• Tidak ada hasil yang ditemukan

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini, adalah Usaha Kecil dan Menengah di Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang yang sudah terdaftar di Disperindag Ungaran yang berjumlah 149 pada tahun 2010. Dalam pengambilan sampel, penelitian ini menggunakan metode convinience sampling yaitu dengan teknik pengambilan sampel mempertimbangkan kemudahan kedekatan dengan beberapa responden yang memiliki kriteria aset, omzet, dan jumlah tenaga kerja sesuai dengan kriteria Undang-undang 20 Tahun 2008 dan BPS. Sampel dipilih yang lokasi usahanya berada di sekitar tempat tinggal peneliti dan yang bersedia untuk diwawancarai dan mengisi kuesioner. Menurut Roscoe (1975) dalam Supramono dan Utami (2003: 64) ukuran sampel yang layak adalah berkisar antara 30-500.

Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yang diperoleh dari pembagian kuesioner dan wawancara kepada pihak pemilik atau pengelola UKM. Pembagian kuesioner dilakukan dengan memberikan daftar

15 pertanyaan kepada responden untuk dijawab secara tertulis sedangkan wawancara dilakukan dengan bertanya langsung kepada pengelola UKM untuk mengetahui lebih jelas informasi akuntansi yang dimiliki dan digunakan dalam pengambilan keputusan bisnis dan penilaian kinerja. Sebagian responden ada yang meluangkan waktu untuk diwawancarai dalam pengisian kuesioner dan ada pula sebagian responden meminta untuk meninggalkan kuesioner untuk diambil kembali dihari berikutnya.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan untuk mengolah data agar mendapat jawaban dari persoalan-persoalan penelitian adalah teknik analisis kualitatif dengan alat analisisnya deskriptif. Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi informasi akuntansi yang dimiliki dan digunakan untuk pengambilan keputusan bisnis dan penilaian kinerja pada UKM di Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.

Langkah Analisis Data

Langkah-langkah analisis dalam penelitian ini adalah :

 Mengidentifikasi jenis informasi akuntansi yang dimiliki UKM.

 Mengklasifikasikan dokumen, catatan dan laporan yang dimiliki oleh UKM.  Menganalisis bagaimana informasi akuntansi digunakan dalam pengambilan

keputusan bisnis UKM.

 Menganalisis bagaimana informasi akuntansi digunakan dalam penilaian kinerja UKM.

16 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Obyek dalam penelitian ini adalah Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kecamatan Tuntang yang telah memenuhi kriteria Undang Undang No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM. Dari data yang diperoleh dari Disperindag Kota Ungaran, tahun 2010 hanya 17 UKM yang memenuhi kriteria Usaha Kecil dan Menengah. Berdasarkan data tersebut, peneliti berusaha untuk memperluas jumlah UKM yang akan disurvey. Dalam penetapan sampel yang diambil peneliti melakukan penelurusan dan perkiraan perhitungan mengenai aset, omzet dan jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh responden. Sehingga peneliti menetapkan untuk mengambil 30 % dari 149 UKM sesuai data yang diperoleh dari Disperindag Kota Ungaran tahun 2010, sehingga diperoleh sebanyak 45 responden. Jumlah ini sudah memenuhi batas minimal pengambilan sampel yaitu n ≥ 30. Setelah dilakukan survey dari 45 responden, 7 UKM menolak untuk melakukan wawancara dan pengisian kuesioner, 5 UKM tidak memiliki data yang lengkap dalam pengisian kuesioner dan tidak memenuhi kriteria Usaha Kecil Menengah. Sehingga terdapat 33 UKM yang akan diteliti lebih lanjut yang terbagi di dalam 3 (tiga) jenis usaha. Hasil wawancara dan pengisian kuesioner yang telah dilakukan dari UKM tersebut menjadi data yang selanjutnya akan diolah dalam penelitian ini.

Profil Usaha Kecil Menengah (UKM)

Setiap jenis usaha mempunyai karakteristik yang berbeda, maka UKM yang diteliti di Kecamatan Tuntang terdiri dari 3 (tiga) jenis usaha yaitu Usaha

17 Jasa, Dagang dan Manufaktur. Usaha yang tergolong usaha jasa adalah bengkel, salon, rias pengantin, persewaan sound system dan tratak, rental mobil, perbaikan

handphone dan komputer, warnet dan perbaikan personal computer (PC), cuci

mobil dan motor dan bengkel cat motor. Usaha yang tergolong usaha dagang adalah toko kelontong, toko mebelair, toko ban, toko alat tulis, toko sepatu, toko televisi dan parabola, toko baju, toko besi dan toko roti. Sedangkan usaha yang tergolong manufaktur adalah produsen roti, tahu, percetakan dan sablon, makanan, krupuk, tempe, batu bata, tas dan cindera mata dari enceng gondok, serta paving blok.

Setelah dilakukan penelitian dapat diketahui bahwa seluruh usaha yang menjadi obyek penelitian merupakan perusahaan perseorangan yang dikelola oleh pemilik itu sendiri. Berdasarkan dari kepemilikan perijinan, 73% UKM mempunyai SIUP, 73% mempunyai TDP dan 90% sudah mempunyai NPWP. Proses pencatatan pada seluruh UKM yang menjadi obyek penelitian menggunakan proses pencatatan manual.

Tingkat pendidikan pengelola UKM bervariasi dari SD (18,18%), SMP (12,12%), SMA (39,39%), D1 (6,06%) dan S1 (24,24%) (lihat tabel 4).

Tabel 4

Tingkat Pendidikan Pengelola UKM Tingkat Jumlah Persentase Pendidikan Responden (%) SD 6 18,18% SMP 4 12,12% SMA 13 39,39% D1 2 6,06% S1 8 24,24% Total Responden 33 100% Sumber : Data primer yang diolah

18 Jumlah tenaga kerja yang dimiliki sebagian besar UKM (87,88%) berjumlah 1-10 dan untuk jumlah tenaga kerja >10-20 sebanyak 12,12% (lihat tabel 5).

Tabel 5

Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Responden Persentase (%) 1 - 10 orang 29 87,88% >10 - 20 orang 4 12,12% Total Responden 33 100%

Sumber : Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel 6, kepemilikian catatan/pembukuan dari jenis usaha jasa sebanyak 9,09%, usaha dagang sebanyak 18,18% dan usaha manufaktur sebanyak 21,21%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha manufaktur lebih banyak mempunyai catatan/pembukuan. Catatan/pembukuan yang dimaksud berasal dari transaksi pemesanan barang, persediaan bahan baku, jadwal produksi, biaya produksi, biaya tenaga kerja dan biaya pengiriman. Catatan/pembukuan tersebut digunakan untuk mengetahui total biaya yang akan digunakan untuk menentukan harga jual dan laba dari barang yang diproduksi. Usaha jasa merupakan jenis usaha yang paling sedikit (9,09%) yang mempunyai catatan/pembukuan (lihat tabel 6).

19 Tabel 6

Jenis Usaha Dengan Catatan/Pembukuan Yang Dimiliki

Jenis Usaha

Mempunyai Tidak Mempunyai

Jumlah Responden catatan/pembukuan catatan/pembukuan

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Jasa 3 9,09% 8 24,24% 11 33,33%

Dagang 6 18,18% 5 15,15% 11 33,33%

Manufaktur 7 21,21% 4 12,12% 11 33,33%

Total responden 16 48,48% 17 51,52% 33 100%

Sumber : Data primer yang diolah

Berdasarkan lama berdirinya usaha, UKM di Kecamatan Tuntang sebanyak 60,61% telah berusia 1-10 tahun, 36,36% berusia 10-20 tahun dan 3,03% berusia >20 tahun (lihat tabel 7).

Tabel 7 Lama Usaha Berdiri

Lama Usaha Jumlah Persentase

Berdiri Responden (%)

0-10 Tahun 20 60,61%

>10-20 Tahun 12 36,36%

>20 Tahun 1 3,03%

Total Responden 33 100%

Sumber : Data primer yang diolah

Tabel 8 menunjukkan bahwa semakin lama usia suatu usaha, semakin memiliki sedikit kemungkinan bagi pengelola untuk melakukan pencatatan (3,03%). Hal ini disebabkan pada jaman dahulu responden kurang mementingkan catatan/pembukuan karena sudah terrbiasa dengan tanpa adanya catatan.

20 Tabel 8

Lama Usaha Berdiri Dengan Catatan/Pembukuan Yang Dimiliki Lama Usaha

berdiri

Mempunyai catatan/pembukuan

Tidak Mempunyai

catatan/pembukuan Jumlah Responden

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1-10 Tahun 14 42,42% 6 18,18% 20 60,61%

10-20 Tahun 5 15,15% 7 21,21% 12 36,36%

>20 Tahun 1 3,03% 0 0,00% 1 3,03%

Sumber: Data primer yang diolah

Pada tabel 9 berikut menunjukkan bahwa, jenis transaksi yang terjadi dalam UKM adalah transaksi tunai 87,88% dan jenis transaksi tunai serta kredit 12,12%. Transaksi kredit yang dimaksud merupakan transaksi pemberian piutang kepada pelanggan dan hutang kepada pemasok.

Tabel 9

Jenis Transaksi yang Dilakukan UKM Jenis Transaksi Jumlah Persentase

Responden (%)

Tunai 29 87,88%

Tunai dan Kredit 4 12,12%

Total Responden 33 100%

Sumber : Data primer yang diolah

Jika dilihat dari pemisahan entitas usaha dengan entitas pemilik, UKM yang memisahkan entitas usaha dengan entitas pemilik terdiri dari 4 responden (12,12%) dan yang tidak memisahkan terdiri dari 29 responden (87,88%) (lihat tabel 10). Beberapa dari mereka mengatakan bahwa tidak mau repot dengan adanya pemisahan entitas. Mereka menggunakan dana usaha untuk pengeluaran kebutuhan sehari-hari tanpa mencatatatnya secara terpisah.

21 Tabel 10

Pemisahan Entitas yang Dilakukan UKM Pemisahan Entitas Jumlah Responden Persentase (%) Ya 4 12,12% Tidak 29 87,88% Total Responden 33 100%

Sumber : Data primer yang diolah

Berdasarkan hasil penelitian, sumber pendanaan yang banyak digunakan responden adalah menggunakan modal sendiri (63,64%) dan pinjaman bank (36,36%) (lihat tabel 11).

Tabel 11

Sumber Pendanaan yang Digunakan UKM Sumber Pendanaan Jumlah Persentase Responden (%) Modal Sendiri 21 63,64% Pinjam Bank 12 36,36% Total Responden 33 100%

Sumber : Data primer yang diolah Informasi yang dimiliki oleh UKM

Untuk dapat mengetahui informasi yang dimiliki oleh UKM di Kecamatan Tuntang, perlu diidentifikasi terlebih dahulu tentang dokumen, catatan dan laporan apa saja yang dimiliki UKM. Dokumen yang paling banyak dimiliki oleh UKM adalah nota/faktur pembelian (96,97%), karena nota/faktur pembelian merupakan dokumen yang pasti diberikan saat melakukan pembelian terhadap barang dan bahan baku. Selain itu, nota/faktur penjualan (87,88%) serta dokumen PO penjualan (87,88%) dan kwitansi (78, 79%) merupakan jenis dokumen yang banyak dimiliki UKM (lihat tabel 12).

22 Tabel 12

Dokumen yang Dimiliki UKM

No Nama Dokumen

Mempunyai Tidak Mempunyai Jumlah Dokumen/Pembukuan Dokumen/Pembukuan Responden

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 Nota / faktur pembelian 32 96,97% 1 3,03% 33 100%

2 Nota / faktur penjualan 29 87,88% 4 12,12% 33 100%

3 PO penjualan 29 87,88% 4 12,12% 33 100%

4 Kwitansi 26 78,79% 7 21,21% 33 100%

5 PO pembelian 25 75,76% 8 24,24% 33 100%

6 Bukti kirim/Tanda terima 22 66,67% 11 33,33% 33 100%

7 Daftar Permintaan Barang 21 63,64% 12 36,36% 33 100%

8 Kartu Jam Kerja 16 48,48% 17 51,52% 33 100%

9 Daftar Pesanan 16 48,48% 17 51,52% 33 100%

10 Memo D / K 4 12,12% 29 87,88% 33 100%

11 Cek 4 12,12% 29 87,88% 33 100%

Sumber : Data primer yang diolah

Setiap jenis usaha dari UKM mempunyai karakteristik yang berbeda dalam kepemilikan dokumen. Maka dari itu, pada tabel 13 menjelaskan tentang kepemilikan jenis dokumen yang terbagi dalam tiga jenis usaha. Berdasarkan penelitian, dapat diketahui bahwa jenis usaha manufaktur merupakan jenis usaha yang paling banyak memiliki dokumen. Menurut responden pengelola jenis usaha manufaktur, lebih membutuhkan dokumen untuk mengetahui seberapa banyak hasil produksi yang terjual, pembelian bahan baku dan jumlah pengeluaran yang dilakukan selama proses produksi itu dilakukan. Seluruh jenis usaha manufaktur mempunyai nota/faktur pembelian (33,33%), nota/faktur penjualan (33,33%), PO Penjualan (33,33%) dan kwitansi (33,33%). Jenis usaha dagang mempunyai nota/faktur pembelian (33,33%), nota/faktur penjualan (30,30%), PO Penjualan (27,27%) dan kwitansi (6,06%). Sedangkan jenis usaha jasa sebagian besar

23 mempunyai nota/faktur pembelian (30,30%), nota/faktur penjualan (24,24%), PO Penjualan (27,27%) dan kwitansi (27,27%) (lihat tabel 13).

Tabel 13

Kepemilikan Jenis Dokumen dengan Jenis Usaha

No Nama

Dokumen

Jenis Usaha Total

Responden yang mempunyai Dokumen Persentase (%)

Jasa Dagang Manufaktur

Jumlah Responden % Jumlah Responden % Jumlah Responden % 1 Nota/Fak Pembelian 10 30,30% 11 33,33% 11 33,33% 32 96,97%

2 Nota/ Fak Penjualan 8 24,24% 10 30,30% 11 33,33% 29 87,88%

3 Pesanan Penjualan 9 27,27% 9 27,27% 11 33,33% 29 87,88%

4 Kwitansi 9 27,27% 6 18,18% 11 33,33% 26 78,79%

5 Pesanan Pembelian 6 18,18% 9 27,27% 10 30,30% 25 75,76%

6 Bukti Kirim/Tanda Terima 7 21,21% 7 21,21% 8 24,24% 22 66,67%

7 Daftar Permintaan Barang 6 18,18% 9 27,27% 6 18,18% 21 63,64%

8 Kartu Jam Kerja 6 18,18% 7 21,21% 3 9,09% 16 48,48%

9 Daftar Pesanan 7 21,21% 3 9,09% 6 18,18% 16 48,48%

10 Memo D/K 1 3,03% 2 6,06% 1 3,03% 4 12,12%

11 Cek 0 0,00% 4 12,12% 0 0,00% 4 12,12%

Sumber : Data primer yang diolah

Catatan yang paling banyak dimiliki oleh UKM adalah catatan pengeluaran (87,88%). Catatan tersebut berisi tentang pembelian persediaan, pembelian bahan baku dan biaya yang digunakan untuk beroperasi. Sebagian besar catatan yang dimiliki oleh UKM bersifat sederhana, responden membuat catatan/pembukuan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan tidak sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Selain catatan pengeluaran, terdapat catatan yang dimiliki UKM seperti catatan pendapatan (84,85%), catatan kas (57,58%) dan catatan piutang (54,55%) (lihat tabel 14).

24 Tabel 14

Catatan yang Dimiliki UKM

No Nama Catatan

Mempunyai Tidak Mempunyai Jumlah Responden Catatan/Pembukuan Catatan/Pembukuan

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 Pengeluaran 29 87,88% 4 12,12% 33 100% 2 Pendapatan 28 84,85% 5 15,15% 33 100% 3 Kas 19 57,58% 14 42,42% 33 100% 4 Piutang 18 54,55% 15 45,45% 33 100% 5 Daftar Pesanan 18 54,55% 15 45,45% 33 100% 6 Persediaan 16 48,48% 17 51,52% 33 100% 7 Presensi Karyawan 13 39,39% 20 60,61% 33 100% 8 Hutang 12 36,36% 21 63,64% 33 100% 9 Inventaris 11 33,33% 22 66,67% 33 100% 10 Jadwal Produksi 4 12,12% 29 87,88% 33 100%

Sumber : Data primer yang diolah

Informasi yang dimiliki oleh UKM tidak dapat dikategorikan dalam klasifikasi informasi akuntansi dalam statutory accounting information karena UKM yang diteliti merupakan UKM yang tidak terikat oleh aturan yang mewajibkan melakukan pelaporan keuangan.

Catatan Pendapatan, Catatan Kas, Catatan Persediaan dan Nota/ Faktur Pembelian dan Kwitansi masuk kedalam klasifikasi akuntansi jenis additional

accounting information karena catatan serta dokumen tersebut dapat digunakan

dalam pengambilan keputusan bisnis. Catatan Pengeluaran dan Jadwal Produksi masuk kedalam klasifikasi akuntansi jenis budgetary information karena dokumen serta catatan masa lalu digunakan untuk dasar anggaran pengeluaran dimasa yang akan datang dan berguna bagi pengelola UKM dalam perencanaan, penilaian dan pengambilan keputusan (lihat tabel 15).

25 Tabel 15

Klasifikasi Informasi Akuntansi Pada UKM Klasifikasi Informasi

Akuntansi

Keterangan sumber : Fiorelli, Zifaro

(2008 dalam Handayani (2011) Informasi Akuntansi pada UKM 1. Statutory Accounting Information

Informasi yang harus disiapkan sesuai dengan peraturan yang ada.

- 2. Budgetary Information Informasi akuntansi yang

disajikan dalam bentuk anggaran yang berguna bagi pihak internal dalam perencanaan, penilaian, dan pengambilan keputusan.

Catatan Pengeluaran dan Jadwal Produksi.

3. Additional Accounting Information

Informasi akuntansi lain yang disiapkan perusahaan guna meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan.

Catatan Pendapatan, Catatan Kas, Catatan Persediaan, Nota/ Faktur Pembelian dan Kwitansi. Sumber : Data primer yang diolah

Laporan yang dimiliki oleh UKM adalah laporan penjualan/pendapatan sebanyak 9,09%, yang dibuat sesuai dengan kemampuan responden yang menurut mereka tidak rumit (lihat tabel 16). Pembuatan laporan penjualan/pendapatan berdasarkan dokumen dan catatan yang dimiliki oleh responden seperti nota/ faktur penjualan, nota/ faktur pembelian, catatan pembelian dan catatan pengeluaran. Responden melakukan periodisasi pencatatan dokumen setiap hari, dengan alasan untuk mempermudah dalam menghitung pembelian, penjualan dan persediaan untuk mendukung aktivitas operasional bisnis sehari-hari.

Tabel 16

Laporan yang Dimiliki UKM Jenis Laporan

Mempunyai Tidak Mempunyai Jumlah Responden

Laporan Laporan

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Penjualan/pendapatan 3 9,09% 30 90,91% 33 100%

26 Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa jenis usaha dagang lebih banyak memiliki laporan penjualan/pendapatan (6,06%) dibandingkan dengan jenis usaha jasa (3,03%). Menurut responden, jenis usaha dagang (6,06%) melakukan bisnis keluarga sehingga harus memiliki laporan penjualan/pendapatan dan jenis usaha jasa (3,03%) merupakan usaha sewa mobil yang cukup besar yang memerlukan laporan penjualan/pendapatan (lihat tabel 17).

Tabel 17

Kepemilikan Laporan dengan Jenis Usaha

No Nama

Laporan

Jenis Usaha Total

Responden yang mempunyai Laporan Persentase (%)

Jasa Dagang Manufaktur

Jumlah Responden % Jumlah Responden % Jumlah Responden % 1 Penjualan/Pendapatan 1 3,03% 2 6,06% 0 0% 3 9,09%

Sumber: Data primer yang diolah

Setelah mengetahui dokumen, catatan dan laporan apa saja yang dimiliki oleh UKM maka dapat diketahui pula informasi apa saja yang digunakan dalam dasar pembukuan. Jenis informasi yang digunakan adalah informasi tertulis, tidak tertulis dan gabungan kedua informasi tersebut. Catatan penjualan/pendapatan dibuat berdasarkan informasi tertulis (57,58%) berupa nota/ faktur penjualan, informasi tidak tertulis (9,09%) berupa ingatan pengelola mengenai berapa banyak penjualan yang didapat dan jumlah kas ditangan, dari penjualan yang diterima. 11 responden (33,33%) menggunakan gabungan kedua informasi tersebut, antara nota/ faktur penjualan dengan jumlah kas ditangan pengelola. Sedangkan untuk catatan pembelian dibuat berdasarkan informasi tertulis (39,39%) berupa nota/ faktur pembelian, informasi tidak tertulis (27,27%) berupa ingatan dari pengelola, perkiraan pengelola tentang seberapa banyak banyak persediaan yang masih di gudang serta jumlah kas ditangan. Penggunaan kedua

27 informasi (33,33%) berupa nota/ pembelian serta perkiraan pengelola dan jumlah kas ditangan. Maka dapat diketahui seberapa banyak responden yang menggunakan informasi tertulis, tidak tertulis dan penggunaan kedua informasi tersebut yang dijadikan pedoman dalam pembuatan catatan, dokumen dan laporan dari masing-masing UKM yang memiliki (lihat tabel 18).

Tabel 18

Informasi Akuntansi Yang Dimiliki UKM

Informasi Akuntansi Yang Dimiliki UKM

Informasi Informasi Informasi Jumlah

No Tertulis Tidak tertulis Keduanya responden

jumlah % jumlah % jumlah % total %

1 Penjualan/ Pendapatan 19 57,58% 3 9,09% 11 33,33% 33 100%

2 Pembelian 13 39,39% 9 27,27% 11 33,33% 33 100%

3 Biaya 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 33 100%

4 Saldo Kas 0 0,00% 3 9,09% 0 0,00% 33 100%

5 Laba atau Rugi Perusahaan 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 33 100% 6 Inventaris Usaha (Aset Tetap) 0 0,00% 2 6,06% 0 0,00% 33 100% 7 Kas Masuk dan Kas Masuk 0 0,00% 0 0,00% 27 81,82% 33 100% 9 Jumlah Persediaan yang tersedia 12 36,36% 4 12,12% 0 0,00% 33 100% 10 Piutang yang belum terbayar dan oleh

siapa (kartu piutang) 0 0,00% 4 12,12% 29 87,88% 33 100% 11

Hutang yang belum dilunasi dan

kepada siapa 10 30,30% 10 30,30% 13 39,39% 33 100%

(Kartu Hutang)

12 Neraca (Harta, Hutang, Modal 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 33 100%

13 Perubahan Modal 0 0,00% 3 9,09% 1 3,03% 33 100%

14 Laba Rugi (Pendapatan, Beban) 0 0,00% 4 12,12% 0 0,00% 33 100% 15

Arus Kas (aktivitas operasi,investasi,

pendanaan) 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 33 100%

Sumber: Data primer yang diolah peneliti

Penggunaan informasi akuntansi untuk pengambilan keputusan bisnis UKM

Dalam suatu usaha memerlukan informasi akuntansi sebagai dasar pengambilan keputusan bisnis. Berdasarkan hasil penelitian dalam pengambilan

28 keputusan bisnis UKM menggunakan 2 (dua) jenis informasi, baik informasi tertulis dan tidak tertulis. Untuk lebih jelas lihat tabel di bawah ini.

Tabel 19

Pengambilan Keputusan Bisnis UKM Yang Menggunakan Informasi Tertulis dan Tidak Tertulis

NO Keputusan Bisnis Informasi Tertulis Informasi Tidak tertulis

Jumlah Responden

Ket Jumlah % Ket jumlah % jumlah %

1 Kapan akan membeli (BB/ persediaan/ BHP dll) dan berapa jumlahnya Catatan persediaan, Nota penjualan 7 21,21% Cek Persediaan fisik, Jumlah kas ditangan 26 78,79% 33 100% 2 Kapan akan memproduksi dan berapa jumlahnya Jadwal Produksi, Catatan pesananan 8 24,24% Perkiraan, Ingatan pesanan 3 27,27% 11 100% 3 Menentukan Harga Pokok Nota Pembelian, Catatan pengeluaran 5 15,15% Perkiraan biaya tambahan dan perolehan laba 28 84,85% 33 100% 4 Menentukan Harga

Jual Nota Pembelian 8 24,24%

Perkiraan

harga pasar 25 75,76% 33 100% Sumber: Data primer yang diolah peneliti

Berdasarkan tabel 19 dapat diketahui bahwa dalam pengambilan keputusan bisnis mengenai kapan akan dilakukannya pembelian bahan baku/persediaan, responden menggunakan informasi tertulis berupa catatan persediaan dan nota penjualan saat terjadi transaksi antara pengelola dengan pelanggan. Sedangkan informasi tidak tertulis berupa pengecekan fisik terhadap barang di gudang dan jumlah kas ditangan yang menjadi dasar pembelian persediaan oleh pengelola.

Bagi responden yang bergerak dibidang manufaktur, pengambilan keputusan mengenai kapan akan memproduksi dan berapa jumlahnya, responden menggunakan informasi tertulis berupa jadwal produksi dan catatan pesanan

29 berapa banyak pesananan. Sedangkan informasi tidak tertulis berupa perkiraan dan ingatan pesanan. Perkiraan dan ingatan tersebut tentang seberapa banyak bahan baku yang akan digunakan dan proses produksi barang yang akan dikerjakan dengan tempo yang tepat sesuai dengan pesanan pelanggan dan kemampuan perusahaan dalam melakukan produksi.

Dalam melakukan penentuan harga pokok, responden menggunakan informasi tertulis berupa nota pembelian dan informasi tidak tertulis berupa perkiraan biaya tambahan. Biaya tambahan yang dimaksud seperti biaya pengiriman, biaya tenaga kerja dan biaya listrik yang dapat dijadikan dasar untuk perhitungan dan perkiraan perolehan laba. Dalam melakukan penentuan harga jual responden menggunakan informasi tertulis berupa nota pembelian. Sedangkan bagi responden yang menggunakan informasi tidak tertulis berupa perkiraan tentang harga pasar. Harga pasar tersebut yang nantinya dapat dibandingkan dengan harga jual pengelola, apakah harga jual terlalu tinggi dengan harga pasar pada umumnya dan apakah sebaliknya.

Berdasarkan tabel 20 tentang keputusan bisnis yang lebih sering dilakukan oleh pengelola UKM, keputusan bisnis tentang pembelian persediaan (87,88%) paling banyak dilakukan oleh responden. Keputusan bisnis lain yang sering dilakukan yaitu tentang keputusan penentuan harga jual (51,52%), penambahan modal usaha (48,48%) dan pemberian potongan harga (45,45%) (lihat tabel 20).

30 Tabel 20

Keputusan Bisnis yang Sering Dilakukan UKM Keputusan Bisnis yang Jumlah Persentase Sering Dilakukan UKM Responden (%)

Pembelian persediaan 29 87,88%

Penentuan harga jual 17 51,52%

Penambahan modal usaha 16 48,48%

Pemberian potongan harga 15 45,45%

Pelaksanaan produksi barang 11 33,33% Pemberian hutang kepada pelanggan 10 30,30%

Pelaksanaan ekpansi 3 9,09%

Sumber: Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel 21 keputusan bisnis yang lebih sering dilakukan menurut responden berdasarkan jenis usaha. Keputusan pembelian persediaan dilakukan oleh usaha jasa (21%), usaha dagang (33%) dan usaha manufaktur (33%). Menurut responden, usaha dagang dan manufaktur lebih sering melakukan transaksi penjualan barang dan produksi barang sehingga memerlukan pembelian untuk persediaan. Keputusan pemberian potongan harga dilakukan oleh usaha jasa (6%), usaha dagang (18%) dan usaha manufaktur (21%). Menurut responden, untuk jenis usaha manufaktur semakin banyak pelanggan memesan barang hasil produksinya maka akan dilakukan pemberian potongan harga. Begitu pula untuk usaha dagang, jika barang untuk dijual lagi maka akan diberikan potongan harga. Pada dasarnya keputusan bisnis lebih sering dilakukan oleh jenis usaha manufaktur (lihat tabel 21).

31 Tabel 21

Keputusan Bisnis yang Sering Dilakukan Menurut Jenis Usaha

Keputusan Bisnis yang Sering Dilakukan UKM Jenis Usaha Total Responden (%)

Jasa Dagang Manufaktur

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Responden Responden Responden

Pembelian persediaan 7 21,21% 11 33,33% 11 33,33% 29 87,88%

Penentuan harga jual 5 15,15% 7 21,21% 5 15,15% 17 51,52%

Penambahan modal usaha 7 21,21% 5 15,15% 4 12,12% 16 48,48% Pemberian potongan harga 2 6,06% 6 18,18% 7 21,21% 15 45,45% Pelaksanaan produksi barang 0 0,00% 0 0,00% 11 33,33% 11 33,33% Pemberian hutang kepada pelanggan 2 6,06% 5 15,15% 3 9,09% 10 30,30% Pelaksanaan ekpansi 1 3,03% 1 3,03% 1 3,03% 3 9,09%

Sumber: Data primer yang diolah

Menurut Romney (2011) keputusan bisnis diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu keputusan tidak terstruktur, keputusan setengah terstruktur dan keputusan terstruktur. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, pengambilan keputusan bisnis dalam UKM juga dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis seperti dalam tabel 21. Keputusan tidak terstruktur dalam UKM seperti dalam menambah modal usaha dan melakukan ekpansi karena keputusan tersebut bukan merupakan keputusan yang berulang dan rutin. Keputusan setengah terstruktur dalam UKM seperti menambah jumlah produksi karena keputusan tersebut ditandai dengan peraturan-peraturan yang tidak lengkap untuk mengambil keputusan. Keputusan terstruktur dalam UKM seperti melakukan pembelian persediaan, menentukan harga jual, menerima pesanan, melakukan produksi, memberika potongan harga dan memberikan hutang kepada pelanggan. Keputusan bisnis tersebut bersifat berulang-ulang, rutin, dan dipahami dengan

32 baik hingga dapat didelegasikan kepada pegawai di tingkat yang lebih rendah (tabel 22).

Tabel 22

Klasifikasi Pengambilan Keputusan Bisnis Pada UKM No. Klasifikasi Pengambilan Keputusan Keterangan sumber: Romney (2011) Pengambilan Keputusan di UKM 1. Keputusan Tidak Terstruktur

Keputusan tidak terstruktur bukan merupakan keputusan yang berulang dan rutin.

a. Melakukan ekspansi b. Menambah modal

usaha 2. Keputusan Setengah

Terstruktur

Keputusan semi terstruktur ditandai dengan peraturan-peraturan yang tidak lengkap untuk mengambil keputusan, dan adanya kebutuhan untuk membuat penilaian serta pertimbangan subjektif sebagai pelengkap analisis data yang formal.

a. Menambah jumlah produksi

3. Keputusan Terstruktur Keputusan yang bersifat berulang-ulang, rutin, dan dipahami dengan baik hingga dapat didelegasikan kepada pegawai di tingkat yang lebih rendah.

a. Melakukan pembelian persediaan b. Menentukan Harga Jual c. Melakukan Produksi d. Memberi Potongan Harga e. Memberikan Hutang pada Pelanggan

Sumber : Data primer yang diolah

Pengambilan keputusan bisnis memerlukan informasi yang mendukung dalam pengambilan keputusan tersebut. Pada tabel di bawah ini (tabel 23) menjelaskan perbandingan kebutuhan informasi dalam perusahaan pada umumnya dan informasi yang digunakan pada UKM dalam melakukan pengambilan keputusan bisnis.

33 Tabel 23

Keputusan Bisnis dan Kebutuhan Informasi pada Perusahaan Besar dan pada UKM

Kegiatan Bisnis

Keputusan Bisnis Perusahaan Keputusan Bisnis Pada UKM Keputusan Utama

atau Keputusan Bisnis

Kebutuhan

Informasi Keputusan Bisnis

Kebutuhan Informasi Perolehan

modal

Berapa banyak? Investasi atau pinjam? Jika pinjam, ketentuan terbaik?

Proyeksi arus kas Pro-forma laporan keuangan Jadwal amortisasi utang Kapan menambah pendanaan? berapa besarnya?  Perkiraan dana yang dibutuhkan  Catatan kas Perolehan gedung dan peralatan Ukuran gedung? Jumlah peralatan? Sewa atau beli? Lokasi? Bagaimana depresiasinya? Kebutuhan kapasitas Harga Studi pasar Tabel pajak dan peraturan Kapan menambah investasi usaha? Berapa jumlahnya?  Jumlah kas ditangan  Perkiraan pengelola tentang penambahan investasi  Catatan pengeluaran Mengontrak dan melatih pegawai Persyaratan

Dokumen terkait