• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan desain deskriptif yang menggunakan pendekatan cross sectional dimana penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan/mendeskripsikan tentang peran petugas kesehatan dan pengawas menelan obat (PMO) dalam pengobatan TB paru dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment, Shortcourse chemotherapy) di wilayah kerja dinas kesehatan Kota Langsa, dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu).

4.2. Populasi dan Sampel 4.2.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah penderita TB Paru yang sedang dalam program pengobatan TB Paru di Seluruh Puskesmas yang berada dalam wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Langsa, yaitu; (1) Puskesmas Langsa Kota sebanyak 15 orang, (2) Puskesmas Langsa Barat sebanyak 16 orang, (3) Puskesmas Langsa Lama sebanyak 5 orang, (4) Puskesmas Langsa Baro sebanyak 12 orang dan (5) Puskesmas Langsa Timur sebanyak 3 orang. Data yang diperoleh dari wasor TB Paru Dinas Kesehatan Kota Langsa pada bulan Desember 2015 jumlah penderita TB Paru yang sedang aktif berobat ke masing – masing Puskesmas adalah sebanyak 51 orang penderita.

4.2.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang jumlahnya di tetapkan berdasarkan populasi yang dapat mewakili populasi untuk dijadikan sumber informasi. Penetapan jumlah sampel pada penelitian ini berdasarkan jumlah pasien TB paru yang masih aktif menjalani pengobatan dengan strategi DOTS, baik pasien

sampling yaitu mengambil seluruh populasi. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang sedang berobat pada Puskesmas di Kota Langsa adalah sebanyak 51 orang penderita.

4.3. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di seluruh Puskesmas dalam wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Langsa, sesuai dengan distribusi responden yaitu: (1) Puskesmas Langsa Kota, (2) Puskesmas Langsa Barat, (3) Puskesmas Langsa Lama, (4) Puskesmas Langsa Baro dan (5) Puskesmas Langsa Timur. Penelitian akan dilakukan pada bulan Desember 2015 - Januari 2016.

4.4. Pertimbangan Etik

Peneliti dalam melakukan penelitian dengan memperhatikan pertimbangan - pertimbangan etika penelitian, antara lain: (1) pelaksanaan penelitian dilakukan oleh peneliti setelah mendapat izin atau rekomendasi dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin dari Dinas Kesehatan Kota Langsa, (2) seluruh responden diberi lembar persetujuan, yang ditanda tangani sebagai bukti kesediaannya menjadi responden (informed consent), (3) sebelum menyerahkan lembar persetujuan, peneliti terlebih dahulu menjelaskan tujuan penelitian kepada calon responden, (4) anonymity, peneliti tidak mencantumkan nama pada lembar kuesioner dan hanya memberikan inisial dan kode saja, dan (5) confidentiality, semua informasi yang diberikan oleh responden dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, data-data yang tidak terpakai disimpan oleh peneliti.

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang sudah dibahas di tinjauan pustaka (Kemenkes RI, 2011). Kuesioner ini terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian pertama adalah data demografi responden termasuk nomor responden, umur, jenis kelamin, pendidikan terkahir, pekerjaan, hubungan responden dengan PMO dan lama pengobatan yang sudah dijalani. Bagian kedua yaitu peran petugas kesehatan

dalam pengobatan TB paru dengan strategi DOTS yang meliputi beberapa tugas pokok dan fungsi petugas TB paru yaitu menemukan penderita TB paru pada pertanyaan nomor 1 s/d 5, memberikan pengobatan pertanyaan nomor 6 s/d 15, penanganan logistik pertanyaan nomor 16 s/d 18 dan menjaga mutu pelayanan untuk kepuasan pasien pertanyaan nomor 19 s/d 20.

Kemudian dichotomy pilihan jawaban adalah “ya” atau “tidak”, jika

jawaban “ya” diberi nilai 1 dan jika jawaban “tidak” diberi nilai 0. Selanjutnya nilai

– nilai tersebut dijumlahkan dengan total nilai minimal 0 dan maksimal 20. Dari hasil tersebut, kemudian di kategorikan dalam 3 kategori, yaitu terlaksana penuh, terlaksana sebagian, dan tidak terlaksana. Cara pengkategorian dilakukan menggunakan rumus panjang kelas:

=

= 6,67 = 7.

Berdasarkan panjang kelas yang didapat yaitu 7, maka pengkategorian hasil ukur peran petugas kesehatan adalah; terlaksana penuh jika nilai yang didapat 15 s/d 20, terlaksana sebagian nilai yang didapat 8 s/d 14, dan tidak terlaksana jika nilai yang didapat 0 s/d 7.

Bagian ketiga dari kuisioner adalah peran pengawas menelan obat (PMO) dalam pengobatan TB paru dengan strategi DOTS, meliputi peran sebagai pengawas menelan obat tercakup dalam pertanyaan nomor 1 s/d 4, mencatat minum obat dan keluhan yang dialami penderita tercakup dalam pertanyaan nomor 5 s/d 6, memotivasi pasien minum obat secara teratur tercakup dalam pertanyaan nomor 7 s/d 9 dan menemani penderita mengontrol ulang ke puskesmas pertanyaan nomor 10.

Selanjutnya dichotomy pilihan jawaban juga “ya” atau “tidak”, jika jawaban

“ya” diberi nilai 1 dan jika jawaban “tidak” diberi nilai 0. Kemudian nilai – nilai tersebut dijumlahkan dengan total nilai minimal 0 dan maksimal 10. Dari hasil tersebut, selanjutnya juga di kategorikan dalam 3 kategori, yaitu terlaksana penuh, terlaksana sebagian dan tidak terlaksana. Cara pengkategorian juga dilakukan menggunakan rumus panjang kelas:

= = 3,33 = 3.

Berdasarkan panjang kelas yang didapat yaitu 3, maka pengkategorian hasil ukur peran pengawas menelan obat (PMO) adalah; terlaksana penuh jika nilai yang didapat 7 s/d 10, terlaksana sebagian nilai yang didapat 4 s/d 6, dan tidak terlaksana jika nilai yang didapat 0 s/d 3.

4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan suatu instrument penelitian. Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variable yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2006). Uji validitas dilakukan secara content validity oleh orang yang ahli dibidangnya, yaitu dua orang berasal dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan satu orang lagi dari pengelola program TB Paru dengan strategi DOTS Dinas Kesehatan Kota Langsa. Nilai Content Validity Indeks (CVI) diterima minimal 0.80 (Polit & Beck, 2004). Bila validitas telah dicapai sesuai dengan kriteria maka data tersebut bebas dari kesalahan sistematis.

Hasil Content Validity Indeks (CVI) yang dilakukan oleh 3 (tiga) orang expert, (yang terdiri dari 2 orang dosen fakultas keperawatan, USU dan 1 orang dari Dinas Kesehatan Kota Langsa) terhadap 20 item pertanyaan tentang peran petugas kesehatan dinyatakan relevan namun perlu dilakukan revisi pada item pertanyaan 4, 6, 8, 11, 13 16, 17, 19 dan 20. Total nilai CVI dari 3 expert untuk instrumen peran petugas kesehatan adalah 0,88. Kemudian hasil Content Validity Indeks (CVI) instrumen peran Pengawas Menelan Obat (PMO) dari 10 item pertanyaan dinyatakan relevan namun perlu dilakukan revisi pada item 1 dan 6. Nilai total CVI dari 3 expert untuk instrumen peran Pengawas Menelan Obat (PMO) adalah 0,95. Berdasarkan penilaian 3 (tiga) orang expert tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua intrumen penelitian dinyatakan valid dan selanjutnya peneliti dapat melaksanakan uji reliabilitas.

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti sejauh mana alat

tersebut tetap konsisten bila dilakukan beberapa kali dengan menggunakan alat tersebut tetap konsisten bila dilakukan beberapa kali dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoadmojo, 2010). Uji reliabilitas instrument dalam penelitian ini menggunakan rumus Kuder-Richardson 21 (K-R 21). Alasan menggunakan rumus K-R 21 adalah karena semua semua pertanyaan dalam instrument

pengumpulan data memiliki bobot nilai 1 dan 0, yaitu nilai 1 untuk jawaban “ya” dan nilai 0 untuk jawaban “tidak”. Rumus K-R 21 yaitu:

Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen S = varians skor total

n = banyaknya butir pertanyaan M = skor rata-rata

Uji reliabilitas dilakukan terhadap penderita TB Paru yang bukan merupakan bagian dari sample penelitian. Hal tersebut berguna untuk mengetahui apakah instrumen tersebut cukup handal atau tidak, komunikatif, dan dapat dipahami. Peneliti melakukan uji reliabilitas instrumen pada tanggal 7 s/d 14 Desember 2015 terhadap 12 orang penderita TB Paru di Puskesmas Seuneuddon, Kabupaten Aceh Utara, dari 12 kuisioner yang peneliti isi berdasarkan jawaban dari wawancara responden, semuanya dijawab lengkap dan terisi sesuai dengan yang diharapkan.

Untuk mengetahui reliabilitas instrumen ini dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus Kuder-Richardson 21 (K-R 21). Uji reliabilitas kuisioner peran petugas kesehatan dengan 20 pernyataan menunjukkan nilai K- R 21 = 0,867. Uji reliabilitas kuisioner peran PMO dengan 10 pernyataan menunjukkan nilai K-R 21 = 0,747. Instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai koefisien yang diperoleh >0,60 (Ghozali, 2002). Dengan demikian hasil uji reliabilitas terhadap semua pernyataan pada kedua instrumen dinyatakan reliabel dan siap untuk dilanjutkan ke tahap pengumpulan data penelitian.

4.7. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti setelah mendapat surat izin penelitian dari program studi S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan mengajukan permohonan izin kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Langsa. Setelah mendapat persetujuan dan izin maka peneliti melapor ke masing – masing kepala Puskesmas dan pengelola program TB Paru puskesmas untuk menjelaskan tentang rencana penelitian, prosedur penelitian, manfaat penelitian, dan meminta izin untuk menjumpai responden, baik yang datang ke puskesmas maupun peneliti melakukan home visite ke rumah – rumah responden bersama dengan pengelola / staf program TB Paru. Selanjutnya peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian.

Setelah mendapat persetujuan dari calon responden untuk menjadi responden dengan menandatangani informed consent, pengumpulan data dimulai. Peneliti mewawancarai responden sesuai dengan isi kuesioner, dan peneliti mengisi sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh responden. Kuisioner terdiri dari kuesioner demografi, peran petugas kesehatan dan peran pengawas menelan obat (PMO) dalam pengobatan TB paru dengan strategi DOTS. Setelah selesai penelitian, peneliti kemudian memeriksa kelengkapan data, jika ada data yang kurang atau belum diisi maka dapat langsung dilengkapi.

4.8. Metode Pengolahan dan Analisa Data

Menurut Hastono (2007) ada empat tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui yaitu: (a) Editing, merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah lengkap, jelas, relevan, dan konsesten. (b) Coding, merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan. (c) Processing, merupakan memproses data agar data yang sudah di entry dapat di analisis, dilakukan dengan meng-entry data dari kuesioner ke program computer. (d) Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry.

Setelah data terkumpul, kemudian data dianalisis dengan menggunakan komputer dan memakai program tertentu. Analisis data dilakukan secara deskriptif (analisis univariat) dengan pengukuran terhadap masing-masing jawaban responden, lalu ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi, dan persentase. Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase, untuk melihat bagaimana peran petugas kesehatan dan PMO dalam pengobatan TB paru dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment, Shortcourse chemotherapy) pada Puskesmas di Kota Langsa.

Dokumen terkait