• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II METODE PENELITIAN

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :

1 Dari segi penilaian kepemimpinan

Kepemimpinan di Kantor Camat Muara Kabupaten Tapanuli Utara dapat dikatakan baik. Namun hal tersebut harus tetap dipertahankan dan ditingkatkan, yakni dalam bermusyawarah harus ditingkatkan, penilaian kepemimpinan tidak dilakukan atas dasar hubungan kekerabatan tetapi harus objektif dan sesuai dengan kenyataan agar dengan adanya kepemimpinan tersebut pegawai dapat memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga akan dapat meningkatkan kemampuan pemimpin.

2. Dari segi Disiplin Kerja

Disiplin kerja pegawai pada Kantor Camat Muara Kabupaten Tapanuli Utara sudah baik. Yang perlu ditingkatkan adalalah menjalankan semua perintah yang ada dikantor seperti tanggung jawab dalam menjalankan tugas. Dengan adanya komitmen untuk menjalankan

pekerjaan di kantor pegawai akan lebih produktif. Selain itu pemberian tugas disesuaikan dengan kemampuan pegawai agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien.

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan rumus statistik dalam membantu menganalisis data dan fakta yang diperoleh. Adapun metode korelasional adalah metode penelitian yang meneliti hubungan antara variabel-variabel yang ada. Metode korelasional bertujuan meneliti sejauh mana variabel yang satu memiliki hubungan sebab akibat dengan variabel yang lain.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Kantor Camat Muara Kabupaten Tapanuli Utara Jln. R.M. Aritonang no 1A Muara.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Dalam melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu menentukan populasi yang akan diteliti. Menurut Sugiyono (2006:96), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Kemudian populasi atau

universe adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang akan diteliti (Singarimbun, 1995:152)

Maka,yang menjadi Populasi dalam Penelitian ini adalah Pegawai Kantor Camat Muara yang berjumlah 30 pegawai.

2. Sampel

Menurut Singarimbun (1995:152), sampel diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya. Dengan kata lain, sampel adalah bagian dari populasi. Pengambilan sampel dimaksudkan sebagai representatif dari seluruh populasi, sehingga kesimpulannya juga berlaku bagi keseluruhan populasi. Menurut Arikunto (2003:5), apabila populasi kurang dari 100 orang maka diambil dari keseluruhannya. Namun apabila jumlah populasinya lebih dari 100 orang, maka sampel yang diambil sebesar 10%-15%-20%-25% atau lebih.

Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini berdasarkan prosedur pengambilan sampel adalah seluruh pegawai di Kantor Camat Muara.

A. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua macam data menurut klarifikasi jenis dan sumbernya, yaitu :

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Kuesioner (Angket) adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti, yang bertujuan memperoleh informasi yang relevan, serta informasi yang dibutuhkan secara serentak (Narbuko dan Achmadi, 2004 : 76). Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan yang dilengkapi alternatif jawaban

b. Observasi adalah teknik mengumpulkan data atau keterangan dengan menggunakan rekaman berbagai fenomena atau situasi kondisi yang terjadi.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui studi pustaka dan dokumen atau arsip yang ada, yang terdiri dari

a. Penelitian Kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui buku dan berbagai bahan yang berhubungan dengan objek penelitian.

b. Studi Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui pengkajian dan penelaahan terhadap catatan tertulis maupun dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

c. Browsing, yaitu pencarian bahan-bahan yang relevan dengan masalah yang diteliti melalui media internet.

B. Teknik Pengukuran Skor

Dengan adanya penyebaran angket yang berisikan beberapa pertanyaan yang akan diajukan kepada responden, maka ditentukan skor dari setiap pertanyaan. Teknik pengukuran skor yang digunakan adalah skala ordinal untuk menilai jawaban responden yang kemudian ditransformasikan lagi menjadi skala interval.

Di dalam skala interval ada lima alternatif jawaban dimana tiap-tiap alternatif tersebut diberikan skor dengan penilaian nilai skala sebagai berikut :

1. Untuk jawaban alternatif “a”diberi skor 5 2. Untuk jawaban alternatif ”b”diberi skor 4 3. Untuk jawaban alternatif “c”diberi skor 3 4. Untuk jawaban alternatif “d”diberi skor 2 5. Untuk jawaban alternatif “e”diberi skor 1

Kemudian untuk menentukan kategori jawaban responden masing-masing variabel apakah tergolong tinggi, sedang, rendah, terlebih dahulu ditetapkan kelas intervalnya.

Berdasarkan alternatif jawaban dari masing-masing responden, ditentukan kelas intervalnya dengan perhitungan, sebagai berikut :

������������� − �����������ℎ

�����������������

Maka diperoleh:

5−1 5 = 0,8

Dengan demikian dapat diketahui kategori jawaban responden untuk masing-masing variabel, yaitu :

Skor untuk kategori sangat rendah = 1.00 – 1.80 Skor untuk kategori rendah = 1.81 – 2.61 Skor untuk kategori sedang = 2.62 – 3.42 Skor untuk kategori tinggi = 3.43 – 4.23 Skor untuk kategori sangat tinggi = 4.24 – 5.00

C. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa data kuantitatif yang digunakan untuk menguji hubungan/pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan perhitungan statistik. Adapun metode statistik yang digunakan dalam mengelola data penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Koefisien Korelasi Product Moment

Teknik analisa ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya dan tinggi rendahnya hubungan antar variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) (Sugiyono, 2005: 212).

��

=

�.∑ �� −(∑ �)(∑ �)

�[(�.∑ �2)−(∑ �)2){(�.∑ �2)−(∑ �)2)]

Keterangan : rxy = Koefisien korelasi antara gejala x dan y N = Jumlah Sampel

x = Jumlah skor x ∑y = Jumlah skor y

xy = Jumlah hasil kali antara x dan y

Untuk melihat hubungan antara kedua variabel dari hasil perhitungan, maka dapat dirumuskan dengan memberikan tiga kemungkinan mengenai hubungan antara kedua variabel yaitu :

a. Nilai rxy positif artinya kedua variabel menunjukkan hubungan positif dimana kenaikan nilai variabel pertama diikuti dengan variabel yang lain.

b. Nilai rxy negatif artinya kedua variabel menunjukkan hubungan negatif dimana kenaikan nilai variabel pertama diikuti oleh turunnya variabel kedua.

c. Nilai r sama dengan nol artinya kedua variabel tidak menunjukkan hubungan dimana variabel pertama tetap meskipun variabel lain berubah.

Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi atau rendah antara kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi) digunakan penafsiran atau interpretasi angka (Sugiyono, 2005 : 149), yaitu :

Tabel 1.

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

Antara 0,00 – 0,199 Sangat Rendah

Antara 0,20 – 0,399 Rendah

Antara 0,40 – 0,599 Sedang

Antara 0,60 – 0,799 Tinggi

Antara 0,80 – 1,000 Sangat Tinggi

Dari nilai rxy yang diperoleh dapat dilihat secara langsung melalui tabel korelasi untuk mengetahui apakah nilai r yang diperoleh berarti atau tidak. Tabel korelasi ini mencantumkan batas-batas r yang signifikan. Ketentuannya adalah bila rhitung lebih kecil dari rtabel (rhitung< rtabel) maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sebaliknya, apabila rhitung lebih besar dari rtabel

(rhitung> rtabel) maka Ha diterima.

Tabel korelasi ini mencantumkan batas-batas r signifikan tertentu, dalam hal ini yang signifikan 5%. Bila nilai r tersebut adalah signifikan berarti hipotesa kerja/hipotesa alternatif dapat diterima.

Pada korelasi product moment, data harus berskala interval maka data berskala ordinal harus ditransformasikan terlebih dahulu menjadi skala interval dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Memperhatikan setiap butir jawaban responden dari angket yang disebarkan pada setiap butir ditentukan beberapa orang yang mendapat skor 1,2,3,4 dan 5 yang disebut frekuensi

b. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut proporsi, c. Menentukan nilai proporsi kumulatif dengan jalan menjumlahkan nilai proporsi secara

d. Menggunakan tabel distribusi normal, hitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh,

e. Menentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh dengan menggunakan nilai tabel tinggi densitas dengan rumus:

δ(Z)- 1

√2� �2

2�,−∞< �+∞

f. Menentukan nilai setiap skala untuk setiap kategori

����� =(�������������������)−(�������������������) (�������������������)− (��������������) g. Hitung skor (nilai hasil transformasi) untuk setiap kategori melalui persamaan

����� =����������+ |���������� min⁡| + 1

Tahapan-tahapan diatas telah ditransformasikan kedalam sebuah program MSI (Methode of Succesivbe Interval) yang dirancang oleh Drs. Rasyudin Ginting, M.Si. Program MSI sebagai penyempurnaan dari program-program yang telah ada sebelumnya. Mentransformasikan data skala ordinal menjadi data skala interval yang berguna untuk memenuhi sebagian dari syarat analisis parametrik yang mana data setidak-tidaknya berskala interval.

2. Uji Signifikansi Koefisien Korelasi (Uji “t”)

Untuk mengetahui apakah diantara dua variabel terdapat hubungan yang independen atau tidak, maka perlu dilakukan uji independen. Hipotesis yang harus diujikan adalah Ho : ρ = 0, melawan Ha : ρ≠ 0. Dimana sampel yang diambil dari populasi normal bervariabel dua berukuran n memiliki koefisien korelasi r, maka dapat digunakan uji statistik t dengan rumus (Suharyadi, 2004 : 466) :

�= �√� −2

Keterangan : t = nilai hitung

r = nilai koefisien korelasi n = jumlah data pengamatan

Hasil thitung kemudian dikonfirmasi pada nilai ttabel untuk mengetahui sejauh mana hasil penelitian memenuhi syarat kelayakan data secara empiris. Kriteria pengujian adalah jika harga thitung< ttabel, maka hipotesis alternatif ditolak dan jika harga thitung> ttabel, maka hipotesis alternatif diterima. Selanjutnya untuk taraf nyata = α, maka hipotesis diterima jika –�(11

2

)�<t<(11 2

)�, dimana distribusi t yang digunakan mempunyai dk = (n-2). Dalam

hal lainnya Ho ditolak.

Bentuk alternatif untuk menguji hipotesis Ho bisa Ha : ρ> 0 atau Ha : ρ< 0. Yang pertama merupakan uji pihak kanan sedangkan yang kedua merupakan uji pihak kiri. Daerah kritis pengujian harus disesuaikan dengan alternatif yang diambil.

3. Koefisien Determinasi

Koefisien determinan digunakan untuk mengetahui berapa persen besarnya pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Adapun rumus koefisien determinasi “D” yaitu (Sugiyono, 2005 : 212) :

D = (rxy)2 x 100% Keterangan : D = koefisien determinan

rXY = koefisien korelasi product moment antara X dan Y

4. Regresi Linier Sederhana

Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal/sebab akibat satu variabel independen (variabel bebas) dengan satu variabel dependen (variabel terikat). Persamaan umum regresi linier sederhana adalah (Sugiyono, 2005 : 204-206):

Y = a +bX Keterangan:

Y = Subjek dalam variabel dependen yang dipredisikan a = konstanta (nilai Y apabila X = 0 )

b = angka arah atau koefisien regresi peningkatan atau penurunan variabel

X = Subjek variabel independen yang mempunyai nilai tertentu. Harga a dan b dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:

�=(∑ ��)(∑ ��2)−(∑ ��)(∑ ����)

�.∑ �2� −(∑ ��)2

�= � ∑ ���� −(∑ ��)(∑ ��)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Daerah kecamatan merupakan pembagian wilayah administratif di bawah daerah kabupaten atau kota yang dipimpin oleh seorang camat. Dalam menjalankan tugasnya, Camat dibantu oleh perangkat kecamatan dan bertanggung jawab kepada Bupati atau Walikota melalui sekretaris daerah kabupaten/kota. Oleh karena memiliki kedudukan tertinggi di kantor kecamatan, camat merupakan pemimpin dalam organisasi pemerintah kecamatan. Dengan demikian, camat dituntut dapat mempengaruhi bawahannya agar mampu bekerjasama demi mencapai tujuan organisasi.

Kecamatan Muara terletak di Kabupaten Tapanuli Utara, dengan jumlah penduduk 13.459 jiwa yang tersebar di 15 desa. Kecamatan muara yang letaknya masih di lingkungan pedesaan membutuhkan kepemimpinan camat yang memiliki tata penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Berdasarkan jurnal Putra Sihombing yaitu “Peran Kepemimpinan Camat Dalam Peningkatan Disiplin Kerja di Kantor Camat Muara Kabupaten Tapanuli Utara” sebagian pegawai dikantor camat muara memiliki pekerjaan lain diluar pekerjaannya. Hal tersebut dapat terlihat dari disiplin kerja para pegawai yang masih sangat kurang yaitu pada saat jam kerja, masih banyak pegawai yang melakukan aktivitas lain di luar kegiatan organisasi, mereka merasa enggan untuk menyumbangkan ide pikiran mereka dalam menunjang kelancaran kegiatan pemerintahan di Kecamatan, serta pada jam masuk dan pulang kerja pegawai tidak sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

Camat lebih banyak bekerja sendiri dan kurang menjalin hubungan kerja sama dengan para pegawainya. Pada hari dan jam kerja Kantor Camat Muara terlihat sepi aktivitas dan pelayanan terhadap masyarakat tidak berjalan. Camat lebih sering beraktivitas dan

memfokuskan dirinya terhadap pekerjaannya di luar Kantor Camat sehingga camat sering tidak berada di kantor untuk menjalankan tugasnya. Jadi, baik camat maupun pegawainya sering tidak terlihat di kantor camat melaksanakan pekerjaanya karena memiliki pekerjaan sampingan yang lebih di utamakan dari pekerjaan mereka di kantor camat.

Hal lain yang menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian adalah dengan jurnal yang lebih dahulu melakukan penelitian di Kantor Camat Muara bahwa terdapatnya kepemimpinan dan disiplin yang rendah. Disini camat di tuntut untuk dapat menerapkan disiplin kerja kepada pegawainya agar mau bekerja sesuai aturan yang berlaku. Pegawai dan camat sama-sama membenahi tata kerja agar lebih baik lagi. Dan yang juga sering terjadi jika ada pekerjaan yang harus di selesaikan camat biasanya menyampaikan tugas tersebut di luar jam kantor atau bahkan tidak saat di kantor kepada pegawainya. Akibatnya pekerjaan yang ada di kantor camat terbengkalai dan tidak selesai tepat waktu. Dalam kepemimpinannya camat diharapkan memiliki komunikasi yang profesional dengan bawahannya sehingga pegawai kantor camat dengan baik menerima tugas yang diberikan oleh pemimpinya dan dapat menyelesaikan tugasnya tepat waktu.

Hal tersebut tentunya berimplikasi luas pada timbulnya kesenjangan antara pemimpin dengan yang dipimpinnya yang berujung pada rusaknya tatanan organisasi di Kantor Kecamatan Muara dan menyebabkan tidak tercapainya tujuan organisasi yang telah ditentukan. Oleh sebab itu, dengan memiliki komunikasi yang baik dengan bawahannya Camat Muara dapat menerapkan kedisiplinan kepada pegawainya. Disiplin kerja merupakan faktor yang penting untuk membenahi kinerja pegawai agar lebih berkualitas lagi. Disiplin kerja dinilai dari seberapa patuhkah pegawai dalam melaksanakan semua peraturan yang ditetapkan oleh kantor camat. Menurut Saydam (2005: 284) disiplin adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan mentaati segala norma- norma, peraturan yang berlaku disekitarnya secara bertanggung jawab. Adapun disiplin pada hakikatnya

mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Disiplin kerja diartikan jika pegawai selalu datang dan pulang tepat pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaanya dengan baik dan tepat waktu, melaksanakan perintah atasan, dan mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma yang berlaku.

Berdasarkan pengamatan penulis di Kantor Camat Muara dengan seiring pergantian camat yang baru telah terjadi perubahan dalam upaya membenahi kedisiplinan kerja pegawai, Camat melakukan pendekatan dengan mengenal karakter masing-masing pegawainya agar dapat mengetahui dan berusaha memenuhi kebutuhan mereka, baik itu kebutuhan moril maupun materil. Kepemimpinan seorang camat selaku pemimpin harus memiliki pikiran, tenaga, dan kepribadian yang dapat memicu timbulnya hubungan kerjasama antara sekelompok orang di dalam organisasi, serta dapat menjalin hubungan komunikasi yang baik dalam memberikan pengawasan yang efisien dan dapat membawa para bawahannya kepada sasaran yang ingin dituju sesuai dengan kriteria dan waktu yang telah ditetapkan.

Faktor kepemimpinan memegang peranan yang penting di dalam instansi, karena pemimpin itulah yang akan meggerakkan dan mengarahkan organisasi atau instansi dalam mencapai tujuan. Sukses tidaknya usaha pencapaian tujuan organisasi ditentukan oleh kualitas kepemimpinan. Menurut Kartono (2005) Kepemimpinan adalah kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok. Berdasarkan uraian dan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh mengenai kepemimpinan Camat di Kantor Kecamatan Muara ini. Maka dari itu penulis akan mengadakan penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Pada Kantor Camat Muara Kabupaten Tapanuli Utara”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah yang akan di teliti dalam penelitian ini adalah

1. Adakah pengaruh kepemimpinan terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor Camat Muara Kabupaten Tapanuli Utara?

2. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor Camat Muara Kabupaten Tapanuli Utara?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor Camat Muara Kabupaten Tapanuli Utara.

2. Ingin mengetahui seberapa besar pengaruh kepemimpinan terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor Camat Muara Kabupaten Tapanuli Utara.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengembangkan kemampuan berpikir dalam menganalisa suatu permasalahan serta menerapkan segala ilmu yang telah diperoleh.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi Kantor Camat Muara Kabupaten Tapanuli Utara.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi referensi kepustakaan Departemen Ilmu Administrasi Negara dan bagi kalangan peneliti lainnya yang tertarik dalam bidang yang sama.

E. Kerangka Teori

Dengan adanya kerangka teori, maka memudahkan penulis dalam rangka menyusun penelitian ini dimana kerangka teori digunakan untu memberikan landasan berpikir yang berguna untuk membantu penelitian dalam memecahkan masalah. Kerangka teori dimaksudkan untuk memberi gambaran dan batasan tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan. Dengan demikian penulisan dapat menggunakan teori-teori yang relevan dengan tujuan penelitian.

1. Kepemimpinan

a. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin, yang berarti seseorang yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan dan kelebihan dalam satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktifitas demi tercapainya suatu maksud dan beberapa tujuan (kartono, 2005:76). Menurut (Rivai, 2005:64), kepemimpinan pada dasarnya mempunyai pokok pengertian sebagai sifat, kemampuan, proses, dan atau konsep yang dimiliki oleh seseorang sedemikian rupa sehingga ia diikuti, dipatuhi, dihormati dan orang lain bersedia dengan penuh keikhlasan melakukan perbuatan atau kegiatan yang telah dikehendaki oleh pemimpin tersebut, dengan demikian dapat dikatakan sebagai proses untuk mempengaruhi orang lain. Sedangkan Menurut Hasibuan (2003:170) “Kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi”. Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain agar mau berperan serta dalam rangka memenuhi tujuan yang telah ditetapkan bersama.

1. Kepemimpinan merupakan proses

2. Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi (hubungan) antara pimpinan dan bawahan

3. Kepemimpinan merupakan ajakan kepada orang lain

Dari berbagai pengertian diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa secara umum pengertian pemimpin adalah suatu kewanangan yang disertai kemampuan seseorang dalam memberikan pelayanan untuk menggerakan orang-orang yang berada dibawah koordinasinya dalam usaha mencapai tujuan yang ditetapkan suatu organisasi.

b. Fungsi Kepemimpinan

Dalam upaya mewujudkan kepemimpinan yang efektif, maka kepemimpinan tersebut harus dijalankan sesuai dengan fungsinya. Sehubungan dengan hal tersebut, menurut nawawi (2005:74), fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada didalam, bukan berada diluar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian didalam situasi sosial kelompok atau organisasinya.

Kepemimpinan yang efektif hanya akan terwujud apabila dijalankan sesuai dengan fungsinya. Fungsi kepemimpinan itu berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok atau organisasi masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu. Fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam intraksi antar individu di dalam situasi sosial suatu kelompok atau organisasi karena fungsi kepemimpinan sangat mempengaruhi maju mundurnya suatu organisasi, tanpa ada penjabaran yang jelas tentang fungsi pemimpin mustahil pembagian kerja dalam organisasi dapat dapat berjalan dengan baik.

Sondang P. Siagian (1999:47) dalam bukunya Teori dan Praktek Kepemimpinan mengatakan beberapa fungsi kepemimpinan sebagai berikut:

1. Pimpinan sebagai penentu arah dalam usaha pencapaian tujuan

2. Pemimpin sebagai wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak di luar organisasi

3. Pemimpin sebagai komunikator yang efektif

4. Pemimpin sebagai mediator, khususnya dalam hubungan ke dalam, terutama dalam menangani situasi konflik

5. Pemimpin sebagai integrator yang efektif, rasional, objektif dan netral

Fungsi kepemimpinan menurut Rivai (2005:119), bahwa kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok/organisasi masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu.

Menurut Hadari Nawawi (2005:75), secara operasional dapat dibedakan dengan lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu :

1. Fungsi Instruktif

Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), bila mana (waktu memulai melaksanakan dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah. Dalam hal ini fungsi orang yang dipimpin adalah sebagai pelaksana perintah. Inisiatif tentang segala sesuatu yang ada kaitannya dengan perintah tersebut, sepenuhnya adalah merupakan fungsi pemimpin, fungsi ini juga berarti bahwa keputusan yang ditetapkan pemimpin tanpa kemauan para bawahannya tidak akan berarti. Jika perintah tidak dilaksanakan juga tidak akan ada artinya. Intinya,kemampuan bawahan menggerakan pegawainya agar melaksanakan perintah, bersumber dari keputusan yang ditetapkan. Perintah yang jelas dari pimpinan berati juga

sebagai perwujudan proses bimbingan dan pengarahan yang dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan organisasi.

2. Fungsi Konsultatif

Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebut digunakan sebagai usaha untuk menetapkan keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan mungkin perlu konsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Konsultasi yang dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan balik (feed back), yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan yang telah

Dokumen terkait