• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

3.1. Bahan atau Materi Penelitian

Materi penelitian adalah hasil pencitraan MRI yang diperoleh dari

hubungan variasi flip agle, pembobotan T2 spin echo terhadap kualitas pencitraan

Brain, yang dilakukan pada setiap pasien.

3.2. Tempat dan Instrumen dalam Penelitian

Penelitian dilakukan di RS Murni Teguh Medan. Instrumen Magnetik Resonance Imaging yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini adalah Magnetom Avanto buatan Siemens . sistem medan magnet yang dipergunakan adalah superkonduktor yang mampu memberikan medan magnet yang sangat besar yaitu sebesar 1,5 tesla (T).

3.2.1. Instrumentasi MRI

Beberapa instrumentasi MRI yang ada ditempat peneliti yaitu;

Gambar 3.1 A MRI 1,5 T B Sistem On Off MRI

Gambar 3.2 A. Operator consule B. Dry View film 3.2.2. Tata Cara Penelitian

Tata cara penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan citra dari MRI diawali dengan persiapan pesawat Magnetik Resonance Imaging, persiapan pasien, pengaturan dari TR dengan menggunakan pembobotan T1 yang akan dipergunakan dan analisa data.

Pengaturan dari TR yang digunakan sangat mempengaruhi hasil dari pembobotan, dan juga untuk menghasilkan pencitraan yang akurat untuk mendiagnosa kelainan pada pasien. Dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan yang merupakan suatu alur untuk mendapatkan data. Data ini diperoleh dengan tahapan seperti mengatur posisi pasien yang akan didiagnosa, pengaturan serta melakukan suatu pembobotan untuk mendapatkan data dan ditampilkan kedalam layar citra MRI yang merupakan hasil data akhir dari pencitraan.

                        MULAI STUDY LITERATUR

PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN

PENCITRAAN MRI BRAIN

DENGAN VARIASI TR TANPA VARIASI

CITRA PADA KOMPUTER

NILAI SINYAL DENGAN ROI PADA CITRA

PENENTUAN SNR

ANALISA DATA 

PELAPOR

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Citra yang diperoleh

Pada penelitian ini diperoleh citra MRI Lumbal pada pasien tiga orang dengan perubahan Time repetition yaitu TR 300, TR 400, dan TR 500 dengan parameter yang lain tetap seperti TE 103,ST 4, pada masing-masing pasien. Jumlah citra yang diperoleh ada sembilan (9) citra dimana pada masing – masing citra dilakukan region of interest (ROI) daerah yang diamati yaitu pada corpus, discus, fat, medulla spinalis dan daerah background seperti beberapa gambar dibawah ini;

Citra pasien A dengan TR=400, ST =4, TE= 103

Citra pasien A TR =500, ST=4,TE 103

Pasien C TR=500, ST =4, TE= 103

Gambar 4.1 Beberapa Citra pasien dengan TR 300, TR 400, TR 500

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa hasil citra dipengaruhi oleh parameter TR. Untuk menentukan citra mana yang lebih berkwalitas maka pada citra dilakukan daerah yang diamati pada daerah tertentu sehingga diperoleh nilai intensitas jaringan dengan cara penentuan ROI pada jaringan corpus,CSF, fat seperti dibawah ini;

Tabel 4.1 Nilai Intensitas jaringan Data pasien TR Nilai ROI corpus CSF Fat BG Pasien A 300 84.0 248.8 52.4 42.8 400 64.3 190.8 432.0 10.2 500 84.0 248.8 52.4 42.8 Pasien B 300 38.0 44.9 23,6 13.2 400 62.0 115.8 371.1 12.6 500 46.0 263.7 437.4 10.9 Pasien C 300 68.4 135.6 313.8 9.9 400 101.6 87.8 474.6 9.9 500 125.2 253.1 602.4 13.1

Tabel 4.1 menunjukkan nilai intensitas jaringan yang diperoleh dengan cara ROI pada masing – masing citra A,B dan C,,seperti pada gambar 4.1 Dari nilai intensitas akan didapat nilai SNR dengan ketentuan Bryan (2010) yaitu

S SNR

N  Dimana :

SNR = Signal to Noise Rasio ( Intensitas Daerah Yang di Amati ) S = signal jaringan

Tabel 4.2 nilai SNR jaringan Pasien TR Nilai SNR Corpus CSF Fat A 300 84 248.8 52.4 B 300 38 44.9 5.363636 C 300 68.4 135.6 313.8 A 400 64.3 190.8 432 B 400 62 115.8 371.1 C 400 101.6 87.8 474.6 A 500 84 248.8 52.4 B 500 46 263.7 437.4 C 500 125.2 253.1 602.4

Dari tabel 4.2 diatas diperoleh nilai SNR yang merupakan nilai intemsitas signal masing – masing daerah yang diamati pada setiap citra pasien A,B maupun C sehingga didapat citra mana yang lebih berkualitas yang ditunjukkan pada gambar diagram SNR sepertidibawah ini;

Diagram pada Gambar 4.2 diatas menunjukkan hasil nilai SNR dari masing – masing citra MRI Lumbal dari intensitas daerah yang diamati, dimana TR yang digunakan yaitu TR300, TR400 dan TR 500. Diperolehhasil bahwa semakin tingginilai TR atausemakin cepat waktu pengulangan maka SNR semakis tinggi yang artinya citra lenih berkualitas pada saat TR nya lebih maksimum

Pada penelitian ini protokol pencitraan parameter TR dari 300 – 500 ms. Protokol dengan TR = 300 ms merupakan protokol standar rutin.Hasil rerata perhitungan SNR pada setiap jaringan diperlihatkan pada tabel 4.1 di bawah. Penggambaran hubungan SNR dengan peningkatan nilai TR pada masing-masing jaringan dengan jelas diperlihatkan dalam grafik pada gambar 4.2.

Waktu pengulangan atau repetition time adalah interval waktu antara pengulangan dua pulsa yang sama. Pemberian TR yang lama tepat mengevaluasi jaringan dalam irisan yang lebih banyak serta memberikan harga sinyal noise yang lebih baik, namun menyebabkan waktu yang di butuhkan untuk memperoleh data yang lebih lama. TR yang cepat dapat mempersingkat waktu pengambilan data namun jumlah irisan jaringan yang di evaluasi menjadi sedikit dan signal to noise ratio (SNR) menjadi jelek.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan Penelitian yang telah dilaksanakan, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemberian TR yang lama dengan TR = 500 ms,tepat mengevaluasi jaringan dalam irisan yang lebih banyak serta memberikan harga sinyal noise yang lebih baik, namun menyebabkan waktu yang di butuhkan untuk memperoleh data yang lebih lama. Dan kualitas citra yang diperoleh lebih terang.

2. TR yang cepat dengan TR =300 ms,dapat mempersingkat waktu pengambilan data namun jumlah irisan jaringan yang di evaluasi menjadi sedikit dan signal to noise ratio (SNR) menjadi kecil dan kualitas citra menjadi berkurang.

5.2 Saran

Sebagai masukan guna pengembangan lebih lanjut dari penelitian ini, maka penulis memberikan saran dimana waktu yang terbatas dan data yang sulit didapat, sebaiknya data diambil lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Andrianto. Heri, 2008, Pemrograman Mikrokontroler AVR ATMega16, Penerbit Informatika. Bandung.

Bejo, Agus, 2008, C dan AVR Rahasia Kemudahan Bahasa C dalam Mikrokontroler ATMega 8535. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta.

Setiawan, afri, 2011, 20 Aplikasi Mikrokontroler ATMega8535 dan ATMega 16 Menggunakan Bascom-AVR,Penerbit Andi. Yogyakarta.

Setiawan, sulhan, 2006, Mudah dan Menyenangkan Belajar Mikrokontroler, Penerbit Andi . Yogyakarta.

http://www.atmel.com/pt/br/Images/doc2466.pdf http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/DataDokumen/Dokumen_Buku_Informasi _Perubahan_Iklim_dan_Kualitas_Udara.PDF http://www.figarosensor.com/products/2201pdf. https://www.sparkfun.com/datasheets/LCD/ADM1602K-NSA-FBS-3.3v.pdf www.es.co.th/schemetic/pdf/RWS-374-6.pdf http://dlnmh9ip6v2uc.cloudfront.net/datasheets/Wireless/General/TWS-BS- 3_433.92MHz_ASK_RF_Transmitter_Module_Data_Sheet.pdf

Dokumen terkait