Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di areal kerja PT. Inhutani IV Unit Sumatera Utara-Aceh, tepatnya di Siborong-borong, Tapanuli Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2013 sampai Mei 2013.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah Pinus merkusii. Adapun alat yang digunakan di lapangan adalah parang, pita ukur, pisau sadap, tempurung, talang sadap (lips) berupa lempengan seng, palu, paku, plastik, ember plastik, sendok kayu, timbangan, spidol, dan alat pukul (balok kayu).
Prosedur Penelitian 1. Persiapan Penelitian. a. Pembuatan balok kayu
Balok kayu yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dari jenis kayu Damar (Agathis dammara). Ukuran balok yang digunakan 10 cm x 7 cm x 30 cm. b. Persiapan lapangan
Untuk memudahkan jalannya penelitian, perlu dilakukan pekerjaan persiapan lapangan yang terdiri atas rangkaian kegiatan sebagai berikut : pemilihan pohon contoh dimana pohon yang diambil sebanyak 36 pohon dengan kriteria pohon yang disadap adalah pohon yang sehat dengan kelas umur 25 tahun dan diameter pohon sebesar 30–40 cm, pembersihan lapangan untuk memudahkan
kegiatan penyadapan, penomoran pohon dan pemasangan plat nomor pohon, pembersihan kulit pohon dan penyediaan bahan dan alat.
2. Penyadapan Pohon P. merkusii
Untuk memudahkan penyadapan getah P.merkusii maka perlu dilakukan seperti :
a. Pembersihan kulit
Pohon yang akan disadap dibersihkan kulitnya terlebih dahulu dengan menggunakan alat pembersih kulit, sampai benar-benar rata dan halus tanpa adanya alur kulit dan tidak mengenai bagian kayunya. Pembersihan kulit yang kurang baik akan menyulitkan pembuatan luka sadap.
b. Pembuatan pola sadap
Pola sadap dibuat di bagian tengah kulit yang sudah dibersihkan dengan menggunakan mal sadap. Pola sadap ini dibuat untuk menetapkan letak saluran tengah dan letak dimana luka sadap harus dibuat.
c. Pembuatan luka sadap
Luka sadap dibuat dengan menggunakan pisau sadap (freshening knife), sesuai dengan pola yang sudah dibuat. Luka sadap dibuat dengan arah miring ke atas, dengan membentuk sudut kemiringan 40°. Cara pembuatan luka sadap dengan menarik pisau sadap ke arah atas.
d. Pemasangan talang
Pemasangan talang dilakukan setelah pembuatan pola sadap. Talang sadap dipasang pada pohon, kemudian ditekuk ke atas dan bagian tengahnya ditekan dengan menggunakan palu agar masuk ke dalam saluran tengah, dengan demikian getah dapat tertampung melalui talang.
e. Pemasangan batok penampung
Setelah pohon dilukai maka diletakkan batok penampung getah, diletakkan dengan baik agar penampungan getah tidak terganggu.
f. Pemberian perlakuan fisik
Pada kombinasi perlakuan fisik, luka sadap yang baru dibuat segera di pukul dengan balok kayu. Pemukulan dilakukan pada luka sadapan baru (kiri dan kanan saluran), dengan perlakuan tanpa pemukulan, pemukulan 10, 20 dan 30 kali.
3. Pemungutan Getah P. merkusii
Pemungutan getah tergantung dari produktivitas getah yang dihasilkan oleh tanaman P.merkusii. Urutan pekerjaan pemanenan getah dari produktivitas getah adalah sebagai berikut : mempersiapkan tempat getah yang akan dipanen, kemudian mengambil getah dari batok penampung, dan menimbang getah yang telah diperoleh, memasukkan getah ke dalam ember plastik.
4. Pengukuran Produktivitas Getah
Menurut Soenarno, et. al. (2000), perhitungan produksi getah rata- rata dinyatakan dalam satuan gram/pohon/hari dihitung sebagai berikut:
Y =� � Dimana : Y = produksi getah (gr/pohon/hari)
V = volume getah yang dipungut (gr) I = intensitas pemungutan (hari)
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor perlakuan yaitu : faktor di pukul (K) sebanyak 4 taraf, yakni (a) 23
K0 = Tanpa pemukulan (b) K1 = Pemukulan 10 kali (c) K2 = Pemukulan 20 kali, (d) K3 = Pemukulan 30 kali dan faktor jangka waktu pelukaan, yaitu ada 3 taraf (a) J1 = Waktu pelukaan setiap 3 hari sekali, (b) J2 = Waktu pelukaan setiap 5 hari sekali, (c) J3 = Waktu pelukaan setiap 7 hari sekali.
Dimana setiap kombinasi perlakuan dilakukan pada tiga kelompok. Yang dijadikan kelompok adalah diameter pohon, yaitu dalam tiap tingkat (30-< 32 cm; 32-< 35 cm; dan 35-< 40 cm), sehingga jumlah keseluruhan pohon yang diukur sebanyak 36 pohon.
Model matematis untuk percobaan ini adalah :
�
ijk =� + �
i +�
j + (��)ij+ Tk +�
ijk Dimana :Yijk = Produksi getah pada petak percobaan ke-k karena perlakuan pemukulan ke-i dan jangka waktu pelukaan ke-j
µ = Nilai rataan umum
αi = Pengaruh perlakuan pemukulan ke-i (i = 0,1,2,3) βj = Pengaruh jangka waktu pelukaan ke-j (j = 1,2,3)
(αβ)jk = Pengaruh interaksi antara perlakuan pemukulan ke-i dan jangka waktu pelukaan ke-j
Tk = Pengaruh kelompok ke-k (k = 1,2,3)
Ɛijk = Pengaruh galat percobaan karena adanya perlakuan pemukulan ke-i, jangka waktu pelukaan ke-j, dan kelompok ke-k
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh Interaksi Perlakuan Pemukulan dan Jangka Waktu Pelukaan
H0 = Interaksi perlakuan pemukulan dan jangka waktu pelukaan berpengaruh tidak nyata terhadap produksi getah pinus
H1 = Interaksi perlakuan pemukulan dan jangka waktu pelukaan berpengaruh nyata terhadap produksi getah pinus
2. Pengaruh Utama Perlakuan Pemukulan
H0 = Besarnya perlakuan pemukulan berpengaruh tidak nyata terhadap produksi getah pinus
H1 = Besarnya perlakuan pemukulan berpengaruh nyata terhadap produksi getah pinus
3. Pengaruh Utama Jangka Waktu Pelukaan
H0 = Jangka waktu pelukaan berpengaruh tidak nyata terhadap produksi getah pinus
H1 = Jangka waktu pelukaan berpengaruh nyata terhadap produsi getah pinus Untuk mengetahui adanya pengaruh besarnya perlakuan pemukulan dan jangka waktu pelukaan, dilakukan analisis keragaman dengan kriteria uji jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan jika F hitung < F tabel maka H0 diterima. Untuk mengetahui taraf perlakuan (besar pemukulan dan jangka waktu pembaharuan luka) maka pengujian dilanjutkan dengan menggunakan Uji Wilayah Berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test).
Penelitian ini dilaksanakan di hutan Pinus Siborong-borong yang merupakan hutan produksi seluas 30 hektar dimana status kepemilikan lahan adalah hutan milik Negara yang pengelolaannya diberikan kepada PT. Inhutani IV Unit Sumatera Utara-Aceh, Siborong-borong, Tapanuli Utara. Tegakan pinus yang diuji coba adalah tegakan dengan jumlah sebanyak 36 pohon.
Produktivitas Getah Pinus (P. merkusii)
Hasil pengumpulan data yang diperoleh dari lapangan meliputi produktivitas getah P. merkusii yang diperoleh dengan cara melakukan penyadapan pada pohon P. merkusii dengan menggunakan teknik rill. Diameter yang dibuat sesuai dengan diameter yang ada dilapangan yaitu berkisar 30 - < 40 cm, serta umur pohon ± 20 tahun agar produktivitas getah yang dihasilkan bagus. Menurut Wibowo (2006) menyatakan bahwa diameter pohon terhadap produksi getah pinus berhubungan dengan pertumbuhan diameter pohon. Sehingga dengan adanya pertumbuhan dimeter pohon, menyebabkan volume kayu gubal semakin besar. Oleh karena itu semakin besar volume kayu gubal, maka saluran getah yang terkandung pada pohon pinus akan semakin banyak dan produksi getah pinus akan semakin meningkat.
Penyadapan teknik Riil
Sistem penyadapan yang dilakukan pada P. merkusii berupa teknik riil, karena pada teknik riil ini proses penyadapan tidak terlalu melukai pohon. Menurut
Bawono (2004) sistem riil ini banyak digunakan di Perum Perhutani karena tidak sampai melukai pohon.
Pemungutan getah dilakukan pada tiap 3 hari sekali, hal ini disebabkan getah keluar optimal pada 3 hari pertama, sedangkan untuk hari berikutnya biasa saluran getah yang dikeluarkan akan tersumbat karena pengaruh suhu yang rendah, tetapi di dalam penelitian ini pemungutan getah dipungut berdasarkan penuhnya batok penampungan getah. Menurut Sugiyono et. al. (2001) faktor cuaca berpengaruh terhadap aliran getah dari sadapan. Pada suhu yang rendah dan kelembaban yang tinggi, getah yang membeku akan menyumbat saluran getah dan muara akan tertutup akibatnya getah yang mengalir akan terhenti. Pemungutan getah yang dilakukan menghasilkan produktivitas getah yang berbeda-beda selama 28 hari (Lampiran 1). Sesuai dengan Lampiran 1 dapat dilihat bahwa produktivitas getah yang terendah adalah 57,9 gram/pohon dan yang tertinggi adalah 143 gram/pohon. Data tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis keragaman dan hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Sesuai dari analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa perlakuan pemukulan, jangka waktu pelukaan dan interaksi antara dua perlakuan tersebut menunjukkan adanya pengaruh nyata antara pada taraf 5%. Setelah itu dilakukan uji wilayah berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test) yang hasilnya tertera pada Lampiran 5. Berdasarkan dari Lampiran 5 dapat diketahui bahwa perlakuan pemukulan sebanyak 10 kali memberikan produktivitas getah tertinggi dibandingkan perlakuan pemukulan lainnya, terbukti dari uji Duncan pemukulan 10 kali berbeda nyata pengaruhnya terhadap pemukulan 20 kali dan 30 kali, sedangkan pemukulan 20 kali tidak berbeda nyata pengaruhnya dengan pemukulan 30 kali. Hasil uji
Duncan utuk perlakuan jangka waktu pelakuan menunjukkan bahwa pelukaan jangka waktu 3 hari sekali memberikan produktivitas getah tertinggi yang mana masing-masing perlakuan berbeda nyata pengaruhnya.
Pengaruh Perlakuan Pemukulan Terhadap Produktivitas Getah Pinus
Hasil produktivitas getah pada areal PT. Inhutani IV dengan perlakuan pemukulan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Hasil Produktivitas Getah dengan Perlakuan Pemukulan
Berdasarkan Gambar 2. menunjukkan bahwa perlakuan pemukulan 10 kali merupakan nilai tertinggi dibandingkan dengan pemukulan 20 kali dan pemukulan 30 kali. Hal ini disebabkan bahwa semakin banyak pemukulan yang dilakukan pada pohon pinus maka produktivitas getah pinus yang dihasilkan semakin rendah, sebaliknya semakin rendah pemukulan yang dilakukan maka semakin banyak produktivitas getah yang dihasilkan karena pemukulan yang dilakukan sebanyak 10 kali tidak sampai melukai pohon sehingga tidak merusak alur pola sadap yang telah dibuat sebelumnya, sedangkan pemukulan 20 kali dan pemukulan 30 kali yang dilakukan pada pohon pinus menghasilkan getah yang
600,1 965,4 777,5 760,1 0 200 400 600 800 1000 1200
Tanpa Pemukulan Pemukulan 10 Kali Pemukulan 20 Kali Pemukulan 30 Kali
P ro dukt iv it as ge ta h (gr am ) Perlakuan Pemukulan
tidak terlalu banyak. Hal ini berarti pemukulan 20 kali dan pemukulan 30 kali telah melukai pohon sehingga kulit di sekitar areal penyadapan mengalami kerusakan sehingga getah yang keluar tidak menuju ke batok penampungan melainkan keluar dari sisi yang terluka tersebut.
Hasil rata- rata produksi getah pada areal PT. Inhutani IV dengan perlakuan pemukulan dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Rata–rata Produktivitas Getah Pinus Pada Berbagai Perlakuan Pemukulan
Dari Gambar 3. menunjukkan bahwa nilai dari produktivitas getah pinus yang diperoleh berbeda-beda. Hasil rata-rata produktivitas getah pinus tertinggi pada kelompok 1 terdapat pada pukulan 10 kali yaitu sebesar 99,8 gram/pohon, sedangkan untuk pemukulan 20 kali sebesar 80,9 gram/pohon, dan produktivitas getah pinus yang paling rendah yaitu terdapat pada pukulan 74,3 gram/pohon dan untuk tanpa pemukulan (kontrol) sebesar 61,8 gram/pohon.
Hasil rata-rata produktivitas getah pinus tertinggi pada kelompok 2 terdapat pada pemukulan 10 kali sebesar 100,9 gram/pohon, sedangkan untuk pemukulan 20 kali sebesar 83,3 gram/pohon, dan produktivitas getah pinus yang
61,8 99,8 80,9 74,3 65,4 100,9 83,3 81,6 72,8 121 95 97,4 0 20 40 60 80 100 120 140 Tanpa Pemukulan
10 kali 20 kali 30 Kali
P ro dukt iv itas G etah ( gr am/po h o n ) Perlakuan Pemukulan Kelompok 30 - < 32 cm Kelompok 32 - < 35 cm Kelompok 35 - < 40 cm 28
paling rendah sebesar 81,6 gram/pohon yaitu pada pukulan 30 kali dan untuk tanpa pemukulan (kontrol) sebesar 65,4 gram/pohon.
Berdasarkan Gambar 3. pada kelompok 3 dengan hasil rata-rata produktivitas getah pinus yang tertinggi terdapat pada pemukulan 10 kali sebesar 121 gram/pohon, pada pemukulan 30 kali sebesar 97,4 gram/pohon, sedangkan nilai rata-rata produktivitas getah pinus terendah terdapat pada pemukulan 20 kali yaitu sebesar 95 gram/pohon, dan tanpa perlakuan (kontrol) sebesar 72,8 gram/pohon.
Dari Gambar 3. dapat diperoleh kesimpulan bahwa kelompok 3 merupakan kelompok yang paling tinggi menghasilkan produktivitas getah pinus dengan perlakuan pemukulan 10 kali sebesar 121 gram/pohon dan produktivitas getah pinus paling rendah terdapat pada pemukulan 30 kali dengan kelompok 1 sebesar 74,3 gram/pohon.
Perlakuan pemukulan dilakukan dengan tujuan untuk membuka saluran getah sehingga getah keluar hal ini sesuai dengan pernyataan Dulsalam, et. al. (1998) bahwa penyadapan getah P. merkusii adalah kegiatan pelukaan pohon tusam sehingga saluran getah yang terdapat pada saluran dinding kayu terluka yang mengakibatkan getah keluar. Pemukulan yang dilakukan juga dapat membuka saluran getah yang terhambat atau terhenti dikarenakan oleh suhu dan kelembaban hal ini sesuai dengan pernyataan Hadipoernomo (1992) menyatakan bahwa pada suhu yang relatif rendah dan kelembaban yang tinggi, getah akan cepat mengumpal dan menyebabkan saluran menjadi sempit dan tersumbat sehingga aliran getah terhambat atau terhenti.
Perlakuan yang dilakukan dalam penelitian ini dengan cara pemukulan pada pohon dengan menggunakan kayu Damar berukuran 10 cm x 7 cm x 30 cm dengan pemukulan sisi kanan dan kiri pada bagian atas dan bawah dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Proses Perlakuan Pemukulan
Perbedaan pemukulan dapat mempengaruhi produktivitas getah yang dihasilkan, sehingga semakin banyak pemukulan yang dilakukan dapat mengakibatkan getah yang keluar tidak sesuai lagi dengan pola sadap yang telah dibuat sebelumnya.
Pengaruh Jangka Waktu Pelukaan Terhadap Produktifitas Getah Pinus Jangka waktu pelukaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah 3 hari sekali, 5 hari sekali dan 7 kali sehari. Berikut hasil produktivitas getah pinus yang dilakukan dalam jangka waktu pelukaan disajikan dalam Gambar 5.
Gambar 5. Hasil Produktivitas Getah dengan Perlakuan Jangka Waktu Pelukaan Gambar 5. menunjukkan bahwa semakin lama jangka waktu pelukaan pohon maka produksi getah yang dihasilkan akan sedikit, dapat dilihat bahwa produktivitas getah yang dihasilkan selama 28 hari mempunyai nilai yang berbeda-beda secara bertutut-turut yaitu 1101 gram, 1022,4 gram, dan 979,77 gram untuk penyadapan jangka waktu pelukaan 3,5, dan 7 hari sekali. Pada setiap pelukaan 3 hari sekali menunjukkan hasil yang signifikan dalam menghasilkan produksi getah pinus. Ada pun hal yang mempengaruh produktivitas getah pinus menurut Hadipoernomo (1992) adalah faktor perlakuan terhadap pohon dan tegakan, dalam hal ini produksi getah pinus dipengaruhi oleh perlakuan manusia terhadap pohon dan tegakan seperti: sistem penyadapan, arah sadap dan penggunaan bahan kimia dalam penyadapan.
Jangka waktu pelukaan 3 hari sekali merupakan jangka waktu pelukaan yang banyak mengasilkan produktivitas getah pinus dibandingkan jangka waktu pelukaan 5 dan 7 hari sekali. Hal ini sesuai dengan pernyataan Perum Perhutani
1101 1022,4 979,77 900 920 940 960 980 1000 1020 1040 1060 1080 1100 1120
3 hari sekali 5 hari sekali 7 hari sekali
P ro dukt iv it as ge ta h (gr am )
(2005) menyatakan bahwa penyadapan dilakukan setiap 3 hari sekali dan 5 hari sekali menghasilkan getah yang maksimal.
Berdasarkan pembagian kelas diameter yang telah dikelompokkan dapat dilihat rata-rata produktivitas getah yang dihasilkan pada Gambar 6. di bawah ini
Gambar 6. Rata- rata Produktivitas Getah Pinus Pada Berbagai Jangka Waktu Pelukaan
Gambar 6. menunjukkan pada kelompok 1 memperoleh rata- rata produktivitas getah pinus yang paling tinggi terdapat pada pelukaan 3 hari sekali sebesar 81,8 gram/pohon. Pelukaan 5 hari sekali sebesar 79,3 gram/pohon sedangkan pelukaan 7 hari sekali memperoleh nilai rata- rata yang rendah dengan nilai 76,5 gram/pohon.
Hasil rata-rata jangka waktu pelukaan pinus pada kelompok 2 diperoleh dengan produktivitas getah pinus yang terendah terdapat pada pelukaan 7 hari sekali pada pohon pinus yakni 79,4 gram/pohon, dan pelukaan 5 hari sekali sebesar 82,2 gram/pohon, sedangkan produksi getah tertinggi terdapat pada pelukaan 3 hari sekali sebesar 86,9 gram/pohon.
81,8 79,3 76,5 86,9 82,2 79,3 106,6 94,1 97,4 0 20 40 60 80 100 120
3 Hari Sekali 5 Hari Sekali 7 Hari Sekali
P ro dukt iv it as G et ah (gr am /po h o n )
Jangka Waktu Pelukaan
Kelompok 30 - < 32 cm Kelompok 32 - < 35 cm Kelompok 35 - < 40 cm
Jangka waktu pelukaan pohon yang tetinggi pada kelompok 3 terdapat pada pelukaan 3 hari sekali dengan nilai 106,6 gram/pohon, untuk pelukaan 5 hari sekali sebesar 94,1 gram/pohon, sedangkan nilai rata- rata produksi getah pinus terendah adalah sebesar 89,1 gram/pohon yaitu terdapat pada pelukaan 7 hari sekali.
Pengaruh Interaksi Pemukulan dengan Jangka Waktu Pelukaan Terhadap Produktivitas Getah Pinus
Interaksi perlakuan fisik (pemukulan) dan jangka waktu pelukaan memberikan pengaruh nyata terhadap produksi getah pinus. Di bawah ini merupakan gambar interaksi antara perlakuan dan jangka waktu pelukaan dapat di lihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Rata – rata Produktivitas Getah antara Perlakuan Fisik Dengan Jangka Waktu Pelukaan
Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan dan pelukaan untuk perlakuan jangka waktu 3 hari sekali dilakukan sebanyak 10 kali, sedangkan untuk 5 hari sekali sebanyak 6 kali dan untuk 7 hari sekali sebanyak 4 kali.
208,9 361,3 278,3 252,5 204,4 316,4 250,2 251,4 186,8 287,7 249 256,2 0 50 100 150 200 250 300 350 400 Tanpa Pemukulan
10 Kali 20 Kali 30 Kali
P ro dukt iv itas G etah ( gr am/po h o n ) Perlakuan Pemukulan 3 Hari Sekali 5 Hari Sekali 7 Hari Sekali
Berdasarkan Gambar 6. di atas dapat dilihat bahwa interaksi pemukulan 10 kali dengan jangka waktu pelukaan 3 hari sekali merupakan produksi getah tertinggi sebesar 361,3 gram/pohon, sedangkan nilai terkecil sebesar 249 gram/pohon terdapat pada interaksi pemukulan 20 kali dengan jangka waktu pelukaan 7 hari sekali. Perbedaan nilai rata-rata produksi getah pinus pada gambar di atas disebabkan pada pemukulan 10 kali berpengaruh terhadap laju produksi getah pinus yang dihasilkan, sedangkan dilihat dari jangka waktu pelukaan 3 hari sekali semakin banyak pohon yang dilukai (sadap) maka produksi getah yang dihasilkan juga semakin bertambah, sedangkan jangka waktu pelukaan 7 hari sekali produksi getah yang dihasilkan sedikit, proses pelukaan yang dilakukan tidak terlalu sering sehingga produksi getah yang dihasilkan rendah.
Pengaruh Pengelompokan Diameter Pohon Terhadap Produktivitas Getah Pinus
Berikut ini merupakan Gambar 8. hasil pengelompokan diameter pohon di lihat berdasarkan analisis sidik ragam (Lampiran 1).
Gambar 8. Rata–rata Produktivitas Getah Pada Berbagai Diameter 0 200 400 600 800 1000 1200 1400
Kelompok 1 (30-<32 cm) Kelompok 2 (32-<35 cm) Kelompok 3 (35-<40 cm)
P ro dukt iv it as ge ta h (gr am /po h o n Pengelompokan diameter 34
Diameter yang dibuat pada penelitian ini dibagi atas 3 kelompok adalah 30 - < 32 cm sebagai kelompok 1, 32 - < 35 cm sebagai kelompok 2 dan 35 - < 40 cm sebagai kelompok 3. Pengelompokan ini dilakukan berdasarkan keadaan yang ada di areal penelitian dengan menyesuaikan diameter pohon yang ada dilapangan berkisar antara 30 – 40 cm. Diameter yang kurang dari 25 cm dapat mengakibatkan produktivitas getah yang dihasilkan sedikit sehingga sebelum dilakukan pengelompokan terlebih dahulu mengelompokkan diameter sesuai denngan kelompok diameter yang telah dibuat sebelumnya. Dari hasil gambar di atas menunjukkan bahwa nilai dari kelompok 3 merupakan nilai tertinggi yakni sebesar 1158,9 gram/pohon dengan diameter sebesar 35 - < 40 cm, sedangkan kelompok yang paling rendah yaitu kelompok 1 dengan produktivitas getah sebesar 950,4 gram/pohon dengan diameter 30 - < 32. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar diameter pohon maka semakin besar pula nilai produktivitas getah yang dihasilkan, sesuai dengan pernyataan Hadipoernomo (1992) bahwa semakin bertambah umur dan diameter bertambah maka produksi getah semakin besar.