa pertimbangan, antara lain menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda dan metode ini lebih peka dan lebih menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2002 : 3) mengemukakan metode kualitatif sebagai berikut:

“ M et ode kualit at if merupakan prosedur penelit ian yang menghasilkan

dat a deskriptif berupa kat a-kat a t ert ulis at au lisan dari orang-orang dan

perilaku yang diam ati. Pendekat an ini diarahkan pada individu secara

holost ic (ut uh). Jadi, dalam hal ini t idak boleh mengisolasikan individu

kedalam variable at au hipot esis, t et api memandangnya sebagai suat u

(41)

Selanjutnya untuk menganalisis suatu sistem tanda komunikasi dalam lirik lagu “Paling Suka 69”, peneliti menggunakan metode semiotik Saussure yang menitik beratkan pada signifier (penanda) dan signified (petanda), form (bentuk) dan contens (isi), langue (bahasa) dan parole (tuturan, ujaran), synchronic (sinkronik) dan diachcronic (diakronik), serta syntagmatic (sintagmatik) dan associative (paragmatik).

3.1. Pemaknaan Lir ik Lagu “Paling Suka 69”

Pemaknaan yang dimaksud dalam hal ini adalah peneliti mencoba memberikan pemahaman terhadap lirik lagu “Paling Suka 69” tentang penggambarannya yang mewakili kegiatan beradegan intim. Selain itu lirik dan lagunya ditulis dan dibawakan secara vulgar. Banyak pemaknaan dan definisi terhadap fenomena realitas sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat yang kemudian diangkat dalam sebuah lirik lagu. Hali ini bersifat subyektif, karena masing-masing individu memiliki penilaian yang berbeda terhadap suatu realitas.

(42)

69” yang dibawakan oleh Julia Perez, antara peneliti satu dengan peneliti yang lain bisa jadi berbeda.

3.2. Unit Analisis dan Cor pus 3.2.1. Unit Analisis

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanda-tanda berupa tulisan, terdiri dari kata-kata yang membentuk kalimat yang ada pada lirik lagu “Paling Suka 69”.

3.2.2. Cor pus

Corpus merupakan sekumpulan bahan yang terbatas yang ditentukan pada perkembangannya oleh analisis dengan semacam kesemenaan. Corpus haruslah cukup luas untuk memberi harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya akan memelihara sebuah sistem kemiripan dan perbedaan yang lengkap. Corpus juga bersifat sehomogen mungkin. (Kurniawan. 2001 : 70)

(43)

Corpus dalam kata lain dari sampel bertujuan yang antara lain digunakan untuk analisis semiotika. Corpus pada penelitian ini adalah lirik lagu dengan judul “Paling Suka 69”.

Paling Suka 69

Kau elus-elus tubuhku Kau belai-belai rambutku

Terpejam-pejam mataku Aduh aduh aduh nikmatnya

Duh aduh aduh asiknya Desah indahmu menusuk kalbu

Kau elus-elus tubuhku Kau belai-belai rambutku Oh yes sungguh nikmatnya

Oh yes sungguh bahagia

Suka suka jupe paling suka Kasih sayangmu luar biasa

Gairah cinta 69

(44)

Halus halus halusnya selembut sutra Irama gaya kamasutra ala india

Kau elus-elus tubuhku Kau belai-belai rambutku Oh yes sungguh nikmatnya

Oh yes sungguh bahagia

Suka suka jupe paling suka Kasih sayangmu luar biasa

Gairah cinta 69

Suka suka jupe paling suka Kau buat aku tak berdaya Gairah cinta pun membara Halus halus halusnya selembut sutra

Irama gaya kamasutra ala india Gambar 3.2.2. Lirik Lagu

3.3. Metode Analisis Data

(45)

memperhatikan form (bentuk) dan contens (isi), langue (bahasa) dan parole (tuturan, ujaran), synchronic (sinkronik) dan diachcronic (diakronik) serta syntagmatic (sintagmatik) dan associative (paragmatik), sehingga nantinya

dapat diperoleh interpretasi data yang benar-benar berkualitas.

Dari penggabungan berbagai aspek tersebut kemudian dapat ditarik suatu makna yang sebenarnya. Dan dari data yang diperoleh akan diinterpretasikan oleh peneliti sesuai dengan teoritis yang ada.

Berikut diagram semiotik Saussure: Tanda

Signifikasi

penanda petanda Makna yang sesungguhnya Gambar 3.3. Diagram Semiotik Saussure

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah pengumpulan data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek yang akan diteliti, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari lembaga atau institusi tertentu. (Suyanto. & Sutinah. 2005 : 55)

(46)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum 4.1.2. Penyanyi J ulia Per ez

Julia Perez lahir dengan nama Yuli Rachmawati di Jakarta, 15 Juli 1980. Bintang yang akrab dipanggil Jupe ini mengawali karirnya lewat proses percobaan masa kerja sebagai sekretaris di sebuah perusahaan swasta dan berkesempatan melanjutkan pendidikan di Belanda.

Pertengahan bulan Februari 2009, Jupe menjadi artis yang paling banyak dicari di situs Kapanlagi.com gara-gara foto seksi pribadinya beredar di internet. Di foto-foto yang beredar di internet tersebut Jupe terlihat seksi baik yang berpose sendirian maupun dengan teman-temannya.

(47)

Pada awal Juli 2009, Jupe dan Damien sepakat memproses perceraiannya. Namun terdapat sedikit masalah karena Jupe menikah di Perancis, jadi pernikahannya tidak diakui oleh hukum di Indonesia. Akhirnya Jupe dan Damien sepakat untuk menanggung biaya perceraian secara bersama-sama. Pada awal Oktober 2009, Jupe mengakui hubunganya dengan sang ayah yang bernama Angkasajaya semakin memburuk. Hal ini ditengarai dengan mantapnya Jupe melaporkan sang ayah kepihak kepolisian. Pelaporan ini dipicu karena Angkasa Jaya diduga telah mengancam akan membunuh Jupe beserta ibunya atau istri dari Angkasajaya.

(48)

Maxim di Perancis. Puncaknya pada tahun 2002-2003, bintang yang kerap tampil seksi dan mulai dikenal di tanah air lewat sinetron Cinta Lokasi, Komedi Nakal, Penjaga Pantai, serta Lepas Malam itu mendapat nominasi 100 wanita

terseksi versi majalah FHM dan Maxim.

Jupe kini menetap di Indonesia dan banyak membintangi sejumlah sinetron di antaranya Maafkan Aku, Kejar Maya, Rahasia Ilahi, Hidayah, Doa, Mimpi Manis, Perempuan Teraniaya, dan menjadi bintang iklan sejumlah produk.

Selain berkiprah di dunia sinetron, Jupe mulai merambah dunia tarik suara. Pada April 2008, Jupe meluncurkan album perdananya yang berjudul Kamasutra dengan hit single Belah Duren. Album perdana ini cukup memancing kontroversi public, karena Jupe memberikan kondom gratis bagi pembeli albumnya. Bahkan album perdananya ini mengundang protes dan pencekalan penampilan dirinya di beberapa daerah. Pada tahun 2009, Jupe berhasil menyelesaikan film yang berjudul Hantu Jamu Gendong produksi Indika Entertainment. Seperti image seksi yang selama ini melekat padanya, perannya dalam film ini menuntut Jupe beradegan seksi.

(49)

Pertengahan November 2009, Jupe dipercaya sebagai brand ambassador sebuah merek kondom. Dan selama tiga tahun dia bertugas mengampanyekan dan memberikan pengetahuan serta pendidikan tentang HIV/AIDS.

Januari 2010, Jupe mengawali dengan karya filmnya yang terbaru. Dia dipilih untuk bermain dalam film Sssstt.. Jadikan Aku Simpanan, dimana dia berperan menjadi Tisha, seorang wanita simpanan.

Akhir Januari 2010, Jupe menegaskan ke publik jika dia telah bergabung dengan manajemen milik Maia Estianty. Baginya Maia adalah salah satu inspirator dalam bermusik dan dia berharap karirnya akan bisa sesukses Maia. Awal Maret 2010, Jupe kembali membuat sensasi. Artis yang sering berpenampilan seksi ini dikabarkan merambah dunia politik dengan mencalonkan diri untuk menjadi wakil Bupati Pacitan pada Pilkada Desember 2010. Jupe diusung oleh tujuh partai yang tergabung dalam Koalisi Amanat Perjuangan Rakyat. Serius dengan langkah yang diambilnya, pada pertengahan April 2010 Jupe berancang-ancang untuk melakukan gerilya politik dengan mengunjungi kota Pacitan. Meskipun berbagai suara sumbang mengomentari kabar pencalonan dirinya, Jupe tetap teguh pada keinginannya. Jupe bahkan menyewa Gusti Randa yang notabene adalah seorang artis dan pengacara sebagai juru bicara mengenai masalah pencalonan dirinya ini.

(50)

Setelah tiga tahun tidak melakukan kemajuan dibidang tarik suara, akhirnya pada tahun 2011 ini Jupe kembali merilis single yang diberi judul “Paling Suka 69”. Walau dirinya terancam dicekal MUI karena kiprahnya sebagai penyanyi dangdut seksi, Jupe mengaku tidak takut dan menyatakan siap melawan MUI. Dan berita terbaru pada awal tahun 2012 mengenai kehidupan asmaranya adalah soal kedekatan Jupe dengan seorang ustad dari Arab yang dijodohkan oleh ibundanya, karena tidak kunjung mendapatkan restu ibundanya perihal hubungan asmaranya dengan Gaston, akhirnya Jupe memilih untuk mengakhiri hubungan asmaranya dan memilih untuk mengikuti kata-kata ibundanya untuk dijodohkan dengan seorang ustad. Meski begitu hubungannya dengan Gaston masih tetap baik meski hanya sebatas teman baik atau partner kerja.

4.1.3. Sinetr on 1. Cinta Lokasi 2. Rahasia Ilahi 3. Komedi Nakal 4. Iman

(51)

4.1.4. Film

1. Nagabonar Jadi 2 (2007) 2. Coklat Stroberi (2007) 3. Beranak Dalam Kubur (2007) 4. Susahnya Jadi Perawan (2008) 5. Basahhh… (2008)

6. The Shaman (2008)

7. Hantu Jamu Gendong (2009) 8. Sumpah, Ini Pocong! (2009) 9. Kuntilanak Kamar Mayat (2009) 10.Bukan Cinta Biasa (2009) 11.Mau Dong Ah (2009) 12.Jeritan Kuntilanak (2009) 13.Suami-Suami Takut Istri (2009) 14.Sst.. Jadikan Aku Simpanan (2010) 15.Terekam (2010)

16.Istri Boongan (2010)

(52)

4.1.5. Album

1. Kamasutra (2008)

4.1.6. Hit Single

1. Belah Duren (2008) 2. Paling Suka 69 (2011)

4.2.Penyajian Data

Dalam lirik lagu “Paling Suka 69” mempunyai struktur lagu berupa judul yang menjadi tema dari lagu, song yang merupakan isi cerita dalam lirik lagu, dan reff yang merupakan inti cerita dari lirik lagu tersebut.

Struktur song pertama terdapat pada bait pertama baris kesatu, yaitu ‘Kau elus-elus tubuhku’, baris kedua yaitu ‘Kau belai-belai rambutku’, baris ketiga yaitu ‘Terpejam-pejam mataku’, baris keempat yaitu ‘Aduh aduh aduh nikmatnya’, baris kelima yaitu ‘Duh aduh aduh asiknya’, baris keenam yaitu ‘Desah indahmu menusuk kalbu’. Struktur song kedua terdapat pada bait kedua dan kelima baris kesatu, yaitu ‘Kau elus-elus tubuhku’, baris kedua yaitu ‘Kau belai-belai rambutku’, baris ketiga yaitu ‘Oh yes sungguh nikmatnya’, baris keempat yaitu ‘Oh yes sungguh bahagia’.

(53)

kedua yaitu ‘Kau buat aku tak berdaya’, baris ketiga yaitu ‘Gairah cinta pun membara’, baris keempat ‘Halus halus halusnya selembut sutra’, baris kelima yaitu ‘Irama gaya Kamasutra ala India’. Berikut adalah lirik lagunya:

“Paling Suka 69”

Song: Kau elus-elus tubuhku Kau belai-belai rambutku Terpejam-pejam mataku Aduh aduh aduh nikmatnya Duh aduh aduh asiknya

Desah indahmu menusuk kalbu Song: Kau elus-elus tubuhku

Kau belai-belai rambutku Oh yes sungguh nikmatnya Oh yes sungguh bahagia Reff: Suka suka Jupe paling suka

Kasih sayangmu luar biasa Gairah cinta 69

Reff: Suka suka Jupe paling suka Kau buat aku tak berdaya Gairah cinta pun membara

(54)

Song: Kau elus-elus tubuhku Kau belai-belai rambutku Oh yes sungguh nikmatnya Oh yes sungguh bahagia Reff: Suka suka Jupe paling suka

Kasih sayangmu luar biasa Gairah cinta 69

Reff: Suka suka Jupe paling suka Kau buat aku tak berdaya Gairah cinta pun membara

Halus halus halusnya selembut sutra Irama gaya Kamasutra ala India

4.3. Pemaknaan Lir ik Lagu “Paling Suka 69” Menurut Teor i Saussur e Objek dari penelitian ini adalah lirik lagu “Paling Suka 69” yang secara keseluruhan dapat ‘dibedah’ dengan menggunakan teori Saussure yaitu pandangan tentang signifier (penanda) dan signified (petanda); langue (bahasa) dan parole (ujaran); associative (paragdimatik) dan syntagmatic (sintagmatik); synchronic (sinkronik) dan diachronic (diakronik); serta form (bentuk) dan

content (isi). Pada lirik lagu ini akan dimaknai menurut struktur lagunya. Dalam

(55)

1. Signifier-nya (penanda) adalah lirik lagu atau kata-kata yang terdapat dalam lagu berjudul “Paling Suka 69”, mulai dari judul sampai dengan bait terakhir. Signified-nya (petanda) adalah makna tersembunyi atau konsep yang ada dalam kata-kata yang digunakan oleh penulis lirik lagu tersebut, sehingga akan tercipta sebuah pesan yang ingin disampaikan.

2. Langue-nya (bahasa) adalah keseluruhan unsur-unsur berupa kata dalam hubungannya satu sama lain yang dimaknai dengan tingkat kebahasaan sehari-hari. Sedangkan parole-nya (ujaran) berupa kalimat-kalimat yang merupakan ekspresi bahasa pada setiap baris lirik lagu.

3. Associative (paragdimatik) dan syntagmatic (sintagmatik), sintagmatik adalah kumpulan tanda yang berurutan dalam lirik lagu “Paling Suka 69”. Sintagmatik ditandai dengan kalimat-kalimat yang dibangun dengan paduan kata-kata yang terdapat pada lirik lagu ini. Associative atau paradigmatik adalah terdapatnya kata-kata pada lirik lagu ini yang digunakan untuk memberikan makna yang memiliki hubungan saling menggantikan, selama tidak merusak hubungan sintagmatik.

4. Synchronic (sinkronik) dan diachronic (diakronik), pendekatan sinkronik

mempelajari keseluruhan arti bahasa yang ada pada lirik lagu “Paling Suka 69” tanpa mempersoalkan waktu. Sedangkan pendekatan diakronik adalah melihat unsur waktu.

(56)

lebih dari satu makna. Dapat saja sebuah kata mengacu pada sesuatu yang berbeda sesuai dengan lingkungan pemakainya. Dengan kata lain, sifat kontruksi yang dapat diberi lebih dari satu tafsiran. Sedangkan content (isi) yang ada dalam lirik lagu “Paling Suka 69” ini mengandung wacana tentang kegiatan dalam beradegan intim.

Judul lagu biasanya mencerminkan isi dari lirik lagu yang diwakilinya. Judul “Paling Suka 69” menimbulkan banyak pertanyaan, apa arti angka 69 dalam lagu ini? Ada apa dengan angka 69? Dalam lagu “Paling Suka 69” yang diciptakan langsung oleh Julia Perez (Jupe) memposisikan dirinya sebagai subyek. Kata kau yang ada dalam lirik lagu menunjuk pada orang kedua atau lawan mainnya. Sedangkan kata -k u (aku) yang dimaksud adalah seorang perempuan yang dalam lagu ini disebutkan sebagai Jupe, sosok perempuan yang mendapat perlakuan penuh romantisme dari orang kedua yang bertindak sebagai lawan mainnya sebagaimana yang diceritakan dalam lagu ini.

(57)

Langue-nya merupakan sekumpulan tanda yang terletak pada setiap kata

yang tersusun dari baris kalimat dalam judul “Paling Suka 69”, yaitu ‘Paling’; ‘Suka’; ‘69’. Parole-nya sendiri terletak pada kalimat yang menjadi baris judul dari lagu tersebut, yaitu “Paling Suka 69”. Pada judul “Paling Suka 69” merupakan baris kalimat yang tersusun oleh sekumpulan tanda dari kata ‘Paling’; ‘Suka’; ‘69’. Sehingga menghasilkan sebuah baris kalimat “Paling Suka 69” yang kemudian menghasilkan sebuah tanda yang dapat dimaknai. Baris kalimat “Paling Suka 69” tidak akan menjadi kalimat yang utuh tanpa adanya sekumpulan tanda dari kata-kata ‘Paling’; ‘Suka’; ‘69’, dan hal tersebut tidak akan menjadi sebuah tanda yang bermakna dalam baris kalimat, karena tidak adanya sebuah kata yang membentuk sebuah kalimat. Penjelasan ini juga berlaku pada tiap baris kalimat yang berada dalam lagu “Paling Suka 69”, sehingga peneliti nantinya tidak perlu lagi menguraikan satu persatu seperti penjelasan diatas.

Judul lagu “Paling Suka 69” mengandung unsur ambiguitas dan merupakan nama teks yang bersangkutan jika dipahami dari makna kebahasaannya sebagai berikut. Definisi kata paling menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah teramat atau pilihan satu-satunya, dan kata suka mempunyai arti berkeadaan senang (girang), sedangkan angka 69 dapat dimaknai lebih dari satu, antara lain:

1. Angka 69 adalah bilangan angka romawi sesudah 68 dan sebelum 70 2. Tindakan saling melengkapi (memberi dan menerima)

(58)

Angka 69 disini lebih ditekankan pada pilihan yang ketiga yaitu salah satu variasi pengembangan posisi dalam beradegan intim. Dengan demikian makna judul lagu Paling Suka 69 dalam lagu ini adalah tidak ada hal lain yang paling menyenangkan saat melakukan variasi posisi gaya seks tersebut ketika melakukan adegan intim. Dengan demikian makna kalimat Paling Suka 69 adalah salah satu variasi posisi yang paling disukai saat beradegan intim.

Dari kalimat Paling suka 69 dapat diketahui bahwa yang bisa dikatakan memiliki hubungan paradigmatik yaitu kata atau angka 69, angka 69 menjadi bermakna sebab ia bisa dibedakan dengan kata-kata ‘Paling’ ‘suka’, angka 69 dikombinasikan dengan elemen-elemen lainnya, kini digabungkan dengan kata-kata ‘Paling’ ‘suka’. Angka 69 menghasilkan rangkaian yang membentuk sintagma, dan melalui cara ini angka 69 bisa dikatakan memiliki hubungan

paradigmatik sebagai salah satu jenis variasi posisi gaya seks dalam adegan

intim.

Pemaknaan lirik lagu Paling Suka 69 selengkapnya sebagai berikut:

Lir ik per tama: Kau elus-elus tubuhku Kau beli-belai rambutku Terpejam-pejam mataku Aduh aduh aduh nikmatnya Duh aduh aduh asiknya

Desah indahmu menusuk kalbu

(59)

bentuk terikat didepan kata lain). Kata elus mempunyai arti mengusap atau membelai dengan rasa sayang. Begitu juga dengan kata elus yang kedua mempunyai arti mengusap atau membelai dengan rasa sayang. Kata tubuhku yang berasal dari kata tubuh mempunyai arti keseluruhan jasad manusia atau binatang yang kelihatan dari bagian ujung kaki sampai ujung rambut atau bagian badan yang terutama (tidak dengan anggota dan kepala), dan akhiran -ku yang berarti yang berbicara atau diri sendiri. Dengan demikian makna konotasi dari lirik Kau elus-elus tubuhku dalam baris kalimat ini adalah merasakan usapan dari pasangan disekitar badan yang secara tidak langsung dapat menimbulkan rangsangan untuk melakukan hal yang lebih intim.

Dari kalimat Kau elus-elus tubuhk u dapat diketahui bahwa yang bisa dikatakan memiliki hubungan paradigmatik yaitu kata elus-elus, kata elus-elu s menjadi bermakna sebab ia bisa dibedakan dengan kata-kata ‘Kau’ ‘tubuhku’, kata elus-elus dikombinasikan dengan elemen-elemen lainnya, kini digabungkan dengan kata-kata ‘Kau’ ‘tubuhku’. Kata elus-elus menghasilkan rangkaian yang membentuk sintagma, dan melalui cara ini kata elus-elus bisa dikatakan memiliki hubungan paradigmatik dengan tindakan mengusap yang disertai dengan rasa sayang.

(60)

mengusap-usap secara lembut disertai kata-kata manis dan sebagainya untuk membujuk. Kata r ambutku yang berasal dari kata r ambut mempunyai arti bulu yang tumbuh lebih lebat dibanding bulu lainnya pada kulit manusia (terutama) di kepala, dan akhiran -k u yang berarti yang berbicara atau diri sendiri. Dengan demikian makna konotasi dari lirik Kau belai-belai rambutku dalam baris kalimat ini adalah merasakan usapan lembut pada rambut didaerah kepala disertai dengan rayuan kata-kata manis yang dilakukan oleh pasangan, yang dimana hal ini secara tidak langsung dapat menimbulkan rangsangan dan sensasi luar biasa untuk melakukan hal yang lebih intim.

Dari kalimat Kau belai-belai rambutku dapat diketahui bahwa yang bisa dikatakan memiliki hubungan paradigmatik yaitu kata belai, kata belai-belai menjadi bermakna sebab ia bisa dibedakan dengan kata-kata ‘Kau’ ‘rambutku’, kata belai-belai dikombinasikan dengan elemen-elemen lainnya, kini digabungkan dengan kata-kata ‘Kau’ ‘rambutku’. Kata belai-belai menghasilkan rangkaian yang membentuk sintagma, dan melalui cara ini kata belai-belai bisa dikatakan memiliki hubungan paradigmatik dengan tindakan mengusap-usap yang disertai kata-kata manis.

(61)

sendiri. Dengan demikian makna konotasi dari lirik Ter peja m-pejam mataku dalam lagu ini adalah tindakan membuka dan menutup mata yang dilakukan secara kontinyu atau terus-menerus karena merasakan sensasi dan kenikmatan yang didapat dari perlakuan pasangan selama proses beradegan intim.

Pada kalimat Aduh aduh aduh nikmatnya terdapat kata Aduh yang mempunyai arti kata seru untuk menyatakan rasa heran, sakit, dan sebagainya. Begitu juga dengan kata aduh yang kedua dan ketiga pada kalimat ini yang mempunyai arti kata seru untuk menyatakan rasa heran, sakit, dan sebagainya. Kata nikmatnya yang berasal dari kata nikmat mempunyai arti enak, merasa puas, senang, dan akhiran -nya yang berarti menyatakan keadaan atau sifat. Dengan demikian makna konotasi dari lirik Aduh aduh aduh nikmatnya dalam lagu ini adalah bentuk erangan sebagai wujud kenikmatan saat merasakan rangsangan dan sensasi yang diterima selama proses beradegan intim dengan pasangan.

(62)

Pada kalimat Duh aduh aduh asiknya terdapat kata Duh yang jika dibulatkan berasal dari kata aduh yang berarti kata seru untuk menyatakan rasa heran, sakit, dan sebagainya. Begitu juga dengan kata aduh kedua dan ketiga pada kalimat ini yang mempunyai arti kata seru untuk menyatakan rasa heran, sakit, dan sebagainya. Sedangkan kata asiknya yang berasal dari kata asyik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti keadaan sibuk, senang (melakukan sesuatu dengan gemarnya), dan akhiran -nya yang berarti menyatakan keadaan atau sifat. Dengan demikian makna konotasi dari lirik Duh aduh aduh asiknya dalam lagu ini adalah bentuk erangan sebagai wujud kebahagiaan merasakan rangsangan dan sensasi yang diterima saat menikmati tahap demi tahap proses beradegan intim dengan pasangan.

Dari kalimat Duh aduh aduh asiknya dapat diketahui bahwa yang bisa dikatakan memiliki hubungan paradigmatik yaitu kata asiknya, kata asiknya menjadi bermakna sebab ia bisa dibedakan dengan kata-kata ‘Duh’ ‘aduh’ ‘aduh’, kata asiknya dikombinasikan dengan elemen-elemen lainnya, kini digabungkan dengan kata-kata ‘Duh’ ‘aduh’ ‘aduh’. Kata asiknya menghasilkan rangkaian yang membentuk sintagma, dan melalui cara ini kata asiknya bisa dikatakan memiliki hubungan paradigmatik dengan arti melakukan sesuatu dengan gemarnya.

(63)

mempunyai arti hal yang berhubungan dengan kepunyaan orang lain. Kata menusuk yang berasal dari kata tusuk mempunyai arti memasukkan (dengan cara menikam) suatu benda yang runcing, dan awalan -me mempunyai arti penekanan kata yang menjadikan kata aktif. Kata kalbu mempunyai arti pangkal perasaan batin, hati yang suci (murni). Dengan demikian makna konotasi dari lirik Desah indahmu menusuk kalbu dalam lagu ini adalah mendengar dan merasakan erangan dari pasangan yang sedang menikmati adegan intim tersebut, dimana hal ini secara tidak langsung dapat menimbulkan efek rangsangan dan membawa kearah yang lebih intim.

Dari kalimat Desah indahmu menusuk kalbu dapat diketahui bahwa yang bisa dikatakan memiliki hubungan paradigmatik yaitu kata indahmu, kata indahmu menjadi bermakna sebab ia bisa dibedakan dengan kata-kata ‘Desah’ ‘menusuk’ ‘kalbu’, kata indahmu dikombinasikan dengan elemen-elemen lainnya, kini digabungkan dengan kata-kata ‘Desah’ ‘menusuk’ ‘kalbu’. Kata indahmu menghasilkan rangkaian yang membentuk sintagma, dan melalui cara ini kata indahmu bisa dikatakan memiliki hubungan paradigmatik dengan arti keadaan enak dipandang, cantik, dan elok.

(64)

bertujuan untuk membangkitkan gairah seksual serta memberikan rasa kepuasan dan kenyamanan.

Lir ik kedua: Kau elus-elus tubuhku Kau belai-belai rambutku Oh yes sungguh nikmatnya Oh yes sungguh bahagia

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pada kalimat Kau elus-elu s tubuhku terdapat kata kau yang berarti engkau atau orang lain yang dimaksud (umumnya digunakan sebagai bentuk terikat didepan kata lain). Kata elu s mempunyai arti mengusap atau membelai dengan rasa sayang. Begitu juga dengan kata elus yang kedua mempunyai arti mengusap atau membelai dengan rasa sayang. Kata tubuhku yang berasal dari kata tubuh mempunyai arti keseluruhan jasad manusia atau binatang yang kelihatan dari bagian ujung kaki sampai ujung rambut atau bagian badan yang terutama (tidak dengan anggota dan kepala), dan akhiran -ku yang berarti yang berbicara atau diri sendiri. Dengan demikian makna konotasi dari lirik Ka u elus-elus tubuhku dalam baris kalimat ini adalah merasakan usapan dari pasangan disekitar badan yang secara tidak langsung dapat menimbulkan rangsangan untuk melakukan hal yang lebih intim.

(65)

kata elus-elus dikombinasikan dengan elemen-elemen lainnya, kini digabungkan dengan kata-kata ‘Kau’ ‘tubuhku’. Kata elus-elus menghasilkan rangkaian yang membentuk sintagma, dan melalui cara ini kata elus-elus bisa dikatakan memiliki hubungan paradigmatik dengan tindakan mengusap yang disertai dengan rasa sayang.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pada kalimat Kau belai-belai r ambutku terdapat kata Kau yang berarti engkau atau orang lain

Gambar

Gambar 3.3. Diagram Semiotik Saussure

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pengendalian intern berperan secara positif terhadap pencapaian good corporate governance ; audit kinerja berperan

Lampiran 1 Daftar Laporan Tahunan Perusahaan Industri Barang Konsumsi Tahun 2009 –

Sumber belajar adalah data, orang, dan atau sesuatu yang memungkinkan peserta didik melakukan belajar. Sumber belajar meliputi semua sumber yang berkenaan dengan

Collaborative Learning Method: Enhancing Students’ Reading Comprehension (A Classroom Action Research at Ninth Grade Students of Ciwaru One Junior High School Kuningan

Adapun rata- rata nilai stabilitas keuangan bank yang diproksikan dengan rasio ROA pada bank umum syariah adalah sebesar 1,87 angka tersebut lebih kecil dari

8) meningkatkan kualitas SDM dalam bidang akuntabilitas dan manajemen kinerja. Untuk mencapai target sasaran strategis yang telah ditetapkan tersebut, selain. harus

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan kematangan karier pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Beberapa permasalahan yang diuraikan tersebut, maka penulis dapat merumuskan perma salahan pokok yang di hadapi perusahaan yaitu “masih lemahnya pengendalian intern