• Tidak ada hasil yang ditemukan

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja di kantor akuntan publik (KAP) di Provinsi Jawa Tengah diantaranya adalah Semarang, Solo, dan Jogja. Sampel yang terpakai dalam penelitian ini adalah kantor akuntan publik yang memberikan ijinnya untuk penulis melakukan penelitian pada KAP tersebut. Pengambilan sampel menggunakan convinience sampling, yaitu dengan menghubungi kantor akuntan publik (KAP) yang berada di kota Semarang, Solo, dan Jogja yang bersedia untuk menjadi responden.

Metode Pengumpulan Data

Data penelitian diperoleh dengan survey kepada para auditor yang bekerja di kantor akuntan publik (KAP) di Provinsi Jawa Tengah. Penyebaran kuesioner dilakukan secara langsung dengan mendatangi dan memberikan langsung ke tiap KAP dituju. Setiap kantor akuntan publik hanya menerima maksimal lima kuesioner penelitian. Kuesioner penelitian berisi mengenai beberapa pertanyaan yang terkait identitas responden serta pertanyaan yang telah dirumuskan terkait variabel dalam penelitian ini.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan vignette di lapangan terhadap target populasi. Kuesioner penelitian ini berisi mengenai pertanyaan untuk mengetahui skor sifat machiavellian seorang auditor. Selanjutnya karena penulis tidak dapat mengetahui situasi dan kondisi budaya organisasi tempat masing-masing responden bekerja, penulis memberikan

vignette berupa dua kasus yang mengambarkan situasi dan kondisi budaya organisasi etis dan tidak etis. Vignette merupakan skenario dengan deskripsi singkat dari sebuah situasi yang dihasilkan dengan cara menggabungkan karakteristik secara acak dan dimanipulasi oleh peneliti (Ganong dan Coleman, 2006). Dalam satu kuesioner yang disusun oleh penulis, responden dihadapkan pada dua situasi budaya organisasi yang berbeda yaitu etis dan tidak etis yang kemudian pada masing-masing vignette tersebut berisi pertanyaan mengenai

18 perilaku disfungsional audit. Sehingga melalui kuesioner tersebut, penulis akan mendapatkan skor sifat machiavellian dari auditor beserta dua skor perilaku disfungsional audit yang dibedakan pada dua situasi budaya organisasi.

Desain Penelitian

Desain Penelitian ini menggunakan eksperimen 2x2 antar subjek (between subject),dimana peneliti menggunakan dua variabel independen berupa Sifat Machiavellian dan Budaya Etis Organisasi. Kedua variabel independen tersebut akan diuji pengaruhnya terhadap variabel dependen, yakni perilaku disfungsional audit. Dalam eksperimen ini, desain antar subjek dipilih dengan tujuan agar setiap subjek yang berbeda mendapatkan paparan manipulasi yang berbeda (Nahartyo, 2012).

Dalam penelitian ini, mula-mula subyek penelitian akan dibedakan berdasarkan hasil skor pada kuesioner sifat machiavellian yaitu rendah atau tinggi. Kriteria yang digunakan untuk menentukan sifat machiavellian responden didasarkan pada hasil rata-rata skor sifat mach pada keseluruhan responden. Responden akan masuk ke dalam kategori sifat machiavellian rendah apabila skor berada di bawah rata-rata begitu sebaliknya dengan kategori sifat machiavellian tinggi. Setiap responden akan dihadapkan dengan dua vignette yang berbeda yaitu

vignette situasi budaya organisasi yang etis dan yang kedua adalah vignette situasi budaya organisasi yang tidak etis. Melalui kedua vignette tersebut, responden akan menjawab pernyataan mengenai perilaku disfungsional audit. Peneliti akan melihat apakah akan terdapat perubahan jawaban dengan adanya dua vignette

situasi budaya organisasi yang berbeda. Dengan demikian akan didapat empat kelompok subyek sebagai berikut :

Grup 11 : Sifat machiavellian rendah, budaya organisasi etis Grup 21 : Sifat machiavellian tinggi, budaya organisasi etis Grup 12 : Sifat machiavellian rendah, budaya organisasi tidak etis Grup 22 : Sifat machiavellian tinggi, budaya organisasi tidak etis

19

Tabel 2

Matrix Perilaku Disfungsional Auditor

2x2 Between Subject

Perilaku Disfungsional Audit Budaya Organisasi

Etis Tidak Etis

Sifat Machiavellian Rendah (11) (12)

Tinggi (21) (22)

Teknik Analisis Data

Pilot Test

Pilot test (penelitian pendahuluan) dilakukan terhadap beberapa mahasiswa S1 Akuntansi yang sudah mengambil matakuliah auditing. Pilot test dilakukan untuk mengetahui apakah ada kesalahan dalam desain survei. Hal ini mungkin adalah salah satu langkah yang paling penting dalam mengelola survei. Pilot test memberikan umpan balik pada peneliti apakah kata-kata survei dan kejelasan telah jelas untuk semua responden dan apakah pertanyaan diartikan sebagai hal yang sama untuk semua responden.

Analisis Data

Metode analisis data menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution) dengan melakukan beberapa uji diantaranya adalah :

Uji Kualitas Data

1. Uji Validitas

Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur yang digunakan dalam suatu mengukur apa yang diukur (Sugiharto dan Sitinjak, 2006). Validitas dalam penelitian menyatakan derajat ketepatan alat ukur penelitian terhadap isi sebenarnya yang diukur. Uji validitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan korelasi antara skor butir pertanyaan dengan

20 total skor variabel. Setelah itu tentukan hipotesis Ho adalah skor pertanyaan berkorelasi positif dengan total skor variabel dan Ha adalah skor pertanyaan tidak berkorelasi positif dengan total variabel. Stelah menentukan hipotesis Ho dan Ha, kemudian uji dengan membandingkan rhitung (Tabel Corrected Item-Total Correlation) dengan rtabel (tabel Product Moment dengan signifikan 5% (0,05) untuk degree of freedom (df) = n-k. Suatu kuesioner dinyatakan signifikan apabila rhitung> rtabel.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi jawaban responden. Suatu kuesioner dikatakan reliable jika jawaban seorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan teknik cronbach alpha dimana suatu instrumen dapat dikatakan reliabel bila memiliki koefisien kehandalan atau alpha: < 0,6 (tidak reliabel), 0,6-0,7 (acceptable), 0,7-0,8 (baik) dan >0,8 (sangat baik).

Uji Asumsi Klasik

Penelitian ini menggunakan two ways ANOVA dalam pengujian hipotesis. Sebelum melakukan pengujian hipotesis maka diperlukan dua asumsi yang harus dipenuhi yakni homogenity of variances dan multivariate normaliy (Imam Ghozali, 2005).

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Uji normalitas merupakan syarat dilakukan pengujian parametrik. Pengujian normalitas untuk variabel kinerja menggunakan one sample kolmogorov-smirnov dengan menggunakan uji two tailed dengan signifikansi sebesar 0,05. Data dapat dikatakan berdistribusi normal apabila nilai signifikansi lebih dari 0,05 (Gendro Wiyono, 2011: 149). Pengujian normalitas untuk risk preference

menggunakan one sample binomial test dengan nilai signifikansi sebesar 0,05. Data dapat dikatakan normal apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.

21 2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui varian populasi dalam data. Uji homogenitas inimenggunakan uji levene test. Data dikatakan homogen atau memiliki varians yang sama apabila memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05. Uji homogenitas ini merupakan syarat sebelum melakukan uji Analysis of Variances (ANOVA).

Uji Hipotesis

Tahap selanjutnya dalam penelitian ini adalah analisis pengujian hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis ini menggunakan Two Ways Analysis of Variance

(ANOVA). Pengujian ini dilakukan dengan two ways karena terdapat satu variabel dependen, satu variabel independen, dan satu variabel moderating. Menurut Imam Ghozali (2005) ANOVA merupakan suatu metode untuk menguji hubungan antara satu variabel dependen (skala metrik) dengan satu atau lebih variabel independen (skala nonmetrik atau kategorikal). ANOVA digunakan untuk mengetahui pengaruh utama (main effect) dan pengaruh interaksi (interaction effect) dari variabel independen kategorikal (sering disebut variabel faktor) terhadap variabel dependen metrik. Pengujian mendalam pada penelitian ini kemudian digunakan One Ways Analysis of Variance (ANOVA) untuk dapat melihat perbandingkan antar grup interaksi variabel sifat machiavellian dan budaya etis organisasi. Pengujian hipotesis ini dilakukan pada batas signifikansi sebesar 5%, peneliti akan melihat Pvalue untuk mengetahui signifikansi hasil uji. Hipotesis dinyatakan diterima apabila Pvalue kurang dari 5%.

Variabel dan Pengukuran

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen, variabel independen, dan variabel moderating. Definisi operasional dan pengukuran variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:

22

Variabel Dependen

Perilaku Disfungsional Audit

Perilaku disfungsional audit merupakan perilaku yang membenarkan terjadinya penyimpangan dalam penugasan audit (Donnely, Quirin dan David O’Bryan, 2003). Perilaku yang termasuk dalam perilaku disfungsional audit yaitu penghentian prematur atas prosedur audit (premature sign-off), penyelesaian pekerjaan tanpa melaporkan waktu sesungguhnya yang digunakan (underreporting of time), dan penggantian prosedur audit yang telah ditetapkan (replacing audit procedures).

Perilaku disfungsional audit diukur menggunakan 12 item pernyataan atas berbagai bentuk perilaku disfungsional audit yang diadopsi dari penelitian Donnelly et al. (2003). Kuesioner menggunakan skala Likert 5 poin yaitu 1 mewakili “sangat tidak setuju” dan 5 untuk “sangat setuju. Pada kuesioner mengenai pernyataan mengenai perilaku disfungsional audit, terdapat keterangan aturan yang diharapkan dapat diikuti oleh responden. Keterangan aturan tersebut berfungsi untuk mengingatkan responden untuk dapat menjawab pernyataan mengenai perilaku disfungsional audit berdasarkan kondisi budaya organisasi yang telah digambarkan pada lembar sebelumnya. Sedangkan untuk variabel sifat machiavellian tidak perlu untuk dicantumkan pada keterangan aturan tersebut agar responden mengisi pernyataan mengenai perilaku disfungsional audit berdasarkan sifat machiavelliannya. Hal ini dikarenakan sifat machiavellian merupakan sifat yang berasal dari dalam diri seseorang dan telah melekat. Stephen Robbins (2002) juga menyatakan bahwa sifat machiavellian merupakan salah satu sifat yang dapat mempengaruhi seseorang dalam organisasi. Sehingga penulis mengasumsikan bahwa tanpa mencantumkan sifat machiavellian pada keterangan aturan menjawab pernyataan perilaku disfungsional audit tersebut, setiap responden dalam menjawab pernyataan tersebut telah didasarkan juga pada karakter sifat machiavellian yang dimilikinya.

23

Variabel Independen Sifat Machiavellian

Sifat Machiavellian didefinisikan sebagai kepribadian yang kurang peduli dalam hubungan personal dengan mengabaikan moralitas konvensional dan memiliki komitmen ideologi yang rendah ,sehingga cenderung memiliki sikap manipulatif (Christie dan Geis, 1970). Sifat Machiavellian seorang auditor diukur dengan skala Mach IV yang diadopsi dari Agnes Chrismastuti dan Vena Purnamasari (2004). Pengukuran dengan skala Mach IV terdiri dari 14 item pernyataan, dimana empat pernyataan merupakan kategori taktik Machiavellian, sembilan pernyataan merupakan pandangan personal atau tujuan, dan satu pernyataan merupakan ciri moralitas. Semakin tinggi skor

Mach IV berarti semakin tinggi sifat Machiavellian responden.

Variabel Moderating

Budaya Etis Organisasi

Budaya etis organisasi dalam penelitian ini dimanipulasi dengan menggunakan vignette yang menempatkan responden pada kondisi budaya organisasi yang etis dan kondisi budaya organisasi yang tidak etis. Penyusunan kondisi pada instrumen penelitian budaya etis organisasi didasarkan pada lima indikator dalam penelitian Hunt, Chonko & Wood (1989) diantaranya adalah :

1. Gaya kepemimpinan atasan

2. Kompromi terhadap sikap etis tidak dibenarkan

3. Hukuman akan diberikan untuk setiap perilaku tidak etis dalam organisasi 4. Peringatan langsung bagi yang melanggar kepentingan instansi

5. Kepentingan instansi lebih diutamakan daripada kepentingan pribadi

Vignette pada variabel budaya etis organisasi ini tidak memiliki pertanyaan tambahan. Pertanyaan tambahan tersebut sebenarnya berfungsi sebagai

24 yang digambarkan dalam vignette tersebut. Tidak adanya confirmation question dalam vignette tersebut dikarenakan berdasarkan pilot test yang telah penulis lakukan, mayoritas dari responden telah dapat mengetahui perbedaan kondisi budaya organisasi dalam penelitian ini tanpa diberitahukan sebelumnya bahwa terdapat dua kondisi budaya organisasi yang berbeda yaitu etis dan tidak etis. Sehingga penulis mengasumsikan bahwa setiap responden auditor akan dapat mengetahui perbedaan kondisi budaya organisasi yang digambarkan dalam vignette tanpa terdapat confirmation question pada vignette tersebut.

Dokumen terkait