• Tidak ada hasil yang ditemukan

1) Alam (misalnya musim kemarau yang terlalu lama);

2) Manusia (misalnya karena kelalaian manusia membuat api di tengah-tengah hutan dimusim kemarau atau di hutan-hutan yang mudah terbakar.

b. Bentuk kerusakan hutan yang disebabkan oleh api di dalam areal hutan negara.

6. Penegakan Hukum Lingkungan adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidan, pandangan-pandangan yang mantap dan mengejawantahkannya dalam sikap, tindak sebagai serangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan kedamaian pergaulan hidup;55

G. Metode Penelitian

53

“….konsepsi kejahatan korporasi hanya ditujukan kepada kejahatan yang dilakukan oleh big business dan jangan dikaitkan dengan kejahan oleh small scale business (seperti : penipuan yang dilakukan oleh warung atau toko di lingkungan pemukiman kita atau oleh bengkel reperasi kendaraan bermotor dan sebagainya)”. Sumber : Yusuf Shofie, Tanggung Jawab Pidana

Korporasi Dalam Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2011),

hal. 390.

Sementara itu menurut Marshall B. Clinard dan Peter C. Yeager : “Tindak pidana korporasi ialah setiap tindakan yang dilakukan oleh korporasi yang bisa diberi hukuman oleh negara, entah di bawah hukum administrasi negara, hukum perdata, maupun hukum pidana”. Sumber : Marshall B. Clinard dan Peter C. Yeager, Corporate Crime, (New York : The Free Press, 1980), hal. 1-2, dan 48.

54

Departemen Kehutanan RI, Kamus Kehutanan, Edisi Pertama, (Jakarta : Departemen Kehutanan RI, 1989).

55

Soerjono Soekanto, Beberapa Permasalahan Hukum dalam Kerangka Pembangunan di

Metode penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif.56

1.

Penelitian ini dilakukan untuk menelaah penelitian-penelitian sebelumnya tentang prinsip-prinsip hukum mengenai pertanggung jawaban korporasi terhadap tindak pidana lingkungan hidup berupa pembakaran hutan.

Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian ini adalah yuridis analisis. Penelitian yuridis analisis mempunyai sifat penelitian deskriptif analisis, yang mana, penelitian deskriptif analisis adalah suatu penelitian yang menggambarkan, menelaah, menjelaskan, dan

menganalisis suatu peraturan hukum. 57 Penelitian ini

mempergunakanmetodeyuridisnormatif,dengan pendekatan yang bersifat kualitatif. Metode penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.58

56

Penelitian hukum normatif (yuridis normatif) adalah metode penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka. Mengenai istilah penelitian hukum normatif, tidak terdapat keseragaman di antara para ahli hukum. Diantara pendapat beberapa ahli hukum dimaksud, yakni : Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, menyebutkan dengan istilah metode penelitian hukum normatif atau metode penelitian hukum kepustakaan; Soetandyo Wignjosoebroto, menyebutkan dengan istilah metode penelitian hukum doktrinal; Sunaryati Hartono, menyebutkan dengan istilah metode penelitian hukum normatif; dan Ronny Hanitjo Soemitro, menyebutkan dengan istilah metode penelitian hukum yang normatif atau metode penelitian hukum yang doktrinal. Sumber : Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu

Tinjauan Singkat, (Jakarta : Rajawali Pers, 2001), hal. 13-14; Soetandyo Wignjosoebroto, Ifdhal

Kasim et.al. (Editor), Hukum : Paradigma Metode dan Dinamika Masalahnya, (Jakarta : Elsam dan Huma, 2002), hal. 147; C.F.G. Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad

ke-20, (Bandung : Alumni, 1994), hal. 139; Ronny Hanitjo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Cetakan ke-V, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1994), hal. 10.

57

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,(Jakarta: UI Press,1986), hal.63.

58

Soerjono Soekanto dam Sri Mamudji, Op.cit., hal.14.

Dalam penelitian yuridis normatif yang dipergunakan adalah merujuk pada sumber bahan hukum, yakni penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam berbagai perangkat hukum.

Sifat penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan kasus (case

approach). Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan dengan tepat, akurat, dan

sistematis terkait gejala-gejala hukum mengenai pertanggungjawaban koporasi terhadap kebakaran hutan dikaitkan dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.

2. Sumber Data

Adapun data sekunder yang diperoleh dari penelitian kepustakaan (library

research) bertujuan untuk mendapatkan konsep-konsep, teori-teori dan

informasi-informasi serta pemikiran konseptual dari peneliti pendahulu baik berupa peraturan perundang-undangan dan karya ilmiah lainnya. Data sekunder Penelitian yang digunakan terdiri dari59

1. Bahan hukum primer yakni bahan hukum yang terdiri dari aturan hukum yang terdapat pada berbagai perangkat hukum atau peraturan perundang-undangan berkaitan dengan pertanggungjawaban pidana korporasi dan tindak pidana lingkungan hidup, yaitu :

:

a. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Wetboek van Strafrecht);

b. Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;

59

Jhonny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Surabaya: Bayumedia, 2006), hal.192.

c. Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia;

d. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

e. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 19 Tahun 2004;

f. Undang-Undang No. 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan sebagaimana telah dicabut berlakunya dan diganti dengan Undang-Undang No. 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan; dan lain sebagainya.

g. Putusan-putusan pengadilan yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan pengrusakan lingkungan hidup yang dilakukan oleh korporasi.

2. Bahan hukum sekunder, digunakan untuk membantu memahami berbagai konsep hukum dalam bahan hukum primer, analisis bahan hukum primer dibantu oleh bahan hukum sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber baik jurnal, buku-buku, berita, dan ulasan media, dan sumber-sumber lain yang relevan.

3. Bahan hukum tertier diperlukan dipergunakan untuk berbagai hal dalam hal penjelasan makna-makna kata dari bahan hukum sekunder dan bahan hukum primer, khususnya kamus-kamus hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dan kamu kehutanan. Kamus hukum yang digunakan adalah Black’s

Law Dictionary. Kamus kehutanan yang digunakan adalah yang dikeluarkan

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitan ini menggunakan teknik library research (studi dokumen), artinya data yang diperoleh melalui penelurusan kepustakaan berupa data sekunder ditabulasi yang kemudian disistematisasikan dengan memilih perangkat-perangkat hukum yang relevan dengan objek penelitian. Selain itu, untuk melengkapi data pustaka, juga dilakukan analisis terhadap beberapa penanganan kasus tindak pidana lingkungan hidup berupa pembakaran hutan yang terjadi di Riau dan beberapa daerah lainnya, dan juga data dari Kepolisian RI, serta dari masyarakat sekitar tersebut. Dengan kerangka teoritis merupakan alat untuk menganalisis data yang diperoleh baik berupa bahan hukum sekunder, pendapat-pendapat atau tulisan para ahli atau pihak lain berupa informasi baik dalam bentuk formal maupun melalui naskah resmi yang dijadikan sebagai landasan teoritis.

4. Analisis Data

Seluruh data yang sudah diperoleh dan dikumpulkan selanjutnya akan ditelaah dan dianalisis. Analisis untuk data kualitatif dilakukan dengan cara pemilihan pasal-pasal yang berisi kaidah-kaidah hukum yang mengatur tentang kejahatan pidana korporasi khususnya lingkungan hidup berupa pembakaran hutan serta penyalahgunaan perangkat hukum yang telah tersedia, kemudian membuat sistematikan dari pasal-pasal tersebut sehingga akan menghasilkan klasifikasi tertentu sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Data yang dianalisis secara kualitatif akan dikemukakan dalam bentuk uraian yang sistematis dengan menjelaskan hubungan antara berbagai jenis data, selanjutnya semua data diseleksi

dan diolah kemudian dianalisis secara deskriptif sehingga selain menggambarkan dan mengungkapkan jawaban terhadap permasalahan yang dikemukakan diharapkan akan memberikan solusi atas permasalahan dalam penelitian ini.60

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika berfikir deduktif – induktif yaitu dilakukan dengan teori yang digunakan dijadikan sebagai titik tolak untuk melakukan penelitian. Deduktif artinya menggunakan teori sebagai alat, ukuran dan bahkan instrumen untuk membangun hipotesis, sehingga secara tidak langsung akan menggunakan teori sebagai pisau analisis dalam melihat masalah pertanggungjawaban korporasi terhadap tindak pidana lingkungan hidup khususnya pembakaran hutan di beberapa wilayah Indonesia. Teorisasi induktif adalah menggunakan data sebagai awal pijakan melakukan penelitian, bahkan dalam format induktif tidak mengenal teorisasi sama sekali artinya teori dan teorisasi bukan hal yang penting untuk dilakukan. Maka deduktif – induktif adalah penarikan kesimpulan didasarkan pada teori yang digunakan pada awal penelitian dan data-data yang didapat sebagai tunjangan pembuktian teori tersebut apakah61

1. “Hasil-hasil penelitian ternyata mendukung teori tersebut sehingga hasil penelitian dapat memperkuat teori yang ada;

:

2. Apakah teori dalam posisi dapat dikritik karena telah mengalami perubahan-perubahan disebabkan karena waktu yang berbeda, lingkungan yang berbeda, atau fenomena yang telah berubah, untuk itu perlu dikritik dan direvisi teori yang digunakan tadi;

60

Dilihat dari tujuan analisis, maka ada 2 (dua) hal yang ingin dicapai dalam analisis data kualitatif, yaitu : 1) Menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena hukum dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses tersebut; dan 2) Menganalisis makna yang ada di balik informasi, data, dan proses suatu fenomena. Sumber : Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif :

Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta : Kencana, 2009), hal. 153.

61

3. Apakah membantah teori yang digunakan untuk penelitian berdasarkan hasil penelitian, maka semua aspek teori tidak dapat dipertahankan karena waktu, lingkungan, dan fenomena yang berbeda, dengan demikian teori tidak dapat dipertahankan atau direvisi lagi, karena itu teori tersebut harus ditolak kebenarannya dengan menggunakan teori baru”.

Dokumen terkait