• Tidak ada hasil yang ditemukan

SANGGAR “KAMPUNG SENI & WISATA MANGLAYANG” SEBAGAI WAHANA PENDIDIKAN SENI DI KABUPATEN BANDUNG : Studi kasus pembelajaran terpadu melalui pendekatan tematik berbasis seni pada usia tingkat awal.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SANGGAR “KAMPUNG SENI & WISATA MANGLAYANG” SEBAGAI WAHANA PENDIDIKAN SENI DI KABUPATEN BANDUNG : Studi kasus pembelajaran terpadu melalui pendekatan tematik berbasis seni pada usia tingkat awal."

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

i

G. Manfaat dan Kegunaan Penelitian ………... 21

H. Kerangka Pemikiran ……….. 22

I. Metode Penelitian ………. 27

BAB II : LANDASAN TEORITIS ……….. 38

(2)

ii

C. Konsep Katagorisasi Seni dan Konsep Pola Rasionalitas Budaya Sunda ………..

62

D. Model Mengajar ………. 66

E. Model Pembelajaran Terpadu dengan Pendekatan Tematik ………. 71 F. Konsep Pembelajaran Seni Model Terpadu Bagi Peserta Didik Usia Tingkat Awal ……….. 84 G Model Pembelajaran Musik Carl Orff ……... 111

BAB III : METODE PENELITIAN ………. 114

A. Metode Penelitian ……….. 114

B. Teknik Pengumpulan Data ……… 117

C. Pemilihan Objek Penelitian ………... 131

D. Teknik Analisis Data Kuantitatif ………. 132

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 140

A. Hasil Penelitian ……….. 140 1. Kondisi Objektif Sanggar Kampung Seni & Wisata

Manglayang Sebagai Wahana Pendidikan Seni …….

140

a. Riwayat Sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang ……….

140

b. Organisasi Kepengurusan Sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang ………

159

c. Proses Pelestarian Seni di Sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang ……… 2. Konsep awal model pembelajaran seni yang ditawarkan di

sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang …………

262

3. Implementasi model konseptual pelatihan seni dengan menerapkan model pembelajaran terpadu melalui pendekatan tematik berbasis seni pada usia tingkat awal di sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang…………...

(3)

iii

a. Uji coba model pembelajaran terpadu melalui pendekatan tematik berbasis seni pada peserta didik usia tingkat awal (6 tahun)/kelompok I………..

284

b. Uji Coba Model Pembelajaran terpadu melalui pendekatan tematik berbasis seni pada peserta didik usia tingkat awal (9 tahun)/kelompok II ……….

296

4. Efektivitas model konseptual pelatihan seni dengan menerapkan pembelajaran terpadu melalui pendekatan tematik berbasis seni pada usia tingkat awal di sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang………..

317

B. Pembahasan ………... 330

C. Keterbatasan Pencapaian Studi ……….. 357

BAB V: KESIMPULAN, DAN SARAN-SARAN 361 A. Kesimpulan ……… 361

B. Saran-saran ………..……… 368

DAFTAR PUSTAKA ……….. 372

LAMPIRAN-LAMPIRAN ……….. 378

RIWAYAT HIDUP ………. 424

(4)

iv

DAFTAR BAGAN

Nomor Nama bagan Halaman

1.1 Keterkaitan fungsional antar komponen dalam pembelajaran (Sumber: Sudjana, 2006) ………...

23 1.2 Kerangka penelitian model sanggar seni sebagai wahana

pendidikan seni ………

26 2.1 Keterkaitan fungsional antar komponen dalam

pembelajaran ………

41

2.2 Langkah-langkah pembelajaran terpadu model Webbed, pembelajaran disusun berdasarkan atas lebih dari satu indikator (Rukmana, 2006) ………..

76

2.3 Tahap-tahap pengintegrasian seni terpadu dalam pembelajaran (Sugeng: 2008/2009) ...

93

3.1 Strategi eksplanatoris sekuensial ………. 126 3.2 Kerangka kegiatan penelitian ………... 128 3.3 Teknik simpel random sampling (sumber: Sugiyono:

2008:82) ... 135 3.4 Bagan triangulasi ... 138 4.1 Struktur Organigram Kepengurusan “Kampung Seni &

Wisata Manglayang” Sumber: Kawi/Ria ………. 160

4.2 Urutan kegiatan salah satu kunjungan peserta didik usia tingkat awal sebelum diterapkan model terpadu di sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang (2009)…

242

4.3 Model awal konseptual pembelajaran seni di sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang ……..

262 4.4 Syntax model sinektik awal yang diaplikasikan dalam

pembelajaran seni di Kampung Seni & Wisata Manglayang (2010) ………..

265

4.5 Konsep awal pembelajaran model terpadu melalui pendekatan tematik berbasis seni di sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang ……….

266

4.6 Model diagram terpadu pada ujicoba pembelajaran seni kelompok I pada peserta didik usia 6 tahun ……….

267

4.7 Model diagram terpadu pada ujicoba pembelajaran seni kelompok II pada peserta didik usia 9 tahun………

269 4.8 Skema model pembelajaran terpadu setelah pelaksanaan

uji coba di sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang………..

336

4.9 Syntax model pengajaran sinektik akhir yang diaplikasikan dalam pembelajaran terpadu berbasis seni di Kampung Seni & Wisata Manglayang (2010) ...

(5)

v

4.10 Model akhir pembelajaran terpadu melalui pendekatan tematik berbasis seni yang dikembangkan di sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang ………

356

(6)

vi

DAFTAR TABEL

No Nama tabel Halaman

2.1 Syntax pembelajaran berdasar Gordon dalam Bruce Joyce (2009:258) dan (Dahlan: 1984:94) ………..

69 4.1 Daftar Piagam Penghargaan Kawi dan Kampung Seni &

Wisata Manglayang ………. 143

4.2 Daftar Piagam dan Penghargaan Ria Dewi Fajaria …… 145 4.3 Syntax model sinektik dalam model pembelajaran

terpadu (musik, tari, rupa) di sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang ……….

277

4.4 Pola pembagian waktu dalam kegiatan kunjungan pembelajaran bagi peserta didik di sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang ………. 4.8 Hasil aplikasi model pengajaran sinektik dengan model

pembelajaran terpadu di sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang ……….

337

4.9 Matrik pengintegrasian seni terpadu dalam pembelajaran kelompok I……….

343

4.10 Matrik pengintegrasian seni terpadu dalam pembelajaran kelompok II ………...

344

(7)

vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Nama gambar Halaman

4.1 Peta Lokasi Sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang ………

142

4.2 Lambang organisasi dan Kop lambang Kampung Seni & Wisata Manglayang ………...

157

4.3 Master Plant Sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang ………..

243 4.4 Denah sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang 244

(8)

viii Manglayang di Kampung Seni & Wisata Manglayang (dok. Kawi, 2008) ………..

174

5-6 Permainan egrang, 6) jajangkungan (dok. Kawi: 2007) ... 175 7 Ibing Tari Sulanjana yang disajikan oleh peserta didik di

Kampung Seni. (Foto dok. Karwati, 2009) ……….. 177

8-9 Tari pencak silat anak-anak, dalam acara peresmian sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang (Foto dok. Kawi. 2007) ………..

178

10-11 no 10) Seni reak kreasi untuk anak-anak, no 11) Seni reak kreasi untuk dewasa di Sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang. (Foto dok, Kawi. 2007) …………..

180 & Wisata Manglayang (Foto dok. Karwati. 2009)………

184

15-16 Instruktur memberi bimbingan menggambar pada peserta didik usia awal (Foto dok:Kawi. 2008) ……….

185

21 Seni gedur dalam prosesi latihan oleh warga Manglayang di Kampung Seni (dok. Kawi 2007)………...

188 Kampung Seni. (dok. Kawi, 2007) ………

(9)

ix Atraksi kaulinan oray-orayan, dalam acara kunjungan Dinas Pariwisata Jabar, 2007 (dok. Kawi, 2007)………

199

32-33 no 32) Aneka makanan tradisional khas manglayang, no 33) ayam bakar (bakakak),kuliner khas Manglayang di Kampung Seni & Wisata Manglayang. (dok. Karwati: 2009 ……….

204

38-39 no 38) saung munding (bale riung), no 39) saung arena tempat berlatih terletak di depan bale riung. (dok. Kawi: 2007)………..

204

40-41 no 40) Kolam ikan pemancingan dan, no 41) kolam pancurendang, (dok. Karwati. 2010)……….

205

42-43 no 42) warung tempat berjualan makanan, no 43) saung pameran seni di Kampung Seni dan Wisata Manglayang. (dok. Karwati: 2009)……….

206

44-45 No 44) Saung tempat penyimpanan alat kesenian berbahan bambu, dan no 45) saung tempat penyimpanan gamelan di sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang. (dok. Karwati, 2010)………

207

46 Hasil pelatihan tari kunang-kunang oleh peserta didik binaan Rina . (dok. Karwati April 2010)………

213 47 Pelatihan tari boboko cetok, oleh peserta didik binaan

guru Rina (dok. Karwati April 2010)………. 215

48 Pelatihan gamelan dengan gending yang sederhana tanpa alat kendang oleh peserta didik usia tingkat atas di Kampung Seni. (dok. Karwati April 2010)………

(10)

x

52-53 Pelatihan mewarnai dengan kertas warna: no 52) tempelan kertas warna untuk media kohkol, no 53) kertas warna untuk media lesung. (dok. Karwati. April 2010)….

223

54 Diskusi dan saresehan empat sanggar seni di Kampung Seni & Wisata Manglayang tahun 2009. (dok. Karwati, 2009)………

225

55 Kegiatan pelatihan angklung untuk siswa Sekolah Dasar Negeri Cinunuk 3 di sanggar Kampung Seni dengan lodang, no59) anggota diklat (berpakaian adat Sunda) membantu proses pelatihan kepada peserta didik. (dok. Karwati.2009) ………..

235

60 Pertunjukkan wayang golek pada acara wisata seni di Kampung Seni (dok. Karwati. 2009)………..

238 61 Pertunjukan seni benjang, beberapa peserta didik

mengikuti irama tari benjang atas bimbingan Kawi. (dok. Karwati. 2009)………

240

62-63 no 62) persiapan tempat pembelajaran, no 63) salah satu media pembelajaran seni dengan bahan dasar daun nangka. (dok. Karwati, April 2010)………..

285

64-65 Sambutan kunjungan peserta didik kelompok I di Kampung Seni & Wisata Manglayang: no 64) pembagian alat musik batok, no 65) berlatih membunyikan musik batok.(dok. Karwati, 2010)………..

286 penonton dalam kegiatan kunjungan di Kampung Seni. (dok. Karwati, April 2010) ………

290

70-71 no 70) Kerja kelompok melukis binatang bersayap, no 71) hasil karya lukis peserta didik yang sedang dievaluasi bersama-sama dalam kegiatan pembelajaran di Kampung Seni. (dok. Karwati, April 2010) ………..

291

72-73 no 72) peserta didik merangkai alat-alat tari dari bahan daun nangka, no 73) peserta didik mencoba alat tari hasil karyanya. (dok. Karwati, April 2010) ………...

292

74-75 no 74) tari kunang-kunang, no 75) tari kupu-kupu dengan gerak sederhana dalam acara apresiasi pembelajaran di Kampung Seni (dok. Karwati April 2010) ………

(11)

xi

79-80 Persiapan media pembelajaran, dalam kunjungan peserta didik kelompok II di Kampung Seni. (dok. Karwati, April 2010) ………

298

81-82 no 81) persiapan alat-alat sebagai media pembelajaran, dan kertas warna untuk praktek mewarnai, no 82) grup pangbage, pada sambutan kunjungan peserta didik kelompok II di Kampung Seni. (dok. Karwati, April 2010)………..

298

83-84 Siswa didik berjalan menuju bale riung dengan membunyikan kentongan sesuai dengan irama musik pangbage. (dok. Karwati, April. 2010)………..

300

85 Peserta didik mengenal cara ngakeul dalam kunjungan pembelajaran di Kampung Seni. (dok. Karwati 2010)…..

300 sawah dalam acara kunjungan di Kampung Seni. (dok. Karwati, 2010)………

301

90-91 Peserta didik tiba dari sawah menuju tempat pengolahan padi. (dok. Karwati, April 2010)………..

302 92-93 no 92) Peserta didik mencoba mengirik padi/pare, no

93).Peserta didik mencoba memasukkan padi ke dalam lumbung padi (leuit). (dok. Karwati, April 2010)………..

303

94-95 no 94) peserta didik mencoba menumbuk padi, no 95) peserta didik mencoba napi beas (menampik beras dengan nampan/nyiru). (dok. Karwati:2010)……….

303

96-97 no 96) Peserta didik mengenal cara-cara nyiuk beas dari pabeasan, no 97) peserta didik mencoba membersihkan beras (ngisikan). (dok. Karwati, April 2010)……….

304

98-99 no 98) Peserta didik mengenal cara menanak nasi di atas dandang (seeng),no 99) peserta didik mengenal cara-cara menyalakan padi dengan menggunakan alat peniup song-song. (dok. Karwati, April 2010)………...

304

100-101 no 100) Peserta didik mengerjakan teknik menempel, no 101) berapresiasi tari boboko cetok, dalam pembelajaran di Kampung Seni. (dok. Karwati, 2010)………

305

(12)

xii

tutunggulan, 103) peserta didik mencicipi nasi timbel yang merupakan bagian akhir kegiatan pembelajaran seni di Kampung Seni. (dok. Karwati, 2010)……….. 104 Peserta didik mencoba tutunggulan pada akhir

pembelajaran. (dok. Karwati. 2010)………... 306

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

No Nama lampiran Halaman

I Instrumen Penelitian ……….…….. 378

II Data hasil pre test dan post tes ...……… 402

III Data hasil jawaban responden ……… 416

IV Biodata informan Kawi dan Ria ………. 420

V Data peserta didik ……….. 421

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting bagi kemajuan hidup manusia yang berbudaya. Melalui kegiatannya pendidikan dapat dijadikan sebagai salah satu upaya pewarisan nilai-nilai dan norma-norma luhur budaya bangsa kepada generasi penerusnya agar mereka tidak tercerabut dari akar-akar budayanya. Menurut Tilaar (1999) nilai-nilai dan norma-norma budaya akan mengkristal menjadi sistem nilai yang menjadi dasar tingkah laku dan menentukan sikap perilaku kehidupan manusia. Pemahaman dan kesadaran para generasi penerus bangsa terhadap akar-akar budaya, norma-norma budaya dan nilai-nilainya, diharapkan akan mendorong terbentuknya kepribadian yang kreatif serta mampu menempatkan diri di berbagai lingkungannya.

(15)

budaya yang hidup di lingkungan masyarakat agar membentuk individu yang menjadi bagian dari komunitasnya.

Pernyataan tersebut selaras dengan pandangan Ki Hadjar Dewantara yang menyatakan (1962:4) bahwa:

Pengajaran nasional adalah pengajaran yang selaras dengan pengidupan bangsa dan kehidupan bangsa. Kalau pengajaran bagi anak-anak kita tidak berdasarkan kenasionalan, sudah tentu anak-anak kita tak akan mengetahui keperluan kita... lagi pula tak mungkin anak-anak itu mempunyai rasa cinta bangsa dan makin lama makin terpisah dari bangsanya, sehingga kemudian barangkali menjadi lawannya.

Upaya penanaman nilai-nilai budaya bangsa melalui pendidikan hendaklah bukan hanya pada prosesnya saja, melainkan harus ditata pada sistem pendidikannya yang berbasis pada budaya bangsa sendiri, dan bukan mengambil kebudayaan dan perilaku hidup bangsa asing yang kemudian dimasukan ke dalam system pendidikan nasional Indonesia. Oleh karena itu, menurut Ki Hadjar Dewantara hal yang harus dipentingkan dalam konsep pendidikan adalah memperkuat penanaman nilai-nilai luhur yang dimiliki oleh bangsa sendiri secara menyeluruh dalam kehidupan anak didik.

(16)

melalui pranata-pranata tradisional yang mampu menumbuhkan kepribadian yang kokoh dan yang berakar pada budaya.

Terkait dengan fenomena tersebut Tilaar (1999:64-65) menyatakan bahwa:

…kebudayaan akan menjadi suatu kekuatan, suatu elan vital masyarakat, apabila didukung oleh pribadi-pribadi yang dinamis sebagai aktor-aktor kebudayaan yang harus dikembangkan dan dibina melalui proses pendidikan. …oleh karena itu kebijakan-kebijakan pendidikan nasional haruslah bertolak dari premis ini.

Nilai-nilai budaya agar dipahami para peserta didik sebagai generasi bangsa, perlu diwariskan untuk diteruskan atau dikomunikasikan kepada generasi berikutnya melalui proses pembelajaran, mengingat bahwa kebudayaan merupakan proses belajar bukan sesuatu yang diwariskan secara biologis.

Salah satu bentuk pewarisan budaya kepada peserta didik antara lain dapat dilakukan melalui pembelajaran seni. Dalam konteks pendidikan, belajar seni dipandang sebagai sarana untuk mencapai tujuan pendidikan di antaranya: dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak, membina perkembangan estetik, dan membantu menyempurnakan kehidupan. Dalam konteks pembelajaran musik John Blacking (1995) dalam Waridi (2005) menyatakan sebagai berikut: “Music is primary modeling system of human thought and a part of the infrastructure of human

life. Music making is a special kind of social action witch can have importand

(17)

kehidupan manusia. Membuat karya musik merupakan suatu kegiatan khusus dari sebuah aktivitas sosial yang menimbulkan berbagai konsekwensi terhadap kehidupan sosial lainnya. Melalui pengertian tersebut dapat dinyatakan bahwa melalui kegiatan belajar seni, mampu membimbing sikap seseorang dalam menghadapi berbagai realitas kehidupannya.

Proses pewarisan nilai-nilai budaya melalui kegiatan belajar seni dapat dilakukan melalui berbagai institusi belajar baik secara formal di sekolah, secara non formal di luar lingkungan sekolah atau secara informal dalam lingkungan keluarga. Terkait dengan pernyataan tersebut C. Kluckhohn dalam Peorwanto (2000:88) menyatakan bahwa:

…nilai-nilai budaya, merupakan tingkah laku yang harus dipelajari dan disampaikan dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Proses belajar budaya ini lebih dikenal dengan sosialisasi atau enkulturasi atau disebut pembudayaan, aktivitasnya dapat dilakukan melalui pembelajaran baik di sekolah formal maupun di luar sekolah secara non formal atau secara informal dalam lingkungan keluarga. Supaya dapat dimaknai secara baik maka pembelajarannya harus mampu mengembangkan berbagai sarana yang dapat diandalkan agar dapat berinteraksi dengan lingkungannya sesuai dengan identitas alamnya.

(18)

berkembang dalam konteks budaya tempat lembaga pendidikan itu berada, bahkan pengenalan seni budaya lokal oleh para pendidiknya juga merupakan syarat yang harus dipenuhi lembaga tersebut.

Untuk menumbuhkan semangat mencintai seni budaya tradisi pada para peserta didik, perlu diciptakan proses belajar yang mampu membangun kembali kultur lokal disesuaikan dengan kondisi saat ini, agar para siswa didik tertarik untuk mempelajarinya. Sebagai manusia berbudaya, maka pewarisan nilai-nilai lokal kepada para peserta didik bertujuan agar peserta didik mampu memaknai nilai-nilai luhur dan keindahan budayanya, dengan menampakkan sifat-sifat luhur, halus dan indah melalui aktivitas pembelajaran yang kreatif dan inovatif.

Untuk tujuan pengenalan, pemeliharaan, dan pengembangan seni budaya lokal melalui proses pendidikan yang dimaksudkan tentunya tidak cukup hanya dilakukan di sekolah secara formal saja, namun dapat diupayakan prosesnya di luar sekolah secara nonformal di antaranya melalui belajar seni di sanggar-sanggar seni yang menyediakan fasilitas pelatihan dan pembelajaran seni budaya dengan fenomena lingkungan alamnya yang bernuansa tradisional.

(19)

pengetahuan yang bermanfaat. Tempat yang dikunjungi yakni harus bersifat menghibur, mendidik, dan menstimulus siswa untuk kreatif.

Di wilayah kota Bandung saat ini banyak terdapat sanggar seni yang menyediakan layanan pembelajaran seni baik yang telah berkembang secara mapan maupun yang masih dalam rintisan. Beberapa sanggar seni yang diamati peneliti antara lain berikut ini.

1. Sanggar “Angklung Udjo” di wilayah Padasuka, Kota Bandung. Sanggar ini dikenal dengan sebutan “Saung Angklung Udjo”, telah berdiri dengan mapan dan menjadi salah satu ikon pariwisata di kota Bandung bahkan di Mancanegara. Sanggar Udjo telah mampu menghasilkan devisa bagi negara. Sanggar “Angklung Udjo” menjadi salah satu contoh pengembangan sanggar seni budaya oleh sanggar-sanggar lainnya yang masih dalam rintisan. Materi seni budaya yang dikembangkannya yakni angklung dan arak-arakan budak sunat sebagai tema sentral pertunjukannya. Secara konseptual materi pelatihan dan pertunjukan telah memiliki konsep baku dan cenderung tidak mengalami perubahan dalam strategi pertunjukan pariwisatanya.

(20)

sedang dikelola yakni pelatihan kerajinan bagi masyarakat di sekitar sanggar tersebut.

3. Sanggar Kampung Seni “Jelekong”, sebagai sentra kerajinan wayang golek yang berlokasi di Jelekong, Kabupaten Bandung. Sanggar ini mengembangkan potensi masyarakat dalam membuat kerajinan wayang golek, dan dikembangkan menjadi sentra industri kerajinan wayang golek di kota Bandung. Sanggar ini merintis dirinya menjadi sanggar pariwisata. Salah satu bentuk kegiatan khas di sanggar tersebut yakni pelatihan dan pengembangan seni kerajinan wayang golek. 4. Sanggar “Kampung Seni & Wisata Manglayang, atau disebut “Kampung Seni”

yang berlokasi di Wilayah Gunung Manglayang, Ujungberung Kabupaten Bandung. Sanggar ini mengembangkan misinya yakni melakukan pembinaan seni budaya kepada masyarakat dalam arti luas baik terhadap masyarakat di sekitar sanggar, maupun masyarakat lain di luar sanggar seni. Sanggar ini berdasarkan fenomena yang diamati lebih tepat disebut sebagai wahana pendidikan seni budaya masyarakat mengingat visinya membelajarkan seni budaya kepada masyarakat secara lebih luas. Secara khusus kegiatan yang sedang dikembangkan di sanggar tersebut yakni memberikan layanan pelatihan dan pembelajaran seni berbasis budaya lokal bagi peserta didik yang berkunjung di sanggar tersebut.

(21)

seni ketuk tilu, seni reak, seni wayang golek dan seni kerajinan wayang golek, seni kaulinan, seni pencak silat, seni jaipongan, seni tutunggulan, seni tari-tarian klasik, dan seni rupa.

Kegiatan lain yang sedang dikembangkan yakni pembelajaran seni bagi warga belajar khususnya para peserta didik usia tingkat awal yang berkunjung di sanggar tersebut. Materi yang dikembangkan antara lain belajar materi: menari, bermain musik dan membuat kerajinan atau seni rupa.

Materi seni yang dikembangkan bagi peserta didik adalah materi seni dasar yang berbasis pada seni budaya lokal di antaranya: mengenalkan lingkungan sanggar, berlatih gerak dasar tari tertentu, dan bentuk apresiasi seni tradisi Manglayang. Lingkungan alam dan berbagai benda/barang perkakas di sanggar seni tersebut menjadi stimulus bagi instrukturnya dalam pengembangan materi yang dipraktekan dalam pembelajarannya. Banyaknya materi seni yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran tersebut telah mendukung terciptanya penyajian materi yang cukup beragam. Melalui kreasinya dapat tercipta: gerak tari

(22)

tradisi masyarakat sekitar Manglayang. Adanya pelatihan dan pembelajaran seni dengan materi yang beragam tersebut menjadi salah satu ciri khas yang membedakan sanggar Kampung Seni dengan sanggar-sanggar lainnya dalam mengembangkan pelatihan dan pembelajaran seni.

Berdasarkan pengamatan, layanan pembelajaran seni bagi para warga belajar di sanggar-sanggar seni cukup beragam. Namun umumnya para sanggar seni mengembangkan bentuk pelatihan seni yang bersumber dari materi seni yang telah ada. Berbeda halnya dengan sanggar Kampung Seni, sanggar ini disamping memberikan layanan kegiatan pelatihan seni tradisi bagi masyarakat juga secara khusus memberikan layanan kegiatan dalam bentuk pembelajaran seni bagi peserta didik usia tingkat awal dengan memberikan materi dasar seni yang bersumber dari seni budaya tradisi masyarakat.

Proses layanan pembelajaran seni khususnya bagi peserta didik tingkat usia awal tersebut biasanya mengintegrasikan beberapa materi seni dasar baik seni tari, seni musik/karawitan maupun seni kerajinan/seni rupa. Materi seni tersebut dalam prosesnya diberikan dalam dua bentuk kegiatan yakni apresiasi seni (dinikmati dengan cara ditonton) dan praktek belajar seni dasar yang bersumber dari seni bentuk. Kegiatan pelatihan tersebut salah satu sisi dapat berjalan secara baik, karena didukung oleh kemampuan instruktur yang ahli dalam kegiatan mengajar seni.

(23)

permasalahan tampaknya muncul pada saat proses tersebut diberikan kepada peserta didik sebagai warga belajar usia tingkat awal dengan jumlah yang mencapai 30 sampai 70 orang bahkan lebih. Pelaksanaan pembelajaran atau pelatihan tampaknya mendapat kendala di antaranya: pengembangan media, pengembangan strategi pembelajaran, dan pengembangan materi pembelajaran guna memenuhi layanan pembelajaran yang aktif dan kreatif. Demikian pula pemberian materi pembelajaran seni cenderung masih dilakukan secara terpisah dan tidak terpadu sehingga peserta didik tampaknya belum sepenuhnya mendapatkan pengalaman belajar yang lebih bermakna.

Kendala lainnya adalah proses pembelajaran bagi peseta didik tahap awal yang berkunjung di sanggar tersebut secara khusus masih cenderung berpola memberi pengalaman belajar yang materinya bersumber dari seni bentuk. Pada prosesnya materi tersebut diberikan dalam bentuk apresiasi, kemudian dalam pengalaman seni secara praktek hanya diikuti oleh beberapa peserta didik yang benar-benar tertarik dan mau melakukannya. Sementara itu beberapa peserta didik lainnya cenderung berperilaku pasif, hanya duduk menyaksikan pembelajaran tidak turut melaksanakan praktek belajar secara aktif. Akibatnya beberapa peserta didik tidak mendapatkan pengalaman belajar dengan baik dalam pelaksanaan kunjungan belajar seni di sanggar tersebut.

(24)

pembelajaran lebih kreatif dan dirasakan kebermaknaannya oleh para peserta didik khususnya usia tingkat awal. Melalui inovasi pembelajaran seni yang aktif dan kreatif maka selanjutnya pembelajaran seni tidak hanya ditujukan untuk penguasaan praktik seni namun diharapkan berdampak lebih lanjut pada pembentukan sikap dan kepribadian guna memahami jati dirinya. Sekaitan dengan hal itu pendapat Ki Hajar Dewantara (1962: 14) menyatakan berikut ini:

Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak … agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya;… selaras dengan kodratnya. Kodratnya tersebut tersimpan dalam adat istiadat, … yang perkembangannya sesuai dengan jaman.

Secara khusus mengenai tujuan pendidikan seni dapat ditinjau menurut De Francesco (1958) dalam Tocharman, dkk (2006:5), menyatakan bahwa pendidikan seni mempunyai kontribusi terhadap pengembangan individu antara lain membantu pengembangan mental, emosional, kreativitas, estetika, sosial dan fisik. Untuk mencapai tujuan pendidikan seni bagi anak-anak usia tingkat awal maka kondisi lingkungan dan tersedianya kesempatan melakukan berbagai kegiatan kreatif seni akan membantu dalam mengembangkan budaya kreativitasnya tersebut.

(25)

3) masukan mentah (raw in put), 4) proses (process), 5) keluaran (out put), 6) masukan lain (other in put), dan 7) pengaruh (out come).

Untuk melayani kepentingan kunjungan pembelajaran seni, maka sanggar seni harus terbuka dengan kebutuhan esensial para peserta didik dalam membantu memenuhi tuntutan tujuan pendidikan secara umum yakni terwujudnya generasi cerdas menumbuhkan pemahaman dan kesadaran nilai-nilai budaya dan memiliki karakter bangsa yang berkepribadian. Secara khusus bertujuan menumbuhkan penghargaan terhadap makna keterampilan yang kreatif sebagai calon kreator-kreator budaya.

Oleh karena itu maka pembelajaran seni yang dilaksanakan di sanggar Kampung Seni harus langsung dirasakan, dialami secara nyata oleh peserta didik sebagai warga belajar sesuai tingkat usianya, model pembelajaran harus lebih menyenangkan, langsung bersentuhan dengan lingkungan secara kontekstual, interaktif, dan educative.

(26)

berkaitan. Tujuannya agar pembelajaran lebih dapat dimaknai oleh peserta didik serta dapat mencapai kompetensinya.

Berdasarkan latar belakang tersebut guna mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran seni yang bermakna bagi peserta didik, diperlukan inovasi dalam proses pembelajarannya. Salah satu inovasi tersebut adalah dengan mencobakan materi pembelajaran seni yang berangkat dari tema sentral serta materi pelajaran seni yang serumpun.

Strategi pengembangan sanggar Kampung Seni sebagai wahana pendidikan seni bagi masyarakat, serta upayanya mewujudkan pembelajaran seni terpadu melalui pendekatan tematik yang efektif, menjadi salah satu fenomena yang menarik perhatian peneliti untuk dikaji secara mendalam dalam bentuk penelitian ilmiah. Oleh karena itu, agar kajian penelitian ini lebih terfokus maka pembahasannya dibatasi dengan judul yakni: “Sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang” Sebagai wahana pendidikan Seni di Kabupaten Bandung”. (Studi kasus pembelajaran

terpadu melalui pendekatan tematik berbasis seni pada peserta didik usia

tingkat awal).

B. Indentifikasi Masalah

(27)

terpadu melalui pendekatan tematik berbasis seni pada peserta didik usia tingkat awal). Berdasarkan latar belakang penelitian dapat didentifikasi beberapa permasalahannya sebagai berikut:

1. Umumnya sanggar seni belum secara efektif menjadi wahana belajar seni bagi masyarakat.

2. Banyak sanggar seni yang dikelola masyarakat, namun untuk mewujudkan sanggar sebagai pusat layanan pendidikan seni secara professional bagi pengunjungnya dalam belajar seni budaya belum bermakna secara optimal. 3. Proses produksi Sanggar “Kampung Seni & Wisata Manglayang” sebagai pusat

layanan pendidikan seni budaya seharusnya memberikan manfaat yang besar kepada masyarakat, dan akan lebih bermanfaat apabila layanan pembelajaran seni budaya dikembangkan lebih inovatif.

4. Aktivitas layanan pembelajaran seni budaya dapat ditingkatkan melalui kegiatan pembelajaran secara terintegrasi dengan model, metode, dan tahap-tahap pembelajaran yang tepat dalam pelaksanaannya sesuai sumber daya yang tersedia di sanggar tersebut.

(28)

C. Perumusan Masalah

Penelitian ini mengamati pengembangan sanggar “Kampung Seni & Wisata Manglayang” sebagai wahana pendidikan seni serta dalam mengembangkan pembelajaran seni budaya secara terpadu melalui pendekatan tematik. Untuk melihat efektivitas sanggar mewujudkan otentisitasnya, maka konsep pengelolaan sanggar sebagai wahana pendidikan seni perlu memenuhi komponen satuan PLS yang saling berkaitan dalam rangka mewujudkannya yakni: (1) masukan lingkungan (inviromental in put), (2) masukan sarana (instrumental in put),(3) masukan mentah

(raw in put), (4) proses (process), (5) keluaran (out put), (6) masukan lain (other in put), dan (7) pengaruh (out come).

(29)

(membina, membimbing, membangun) individu dalam lingkungan sosial dan alamnya, sesuai dengan tata nilai dan norma yang berkembang di masyarakat.

(30)

Untuk mengatasi permasalahan di atas, perlu ada beberapa upaya dan kreativitas, khususnya bagi pengelola sanggar, agar fungsi sanggar sebagai wahana pendidikan seni budaya dapat berperan secara optimal dalam melayani kebutuhan belajar masyarakat dengan memanfaatkan berbagai potensi seni budaya lokal yang ada di lingkungan sanggar. Melalui pemanfaatan potensi seni budaya lokal dan menerapkan pembelajaran terpadu melalui pendekatan tematik diharapkan pada peserta didik akan lebih menumbuhkan minat dan partisipasinya dalam kegiatan belajar seni budaya serta akan merasakan efektivitasnya yang bermakna dan secara umum bermanfaat untuk kehidupan warga belajar yang berkunjung di sanggar tersebut.

Berdasarkan gambaran tersebut dalam penelitian ini dirumuskan permasalahannya yaitu: “Sanggar seni bagaimanakah yang dapat memberikan kontribusi bermakna bagi peningkatan eksistensi sanggar sebagai wahana pendidikan seni yang prosfektif?”.

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas diajukan beberapa pertanyaan penelitian:

(31)

2. Bagaimanakah konsep awal model pembelajaran seni terpadu yang dilaksanakan di sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang?

3. Bagaimanakah implementasi model konseptual pelatihan seni dengan menerapkan model pembelajaran terpadu melalui pendekatan tematik berbasis seni pada usia tingkat awal di sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang?.

4. Bagaimana kerangka desimilasi model konseptual pelatihan seni serta efektivitasnya yang dapat meningkatkan eksistensi sanggar sebagai pusat pendidikan seni di sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang?.

E. Definisi Operasional

Agar mendapatkan kesamaan pengertian mengenai istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka dijelaskan sebagai berikut:

(32)

Pendekatan tematik: Pembelajaran terpadu model webbed, yang mengggunakan pendekatan tematik untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Kemudian ditentukan sub-sub tema dengan memerhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Jadi batasan waktu dan cakupan materi kegiatan siswa didasarkan pada tema yang dikembangkan oleh guru (Trianto:2010:41).

Sanggar “Kampung Seni & Wisata Manglayang”: yakni sanggar seni yang mengandung pengertian sebagai suatu tempat atau wahana PKBM yang digunakan oleh suatu komunitas atau sekumpulan orang untuk berkegiatan seni (seni tari, seni lukis, seni kerajinan atau kriya, seni peran dls) dan pembelajarannya, yang tujuan utamanya untuk mendapatkan suatu pengalaman atau pelajaran secara langsung tentang seni budaya.

Wahana : Sarana untuk mencapai tujuan tertentu (Kamus Besar Bahasa Indonesia: Balai Pustaka: 1944:1122).

(33)

peserta didik baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistis dan autentik dengan melaksanakan proses pembelajaran yang bertolak pada tema-tema tertentu dengan mengkaitkan berbagai bidang studi (tari, musik, rupa) guna mewujudkan pembelajaran yang lebih bermakna.

F. Tujuan Penelitian

1.Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, memetakan dan mewujudkan bentuk model sanggar seni yang efektif sebagai wahana pendidikan seni di wilayah kota Bandung.

2.Tujuan Khusus

a. Memetakan kondisi objektif sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang yang ada di Kabupaten Bandung.

b. Mendeskripsikan konsep awal model pembelajaran terpadu yang dilaksanakan di sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang.

(34)

d. Mewujudkan kerangka desimilasi model konseptual pembelajaran terpadu melalui pendekatan tematik berbasis seni pada usia tingkat awal yang dapat meningkatkan eksistensi sanggar sebagai wahana pendidikan seni di sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang.

G. Manfaat dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi kontribusi positif terhadap pengembangan pendidikan non formal, terwujudnya model sanggar yang efektif yang mengembangkan pembelajaran tematik dan terpadu berbasis seni untuk peserta didik pada usia tingkat awal baik secara praktis maupun teoretis.

Secara teoretis diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi berbagai pihak:

1. Dapat memberikan kontribusi/sumbangan pemikiran terhadap konsep keilmuan serta teori pembelajaran dalam lingkup Pendidikan Luar Sekolah khususnya teori yang berkaitan dengan pelatihan dan pembelajaran seni di sanggar-sanggar seni.

(35)

3. Untuk para praktisi dilapangan dan para stake holder; Direktorat dan Tenaga Kependidikan Non Formal Ditjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (PM-PTK) Departemen Pendidikan Nasional, hasil penelitian dapat dijadikan bahan kajian bagi para stake holder baik di pusat maupun di lapangan dalam rangka meningkatkan kebijakan dan penataan program dan pelaksanaan teknik di lapangan demi advokasi dan eksistensi di lapangan.

4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam hal penyelenggaraan, pelestarian, pengembangan pengetahuan khususnya layanan pendidikan seni di sanggar-sanggar seni dan diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat sebagai bahan kajian, bagi yang berminat untuk melakukan lebih lanjut baik dengan cara sama maupun dalam dimensi lain.

Secara praktis mudah-mudahan penelitian ini bermanfaat bagi: Para stake holder dan masyarakat pengguna dalam memanfaatkan sanggar sebagai wahana pendidikan seni yang efektif dan secara apresiatif bermanfaat dalam mengenalkan nilai dan makna budaya.

H. Kerangka Pemikiran

(36)

metode pelatihan yang tepat. Ditinjau berdasarkan pendekatan sistem, penyelenggaraan program PLS di sanggar seni hendaknya memerhatikan keterkaitan fungsional antar komponen dalam pembelajaran yakni: masukan lingkungan (inviromental input, masukan sarana (instrumental input), masukan mentah (raw input), proses (process), keluaran (out put), masukan lain (other input), pengaruh (out come)sebagai dampak pembelajarannya. Kaitan fungsional antar komponen secara skematik dikemukakan sesuai kerangka berfikir menurut Sudjana. D. (2006:34) digambarkan sebagai berikut:

Bagan 1.1: Keterkaitan fungsional antar komponen dalam pembelajaran (Sumber: Sudjana: 2006:34)

Komponen-komponen yang akan diamati di sanggar Kampung Seni tersebut yakni: masukan lingkungan (inviromental input) antara lain: adanya kondisi lingkungan yang memadai, tersedia lahan/wahana dan materi pembelajaran. Masukan sarana (instrumental input) antara lain yakni: tersedia fasilitas, sarana prasarana yang

Masukan lain Masukan sarana

Keluaran Proses

Masukanmentah Pengaruh

(37)

baik, lengkap alat/media, dan disediakan biaya untuk penyelenggaraan kegiatan. Masukan mentah (raw input) antara lain yakni: adanya anggota masyarakat yang potensial dan kreatif, tenaga/instruktur yang kompeten, dan proses PBM yang strategis. Proses (process) antara lain yakni: terjadinya interaksi pendidikan, terselenggara proses pelatihan dan pembelajaran. Keluaran (out put) antara lain yakni: terdapatnya anggota masyarakat yang memiliki kemampuan dan pengetahuan seni budaya, senang berkreativitas, kreatif, dan peduli terhadap seni budaya setempat.

Sanggar sebagai satuan pendidikan luar sekolah, juga mengembangkan prinsip penyelenggaraan pendidikan luar sekolah. Menurut Kamil. M (2007:38) dinyatakan bahwa:

Penyelenggaraan pendidikan luar sekolah dalam kegiatannya mengembangkan konsep: pembelajaran (learning), pendidikan (education), dan pelatihan (training), secara umum menjadi sesuatu yang integrative dalam implementasi kegiatannya... Pembelajaran digunakan sebagai salah satu aktivitas dalam pendidikan luar sekolah untuk membedakan pemahaman materi-materi yang sifatnya kognitif dan afektif, sementara pelatihan diselenggarakan untuk meningkatkan kompetensi sasaran yang berhubungan dengan kecakapan pelaksanaan tugas dilapangan.

(38)

adalah bahwa dalam pelaksanaan pelatihan, peserta pelatihan diasumsikan sebagai orang yang telah memiliki konsep diri, pengalaman, kesiapan belajar dan orientasi belajar sehingga mereka dilibatkan dalam setiap tahapan kegiatan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan penilaian.

Kampung Seni & Wisata Manglayang mengembangkan layanan pendidikan seni budaya bagi peserta didik tingkat usia awal yang integrative dan holistik. Pembelajaran seni di sanggar Kampung Seni tersebut sesuai dengan fenomena dilapangan mewujudkan sebuah model pembelajaran seni terpadu (integrated learning) sesuai konsep Cohen dan Manion (1992) dan Brand (1991) dalam Prabowo (2000) yakni kegiatan belajar yang terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu. Penggabungan tema pembelajaran dalam pelaksanaannya diwujudkan dalam bentuk rumpun mata pelajaran seni meliputi: seni musik, seni gerak dan seni rupa/kerajinan.

Kondisi layanan pendidikan di sanggar seni tersebut secara proses mengindikasikan sebagai sebuah proses pembelajaran non formal karena diselenggarakan diluar sekolah. Untuk mengamati proses pengelolaan layanan pendidikan seni di sanggar Kampung Seni tersebut akan mengacu pendapat Sudjana. D (2006:181-182) terkait dengan proses pengelolaan program pendidikan non formal yakni:

(39)

(2) tahap pengorganisasian (organizing), (3) tahap penggerakan (motivating), (4) tahap pembinaan (controlling) dan supervise (supervising), (5) tahap evaluasi (evaluating), dan (6) tahap pengembangan (developing).

Di samping melakukan observasi, dalam penelitian ini dilakukan ekperimen pengembangan model pembelajaran terpadu melalui pendekatan tematik berbasis seni. Secara lebih terperinci kerangka pemikiran dalam penelitian ini sebagai berikut:

Bagan 1.2. Kerangka pemikiran penelitian model sanggar seni sebagai wahana pendidikan seni

Membuat desain penelitian

Pengembangan instrument

Pengembangan model konseptual

Validasi model

Ujicoba model

Revisi model

Model definitive

Laporan penelitian

Pakar Praktisi

Konseptual Empirik

(40)

J. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan gabungan antara pendekatan kualitatif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Bryman (1988) dalam Julia Brannen (2005:37) bahwa metode kualitatif adalah sebagai fasilitator penelitian kuantitatif; metode kuantitatif adalah sebagai fasilitator penelitian kualitatif, kedua pendekatan diberi tekanan yang setara. Menurut Julia Brannen (2005:70) penelitian kuantitatif dan kualitatif merepresentasikan pendekatan berbeda. Masing-masing pendekatan terkait dengan metode pengumpulan data tertentu. Penelitian kualitatif terkait dengan observasi partisipatoris, wawancara resmi dan terstruktur, memfokuskan observasi pada pengembangan dan pengelolaan sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang. Penelitian kuantitatif terkait dengan teknik-teknik survey seperti wawancara terstruktur, kuesioner yang tersusun, ekperimen, observasi terstruktur, analisis isi, dan analisis statistik. Dalam penelitian ini teknik survey difokuskan pada pelaksanaan model pembelajaran terpadu melalui pendekatan tematik berbasis seni yang dilaksanakan kepada para peserta didik usia tingkat awal sebagai warga belajar yang berkunjung di sanggar tersebut.

(41)

umum terhadap bentuk model sanggar seni dan terhadap hasil pembelajaran seni di sanggar Kampung Seni tersebut.

(42)

Data hasil wawancara kemudian diklasifikasi berdasarkan catatan hasil wawancara dan rekaman dan menggolongkan pernyataan hasil wawancara menurut kategori konseptual yang difahami dan menyalin komentar yang relevan terutama terfokus pada pelaksanaan pengembangan sanggar dan pembelajaran seni di sanggar tersebut. Secara fenomenologi peneliti berusaha memahami perilaku para informan dari segi kerangka berfikir maupun bertindak dilapangan kaitannya dengan kegiatan sanggar dan proses kegiatan pembelajaran seni.

Melalui analisisnya kelak dapat dimunculkan fakta-fakta yang dapat memberikan pengertian yang mendalam mengenai bentuk model sanggar seni dan pembelajaran seni di sanggar seni tersebut. Secara kualitatif hal itu sesuai dengan pendapat Nasution (1998: 9) bahwa karakteristik dari penelitian deskriptif analitik yang menggunakan pendekatan kualitatif, adalah: (a) data langsung diambil dari

(43)

Data-data hasil pembelajaran terpadu yang dipraktekan dalam penelitian ini belum dianggap berstatus mandiri dan perlu dikuantifikasi guna membuktikan efektivitas hasil pembelajarannya yang dikembangkan, mengamati ketepatan dan melihat akurasinya yang diwujudkan dalam bentuk angka hasil penilaian. Metode kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menguji hipotesis yang dilepaskan oleh survey kualitatif terutama terkait dengan proses pembelajaran terpadu melalui pendekatan tematik berbasis seni yang diaplikasikan pada peserta didik usia tingkat awal sebagai warga belajarnya. Data hasil statistik dalam pembelajaran bermanfaat membantu peneliti untuk memutuskan sampel tentang pembelajaran di sanggar Kampung Seni yang memiliki kriteria representative khususnya model pembelajaran terpadu melalui pendekatan tematik berbasis seni pada usia tingkat awal di sanggar tersebut.

Proses pengumpulan data secara kualitatif dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik sebagai berikut:

a. Observasi

(44)

dan mengamati kegiatannya terutama dalam praktek pembelajaran seni yang dilaksanakan oleh sanggar.

b. Wawancara

Data-data yang diperoleh melalui kegiatan pengamatan dalam pembelajaran di sanggar tersebut masih membutuhkan penjelasan-penjelasan, baik dari pihak pimpinan sanggar (Kawi dan Ria), dan dari para pendukung atau aktivis sanggar (pengurus dan seniman yang terlibat dalam kegiatan). Selain itu juga dari masyarakat di sekitar sanggar (masyarakat yang mengetahui dan turut aktif dalam kegiatan sanggar), dan stake holder yang terkait dengan kegiatan sanggar Kampung Seni (dinas P&K, dinas PLS Kabupaten Bandung, para siswa dan guru, para ahli seni dan para ahli pendidikan seni).

(45)

Sumber skunder lainnya yakni wawancara dengan pihak instansi pemerintah yakni: Amas Efendi selaku Kepala Seksi Dinas PLS Kabupaten Bandung, guna memperoleh informasi mengenai sanggar sebagai wahana pembelajaran seni masyarakat. Wawancara juga dilakukan dengan Iwan Gunawan, Kasi Pembinaan dan Pelatihan Pariwisata Propinsi Jawa Barat guna memperoleh informasi mengenai jumlah dan aktivitas sanggar seni yang merupakan binaan Dinas Pariwisata. Sumber lainnya yang diwawancara yakni dengan para pelaku kunjungan di sanggar seni yakni para pembimbing dan warga belajar guna memperoleh kesan dan pesan kunjungan pembelajaran seni di sanggar tersebut. Upaya ini penting guna memberikan stimulus terhadap pengelolaan sanggar seni.

c. Studi dokumentasi

Sesuai dengan pengertiannya dokumentasi adalah sekumpulan data-data tertulis, lisan, dan melalui audio-video. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tape, foto, atau film dalam bentuk CD atau VCD tentang situasi sanggar Kampung Seni dan situasi pembelajaran serta saat wawancara. Data foto dan audio visual mengenai situasi sanggar dan proses pembelajaran seni bermanfaat dalam mewakili dan memperjelas objek pengamatan serta untuk memberi sesuatu kejelasan mengenai proses kegiatan di sanggar tersebut.

(46)

sanggar, dan konsep pembelajaran terpadu melalui pendekatan tematik. Data-data tersebut digunakan untuk membedah dan menganalisis data dan dalam mengerahkan argumentasi hasil atau temuan penelitian ini. Studi dokumentasi juga dilakukan sejak sebelum penelitian dimulai yang bermanfaat sebagai perbandingan antara data yang diperoleh dengan data yang ada sebelumnya terkait dengan pelaksanaan pembelajaran di sanggar tersebut.

d. Teknik analisis data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematik catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya, untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti. Menurut Moleong (1995) pengolahan data kualitatif dilakukan melalui tiga alur yaitu: (1) reduksi data; (2) penyajian atau display data; (3) verifikasi atau penarikan kesimpulan. Analisis yang dilakukan yakni berupaya mencari makna (meaning) tentang hasil pembelajaran terpadu yang dikembangkan di sanggar Kampung Seni kemudian diambil kesimpulannya untuk memunculkan teori substantive. Hasil dari kerja analisis ini pada akhirnya mengarah pada penyusunan

(47)

seni yang efektif sebagai wahana pendidikan seni yang selama ini belum terkonsepsikan secara keilmuan.

e. Pengujian kredibilitas data

Pada model naturalistik ini analisis data ditujukan untuk memperoleh data yang credible atau kreadibilitas data terkait dengan model pembelajaran seni terpadu yang efektif dilaksanakan di sanggar seni. Kredibilitas data merupakan ukuran tentang ketepatan data hasil penelitian yang dilakukan di sanggar Kampung Seni agar dapat dipercaya. Salah satu caranya adalah dengan menyesuaikan konsep yang ada pada peneliti dengan konsep yang ada pada informan dan yang terjadi dilapangan yang dilakukan melalui triangulasi data. Triangulasi data tersebut bertujuan untuk mericek kesesuaian data khususnya terkait dengan pengembangan model terpadu melalui pendekatan tematik berbasis seni yang dipraktekkan di sanggar Kampung Seni sesuai dengan sumber tertulis, wawancara, dan dokumen. Pada penelitian ini triangulasi dilakukan pada tahap akhir penyajian hasil penelitian.

(48)

pembelajaran terpadu yang telah dilakukan dengan cara sederhana (chek list) dan mengamati perbedaannya. Hipotesis penelitian mengenai penerapan pembelajaran terpadu secara kuantitatif yang diajukan yakni terdapat perbedaan signifikan kemampuan seni para peserta didik antara sebelum diimplementasikan pembelajaran terpadu melalui pendekatan tematik berbasis seni dengan setelah diimplementasikan pembelajaran terpadu melalui pendekatan tematik berbasis seni pada usia tingkat awal.

Untuk melihat efektivitas model pembelajaran terpadu melalui pendekatan tematik berbasis seni pada usia tingkat awal peneliti mengaplikasikan desain eksperimen semu dalam bentuk one group pretest-posttest design. Menurut Sugiyono (2008:74) desain ini dilakukan dengan cara membandingkan keadaan sebelum dan sesudah memakai model pembelajaran terpadu (before–after) dengan membandingkan sistem pembelajaran pada kelompok pembelajar yang sebelumnya belum dikenai perlakuan pembelajaran terpadu dengan pendekatan tematik berbasis seni dengan setelah dikenai perlakuan menggunakan system baru yakni penerapan pembelajaran model terpadu melalui pendekatan tematik berbasis seni.

(49)

mengumpulkan data berdasarkan observasi dan informasi/wawancara terhadap partisipan di sanggar tersebut. Setelah penemuan-penemuan dari tahap kualitatif ini terkumpul kemudian melakukan pengujian tentang model pembelajaran seni yang efektif diterapkan di sanggar tersebut dalam hal ini adalah penerapan model terpadu melalui pendekatan tematik berbasis seni terhadap warga belajar pada usia tingkat awal yang bekunjung di sanggar tersebut. Alasan didahulukannya pengumpulan data kualitatif adalah untuk mendapatkan gambaran kondisi objektif mengenai kegiatan yang dikelola oleh sanggar Kampung Seni tersebut. Selanjutnya pengamatan difokuskan terhadap efektivitas pembelajaran yang dikembangkan dengan cara mengumpulkan data kuantitatif dan mengujinya guna melihat hasil efektivitas pembelajaran terpadu yang dikembangkan di sanggar tersebut.

Proses pengumpulan data secara kuantitatif dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik berdasarkan konsep Arikunto, dkk (1992) sebagai berikut:

(50)

Selanjutnya tahap identifikasi skala pengukuran yang akan digunakan untuk mengukur variable pembelajaran seni terpadu yang dilaksanakan. Skala pengukuran yang digunakan yakni berdasarkan skala Guilford guna melihat tinggi rendahnya pengaruh eksperimen pembelajaran model terpadu melalui pendekatan tematik berbasis seni pada usia tingkat awal.

Tahap selanjutnya adalah menyiapkan kuesioner untuk pengambilan data hasil pembelajaran terpadu tersebut dalam bentuk pertanyaan tertutup. Analisa statistik digunakan untuk membantu peneliti mengetahui makna hubungan antar variable pembelajaran terpadu yang diamati, menghitung besarnya hubungan antar variable pembelajaran terpadu tersebut, dan untuk memprediksi pengaruh variable bebas terhadap variable tergantung dalam pembelajaran tersebut, serta untuk melihat besarnya pesentase atau rata-rata besarnya suatu variable yang diukurnya. Untuk melihat kemungkinan besarnya jumlah data, maka digunakan bantuan komputer untuk melakukan analisa data hasil pembelajarannya. Pengelohan data pembelajaran terpadu tersebut selanjutnya diolah melalui program SPSS.

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Judul penelitian ini adalah: “Sanggar ‘Kampung Seni & Wisata Manglayang’ sebagai wahana pendidikan seni di Kabupaten Bandung” (Studi kasus pembelajaran tematik dengan model terpadu berbasis seni pada peserta didik tingkat usia awal). Penelitian ini menggunakan pendekatan gabungan antara pendekatan kualitatif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Bryman (1988) dalam Julia Brannen (2005:37) bahwa metode kualitatif adalah sebagai fasilitator penelitian kuantitatif; metode kuantitatif adalah sebagai fasilitator penelitian kualitatif, kedua pendekatan diberi tekanan yang setara. Menurut Julia Brannen (2005:70) penelitian kuantitatif dan kualitatif merepresentasikan pendekatan berbeda. Masing-masing pendekatan terkait dengan metode pengumpulan data tertentu. Hakekat penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis model pembelajaran seni yang menerapkan pembelajaran tematis dan terpadu di sanggar seni tersebut.

(52)

yakni pada pengembangan dan pengelolaan sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang.

Paparan penelitian kuantitatif dalam penelitian ini yakni terkait dengan teknik-teknik survey seperti wawancara terstruktur dengan pelaksana kegiatan pembelajaran seni di sanggar tersebut, kuesioner yang tersusun, ekperimen, observasi terstruktur, analisis isi, dan analisis statistik. Dalam penelitian ini teknik survey difokuskan dalam pelaksanaan model pembelajaran tematis dan terpadu yang diimplementasikan kepada para peserta didik tingkat usia awal sebagai warga belajar yang berkunjung di sanggar tersebut.

Menurut Bryman. 1988 dalam (Julia Brannen, 2005:85) fakta kuantitatif dapat membantu menyederhanakan fakta ketika seringkali tidak ada kemungkinan menggeneralisasi (dalam arti statistik) temuan-temuan yang diperoleh dari penelitian kualitatif. Berdasarkan pandangan tersebut maka makna penggabungan penelitian kualittaif dan kuantitatif dalam penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran umum terhadap hasil penelitian terkait dengan pemetaan bentuk model sanggar seni dan terhadap hasil pembelajaran seni di sanggar Kampung Seni.

(53)

tahap ke dua (kuantitatif) yakni menguji efektivitas pembelajaran seni tematis dengan pendekatan terpadu berbasis seni yang diterapkan kepada peserta didik usia tingkat awal.

Peneliti melakukan wawancara mendalam dengan menggunakan daftar pertanyaan semi terstruktur berlandaskan konsep-konsep dan ukuran empiris terhadap keberadaan sanggar seni tersebut. Data hasil wawancara kemudian diklasifikasi berdasarkan catatan hasil wawancara dan rekaman dan menggolongkan pernyataan hasil wawancara menurut kategori konseptual yang difahami dan menyalin komentar yang relevan terutama terfokus pada pelaksanaan pengembangan sanggar dan pembelajaran seni di sanggar tersebut. Secara fenomenologi peneliti serta berusaha memahami perilaku para informan dari segi kerangka berfikir maupun bertindak dilapangan kaitannya dengan kegiatan sanggar dan proses kegiatan pembelajaran seni.

Melalui analisisnya kelak dapat dimunculkan fakta-fakta yang dapat memberikan pengertian yang mendalam mengenai bentuk model sanggar seni dan pembelajaran seni di sanggar seni tersebut. Secara kualitatif hal itu sesuai dengan pendapat Nasution (1998: 9) bahwa karakteristik dari penelitian deskriptif analitik yang menggunakan pendekatan kualitatif, adalah: (a) data langsung diambil dari

(54)

kualitatif: mengarah pada pemahaman yang lebih luas tentang makna dan konteks tingkah laku dan proses yang terjadi dari faktor-faktor yang berhubungan. Menelaah berbagai persepsi dari partisipan pada situasi yang sama dan memungkinkan peneliti meneliti sejarah personal dan faktor-faktor yang berkembang.

Data-data hasil pembelajaran yang dipraktekan dalam penelitian ini belum dianggap berstatus mandiri dan perlu dikuantifikasi guna membuktikan efektivitas hasil pembelajaran yang dikembangkan, mengamati ketepatan dan melihat akurasinya yang diwujudkan dalam bentuk angka. Metode kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menguji hipotesis yang dilepaskan oleh survey kualitatif terutama terkait dengan proses pembelajaran tematis dengan model terpadu berbasis seni yang diaplikasikan pada peserta didik sebagai warga belajar pada usia tingkat awal. Data hasil statistik bermanfaat membantu peneliti untuk memutuskan sampel tentang pembelajaran di sanggar seni yang memiliki kriteria representative khususnya model pembelajaran tematik dan terpadu.

B. Teknik Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data secara kualitatif dan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik sebagai berikut:

a. Observasi

(55)

sebagai instrumen penelitian yang bekerja sebagai alat pengumpul data. Peneliti melakukan interaksi sosial dalam melaksanakan observasi dengan para pelaku kegiatan di sanggar Kampung Seni dan mengamati kegiatannya antara lain dalam pengembangan sanggar dan praktek pembelajaran seni yang dilaksanakan oleh sanggar.

b. Wawancara

Data-data yang diperoleh melalui kegiatan pengamatan masih membutuhkan penjelasan-penjelasan, baik dari pihak pimpinan sanggar (Kawi dan Ria), para pendukung atau aktivis sanggar (pengurus dan seniman), masyarakat sekitar sanggar (masyarakat yang mengetahui dan turut aktif dalam kegiatan sanggar), dan stake holder yang terkait dengan kegiatan sanggar (dinas P&K, dinas PLS Kabupaten Bandung, para siswa dan guru, para ahli seni dan para ahli pendidikan seni).

(56)

Sumber skunder lainnya yakni wawancara dengan pihak instansi pemerintah yakni: Amas Efendi selaku kepala seksi Dinas PLS Kabupaten Bandung, guna memperoleh informasi mengenai sanggar sebagai wahana pembelajaran seni masyarakat. Wawancara juga dilakukan dengan Iwan Gunawan, Kasi Pembinaan dan Pelatihan Pariwisata Propinsi Jawa Barat guna memperoleh informasi mengenai jumlah dan aktivitas sanggar seni yang merupakan binaan Dinas Pariwisata. Sumber lainnya yang diwawancara yakni dengan para pelaku kunjungan di sanggar seni yakni para pembimbing dan warga belajar guna memperoleh kesan dan pesan kunjungan pembelajaran seni di sanggar tersebut. Upaya ini penting guna memberikan stimulus terhadap pengelolaan sanggar seni.

c. Studi Dokumentasi

(57)

membedah dan menganalisis data dan dalam mengerahkan argumentasi hasil atau temuan peneliti. Studi dokumentasi juga dilakukan sejak sebelum penelitian dimulai yang bermanfaat sebagai perbandingan antara data yang diperoleh dengan data yang ada sebelumnya.

d. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematik catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti. Menurut Moleong (1995) pengolahan data kualitatif dilakukan melalui tiga alur yaitu: (1) reduksi data; (2) penyajian atau display data; (3) verifikasi atau penarikan kesimpulan. Analisis dilanjutkan dengan berupaya mencari makna (meaning) kemudian hasil analisis diambil kesimpulan sesuai rancangan dan disiplin yang menjadi landasan penelitian untuk memunculkan teori substantive. Hasil dari kerja analisis ini pada akhirnya mengarah pada penyusunan grounded theory. Menurut Muhadjir (2000:143), grounded theory tujuannya adalah untuk menemukan atau mengembangkan rumusan teori atau konseptualisasi teoretik berdasar data-data. Hasil analisis kelak disajikan sebagai temuan penelitian yang kemudian dirumuskan sebagai teori baru terkait dengan bentuk model sanggar seni yang mengembangkan pembelajaran seni tematik dan terpadu di sanggar seni yang selama ini belum terkonsepsikan secara keilmuan.

e. Pengujian Kredibilitas Data

(58)

ketepatan hasil penelitian yang dilakukan agar dapat dipercaya dengan menggambarkan kesesuaian konsep peneliti dengan konsep pada informan kaitannya dengan konteks pengembangan sanggar Kampung Seni dan tentang penerapan pembelajaran yang dilaksanakannya. Untuk mempertinggi tingkat kredibilitas data kualitatif dilakukan antara lain triangulasi data, dengan tujuan untuk me-ricek data. Peneliti melakukan triangulasi sesuai masalah yang diteliti mengenai pengembangan sanggar seni dan pengembangan model tematik yang berasal dari berbagai sumber (sumber tertulis, wawancara, dokumen). Pada penelitian ini triangulasi dilakukan pada tahap akhir penyajian hasil penelitian.

Kredibilitas data diuji untuk mengatasi kemungkinan bias atas hasil penelitian agar penelitian ini bermutu dan hasilnya terpercaya. Untuk mendapatkan hasil yang akurat mengenai efektivitas pembelajaran dan melihat seberapa besar pengaruh penerapan pembelajaran tematik dan terpadu dan terhadap keberhasilan pembelajarannya, maka dilakukan pengukuran keberhasilannya berdasarkan pengamatan terhadap praktek pembelajaran yang telah dilakukan dengan cara sederhana (chek list) dan mengamati perbedaannya.

(59)

Kemudian menguji hipotesis penelitian untuk mendapatkan data yang akurat berdasarkan fenomena yang empiris dan dapat diukur untuk menguji validitas model pembelajaran yang diimplementasikan. Dalam penelitian ini model pembelajaran seni di sanggar tersebut dipandang sebagai sebuah teks yang perlu dianalisis sebagai sebuah keilmuan.

Untuk melihat efektivitas model pembelajaran tematik dan terpadu peneliti mengaplikasikan desain eksperimen semu dalam bentuk one group pretest-posttest design. Menurut Sugiyono (2008:74) desain ini dilakukan dengan cara membandingkan keadaan sebelum dan sesudah memakai model pembelajaran terpadu

(before–after) dengan membandingkan system pembelajaran pada kelompok pembelajar yakni peserta didik yang sebelumnya belum dikenai perlakuan dengan setelah dikenai perlakuan menggunakan system baru yakni penerapan pembelajaran tematik model terpadu. Proses pengumpulan data secara kuantitatif dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik berdasarkan konsep Arikunto, dkk (1992) sebagai berikut:

(60)

yang diteliti sesuai dengan jenis data yang ada. Skala pengukuran yang digunakan yakni berdasarkan skala Guilford guna melihat tinggi rendahnya pengaruh eksperimen pembelajaran tematik dan terpadu.

Peneliti menyiapkan kuesioner untuk pengambilan data hasil pembelajaran dalam bentuk pertanyaan tertutup. Analisa statistik digunakan untuk membantu peneliti mengetahui makna hubungan antar variable yakni pembelajaran seni tari, musik dan kerajinan, menghitung besarnya hubungan antar variable pembelajaran tersebut, dan untuk memprediksi pengaruh variable bebas yakni pembelajaran seni tari, musik, dan kerajinan terhadap variable tergantung yakni kemampuan peserta didik dalam pembelajaran seni, serta untuk melihat besarnya pesentase atau rata-rata besarnya suatu variable yang diukur. Untuk melihat kemungkinan besarnya jumlah data, maka peneliti menggunakan bantuan komputer untuk melakukan analisa data dan pengelohan data melalui program SPSS.

(61)

pendekatan tematik terhadap warga belajar pada usia dini/usia tingkat rendah yang bekunjung di sanggar tersebut. Alasan didahulukannya pengumpulan data kualitatif disebabkan belum terujinya hasil pembelajaran seni dengan pendekatan tematik dengan model terpadu yang efektif dikembangkan di sanggar tersebut.

Menurut Sudjana. D (2006:124) metode eksperimen digunakan untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan berkaitan dengan efektivitas program. Dalam hal ini peneliti ingin membuktikan bahwa temuan dalam penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan dan pemecahan masalah dilapangan. Efektivitas program memerlukan data kuantitatif untuk melihat seberapa jauh keberhasilan program yang diaplikasikan. Data kuantitatif dalam evaluasi program pendidikan luar sekolah antara lain diperoleh melalui metode ekperimen semu. Data dianalisis secara induktif yakni dengan mendeskripsikan fakta dilapangan digabungkan menjadi informasi, kemudian disusun menjadi generalisasi, selanjutnya menjadi konsep, prinsip-prinsip dan teori.

Selanjutnya dijelaskan Sudjana D (2006:217-218) bahwa analisis data menggunakan bantuan statistik. Data yang dikuantifikasikan yaitu data yang berbentuk angka-angka dan bilangan. Sedangkan analisis non statistik digunakan untuk data kualitatif yang bukan dalam bentuk angka. Namun demikian bukan berarti bahwa evaluasi dengan menggunakan pendekatan kualitatif menolak data atau analisis kuantitatif.

(62)

menampakan kesimpulan sesuai rancangan dan ditransformasikan sesuai disiplin yang menjadi landasan penelitian untuk memunculkan teori substantive yang mengarah pada penyusunan grounded theory.

Peneitian ini mengandung sifat penelitian studi kasus. Menurut Anderson (1975:46) dalam Sudjana. D (2006:156-161) yang dimaksud dengan studi kasus adalah sebagai kajian analitis dan deskriptif secara mendalam dan rinci tentang suatu program yang diselenggarakan oleh perorangan dalam konteks lingkungan tertentu. Karakteristik studi kasus menurut Sudjana. D (2006:157) yakni berikut ini.

(1) Mendeskripsikan subjek penelitian, (2) mencermati kasus secara mendalam dengan menekankan pendekatan longitudilal selama kurun waktu tertentu, (3) berkaitan dengan upaya pemecahan masalah, (4) mengkaji unit sampel kecil; dengan berbagai variable dan kondisi yang lebih luas.

Sifat studi kasus dalam penelitian ini yakni: 1) mendeskripsikan kegiatan sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang sebagai wahana pendidikan seni, 2) mencermati kasus secara mendalam dalam kurun waktu 12 bulan, 3) tujuan penelitian ini adalah turut membantu mengatasi masalah praktek pembelajaran seni yang dikembangkan terhadap para peserta didik yang mengunjungi sanggar tersebut, 4) mengkaji unit sampel kecil yakni sampel pembelajaran seni tematik dan terpadu berbasis seni dengan berbagai variabelnya secara khusus terhadap hasil pembelajaran tematik dan penyelenggaraan program di sanggar tersebut.

(63)

yang beragam dan sa

saling berinteraksi. Temuan hasil penelitian asi pada sanggar lain, melainkan khusus untuk nglayang”. Strategi penelitian metode campura

ada strategi eksplanatoris sekuensial sebagai be

an 3.1: Strategi eksplanatoris sekuensial

ang ditempuh dalam penelitian ini adalah: studi pendahuluan, yaitu melalui kajian

kegiatan sanggar Kampung Seni sebagai pen Luar Sekolah, serta mengamati penyelengga

pa sanggar lainnya di lapangan.

ngkan desain penelitian disertasi berdasarkan k awal.

ngkan instrument penelitian.

ngkan model konseptual pengelolaan pembelaj pendidikan seni. Penyusunan model konseptu lementasikan dan dapat meningkatkan kualita ampung Seni. Langkah-langkah yang

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan agar dihadiri langsung Oleh Direktur Perusahaan /Direktur Cabang dan Pimpinan Teknik. Demikian Surat undangan ini, atas perhatiannya diucapkan

seminar kolokium terdiri dari tiga orang penguji. Sidang skripsi merupakan sidang yang dilakukan setelah mahasiswa.. menyelesaikan perbaikan-perbaikan yang telah diberikan

Sehingga rebus sic stantibus sebagai alasan pembenar untuk membatalkan atau menunda berlakunya perjanjian tidak boleh dicampuradukkan dengan force majeure yang merupakan salah

(Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Materi Pokok Menulis Narasi di Kelas V SDN Pucung II Kabupaten

[r]

UPAYA GURU DALAM MEMBANTU PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK ANAK PRASELASIAN MELALUI KEGIATAN BERMAIN DI TK ISTIQOMAH KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Keterangan Hak Mewaris yang Dibuat Oleh Notaris, Program Spesialis Notariat dan Pertanahan, Jakarta : Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1999.. Rahardjo, Satjipto, Ilmu Hukum

Penerapan Simbol Jari Tangan Untuk Meningkatkan Penguasaan Materi Akor Lagu Dalam Pembelajaran Angklung Di Smp Mutiara 5 Lembang.. Universitas Pendidikan Indonesia |