Objek Penelitian
Objek penerapan target costing ini dilakukan pada perusahaan kecap cap Udang yang berdiri tahun 1955 yang didirikan oleh Ibu Kwee Swan Loo (Kustinah Raharjo). Perusahaan ini terletak di Jl. Siswa No 12 Purwodadi.
Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data primer
Data primer terdiri dari profil perusahaan, penetapan harga jual, bahan baku, dan tenaga kerja, proses produksi kecap, volume produksi, dan kegiatan operasional sehari-hari. Data primer diperoleh melalui teknik wawancara untuk mengidentifikasi hal – hal penting terkait objek penelitian. Wawancara ditujukan kepada pemilik perusahaan Kecap Udang untuk mengetahui proses bisnis dan penggunaan bahan baku. Contoh pertanyaan yang diajukan antara lain adalah besarnya bahan baku apa saja yang digunakan dalam produksi dan pertanyaan lain yang mendukung data penelitian.
2. Data Sekunder yang berisi sumber tertulis mengenai sejarah perusahaan.
9 Teknik Analisis
Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis adalah analisis deskriptif.
Metode ini merupakan penyajian data yang berasal dari masalah yang dihadapi perusahaan, dari masalah-masalah itu dilakukan analisis dengan menggunakan pendekatan yang didasarkan pada teori-teori yang ada. Penelitian ini merupakan penelitian yang mengolah data kuantitatif, teknik pengumpulan data berupa studi lapangan untuk memperoleh data primer.
Langkah Analisis
Adapun langkah-langkah analisis yang digunakan didalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui harga jual yang berlaku dipasar serta harga yang dapat diterima oleh konsumen, agar harga jual dapat ditentukan berdasarkan harga pasar tersebut. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan survei ke toko-toko.
2. Menentukan laba yang diinginkan (target profit) yang disesuaikan dengan kondisi pasar, selanjutnya menentukan target cost dan menghitung besarnya target cost per unit serta total target cost. Target cost sendiri diperoleh melalui selisih antara target price per unit dan target profit per unit.
3. Membandingkan target cost dengan drifting cost untuk memperoleh target pengurangan biaya yang harus dicapai perusahaan. Rumus target pengurangan biaya adalah sebagai berikut:
4. Mendesain ulang atau secara bersamaan mendesain produk (bila drifting cost lebih besar dari target cost) untuk mencapai target pengurangan biaya.
Hal ini dilakukan dengan mengurangi biaya-biaya yang tidak bernilai tambah serta aktivitas yang tidak bernilai tambah.
target pengurangan biaya = Total drifting cost – Total target cost
10 Analisis dan Pembahasan
Gambaran Umum Objek Penelitian
Perusahaan kecap cap Udang adalah perusahaan penghasil kecap yang didirikan pada tanggal 5 Januari 1955. Perusahaan ini didirikan sebagai perusahaan perseorangan yang dimiliki oleh Ibu Kustinah Raharjo, warga Purwodadi yang lahir pada tanggal 12 Agustus 1929. Pada mulanya beliau adalah seorang pedagang kedelai, dimana beliau hanya membeli kedelai dari orang setempat yang kemudian ditampung untuk dijual kembali.
Ibu Kustinah adalah seseorang yang cukup berhasil di masyarakat Purwodadi. Dari yang awalnya pedagang kedelai beliau merencanakan untuk mendirikan perusahaan yang memproduksi kecap yang bahan bakunya dari kedelai asli tanpa ada penambahan bahan kimia. Pada tahun 1952, usaha produksi kecap resmi berdiri dan menjadi perusahaan kecap dengan industri kecil.
Pimpinan dari industri kecap tersebut adalah Ibu Kustinah. Untuk pemberian merek kecap telah dua kali mengalami perubahan, yakni:
1. Kecap merek Potret
Ibu Kustinah mempunyai keluarga besar yang kebanyakan anaknya adalah perempuan yang memiliki hoby mengumpulkan foto-foto yang kemudian ditempelkan pada dinding rumahnya. Dari situlah muncul ide untuk memberi nama merek kecap tersebut dengan merek Potret.
2. Kecap merek Udang
Pergantian nama dari merek Potret menjadi merek udang dilakukan setelah pimpinan industri kecap ini yang semula dipegang oleh Ibu Kustinah beralih ke salah satu putranya, yaitu Bapak Budi Wijaya pada tahun 1989.
Meskipun demikian, jalannya perusahaan masih dalam pengawasan Ibu Kustinah.
Peralihan pimpinan ini disebabkan oleh faktor usia Ibu kustinah yang sudah berusia lanjut. Adapun alasan pemberian merek Udang karena kecap tersebut terasa gurih, manis dan enak serta bahan-bahannya alami.
11
Penggunaan merek Udang ini terdaftar pada Departemen Kesehatan Republik Indonesia dengan No. 007/1123/1988/Kan.Dep/PM/X/89.
Proses Produksi
Dalam proses produksi perusahaan menggunakan bahan-bahan berkualitas tinggi sehingga mutu dan kualitas produk terjamin, proses pemasakan sendiri masih menggunakan cara tradisional, dengan menggunakan tungku dan kayu bakar. Proses pembuatan kecap ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
1. Tahap pertama menyiapkan kedelai yang akan diproses. Kedelai tersebut direbus setengah matang dan dijemur disebuah wadah kurang lebih satu minggu dengan posisi tertutup rapat. Setelah satu minggu kedelai tersebut diambil dan ditaruh dalam ember yang telah dicampur dengan air garam (fermentasi), dan didiamkan lagi dalam waktu satu minggu.
2. Selanjutnya adalah tahap pemasakan, pada tahap ini air direbus sampai benar-benar mendidih, kemudian ditambahkan rempah-rempah, hasil fermentasi dari kedelai yang telah direndam, dan gula kelapa. Hasil dari pemasakan pertama kemudian disaring, dan dilanjutkan dengan pemasakan tahap kedua.
3. Setelah pemasakan tahap kedua dan dirasa telah mendapat kekentalan yang pas, kecap dimasukkan ke dalam ember dan didiamkan semalam untuk keesokan harinya dimasukkan kedalam botol yang telah dicuci bersih dan dikeringkan.
4. Tahap selanjutnya adalah pemasangan tutup botol, logo, dan segel.
5. Tahap terakhir adalah pengecekan, untuk menghindari adanya produk yang cacat atau rusak.
Satu botol kecap merek udang ini dijual dengan harga Rp 14.000.
Biaya-biaya pada perusahaan Kecap “Udang”
Berikut adalah data yang diperoleh penulis untuk menganalisis penerapan metode target costing untuk mengefisienkan biaya dan meningkatkan laba produk pada
12
perusahaan kecap “Udang”. Biaya-biaya tersebut telah diklasifikasikan kedalam biaya produksi dan non produksi.
Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproses produk, dari bahan baku hingga menjadi suatu barang jadi (kecap). Biaya produksi tersebut meliputi:
1. Biaya bahan langsung
Bahan baku untuk pembuatan kecap terdiri dari:
a. Bahan baku utama dari kedelai hitam, gula kelapa, garam, bawang putih, rempah-rempah.
b. Bahan baku pengepakan adalah botol, tutup botol, segel dan logo produk.
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan dalam proses produksi kecap, terdiri dari:
a. Bagian produksi, berjumlah 5 orang.
b. Bagian pengepakan, berjumlah 4 orang.
3. Biaya produksi Tidak langsung
Biaya produksi tidak langsung terdiri dari:
a. Biaya listrik dan air, adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mendukung proses produksi.
b. Biaya tenaga kerja tidak langsung, yaitu pegawai bagian pengiriman, terdiri dari 4 orang.
Biaya Non Produksi
Biaya non-produksi yang dikeluarkan perusahaan terdiri dari:
a. Biaya telepon, adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mempermudah melakukan pemesanan bahan baku dan order.
b. Biaya umum dan administrasi, terdiri dari: Biaya pengiriman.
13
Tabel 1. Klasifikasi Biaya Produksi dan Non Produksi pada perusahaan kecap
“Udang” Bulan Agustus 2014.
Klasifikasi Biaya Jumlah (Rp) Keterangan 1. Biaya Bahan Langsung
a. Kedelai
Harga Per Kg Gula Kelapa Rp 58.800.000 / 8532 botol =
123.500 Harga Per Kg Bawang Putih Rp 123.500 / 8532 botol =
11.000.000 Harga Per Pcs Botol Rp 11.000.000 / 8532 botol =
Rp 1289 b. Tutup Botol
550.000 Harga Per Pcs Tutup Botol Rp 550.000 / 8532 botol =
Rp 64 c. Logo
280.000 Harga Per Pcs Logo Rp 280.000 / 8532 botol =
Rp 32 d. segel
180.000 Harga Per Pcs Segel Rp 180.000 / 8532 botol =
Rp 21 3. Tenaga Kerja Langsung
a. Bagian Produksi 6.000.000 Gaji Per Orang Bag. Produksi (1.200.000 x 5) b. Bagian Pengepakan 3.600.000 Gaji Per Orang Bag.
Pengepakan (900.000 x 4) 4. Biaya Produksi Tidak
Langsung
a. Biaya Listrik 711.600
b. Biaya Air 2.605.800
c. Bagian Pengiriman 3.600.000 Gaji Per Orang Bag.
14
Pengiriman (900.000 x 4)
d. Kayu bakar 1.200.000
5. Biaya Non Produksi
a. Biaya Telepon 525.400 b. Biaya Pengiriman 1.000.000
Total Biaya 103.956.300 Sumber : Kecap “Udang” Agustus 2014
Untuk menentukan harga jual produknya, perusahaan masih menggunakan metode cost-plus pricing. Harga untuk satu unit produk ditetapkan sama besarnya dengan biaya per unit yang kemudian ditambahkan dengan jumlah laba yang diinginkan perusahaan. Perusahaan menginginkan laba sebesar 15% dari total biaya.
Jumlah produksi yang dihasilkan oleh perusahaan selama Agustus 2014 adalah 8.532 botol. Total biaya produksi dan non-produksi yang dikeluarkan perusahaan selama bulan Agustus 2014 adalah sebesar Rp.103.956.300,00
Besarnya biaya untuk satu botol kecap adalah : Total biaya per botol = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
Total biaya per botol = 𝑅𝑝 .103.956.300 8.532 𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙
= Rp.12.184,28
Dari data tersebut, dapat dihitung harga jual per satuan produk, yaitu:
Total biaya per botol = Rp.12.184,28
Laba per botol (15% x Rp.12.184,28) = Rp. 1.827,64
Harga Jual per botol = Rp.14.011,92
Perusahaan memutuskan untuk menggenapkan kebawah dan menjual produk pada harga Rp.14.000,00 agar dapat bersaing dengan produk sejenis yang ada dipasar.
Namun hal ini mengakibatkan laba yang diinginkan perusahaan sebesar 15% tidak
15
tercapai, dari harga tersebut, laba yang diperoleh perusahaan hanya 14,9% dari total biaya. Rincian laba perusahaan menjadi:
Harga Jual = Rp.14000,00 Total Biaya = Rp.12.184,28
Laba = Rp. 1.815,72 (14,9% daru total biaya atau 12,9% dari harga jual) Dengan penetapan harga jual sebesar Rp.14.000,00 per botol, laba yang diperoleh perusahaan menurun sebesar (15% - 14,9%) = 0,1% dari total biaya atau Rp.1.827,64 turun menjadi Rp.1.815,72.
Penerapan Metode Target Costing di Perusahaan Kecap “Udang”
Tingginya tingkat persaingan mengharuskan perusahaan untuk mengerti keinginan konsumen akan produk yang berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau agar perusahaan dapat bertahan dalam pasar. Perusahaan harus mengetahui berapa besarnya harga jual yang dapat diterima oleh konsumen dan menetapkan berapa laba yang diinginkan dari setiap penjualan, maka dari itu perusahaan perlu menetapkan target cost agar laba yang diinginkan dapat tercapai.
Berikut adalah langkah-langkah penerapan target costing:
1. Menetapkan target price per unit.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui harga jual yang berlaku dipasar yang dilakukan dengan cara survei pasar, agar perusahaan mengetahui keinginan konsumen, serta harga yang dapat diterima oleh konsumen. Dari hasil survei pasar, perusahaan dengan produk sejenis menawarkan produknya pada kisaran harga Rp.10.000,00 – Rp.20.000,00. Perusahaan menetepakan harga jualnya sebesar Rp.14.000,00 / botol, maka besarnya target price untuk produk kecap “Udang” adalah Rp.14.000,00.
2. Menentukan target cost per unit.
Untuk menentukan target cost, perusahaan harus menetapkan terlebih dahulu target profit yang diinginkan. Dalam hal ini perusahaan menginginkan tingkat laba sebesar 15%.
16
Target profit = % laba yang diinginkan x target price = 15% x Rp.14.000,00
= Rp.2.100,00
Langkah selanjutnya adalah menghitung besarnya target cost per unit, yang diperoleh dari selisih antara target price per unit dan target profit per unit.
Besarnya target cost per botol adalah:
Target price per botol = Rp.14.000,00 Target profit per botol = Rp. 2.100,00 Target cost per botol = Rp.11.900,00 3. Menentukan total target cost.
Total target cost diperoleh melalui perkalian antara target cost per unit dengan total unit penjualan.
Total target cost = target cost per unit x total unit penjualan = Rp.11.900,00 x 8532 botol
= Rp.101.530.800
Agar perusahaan mencapai laba yang diinginkan, biaya untuk memproduksi kecap harus kurang atau sama dengan target cost-nya, yaitu sebesar Rp.101.530.800,00.
4. Membandingkan total target cost dengan drifting cost.
Langkah selanjutnya adalah membandingkan total target cost dengan drifting cost untuk mengetahui besarnya pengurangan biaya yang harus dicapai oleh perusahaan.
Tabel 2. Drifting Cost
Keterangan Total Biaya (Rp.) 1. Biaya Produksi
a. Bahan Langsung Rp.72.703.500
b. Biaya Pengepakan Rp.12.010.000 c. Tenaga Kerja Langsung Rp.9.600.000 d. Produksi Tidak Langsung Rp.8.117.400 Total biaya produksi Rp.102.430.900
17 2. Biaya non-produksi
a. Biaya Telepon Rp.525.400
b. Biaya Pengiriman Rp.1.000.000
Total biaya non-produksi Rp.1.525.400
Total Biaya Rp.103.956.300
Sumber : Kecap “Udang” Agustus 2014
Berdasarkan tabel diatas, besarnya drifting cost adalah sebesar Rp.103.956.300,00 dan jumlah produksi sebesar 8532 botol, perhitungan besarnya drifitng cost per botol adalah:
Drifting cost per botol = 𝑅𝑝 .103.956.300
8532 𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙 = Rp.12.184,28 Pengurangan biaya yang harus dilakukan perusahaan adalah:
Total Drifting cost = Rp.103.956.300,00
Total target cost = Rp.101.530.800,00
Total Pengurangan biaya = Rp. 2.425.500,00 Untuk mencapai laba yang diinginkan, perusahaan harus mengurangi biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.2.425.500,00
5. Mendesain ulang atau secara bersamaan mendesain dan memproses produk untuk mencapai target pengurangan biaya.
Untuk mencapai laba yang diinginkan, perusahaan harus melakukan value engineering yang bertujuan untuk menekan biaya namun tetap mempertahankan kualitas produk. Perusahaan perlu menekan drifting cost agar setidaknya sama atau bahkan lebih kecil dari target cost.
Perusahaan harus dapat membedakan biaya bernilai tambah dan biaya tidak bernilai tambah. Biaya bernilai tambah adalah biaya yang jika dihilangkan akan mengurangi nilai atau kegunaan atau yang dirasakan oleh pelanggan, sedangkan biaya tidak bernilai tambah adalah biaya yang jika dihilangkan tidak akan mengurangi nilai atau kegunaan arau yang dirasakan oleh pelanggan. Dalam hal ini perusahaan perlu mengurangi biaya yang tidak bernilai tambah.
18
Value engineering dapat dilakukan pada bahan baku, yaitu kedelai.
Naik turunnya harga kedelai merupakan hal yang tidak bisa dikontrol oleh perusahaan, kelangkaan kedelai yang terjadi di Indonesia membuat perusahaan harus membeli kedelai impor yang harganya jauh lebih mahal dibanding kedelai lokal, yakni sebesar Rp 9000/kg yang didapatkan dari pemasok di Solo. Perusahaan harus memiliki strategi untuk menghemat biaya kedelai saat harganya melonjak. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan perusahaan dalam pembuatan kecap ialah mencampur kedelai dengan kacang benguk atau yang lebih dikenal dengan koro benguk (mucuna pruriens). Koro benguk ini memiliki harga yang lebih murah dibandingkan kedelai, yaitu sekitar Rp 7000/kg, koro benguk berpotensi untuk mendampingi kedelai sebagai sumber protein nabati, selain itu koro benguk juga memiliki kandungan gizi yang lebih baik daripada kedelai dan mempunyai kandungan senyawa aktif L-DOPA yang sangat berguna bagi kesehatan. Saat inipun sudah terdapat kecap organik yang terbuat dari koro benguk. Dalam hal penghematan, yang dapat dilakukan perusahaan adalah mencampur kedelai dengan koro benguk dengan perbandingan 1 : 1. Setiap bulan perusahaan membutuhkan kedelai kurang lebih sebanyak 1500 kg, jadi dengan adanya pencampuran perusahaan mengeluarkan biaya kedelai sebesar Rp 6.750.000,00 (750kg x Rp 9.000) dan koro benguk Rp 5.250.000 (750kg x Rp 7.000).
Pencampuran bahan baku ini dapat mengurangi biaya kedelai dari yang awalnya Rp 13.500.000,00 menjadi Rp 12.000.000,00.
Selain itu, proses value engineering dapat dilakukan pada biaya pengepakan, yaitu pada biaya botol, tutup botol, logo, dan segel. CV.
Harapan Jaya menawarkan harga botol sebesar Rp.1000,00, tutup botol Rp.50,00, logo Rp.25,00, dan segel Rp.15,00. Hal ini dapat menekan biaya pengepakan sebesar 10%.
Untuk biaya telepon, telepon yang digunakan diperusahaan terpisah dari telepon rumah, maka dapat dilakukan penghematan dengan
19
menggunakan system locked atau penguncian pesawat telepon dengan menggunakan kunci yang dapat di set untuk menerima panggilan saja.
Hal ini dilakukan karena sering terjadi penggunaan telepon yang tidak perlu, misalnya untuk menelepon keluarga atau teman. Tujuan penggunaan system locked adalah membuat penggunaan telepon menjadi efektif dan efisien, telepon hanya bisa digunakan untuk menerima panggikan masuk saja. Dengan demikian dapat terjadi penurunan pemakaian telepon yang diperkirakan sebesar Rp.50.000,00.
Pada biaya pengiriman, dilakukan penurunan intrensitas pengiriman, yang biasanya pengiriman dilakukan lima kali dalam satu minggu menjadi tiga kali. Reaksi dari konsumen setelah melakukan survey pada beberapa toko menunjukkan bila terjadi pengurangan intensitas pengiriman yang akan dilakukan konsumen adalah mengambil dalam jumlah banyak untuk persediaan selama satu minggu. Setiap kali pengiriman perusahaan mengeluarkan biaya bensin Rp.50.000,00. Jadi untuk satu bulan biaya pengiriman yang dapat dihemat adalah sebesar Rp.400.000,00.
Tabel 3. Hasil Value Engineering yang dilakukan perusahaan
Keterangan Biaya (Rp.) Pengurangan Biaya (Rp.)
20
Analisis Dampak Penerapan Metode Target Costing Pada Kecap “Udang”
Perbandingan biaya yang dikeluarkan perusahaan sebelum dan sesudah target costing:
Tabel 4. Perbandingan biaya sebelum dan sesudah target costing Klasifikasi Biaya Sebelum
Target Costing Penghematan Sesudah Target Costing 1. Biaya Bahan
Langsung
a. Kedelai 13.500.000 1.500.000 12.000.000
b. Gula Kelapa 58.800.000 58.800.000
c. Garam 130.000 130.000
d. Bawang Putih 123.500 123.500
e. Rempah-rempah 150.000 150.000
2. Biaya Pengepakan
a. Bagian Produksi 6.000.000 6.000.000
b. Bagian 3.600.000 3.600.000
21
1.000.000 400.000 600.000
Total Biaya 103.956.300 3.051.000 100.904.500 Sumber : data olahan
Penerapan target costing membawa dampak positif bagi perusahaan, ini terlihat dari biaya yang awalnya Rp.103.956.300,00 berkurang menjadi Rp.100.904.500,00. Besarnya drifting cost sesudah pengurangan biaya adalah:
Drifting cost per botol = 𝑅𝑝 .100.904.500
8532 𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙
=
Rp.11.826,5Setelah dilakukan penerapan target costing, total drifting cost yang sebelumnya Rp.12.184,28 turun menjadi Rp.11.826,5 lebih rendah dari target cost yang ditetapkan sebesar Rp.11.900,00. Penghematan yang dilakukan perusahaan setelah menerapkan target costing adalah :
% penghematan biaya = Total penghematan
total biaya sebelum target costing x 100%
= Rp .3.051.000
Rp .103.956.300 x 100%
= 2,93%
Tabel 5. Kenaikan Laba Setelah Penerapan Target Costing Keterangan Sebelum Target
22
Penerapan Target Costing yang dilakukan perusahaan Kecap “Udang” dapat mengurangi besarnya biaya yang dikeluarkan sehingga laba yang diperoleh perusahaan meningkat dari 12,9% menjadi 15,5%. Penerapan target costing ini membawa dampak positif bagi perusahaan karena dapat meningkatkan labanya sebesar 2,6%.
Kesimpulan
Perusahaan Kecap “Udang” saat ini masih menggunakan metode cost-plus pricing. Perusahaan menginginkan laba 15% dari total biaya. Drifting cost perusahaan sebesar Rp.12.184,28 dengan harga jualnya Rp.14.000,00 mengakibatkan perusahaan mendapat laba sebesar 14,9% dari total biaya atau 12,9% dari harga jual, yang artinya perusahaan tidak dapat mencapai laba yang diinginkannya.
Untuk dapat mencapai laba yang diinginkan, perusahaan harus memangkas biaya sebesar Rp.2.425.500,00. Pengurangan biaya dilakukan melalui value engineering yang dilakukan pada biaya bahan kedelai, gula merah, biaya pengepakan, telepon, dan biaya pengiriman.
Pemangkasan biaya melalui value engineering tersebut ternyata mampu menekan biaya sebesar Rp.3.051.000,00, sehingga total biayanya menjadi Rp.100.904.500,00. Penerapan target costing pada perusahaan membawa pengaruh positif karena dapat meningkatkan labanya dari 12,9% menjadi 15,5%.
Saran
Saran dari penulis adalah mengganti metode cost plus pricing dengan target costing, karena dengan metode ini dapat membantu perusahaan untuk mengurangi biaya-biaya yang dikeluarkan sehingga dapat mencapai laba seperti yang diinginkan. Laba yang awalnya 12,9% dapat naik menjadi 15,5% yang dilakukan dengan pencampuran kedelai dengan koro benguk, penghematan pada biaya pengepakan, telepon, dan biaya pengiriman.
23