• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014. Penelitian ini dilaksanakan di daerah Wisata Sungai Aek Godang Kota Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal. Pengambilan Sampel dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus di 2 stasiun. Analisis sampel air dilakukan di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Medan. Lokasi Penelitian disajikan Pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

Alat dan Bahan

2

1

Adapun alat yang digunakan adalah kamera digital, GPS, buku dan alat tulis untuk menulis dan Kalkulator, keping secchi, cool box, alat tulis, Bola, Meteran dan peralatan analisa kualitas air seperti DO meter, thermometer dan pH meter.

Bahan yang digunakan adalah kuisioner untuk mendapatkan data sekunder maupun data primer, akuades dan es untuk sampel air sungai.

Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan di lapangan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang diambil adalah data parameter fisika, kimia, biolgi air sungai Aek Godang dan data umum masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah pesisir tersebut; contoh : nama, jenis kelamin, umur, pendidikan dan data kondisi sosial ekonomi masyarakat yang dilakukan melalui wawancara kepada masyarakat sekitar, pengunjung dan instansi pemerintahan yang terkait dengan kuisioner. Data yang nilainya langsung didapat dari lapangan meliputi nilai temperatur, pH, arus, kecerahan, oksigen terlarut, serta hasil kuisioner terhadap pengunjung dan penduduk sekitar. Data lain seperti Colifaecal hasilnya diperoleh melalui analisis laboratorium.

Data sekunder yang diambil adalah melalui studi literatur (studi pustaka), jurnal penelitian di lokasi lain dan buku-buku yang terkait dengan penelitian ini. Data yang dikumpulkan meliputi kondisi sumberdaya alam, keadaan umum kawasan serta kondisi sosial masyarakat.

Penentuan stasiun berdasarkan perbedaan aktivitas (pemanfaatan sungai) oleh masyarakat. Ditetapkan 2 (dua) stasiun pengamatan dimana pada setiap stasiun ada 1 (satu) titik dengan 3 (tiga) kali pengulangan dengan kriteria seperti terlihat pada deskripsi area.

Deskripsi Area 1. Stasiun 1

Gambar 3. Stasiun 1

Stasiun ini terletak di Desa Ulu Pungkut, Kabupaten Mandailing Natal. Yang secara geografis terletak pada 00o37.421’ LU dan 99o

2. Stasiun 2

47.034’ LS Daerah ini merupakan daerah yang belum dijumpai aktivitas wisata.

Stasiun ini terletak di Kecamatan Aek Godang, Kota Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal yang secara geografis terletak pada 00o48.366’ LU dan 00o

Pengukuran Faktor Fisika, Kimia, dan Biologi Perairan

34.26’ LS. Pada daerah ini banyak dijumpai aktivitas masyarakat dan wisata.

Pengukuran parameter fisika dan kimia air dilakukan dengan dua cara, yakni secara langsung (insitu) dan secara tidak langsung (eksitu). Pengukuran langsung dilapangan (insitu) dilakukan terhadap parameter kekeruhan, suhu, pH dan DO, sedangkan analisis kandungan Colifaecal dalam air dilakukan di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Medan. Parameter kualitas air dan metode analisis pengukuran tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Parameter Kualitas Air Dan Metode Analisis

Parameter Satuan Metode Analisi/Alat Lokasi

Fisika

Suhu 0C Thermometer In situ

Kecepatan Arus

m/det Bola Duga In situ

Kedalaman m Tali dan Meteran In situ

Kimia

pH - pH meter In situ

DO mg/l DO meter In situ

BOD5 mg/l - Ex situ

Biologi

Analisis atraksi kegiatan wisata

Analisis atraksi kegiatan wisata dikembangkan berdasarkan analisis potensi yang dimiliki dengan cara menginventarisasi atraksi di Sungai Aek Godang sehingga ditemukan suatu alternatif dalam pengembangan potensi wisata. Pemberian bobot pada setiap kriteria menurut pedoman ADO-ODTWA Dirjen PHKA 2003 adalah berbeda-beda.

Tabel 2. Kriteria Penilaian daya Tarik (Bobot 6)

No Unsur/Sub Unsur Nilai

1

2

3

4

5

Keunikan sumber daya alam:

a. Gua b. Flora

c. Fauna d. Adat istiadat e. Bendungan

Banyaknya sumber daya alam yang menonjol: a. Batuan b. Sungai c. Adat istiadat d. Air e. Gejala alam

Kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan: a. Menikmati keindahan alam b. Melihat flora dan fauna c. Trekki ng

d. Penelitian/ pendidikan e. Berkemah

Kebersihan lokasi objek wisata Tidak ada pengaruh dari:

a. Industry b. Jalan ramai c. Pemukiman penduduk d. Sampah e. Vandalism (coret-coret) Kenyamanan:

a. Udara yang bersih dan sejuk b. Bebas dari bau yang mengganggu c. Bebas dari kebisingan

d. Tidak ada lintas yang mengganggu e. Pelayanan terhadap pengunjung

yang baik

Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 30 25 20 15 10

Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 30 25 20 15 10

Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 30 25 20 15 10

Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 30 25 20 15 10

Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 30 25 20 15 10

Tabel 3. Kriteria Prasarana Sarana dan Prasarana Penunjang (Bobot 3)

No Unsur/Sub Unsur Jumlah

>4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak ada

1 Sarana a. Warung b. Bank c. Pasar d. Took cinderamata e. Rumah makan 50 40 30 20 10 2 Prasarana Penunjang a. Kantor pos b. Puskesmas

c. Jaringan air minum d. Jaringan listrik e. Jaringan telepon

50 40 30 20 10

Sumber: Dirjen PHKA 2003

Tabel 4. Kriteria Penilaian Aksebilitas (bobot 5)

No Unsur/Sub Unsur Nilai

1 Kondisi jalan Baik Cukup Sedang Buruk

30 25 20 15 2 Jarak dari pusat kota <5 km 5-10 km 10-15 km >15km 3 Waktu tempuh dari pusat kota 1-2 jam 2-3 jam 3-4 >

30 25 20 15 5 jam

Sumber: Dirjen PHKA 2003

Karsudi dkk.,(2010) menyatakan setelah dilakukan perbandingan, maka akan diperoleh indeks kelayakan dalam persen. Indeks kelayakan suatu kawasan ekowisata adalah sebagai berikut:

-Tingkat kelayakan > 66,6% : layak dikembangkan, dengan kriteria suatu kawasan wisata yang memiliki potensi, sarana dan prasarana yang tinggi berdasarkan parameter yang telah ditetapkan serta didukung oleh aksesibilitas yang memadai. -Tingkat kelayakan 33,3 % - 66,6 % : belum layak dikembangkan, dengan kriteria suatu kawasan wisata yang memiliki potensi, saran dan prasarana yang sedang berdasarkan parameter yang telah ditetapkan serta didukung oleh aksesibilitas yang cukup memadai.

-Tingkat kelayakan < 33,3% : tidak layak dikembangkan, dengan kriteria suatu kawasan wisata yang memiliki potensi, sarana dan prasarana yang rendah berdasarkan parameter yang telah ditetapkan serta aksesibilitas yang kurang memadai.

Pengunjung

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode purposive sampling (sampel dengan sengaja), yaitu cara pengambilan sampel dengan cara disengaja dengan tujuan sampel tersebut dapat mewakili setiap unsur yang ada dalam populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan yang berkunjung ke kawasan Sungai Aek Godang dalam waktu satu bulan. Pemilihan sampel harus representatif atau mewakili populasi dengan kriteria cukup dewasa (umur 17 tahun ke atas), sehat jasmani dan mampu berkomuniaksi dengan baik. Menurut Arikunto (2002) jika subjek penelitian atau wisatawan kurang dari 100 maka lebih baik diambil semuanya sebagai sampel dan jika jumlah sampel lebih dari 100 maka sampel dapat diambil antara 10%-15% sebagai ukuran sampel. Dengan rumus Slovin diacu dalam Nugraha (2007)

�= �

1 +� (�)2

Keterangan :

n = Ukuran sampel yang dibutuhkan N = Ukuran populasi

e = Margin error yang diperkenankan (10%-15%)

Kriteria nilai kenyamanan obyek wisata menurut kriteria yang ditetapkan oleh Ditjen PHPA (1993) dalam Sudewi (2000) adalah sebagai berikut:

a. >80% = Sangat nyaman b. 60%-79% = Lebih dari nyaman

c. 40%-59% = Nyaman

d. 20%-39% = Kurang nyaman e. <20% = Tidak nyaman Indeks Kesesuaian Wisata

Analisis kesesuaian wisata menggunakan matriks kesesuaian yang disusun berdasarkan kepentingan setiap parameter untuk mendukung kegiatan pada daerah tersebut. Rumus yang digunakan untuk kesesuaian wisata rekreasi pantai adalah modifikasi dari (Yulianda, 2007):

IKW = ∑� Ni

N max�x 100% Keterangan:

IKW = Indeks Kesesuaian Wisata (Sesuai: 77,78%-100%, Sesuai Bersyarat: 55,56% -<77,78%, Tidak Sesuai: <55,56).

Ni = Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor) Nmaks = Nilai maksimum dari kategori wisata

Berdasarkan matriks kesesuaian, selanjutnya dilakukan penyusunan kelas-kelas kesesuaian untuk kegiatan wisata rekreasi pantai. Dalam penelitian ini, kelas-kelas kesesuaian dibagi menjadi 3 kelas kesesuaian meliputi sangat sesuai (S1), sesuai (S2) dan tidak sesuai (S3). Matriks kesesuaian wisata untuk kategori wisata sungai dapat dilihat pada Tabel 5.

43

Tabel 5. Matriks Kesesuaian Wisata Kategori Wisata Sungai

Sumber: Modifikasi dari Yulianda, 2007

No Parameter Bobot Kategori S1 Skor Kategori S2 Skor Kategori S3 Skor Kategori N Skor Fisika

1 Kedalaman perairan (m) 5 0 – 3 4 >3 - 6 3 >6 - 10 2 >10 1

2 Tipe sungai 5 Pasir 4 Pasir, berbatu 3 Pasir hitam, berbatu

sedikit terjal

2 Lumpur,

berbatu, terjal 1

3 Lebar sungai (m) 5 >15 4 10 - 15 3 3 - <10 2 <3 1

4 Material dasar perairan 4 Pasir 4 Batu berpasir 3 Pasir lumpur 2 Lumpur 1

5 Kecepatan arus (m/s) 4 0 - 0.17 4 0.17 - 0.34 3 0.34 - 0.51 2 >0.51 1

6 Kemiringan sungai (°) 4 <10 4 10 - 25 3 >25 - 45 2 >45 1

7 Kecerahan perairan (m) 3 >10 4 >5 – 10 3 3 - 5 2 <2 1

8 Penutupan lahan sungai 3 Kelapa, lahan terbuka 4 Semak belukar rendah 3 Semak belukar tinggi 2 Hutan pemukiman 1 Kimia 9 pH 3 <6 4 6 – 7 3 >7 - 9 2 >9 1 10 DO 3 <5 4 3 – 5 3 0 - >3 2 <0 1 Biologi 11 E.Coli 3 100 4 100 - 200 3 200 – 300 2 >300 1

Analisis Daya Dukung

Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata alam adalah dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan (DDK). DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Perhitungan DDK dalam

bentuk rumus adalah sebagai berikut (Yulianda, 2007) :

Keterangan :

DDK : Daya Dukung Kawasan

K : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area Lp : Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan Lt : Unit area untuk kategori tertentu

Wt : Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari

Wp : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu Potensi ekologis pengunjung ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan jenis kegiatan yang akan dikembangkan. Luas suatu area yang dapat digunakan oleh pengunjung mempertimbangkan kemampuan alam mentolerir pengunjung sehingga kelestarian alam dan keselamatan pengunjung tetap terjaga.

Dokumen terkait