• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2011 sampai dengan Maret 2011, dimana pengambilan sampel tanah dilakukan pada bulan Januari 2011 dan analisis data dilakukan pada bulan Februari 2011 sampai Maret 2011. Tempat penelitian adalah di Sub DAS Lau Simbelin DAS Alas Kabupaten Dairi. Analisis sifat fisik dan kimia tanah di lakukan di Laboratorium Riset dan Teknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Pengelolaan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Manajemen Terpadu Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: perangkat lunak (software) Arcview, perangkat keras (hardware) berupa seperangkat personal computer (PC), Global Positioning System (GPS), kamera digital, bor tanah, cangkul, ayakan 10 mesh, mortal, pH meter, tulis menulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Bahan Penelitian

No. Jenis Sumber Tahun

1. Peta Tutupan Lahan Sub DAS

Lau Simbelin Kabupaten Dairi

BPKH 2010

2. Peta DAS Alas yang di

dalamnya terdapat Sub DAS Lau Simbelin

BDAS Wampu Ular

2010

3. Peta Penggunaan Lahan/Fungsi Hutan

SK 44 2005

4. Peta tanah Kabupaten Dairi BPKH 2010

5. Peta land system yang di

dalamnya juga terdapat data kelerengan

RePPProt 1988

6. Data temperatur world climate 2010

7. Data curah hujan Stasiun Sitinjo Dairi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Sampali Medan 2001-2010

8. Data dasar berupa kondisi umum wilayah penelitian yang mencakup kondisi fisik lapangan dan kondisi masyarakat

BPS 2009

Prosedur Kerja

Prosedur untuk klasifikasi kemampuan dan kesesuaian lahan dapat dirinci menjadi tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap kegiatan di lapangan, serta tahap analisa klasifikasi seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Tahapan Kerja Pemetaan Kesesuaian Lahan Analisis Klasifikasi

Kemampuan Penggunaan lahan

Analisis Klasifikasi Kesesuaian Lahan

Peta Kelas Kemampuan lahan Peta kelas Kesesuain Lahan Data Primer Data Sekunder Suhu Curah hujan Kemiringan lereng Drainase Lapangan: kedalaman tanah, struktur tanah Laboratorium: Tekstur lapisan tanah, Permeabilitas, keasaman tanah, dan C-organik Peta DAS Peta land system Analisi GIS overlay

Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini berupa telaah pustaka, pengumpulan data sekunder berupa data suhu dan curah hujan yang diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Sampali Medan, peta-peta yang dibutuhkan berupa: peta land system, peta tanah, peta penutupan lahan, dan peta kemiringan/kelerengan yang diperoleh dari BDAS Wampu Sei Ular Medan, dan persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Tahap Kegiatan di Lapangan

Kegiatan pada tahap ini berupa pengumpulan data primer yang meliputi parameter fisik yang dapat diukur di lapangan yaitu kedalaman tanah, struktur tanah, kerusakan erosi yang telah terjadi, drainase. Pengambilan sample tanah untuk dianalisis di laboratorium berupa tekstur lapisan tanah, permeabilitas, keasaman tanah, dan C-organik.

Sifat-sifat lahan (land characteristic) adalah atribut atau keadaan unsur- unsur lahan yang dapat diukur atau diperkirakan, seperti tekstur tanah, stuktur tanah, kedalaman tanah, jumlah curah hujan, distribusi hujan, temperatur, drainase tanah. Sifat lahan ini menentukan perilaku lahan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman (Arsyad, 2006). Sifat-sifat lahan (land characteristic) dapat dilihat dari Tabel 3.

Tabel 3. Kualitas dan karakteristik lahan yang digunakan dalam kriteria evaluasi lahan Simbol Kualitas lahan Karakteristik lahan

Tc Temperatur 1. Temperatur

Wa Ketersediaan air Curah hujan (mm)

Lamanya masa kering (bulan) Kelembaban udara (%)

Oa Ketersediaan oksigen 1. Drainase Rc Media perakaran Drainase

Tekstur

Bahan kasar (%) Kedalaman tanah

Nr Retensi hara KPK lempung (cmol(+).kg-1) Kejenuhan basa (%)

pH H2O C-organik (%)

Eh Bahaya erosi Lereng (%) Bahaya erosi Sumber: Azis, dkk (2005)

Sampel Tanah

Sampel tanah diambil pada 9 land system. Konsep sistem lahan menurut Christian and Stewart (1968) dalam RePPProt (1988) menganggap ada hubungan yang erat antara tipe batuan, hidroklimat, landform, tanah. Oleh karena itu, sistem lahan yang sama akan mencerminkan kesamaan potensi serta faktor-faktor pembatasnya di mana pun sistem lahan tersebut dijumpai.

Sampel tanah dilakukan untuk menganalisis sifat fisik dan sifat kimia tanah. Sampel tanah yang diambil dibedakan atas contoh tanah terganggu dan contoh tanah tidak terganggu. Contoh tanah terganggu diambil untuk analisis tekstur, pH, kadar hara tanah, dan sebagainya, sedangkan contoh tanah tidak terganggu dimbil untuk analisis sifat fisika tanah seperti permeabilitas. Setiap sampel tanah yang diambil dikeringanginkan di ruang yang berfentilasi dan tidak

langsung terkena sinar matahari, dimana temperatur tidak lebih dari 350C karena akan berkibat pada perubahan yang drastis pada sifat kimia, fisika, dan biologi sampel tanah, kemudian dilakukan pengayakan dengan ayakan 10 mesh untuk mendapatkan ukuran partikel yang berdiameter ≤ 2mm, dimana tanah adalah partikel yang berdiameter ≤ 2mm, sedangkan berdiameter ≥2mm dikategorikan sebagai kerikil (Mukhlis, 2007).

Sifat fisik tanah yang dinilai hanya tekstur dan struktur tanah. Tekstur tanah dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara fraksi tanah (pasir, debu dan lempung/ Sand, silt dan clay) sedangkan struktur tanah adalah bentuk spesifik dari agregat tanah. Tekstur tanah relatif tidak berubah tetapi struktur tanah mudah berubah terutama apabila ada pengolahan tanah. Klasifikasi tekstur dan struktur tanah diuraikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Klasifikasi tekstur dan struktur tanah

Tekstur tanah Kode Kode Struktur tanah Kode

Sand 3 S Columnar Col

Loamy sand 2 LS Prismatik Pris

Sandy loam 1 SL Blocky Blk

Loam 0 L Nutty Nutt

Silt loam 0 Si L Platty Plat

Silt 2 Si Crumb Cr

Sandy Clay Loam 1 SCL Granular Gr

Clay Loam 1 Cl

Silty Clay Loam 1 SiCL

Sandy clay 2 SC

Clay 2 C

Silty Clay 2 SiC

Sumber: Azis, dkk (2005) Tahap Analisis Klasifikasi

Kegiatan pada tahap ini berupa analisis klasfikasi kemampuan lahan berdasarkan faktor penghambat serta analisis klasifikasi kesesuaian lahan dengan metode matching atau pencocokan data yang telah diperoleh baik dari data primer, sekunder, maupun data hasil laboratorium dengan persyaratan penggunaan lahan.

Klasifikasi Kemampuan Lahan

Proses klasifikasi kemampuan lahan dilakukan dengan metode faktor penghambat. Setiap kualias lahan atau sifat-sifat lahan diurutkan dari yang terbaik sampai yang terburuk atau dari yang paling kecil hambatan atau ancamannya sampai yang terbesar. Kemudian disusun tabel kriteria untuk setiap kelas, penghambat yang terkecil untuk kelas yang terbaik dan berurutan semakin besar hambatan semakin besar hambatan semakin rendah kelasnya. Klasifikasi kemampuan lahan yang digunakan adalah sistem klasifikasi kemampuan lahan Hokensmith dan Steele (1943) yaitu metode klasifikasi dengan sistem faktor penghambat. Pengelompokan di dalam kelas didasarkan atas intensitas faktor penghambat.

Penghambat yang digunakan adalah e (erosi), w (drainase), s (tekstur tanah), c (iklim) dan g (kelerengan). Pada klasifikasi ini dikenal prioritas penanganan penghambat berdasarkan tingkat kemudahan penanganannya. Pada kelas yang sama, bilamana mempunyai beberapa penghambat maka akan dipilih prioritas penghambat yang paling besar. Urutan prioritas penghambat tersebut adalah (dari yang paling mudah diatasi) e – w – s – c – g. Jadi apabila hasil klasifikasi dalam satu unit lahan menunjukkan Klas IVe, IVw dan IVs, maka akan ditetapkan sebagai Klas IVs karena mempunyai jenis penghambat yang paling sulit ditangani. Skema Hubungan antara Kelas Kemampuan Lahan dengan Intensitas dan Macam Penggunaan Lahan dapat dilihat dari Gambar 3.

KELAS KEMAMPUAN LAHAN CAG AR AL A M / H UT AN L INDUNG H UT AN P RO DU K SI TER BA TA S P E NG E M B A L AAN TER BA TA S P E NG E M B A L AAN SE DANG P E NG E M B A L AAN INT E NSIP G ARAP AN TER BA TA S G ARAP AN SE DAN G G ARAP AN INT E NSI P G ARAP AN SANG AT INT E NSIP H A M BA TA N/ ANCAM AN M E NIN G K AT , K E SE SUAIAN DAN P IL IH AN P E N G G UNAAN B E RK URANG I II III IV V VI VII VIII Sumber: Arsyad (2006)

Gambar 3. Skema Hubungan antara Kelas Kemampuan Lahan dengan Intensitas dan Macam Penggunaan Lahan

Kriteria yang digunakan untuk pengelompokan dalam kelas menurut Arsyad (2006) adalah sebagai berikut:

1. Iklim

Dua komponen iklim yang mempengaruhi kemampuan lahan adalah temperatur dan curah hujan. Pada penelitian ini, data temperatur diperoleh dari world clim dan curah hujan diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Sampali Medan.

2. Lereng dan Ancaman Erosi

Kemiringan lereng merupakan lereng yang membentuk bidang horizontal, satuannya dinyatakan dalam persen (%) atau derajat (0). Klasifikasi kemiringan lereng dapat dilihat pada Tabel 5. Data kemiringan lereng pada penelitian ini, diperoleh dari peta land system tahun 2010.

Tabel 5. Klasifikasi kemiringan lereng

No Kelas Kemiringan Lereng

1. A = Datar 0% sampai <3%

2. B = Landai atau berombak >3% sampai 8% 3. C = Agak miring atau bergelombang >8% sampai 15% 4. D = Miring atau berbukit >15% sampai 30% 5. E = Agak curam atau bergunung >30% sampai 45%

6. F = Curam >45% sampai 65%

7. G = Sangat curam >65%

Sumber: Arsyad (2006)

Klasifikasi kepekaan erosi tanah (nilai K) dapat dilihat pada Tabel 6. Penentuan nilai K pada penelitian ini menggunakan rumus:

K = 2,713M1,14(10-4)(12-a)+(b-2)+2,5(c-3)

100

Keterangan: M= parameter ukuran butir yang dapat dilihat pada Tabel 7. a = % bahan organik yang dapat dilihat pada Tabel 8. b = nilai sturktur tanah yang dapat dilihat pada Tabel 9. c = nilai permeabilitas tanah yang dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 6. Klasifiaksi kepekaan erosi tanah

No Kelas Kepekaan Erosi Tanah

1. KE1 = sangat rendah 0,00 sampai 0,10 2. KE2 = rendah 0,11 sampai 0,20 3. KE3 = sedang 0,21 sampai 0,32 4. KE4 = agak tinggi 0,33 sampai 0,43 5. KE5 = tinggi 0,44 sampai 0,55 6. KE6 = sangat tinggi 0,56 sampai 0,64 Sumber: Arsyad (2006)

Tabel 7. Penilaian Ukuran Butir (M)

Kelas Tekstur Nilai M Kelas Tekstur Nilai M

liat berat 210 pasir 3035

liat sedang 750 lempung berpasir 3245

liat berpasir 1213 lempung liat berdebu 3170

liat ringan 1685 lempung berpasir 4005

lempung liat berpasir 2160 lempung 4390

liat berdebu 2830 lempung berdebu 6330

lempung liat 2830 debu 8245

Sumber: Hanmer (1978) dalam Departemen Ilmu Tanah (2009) Tabel 8. Kelas Kandungan C-organik

Kelas C-organik Nilai

Sangat randah <1 0

Rendah 1-2 1

Sedang 2,1-3 2

Tinggi 3,1-5 3

Sangat Tinggi >5 (gambut) 4

Sumber: Hanmer (1978) dalam Departemen Ilmu Tanah (2009) Tabel 9. Penilaian Struktur Tanah

Tipe Struktur Nilai

Granular sangat halus (<1 mm) 1

Granular halus (1mm sampai 2 mm) 2

Granular sedang dan kasar (2 mm sampai 10 mm) 3 Gumpal, lempeng, peja (blocky, platty, massif) 4 Sumber: Hanmer (1978) dalam Departemen Ilmu Tanah (2009)

Tabel 10. Penilaian Permeabilitas Tanah

Kelas Permeabilitas cm/jam Nilai

cepat >25,4 1

sedang sampai cepat 12,7-25,4 2

sedang 6,3-12,7 3

sedang sampai lambat 2,0-6,3 4

lambat 0,5-2,0 5

sangat lambat <0,5 6

3. Kedalaman Tanah (k)

Kedalaman efektif yang diukur dengan pengamatan profil melalui penyusunan urutan, lapisan tanah atas yang diambil oleh mata bor dinyatakan dalam centimeter. Klasifikasi kelas kedalaman efektif tanah dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Klasifikasi kelas kedalaman efektif tanah

No Kelas Kedalaman Efektif

1. k0 = dalam lebih dari 90 cm 2. k1 = sedang 90 sampai 50 cm 3. k2 = dangkal 50 sampai 25 4. k3 = sangat dangkal kurang dari 25 cm Sumber: Arsyad (2006)

4. Tekstur Tanah (t)

Tekstur tanah adalah perbandingan relatif (%) antara fraksi pasir, debu, dan lempung. Adapun klasifikasi tekstur tanah dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Klasifikasi tekstur tanah

No Kriteria Ciri-Ciri

1. t1 = tanah bertekstur halus tekstur liat berpasir, liat berdebu dan liat

2. t2 = tanah bertekstur agak halus tekstur lempung liat berpasir, lempung berliat dan lempung liat berdebu

3. t3 = tanah bertekstur sedang tekstur lempung, lempung berdebu dan debu 4. t4 = tanah bertekstur agak kasar tekstur lempung berpasir, lempung berpasir

halus dan lempung berpasir sangat halus 5. t5 = tanah bertekstur kasar tekstur pasir berlempung dan pasir Sumber: Arsyad (2006)

5. Permeabilitas (p)

Permeabilitas merupakan kemampuan tanah untuk melalukan air dan udara. Secara kuantitatif, permeabilitas merupakan kecepatan aliran air pada tanah jenuh per satuan waktu pada hidraulik tertentu (Utomo,1989).

6. Drainase (d)

Pengamatan drainase didasarkan atas pengamatan warna pada profil tanah. Dalam hal ini diamati apakah tanah bewarna terang, pucat, adanya bercak-bercak (Utomo, 1989). Klasifikasi drainasi tanah dapat dilihat pada Tabel 13. Sebagai contoh hasil klasifikasi kemampuan lahan dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 13. Klasifikasi drainase tanah

No Kriteria Ciri-Ciri

1. d1 = baik tanah mempunyai peredaran udara baik. Seluruh profil tanah dari atas sampai ke bawah (150 cm) bewarna terang yang seragam dan tidak terdapat bercak-bercak kuning, coklat atau kelabu

2. d2 =agak baik tanah mempunyai peredaran udara baik di daerah perakaran. Tidak terdapat bercak-bercak kuning, coklat atau kelabu pada lapisan atas dan bagian atas lapisan bawah (sampai sekitar 60 cm dari permukaan tanah)

3. d3 = agak buruk lapisan atas tanah mempunyai peredaran udara baik, tidak terdapat bercak-bercak kuning, coklat atau kelabu. Bercak-bercak terdapat pada seluruh lapisan bagian bawah (sekitar 40 cm dari permukaan tanah) 4. d4 = buruk bagian bawah lapisan atas (dekat permukaan) terdapat warna atau bercak-

bercak bewarna kelabu, coklat, dan kekuningan

5. d5 = sangat buruk seluruh lapisan sampai permukaan tanah bewarna kelabu dan tanah lapisan bawah bewarna kelabu atau terdapat bercak-bercak bewarna kebiruan, atau terdapat air yang menggenang di permukaan tanah dalam waktu yang lama sehingga menghambat pertumbuhan tanaman

Tabel 14. Matriks Kriteria Klasifikasi Kemampuan Lahan Faktor

Penghambat/ Penghambat

Kelas Kemampuan Lahan

I II III IV V VI VII VIII

Lereng Permukaan

A B C D A E F G

Kepekaan erosi KE1,KE2 KE3 KE4,KE5 KE6 (1) (1) (1) (1) Tingkat Erosi e0 e1 e2 e3 (2) e4 e5 (1) Kedalaman Tanah k0 k1 k2 k3 (1) (1) (1) (1) Tekstur Lapisan t1,t2,t3 t1,t2,t3 t1,t2,t3,t4 t1,t2,t3,t4 (1) t1,t2,t3,t4 t1,t2,t3,t4 t5 Permeabilitas P2,P3 P2,P3 P2,P3 P2,P3 P1 (1) (1) P5 Drainase d1 d2 d3 d4 d5 (2) (2) d0 Kerikil/batuan bo bo b1 b2 b3 (1) (1) b4 Ancaman banjir O0 O1 O2 O3 O4 (2) (2) (1) Garam/salinitas g0 g1 g2 g3 (2) g3 (1) (1) Sumber: Arsyad (2006)

Keterangan : (1) = dapat mempunyai sebarang sifat (2) = tidak berlaku

Klasifikasi Kesesuaian Lahan

Pada prinsipnya klasifikasi kesesuaian lahan dilaksanakan dengan cara memadukan antara kebutuhan tanaman atau persyaratan tumbuh tanaman dengan karakteristik lahan. Adapun jenis tanaman yang akan dipadukan dapat dilihat pada lampiran. Oleh karena itu klasifikasi ini sering juga disebut species matching.

Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan untuk penggunaan

tertentu,sebagai contoh lahan sesuai untuk irigasi, tambak, pertanian tanaman tahunan atau pertanian tanaman semusim (Azis, dkk., 2005). Kelas kesesuaian lahan terbagi menjadi empat tingkat, yaitu : sangat sesuai (S1), sesuai (S2), sesuai marjinal (S3) dan tidak sesuai (N). Hasil akhir dari klasifikasi ditetapkan

berdasarkan kelas terjelek dengan memberikan seluruh pembatas/hambatan yang ada. Perubahan klasifikasi menjadi setingkat lebih baik dimungkinkan terjadi apabila seluruh hambatan yang ada dapat diperbaiki. Sub Klas pada klasifikasi kesesuaian lahan ini juga mencerminkan jenis penghambat. Ada tujuh jenis penghambat yang dikenal, yaitu e (erosi), w (drainase), s (tekstur tanah), a (keasaman), g (kelerengan), sd (kedalaman tanah) dan c (iklim). Pada klasifikasi kesesuaian lahan tidak dikenal prioritas penghambat. Dengan demikian seluruh hambatan yang ada pada suatu unit lahan akan disebutkan semuanya. Akan tetapi dapat dimengerti bahwa dari hambatan yang disebutkan ada jenis hambatan yang mudah (seperti a, w, e, g dan sd) atau sebaliknya hambatan yang sulit untuk ditangani (c dan s). Dengan demikian maka hasil akhir dari klasifikasi ditetapkan berdasarkan Klas terjelek dengan memberikan seluruh hambatan yang ada. Perubahan klasifikasi menjadi setingkat lebih baik dimungkinkan terjadi apabila seluruh hambatan yang ada pada unit lahan tersebut dapat diperbaiki. Untuk itu maka unit lahan yang mempunyai faktor penghambat c atau s sulit untuk diperbaiki keadaannya. Klasifikasi kesesuaian lahan dilakukan dengan melalui sortasi data karakteristik lahan berdasarkan kriteria kesesuaian lahan untuk setiap jenis tanaman. Hubungan antara karakteristik kesesuaian lahan dan tingkat pembatas dapat dilihat dari Tabel 15.

Tabel 15. Hubungan antara karakteristik kesesuaian lahan dan tingkat pembatas

Tingkat Pembatas Karakteristik Kesesuaian Lahan

0: no (tidak ada) S1: sangat sesuai

1: slight (ringan) S2: cukup sesuai

2: moderate (sedang) S3: sesuai marginal

3: severe (berat) N: tidak sesuai

4: very severe (sangat berat) Sumber : Azis, dkk (2005)

Peringkat kesesuaian lahan yang telah ditetapkan oleh FAO (1976) untuk penggunaan internasional sebagai berikut: Kelas S1: Sangat cocok, tanah tidak memiliki keterbatasan yang signifikan untuk mendukung penerapan penggunaan tertentu atau hanya keterbatasan kecil yang tidak akan secara signifikan meningkatkan masukan di atas dan dapat diterima tingkat . Kelas S2: Sedang memiliki keterbatasan cocok, tanah yang secara agregat yang cukup berat untuk aplikasi berkelanjutan penggunaan yang diberikan. Keterbatasan ini akan mengurangi produktivitas atau keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperlukan kepada sebatas bahwa keseluruhan keuntungan yang akan diperoleh dari penggunaan, meskipun masih menarik, akan lebih rendah daripada yang diharapkan di darat S1 kelas. Kelas S3: keterbatasan cocok, tanah Marginal, yang berat untuk aplikasi berkelanjutan dari penggunaan yang diberikan dan sehingga akan mengurangi produktivitas atau keuntungan atau meningkatkan masukan yang diperlukan bahwa pengeluaran ini akan hanya sedikit dibenarkan. Kelas N1: Saat ini tidak cocok, karena keterbatasan lahan yang dapat diatasi dalam waktu tetapi yang tidak dapat diperbaiki dengan pengetahuan yang ada pada saat ini biaya diterima. Keterbatasan sangat parah sebagai untuk mencegah pemakaian yang berkelanjutan sukses dari jenis tanah dengan cara tertentu. Kelas N2: keterbatasan secara tidak cocok, memiliki tanah yang tampak terlalu berat untuk mencegah kemungkinan penggunaan lahan yang berkelanjutan sukses dalam cara yang diberikan. Kelas kesesuaian lahan ditentukan berdasarkan kriteria yang diberikan pada Tabel 16. Kriteria kesesuaian lahan tanaman dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5.

Tabel 16. Kriteria untuk penentuan kelas kesesuaian lahan Kelas Kesesuaian

Lahan

Kriteria

S1: sangat sesuai Unit lahan tidak memiliki pembatas atau hanya memiliki empat pembatas ringan.

S2: cukup sesuai Unit lahan memiliki lebih dari empat pembatas ringan, dan atau memiliki tidak lebih dari tiga pembatas sedang.

S3:sesuai marginal Unit lahan memiliki lebih dari tiga pembatas sedang, dan atau satu pembatas berat.

N: tidak sesuai Unit lahan memiliki lebih dari satu pembatas berat atau sangat berat Sumber : Azis, dkk (2005)

Dokumen terkait