• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini menggunakan pendekatan gabungan antara pendekatan kualitatif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Bryman (1988) dalam Julia Brannen (2005:37) bahwa metode kualitatif adalah sebagai fasilitator penelitian kuantitatif; metode kuantitatif adalah sebagai fasilitator penelitian kualitatif, kedua pendekatan diberi tekanan yang setara. Menurut Julia Brannen (2005:70) penelitian kuantitatif dan kualitatif merepresentasikan pendekatan berbeda. Masing-masing pendekatan terkait dengan metode pengumpulan data tertentu. Penelitian kualitatif terkait dengan observasi partisipatoris, wawancara resmi dan terstruktur, memfokuskan observasi pada pengembangan dan pengelolaan sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang. Penelitian kuantitatif terkait dengan teknik-teknik survey seperti wawancara terstruktur, kuesioner yang tersusun, ekperimen, observasi terstruktur, analisis isi, dan analisis statistik. Dalam penelitian ini teknik survey difokuskan pada pelaksanaan model pembelajaran terpadu melalui pendekatan tematik berbasis seni yang dilaksanakan kepada para peserta didik usia tingkat awal sebagai warga belajar yang berkunjung di sanggar tersebut.

Menurut Bryman (1988) dalam Julia Brannen (2005:85), fakta kuantitatif dapat membantu menyederhanakan fakta ketika seringkali tidak ada kemungkinan menggeneralisasi (dalam arti statistik) temuan-temuan yang diperoleh dari penelitian kualitatif. Berdasarkan pandangan tersebut maka makna penggabungan penelitian kualitatif dan kuantitatif dalam penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran

umum terhadap bentuk model sanggar seni dan terhadap hasil pembelajaran seni di sanggar Kampung Seni tersebut.

Penelitian kualitatif dilaksanakan sebagai pendahuluan dari penelitian kuantitatif. Kerja penelitian kualitatif digunakan dalam fase pengumpulan data yakni mengenai kondisi objektif sanggar Kampung Seni, dan pengelolaan pembelajarannya. Peneliti melakukan wawancara mendalam dengan para pelaku kegiatan di sanggar seni antara lain dengan pimpinan sanggar yakni Kawi dan Ria, para instruktur, dan aktivis sanggar lainnya menggunakan daftar pertanyaan semi terstruktur berlandaskan konsep-konsep dan ukuran empiris terhadap keberadaan sanggar seni tersebut. Tujuan wawancara tersebut antara lain: wawancara dengan pimpinan sanggar untuk mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan Kawi dan Ria dalam mengembangkan dan membina seni baik terhadap masyarakat, praktisi seni, seniman maupun peserta didik sebagai warga belajar, dan guna mengetahui cara-cara pembinaan yang dilakukannya terhadap warga belajar. Wawancara dengan para instruktur antar lain dengan Hesty, Yogi, Ujang Setyadi dan Rina untuk mengetahui pembinaan praktik pembelajaran seni dan melakukan wawancara dengan praktisi dan seniman guna mengetahui praktek pelatihan yang dilaksanakan di sanggar tersebut. wawancara juga dilakukan dengan para peserta didik dan pembimbingnya guna mengetahui kesan dan pesan mereka terhadap praktek pembelajaran yang dilaksanakan, Wawancara lainnya yakni dengan para pakar pendidikan seni dan pakar budaya antara lain dengan Abah Awi, Mas nana Munajat dan Iyus Rusliana guna mengetahui konsep dan pengembangan sanggar khususnya sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang.

Data hasil wawancara kemudian diklasifikasi berdasarkan catatan hasil wawancara dan rekaman dan menggolongkan pernyataan hasil wawancara menurut kategori konseptual yang difahami dan menyalin komentar yang relevan terutama terfokus pada pelaksanaan pengembangan sanggar dan pembelajaran seni di sanggar tersebut. Secara fenomenologi peneliti berusaha memahami perilaku para informan dari segi kerangka berfikir maupun bertindak dilapangan kaitannya dengan kegiatan sanggar dan proses kegiatan pembelajaran seni.

Melalui analisisnya kelak dapat dimunculkan fakta-fakta yang dapat memberikan pengertian yang mendalam mengenai bentuk model sanggar seni dan pembelajaran seni di sanggar seni tersebut. Secara kualitatif hal itu sesuai dengan pendapat Nasution (1998: 9) bahwa karakteristik dari penelitian deskriptif analitik yang menggunakan pendekatan kualitatif, adalah: (a) data langsung diambil dari

setting alami, (b) penentuan sampel dilakukan secara purposif; (c) peneliti sebagai instrumen pokok; (d) lebih menekankan pada proses daripada hasil, sehingga bersifat deskriptif analitik; (e) analisis data secara induktif; (f) mengutamakan makna di balik data. Menurut Bryman (1988) dalam (Julia Brannen, 2005:117) bahwa pendekatan kualitatif: mengarah pada pemahaman yang lebih luas tentang makna dan konteks tingkah laku dan proses yang terjadi dari faktor-faktor yang berhubungan. Dalam hal ini adalah memahami makna dan konteks pembelajaran seni yang dipraktikan serta berupaya memahami berbagai persepsi dari partisipan yang terlibat dalam kegiatan yang diteliti di sanggar tersebut.

Data-data hasil pembelajaran terpadu yang dipraktekan dalam penelitian ini belum dianggap berstatus mandiri dan perlu dikuantifikasi guna membuktikan efektivitas hasil pembelajarannya yang dikembangkan, mengamati ketepatan dan melihat akurasinya yang diwujudkan dalam bentuk angka hasil penilaian. Metode kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menguji hipotesis yang dilepaskan oleh survey kualitatif terutama terkait dengan proses pembelajaran terpadu melalui pendekatan tematik berbasis seni yang diaplikasikan pada peserta didik usia tingkat awal sebagai warga belajarnya. Data hasil statistik dalam pembelajaran bermanfaat membantu peneliti untuk memutuskan sampel tentang pembelajaran di sanggar Kampung Seni yang memiliki kriteria representative khususnya model pembelajaran terpadu melalui pendekatan tematik berbasis seni pada usia tingkat awal di sanggar tersebut.

Proses pengumpulan data secara kualitatif dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi yakni sebuah kegiatan penelitian guna memperoleh data dari berbagai sumber yang dapat dilihat dan didengar secara langsung. Dalam observasi, peneliti berinteraksi sosial dengan pelaku kegiatan di sanggar tersebut, dan berperan sebagai instrumen penelitian dalam pengumpulan data. Selanjutnya peneliti melakukan interaksi sosial dengan para pelaku kegiatan di sanggar Kampung Seni

dan mengamati kegiatannya terutama dalam praktek pembelajaran seni yang dilaksanakan oleh sanggar.

b. Wawancara

Data-data yang diperoleh melalui kegiatan pengamatan dalam pembelajaran di sanggar tersebut masih membutuhkan penjelasan-penjelasan, baik dari pihak pimpinan sanggar (Kawi dan Ria), dan dari para pendukung atau aktivis sanggar (pengurus dan seniman yang terlibat dalam kegiatan). Selain itu juga dari masyarakat di sekitar sanggar (masyarakat yang mengetahui dan turut aktif dalam kegiatan sanggar), dan stake holder yang terkait dengan kegiatan sanggar Kampung Seni (dinas P&K, dinas PLS Kabupaten Bandung, para siswa dan guru, para ahli seni dan para ahli pendidikan seni).

Tujuan wawancara yang dilakukan dengan Kawi dan Ria, antara lain untuk memperoleh informasi mengenai ragam kegiatan sanggar dan ide pengembangan sanggar. Kawi dan Ria berperan sebagai sumber utama atau sumber primer. Kemudian wawancara dilakukan dengan sumber ke dua atau sumber skunder yakni: tokoh seni dan pakar seni antara lain: Iyus Rusliana, Abah Awi, Mas Nana Munajat, Ujang Setiadi, Dedi Sundara, Dindin Rasyidin, dan Tardi Ruswandi yang mengetahui kegiatan dan pengembangan sanggar. Informasi mengenai kegiatan dan pembinaan sanggar dilakukan dengan praktisi pengurus sanggar yang disebut anggota diklat serta dengan seniman yang aktif dalam kegiatan di sanggar seni tersebut.

Sumber skunder lainnya yakni wawancara dengan pihak instansi pemerintah yakni: Amas Efendi selaku Kepala Seksi Dinas PLS Kabupaten Bandung, guna memperoleh informasi mengenai sanggar sebagai wahana pembelajaran seni masyarakat. Wawancara juga dilakukan dengan Iwan Gunawan, Kasi Pembinaan dan Pelatihan Pariwisata Propinsi Jawa Barat guna memperoleh informasi mengenai jumlah dan aktivitas sanggar seni yang merupakan binaan Dinas Pariwisata. Sumber lainnya yang diwawancara yakni dengan para pelaku kunjungan di sanggar seni yakni para pembimbing dan warga belajar guna memperoleh kesan dan pesan kunjungan pembelajaran seni di sanggar tersebut. Upaya ini penting guna memberikan stimulus terhadap pengelolaan sanggar seni.

c. Studi dokumentasi

Sesuai dengan pengertiannya dokumentasi adalah sekumpulan data-data tertulis, lisan, dan melalui audio-video. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tape, foto, atau film dalam bentuk CD atau VCD tentang situasi sanggar Kampung Seni dan situasi pembelajaran serta saat wawancara. Data foto dan audio visual mengenai situasi sanggar dan proses pembelajaran seni bermanfaat dalam mewakili dan memperjelas objek pengamatan serta untuk memberi sesuatu kejelasan mengenai proses kegiatan di sanggar tersebut. Sumber data lainnya adalah data tertulis berasal dari buku litelatur yang memuat hal-hal sesuai tema penelitian, berupa sumber ilmiah: buku, arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi yang memuat tema mengenai kegiatan pengembangan

sanggar, dan konsep pembelajaran terpadu melalui pendekatan tematik. Data-data tersebut digunakan untuk membedah dan menganalisis data dan dalam mengerahkan argumentasi hasil atau temuan penelitian ini. Studi dokumentasi juga dilakukan sejak sebelum penelitian dimulai yang bermanfaat sebagai perbandingan antara data yang diperoleh dengan data yang ada sebelumnya terkait dengan pelaksanaan pembelajaran di sanggar tersebut.

d. Teknik analisis data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematik catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya, untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti. Menurut Moleong (1995) pengolahan data kualitatif dilakukan melalui tiga alur yaitu: (1) reduksi data; (2) penyajian atau display data; (3) verifikasi atau penarikan kesimpulan. Analisis yang dilakukan yakni berupaya mencari makna (meaning) tentang hasil pembelajaran terpadu yang dikembangkan di sanggar Kampung Seni kemudian diambil kesimpulannya untuk memunculkan teori substantive. Hasil dari kerja analisis ini pada akhirnya mengarah pada penyusunan

grounded theory. Menurut Muhadjir (2000:143), grounded theory tujuannya adalah untuk menemukan atau mengembangkan rumusan teori atau konseptualisasi teoretik berdasar data-data. Studi grounded dalam hal ini bertujuan guna mengkonsepkan bentuk sanggar seni sebagai wahana pembelajaran seni yang efektif. Hasil analisis mengenai pembelajarannya kemudian disajikan sebagai temuan penelitian ini yang kemudian dirumuskan sebagai teori baru yakni terkait dengan bentuk model sanggar

seni yang efektif sebagai wahana pendidikan seni yang selama ini belum terkonsepsikan secara keilmuan.

e. Pengujian kredibilitas data

Pada model naturalistik ini analisis data ditujukan untuk memperoleh data yang credible atau kreadibilitas data terkait dengan model pembelajaran seni terpadu yang efektif dilaksanakan di sanggar seni. Kredibilitas data merupakan ukuran tentang ketepatan data hasil penelitian yang dilakukan di sanggar Kampung Seni agar dapat dipercaya. Salah satu caranya adalah dengan menyesuaikan konsep yang ada pada peneliti dengan konsep yang ada pada informan dan yang terjadi dilapangan yang dilakukan melalui triangulasi data. Triangulasi data tersebut bertujuan untuk mericek kesesuaian data khususnya terkait dengan pengembangan model terpadu melalui pendekatan tematik berbasis seni yang dipraktekkan di sanggar Kampung Seni sesuai dengan sumber tertulis, wawancara, dan dokumen. Pada penelitian ini triangulasi dilakukan pada tahap akhir penyajian hasil penelitian.

Kredibilitas data diuji untuk mengatasi kemungkinan bias atas hasil penelitian agar penelitian ini bermutu dan hasilnya terpercaya. Untuk mendapatkan hasil yang akurat mengenai efektivitas pembelajaran dan melihat seberapa besar pengaruh penerapan pembelajaran terpadu terhadap keberhasilan pembelajaran seni, maka dilakukan pengukuran keberhasilannya berdasarkan pengamatan terhadap praktek

pembelajaran terpadu yang telah dilakukan dengan cara sederhana (chek list) dan mengamati perbedaannya. Hipotesis penelitian mengenai penerapan pembelajaran terpadu secara kuantitatif yang diajukan yakni terdapat perbedaan signifikan kemampuan seni para peserta didik antara sebelum diimplementasikan pembelajaran terpadu melalui pendekatan tematik berbasis seni dengan setelah diimplementasikan pembelajaran terpadu melalui pendekatan tematik berbasis seni pada usia tingkat awal.

Untuk melihat efektivitas model pembelajaran terpadu melalui pendekatan tematik berbasis seni pada usia tingkat awal peneliti mengaplikasikan desain eksperimen semu dalam bentuk one group pretest-posttest design. Menurut Sugiyono (2008:74) desain ini dilakukan dengan cara membandingkan keadaan sebelum dan sesudah memakai model pembelajaran terpadu (before–after) dengan membandingkan sistem pembelajaran pada kelompok pembelajar yang sebelumnya belum dikenai perlakuan pembelajaran terpadu dengan pendekatan tematik berbasis seni dengan setelah dikenai perlakuan menggunakan system baru yakni penerapan pembelajaran model terpadu melalui pendekatan tematik berbasis seni.

Menurut Creswell (2010:183) secara khusus penelitian metode campuran dua tahap ini disebut sebagai metode campuran sekuensial dua-tahap. Tujuan penelitian dengan metode campuran ini adalah untuk memetakan bentuk model sanggar seni yang efektif sebagai wahana pendidikan seni. Tahap pertama adalah eksplorasi kualitatif terhadap sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang dengan

mengumpulkan data berdasarkan observasi dan informasi/wawancara terhadap partisipan di sanggar tersebut. Setelah penemuan-penemuan dari tahap kualitatif ini terkumpul kemudian melakukan pengujian tentang model pembelajaran seni yang efektif diterapkan di sanggar tersebut dalam hal ini adalah penerapan model terpadu melalui pendekatan tematik berbasis seni terhadap warga belajar pada usia tingkat awal yang bekunjung di sanggar tersebut. Alasan didahulukannya pengumpulan data kualitatif adalah untuk mendapatkan gambaran kondisi objektif mengenai kegiatan yang dikelola oleh sanggar Kampung Seni tersebut. Selanjutnya pengamatan difokuskan terhadap efektivitas pembelajaran yang dikembangkan dengan cara mengumpulkan data kuantitatif dan mengujinya guna melihat hasil efektivitas pembelajaran terpadu yang dikembangkan di sanggar tersebut.

Proses pengumpulan data secara kuantitatif dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik berdasarkan konsep Arikunto, dkk (1992) sebagai berikut:

Untuk melaksanakan eksperimen peneliti membuat desain penelitian sebagai alat dalam penelitian untuk menentukan berhasil atau tidaknya penerapan pembelajaran terpadu yang dilakukan. Kemudian melakukan proses penentuan instrumen pengambilan data, penentuan sample, koleksi data dan analisanya guna membuktikan validitas yang tinggi dari hasil ekperimen pembelajaran terpadu dengan pendekatan tematik yang dilakukan.

Selanjutnya tahap identifikasi skala pengukuran yang akan digunakan untuk mengukur variable pembelajaran seni terpadu yang dilaksanakan. Skala pengukuran yang digunakan yakni berdasarkan skala Guilford guna melihat tinggi rendahnya pengaruh eksperimen pembelajaran model terpadu melalui pendekatan tematik berbasis seni pada usia tingkat awal.

Tahap selanjutnya adalah menyiapkan kuesioner untuk pengambilan data hasil pembelajaran terpadu tersebut dalam bentuk pertanyaan tertutup. Analisa statistik digunakan untuk membantu peneliti mengetahui makna hubungan antar variable pembelajaran terpadu yang diamati, menghitung besarnya hubungan antar variable pembelajaran terpadu tersebut, dan untuk memprediksi pengaruh variable bebas terhadap variable tergantung dalam pembelajaran tersebut, serta untuk melihat besarnya pesentase atau rata-rata besarnya suatu variable yang diukurnya. Untuk melihat kemungkinan besarnya jumlah data, maka digunakan bantuan komputer untuk melakukan analisa data hasil pembelajarannya. Pengelohan data pembelajaran terpadu tersebut selanjutnya diolah melalui program SPSS.

BAB III

Dokumen terkait