STUDI POTENSI DAN PENGARUH AKTIVITAS WISATA
SUNGAI AEK GODANG DI KOTA PANYABUNGAN
KABUPATEN MANDAILING NATAL
RIZKY AMALIA PUTRI
100302016
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
STUDI POTENSI DAN PENGARUH AKTIVITAS WISATA
SUNGAI AEK GODANG DI KOTA PANYABUNGAN
KABUPATEN MANDAILING NATAL
SKRIPSI
RIZKY AMALIA PUTRI
100302016
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
STUDI POTENSI DAN PENGARUH AKTIVITAS WISATA
SUNGAI AEK GODANG DI KOTA PANYABUNGAN
KABUPATEN MANDAILING NATAL
SKRIPSI
RIZKY AMALIA PUTRI
100302016
Skripsi sebagai satu diantara beberapa syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Rizky Amalia Putri
Nim : 100302016
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Studi Potensi Dan Pengaruh Aktivitas
Wisata Sungai Aek Godang Di Kota Panyabungan Kabupaten Mandailing
Natal” adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Medan, September 2014
ABSTRAK
RIZKY AMALIA PUTRI. Studi Potensi dan Pengaruh Aktivitas Wisata Sungai Aek Godang di Kota Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal. Dibimbing oleh PINDI PATANA dan ANI SURYANTI.
Sungai merupakan salah satu sumber air yang penting bagi masyarakat karena dapat berfungsi sebagai sumber air minum, rekreasi air, wisata, peternakan dan perikanan, Kegiatan pariwisata selain menimbulkan dampak positif juga menimbulkan dampak negatif berupa penurunan kualitas lingkungan.
Penelitian telah dilakukan di Sungai Aek Godang, Kota Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal pada bulan Mei – September 2014 dengan menganalisis kualitas air Sungai Aek Godang serta mengetahui persepsi masyarakat dan pengunjung. Parameter yang diuji adalah arus, suhu, kecerahan, DO, pH, BOD5,Colifaecal, dan persepsi pengunjung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air untuk delapan parameter dari Sungai Aek Godang masih sesuai dengan baku mutu berdasarkan PP No 82 Tahun 2001 dan persepsi pengunjung merasa nyaman terhadap obyek wisata tersebut. Sungai Aek Godang memiliki Potensi Wisata yang besar untuk dikembangkan. Menilai Potensi Wisata Sungai Aek Godang dengan modifikasi dari ADO-ODTWA oleh Dirjen PHKA 2003.
ABSTRAK
RIZKY AMALIA PUTRI. Study of potency and Analysis of the impact of tourism activities on water quality Aek Godang River Panyabungan District Mandailing Natal of Panyabungan. The research was Supervised by PINDI PATANA and ANI SURYANTI.
River is one of the most important sources of water for human, because it can serve as a source of drinking water, tourism, animal husbandry, and fishery. Positive impact of tourism activities in economic development can also lead to negative effects of environmental degradation.
Research had been conducted at District Mandailing Natal of Panyabungan, in May – August 2014 by analyzing the water quality of Aek Godang River and perceptions of visitors and managers. The Waters quality parameters that analysed are temperature, brightness, dissolved oxygen, pH, BOD5, Colifaecal, and perceptions of visitors. The results showed that water quality value for eight parameters of Aek Godang River was under the standard of quality based on PP No 82 tahun 2001 and visitors felt comfortable with these attractions. The estimation of ecotourism in this place used guidance of ADO-ODTWA by Dirjen PHKA 2003 that had been modified.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Perbaungan pada tanggal 06 Mei
1992 dari ayah Mansyur Rahman dan ibu Eni Darlina,
S.Pd. Penulis merupakan anak pertama dari 4 bersaudara.
Tahun 2004, penulis lulus dari SD Negeri 101930
Perbaungan. Tahun 2007, penulis lulus dari SMP Negeri 1
Perbaungan. Tahun 2010, penulis lulus dari SMA Negeri
1 Perbaungan, pada tahun yang sama masuk ke Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMP (Pemanduan Minat dan
Prestasi) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.
Selain mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif sebagai anggota Ikatan
Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (IMMASPERA). Penulis melakukan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Dinas Peternakan dan Kelautan di Cianjur, Jawa
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Studi Potensi dan Pengaruh Aktivitas Wisata Sungai Aek Godang di Kota Panyabungan Kabupaten Tapanuli Selatan Nama Mahasiswa : Rizky Amalia Putri
NIM : 100302016
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan
Disetujui oleh : Komisi Pembimbing
Pindi Patana, S.Hut, M.Sc Ani Suryanti, S.Pi, M.Si Ketua Anggota
Mengetahui
Dr. Ir. Yunasfi, M.Si
Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas
berkat dan rahmat Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi berjudul ‘‘Studi Potensi
Dan Pengaruh Aktivitas Wisata Sungai Aek Godang Di Kota Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal’’, yang merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya
Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: Bapak Pindi
Patana,S.Hut, M.Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan, dan Ibu Ani Suryanti, S.Pi. M.Si selaku Anggota Komisi
Pembimbing yang telah memberi dorongan,arahan dan waktu dalam menyelesaikan
skripsi ini.Ketua dan Sekretaris Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Dr.
Ir. Yunasfi, M.Si dan Pindi Patana, S.Hut, M.Sc dan seluruh staff pengajar dan
pegawai di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.
Ungkapan terimakasih yang tak ternilai juga penulis ucapkan kepada ayah
dan bunda tercinta: Mansyur Rahman dan Eni Darlina, S.Pd yang telah memberikan
doa, harapan dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan ini,
juga kepada adik tercinta Fatma Safira, Muhammad Iqbal dan M.Daffa Fadhilla
terima kasih buat dukungan doa dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.
Bagi penulis tanpa dukungan dari keluarga tidak akan mungkin dapat menyelesaikan
studi ini, baik nasehat dari kedua orang tua yang begitu peduli terhadap penulis serta
memberikan perhatian yang khusus bagi penulis disaat penulis mengalami
Penulis juga menguncapkan terima kasih banyak kepada keluarga udak
katemen, abang landong dan keluarga uwak perguruan juanda panyabungan yang
telah memberikan bantuan, perhatian dan arahan saat melakukan penelitian lapangan
sehingga berjalan dengan lancar. Serta ucapan terima kasih kepada team lapangan:
Latifa Sari Dalimunthe, Pahrurrozi dan Adzri Qory Nullah terima kasih atas bantuan
yang telah diberikan selama dilapangan, serta terima kasih kepada Fatimah Murni
Sinaga, Febrina Astria Simanjuntak, Eka Tri Rahayu dan Adriansyah Tanjung yang
telah membantu penulis dalam pengolahan data dan selalu memberikan dukungan
dan semangat, serta seluruh stambuk 2010 yang tidak dapat penulis sebut namanya
satu persatu, yang telah memberikan banyak bantuan, kebersamaan dan dukungan
kepada penulis selama penelitian hingga selesainya skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam pengembangan
ilmu pengetahuan, khususnya bidang Manajemen Sumberdaya Perairan.
Medan, September 2014
Daya Dukung Kawasan ... 25
Strategi Pengembangan Wisata ... 26
Analisis Atraksi Kegiatan Wisata ... 26
Hasil dan Pembahasan HasilAnalisis Kualitas Air ... 30
Kualitas Air Sungai Aek Godang ... 30
Persepsi dan prilaku Pengunjung ... 30
Persepsi penegelola terhadap wilayah kelolanya ... 31
Potensi Wisata Sungai Aek Godang ... 33
Pembahasan ... 36
Kualitas Air ... 40
Persepsi dan prilaku Pengunjung Terhadap Tempat Wisata ... 41
Persepsi Pengelola Terhadap wilayah kelolanya ... 43
Potensi Wisata Sungai Aek Godang ... 46
Indeks Kesesuaian Wisata ... 46
Daya dukung Wisata ... 47
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan ... 48
Saran ... 48
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Parameter Kualitas Air Dan Metode Analisis ... 18
2. Kriteria Penilaian daya Tarik ... 25
3. Kriteria Penilaian Aksebilitas ... 25
4. Kriteria Prasarana Sarana dan Prasarana Penunjang ... 26
5. Matriks Kesesuaian Wisata Kategori Wisata Sungai ... 27
6. Rata-rata Hasil Analisis Kualitas Air ... 31
7. Potensi Wisata Sungai Aek Godang ... 34
8. Penilaian Kriteria Daya Tarik Wisata Sungai Aek Godang ... 35
9. Penilaian Kriteria Aksebilitas objek Wisata ... 36
10. Sarana dan Prasarana di Sungai Aek Godang ... 36
11. Perhitungan Nilai Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) ... 37
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
1.
Kerangka Pemikiran ... 42. Peta Lokasi Penelitian ... 21
3. Lokasi Penelitian Stasiun 1 ... 23
4. Lokasi Penelitian Stasiun 2 ... 23
5. Grafik persepsi Kenyamanan Pengunjung ... 32
6. Grafik persepsi Kepuasan Pengunjung ... 32
7. Grafik prilaku Pengunjung ... 33
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
1.Kuisioner Pengelola... 53
2.Kuisioner Pengunjung ... 56
3.Hasil Analisis Kualitas Air ... 60
4.Tabulasi Kuisioner Pengunjung ... 62
5.Tabulasi Kuisioner Pengelola ... 63
6.Perhitungan sampel pengunjung ... 67
7.Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) ... 68
8.Perhitungan Daya Dukung kawasan (DDK) ... 69
9.Foto Sampel Air dan Aktivitas Penelitian ... 70
10.Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas ... 72
11. Matriks Penilaian Analisis Atraksi Kegiatan Wisata ... 73
12. Metode Winkler ... 75
ABSTRAK
RIZKY AMALIA PUTRI. Studi Potensi dan Pengaruh Aktivitas Wisata Sungai Aek Godang di Kota Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal. Dibimbing oleh PINDI PATANA dan ANI SURYANTI.
Sungai merupakan salah satu sumber air yang penting bagi masyarakat karena dapat berfungsi sebagai sumber air minum, rekreasi air, wisata, peternakan dan perikanan, Kegiatan pariwisata selain menimbulkan dampak positif juga menimbulkan dampak negatif berupa penurunan kualitas lingkungan.
Penelitian telah dilakukan di Sungai Aek Godang, Kota Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal pada bulan Mei – September 2014 dengan menganalisis kualitas air Sungai Aek Godang serta mengetahui persepsi masyarakat dan pengunjung. Parameter yang diuji adalah arus, suhu, kecerahan, DO, pH, BOD5,Colifaecal, dan persepsi pengunjung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air untuk delapan parameter dari Sungai Aek Godang masih sesuai dengan baku mutu berdasarkan PP No 82 Tahun 2001 dan persepsi pengunjung merasa nyaman terhadap obyek wisata tersebut. Sungai Aek Godang memiliki Potensi Wisata yang besar untuk dikembangkan. Menilai Potensi Wisata Sungai Aek Godang dengan modifikasi dari ADO-ODTWA oleh Dirjen PHKA 2003.
ABSTRAK
RIZKY AMALIA PUTRI. Study of potency and Analysis of the impact of tourism activities on water quality Aek Godang River Panyabungan District Mandailing Natal of Panyabungan. The research was Supervised by PINDI PATANA and ANI SURYANTI.
River is one of the most important sources of water for human, because it can serve as a source of drinking water, tourism, animal husbandry, and fishery. Positive impact of tourism activities in economic development can also lead to negative effects of environmental degradation.
Research had been conducted at District Mandailing Natal of Panyabungan, in May – August 2014 by analyzing the water quality of Aek Godang River and perceptions of visitors and managers. The Waters quality parameters that analysed are temperature, brightness, dissolved oxygen, pH, BOD5, Colifaecal, and perceptions of visitors. The results showed that water quality value for eight parameters of Aek Godang River was under the standard of quality based on PP No 82 tahun 2001 and visitors felt comfortable with these attractions. The estimation of ecotourism in this place used guidance of ADO-ODTWA by Dirjen PHKA 2003 that had been modified.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air memegang peranan penting di dalam kehidupan manusia dan juga
makhluk hidup lainnya. Air sungai banyak dimanfaatkan manusia untuk keperluaan,
diantaranya adalah kebutuhan untuk minum, memasak, mencuci, mandi, mengairi
sawah, ladang, pembangkit listrik, irigasi dan industri dan wisata.
Sungai memiliki potensi alam yang banyak tersebar di berbagai wilayah
Indonesia serta memiliki prospek yang bagus untuk dikembangkan sebagai objek
wisata alam. Karakter sungai menyimpan satu daya tarik tersendiri. Kedekatannya
dengan alam bisa menjadi salah satu pilihan untuk mengembangkan fasilitas rekreasi.
Sungai sebagai sumber air merupakan salah satu sumber daya alam yang berfungsi
serbaguna bagi kehidupan makhluk hidup.
Sungai Batang Gadis berperan penting sebagai sumberdaya air baik secara
ekologi, hidrologi dan ekonomi. Hal ini berkaitan dengan fungsi Sungai Batang
Gadis sebagai habitat berbagai organisme air, sebagai sumber air minum bagi
masyarakat sekitar, sebagai tempat penangkapan ikan, kegiatan transportasi,
(Yulistiyanto, 2013).
Objek wisata sungai Aek Godang memiliki beberapa keunikan diantaranya
adalah adanya bendungan, air terjun, dan adanya kearifan lokal masyarakat setempat
yang dinamakan dengan lubuk larangan. Lubuk larangan berada di dekat pemukiman
penduduk yang bisa dimanfaatkan sebagai tempat mandi dan mencuci. Panjang
tingkat kedalaman sungai di sekitar lubuk tersebut berkisar antara 50 cm sampai 6
meter.
Sungai Aek Godang terletak di Kota Panyabungan, Kabupaten Mandailing
Natal. Kabupaten Mandailing Natal merupakan kabupaten di kawasan Pesisir Barat
Sumatera Utara. Potensi wisata sungai yang dimiliki oleh negara Indonesia belum
seluruhnya dikembangkan dengan optimal, diantaranya adalah potensi wisata sungai
Aek Godang. Sungai Aek Godang memiliki keindahan yang tidak kalah dari objek
wisata sungai yang lainnya dan bagus untuk dikembangkan. Wisata Sungai Aek
Godang yang belum diketahui potensinya menjadi permasalahan yang perlu dikaji
dalam penelitian ini sebagai rumusan permasalahan. Jumlah pengunjung yang datang
ke Sungai Aek Godang berpengaruh terhadap faktor fisika, kimia dan biologi yang
ada pada sungai tersebut, oleh karena itu diperlukan analisis dampak kegiatan wisata
terhadap kualitas air Sungai Aek Godang Di Kota Panyabungan, Kabupaten
Mandailing Natal.
Perumusan Masalah
Aktivitas wisata yang berlangsung disekitar sungai Aek Godang
dikhawatirkan dapat menimbulkan dampak terhadap air sungai. Penurunan kualitas
air secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada kondisi perairan.
Sumber pencemar berasal dari aktivitas wisata seperti mandi (rekreasi).
Wisata sungai Aek Godang yang belum diketahui potensinya menjadi
permasalahan yang perlu dikaji dalam penelitian ini sebagai rumusan permasalahan.
Beberapa permasalahan yang dapat dibuat dalam suatu rumusan masalah yaitu:
2. Bagaimana potensi wisata sungai serta persepsi pengunjung dan pengelola
terhadap aktivitas wisata Sungai Aek Godang Kota Panyabungan Kabupaten
Mandailing Natal?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Menganalisis pengaruh aktivitas wisata terhadap perubahan kualitas air Sungai
Aek Godang.
2. Mengetahui potensi wisata sungai serta menilai persepsi pengunjung dan
pengelola terhadap aktivitas wisata Sungai Aek Godang.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai perubahan
faktor fisika dan kimia serta pengaruhnya terhadap total colifecal yang diakibatkan
kegiatan pariwisata sehingga dapat dijadikan aspek dasar pengelolaan dan informasi
wisata Sungai Aek Godang Kota Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal.
Kerangka Pemikiran
Sungai Aek Godang memiliki potensi yang dapat dijadikan kawasan wisata.
Analisis potensi dilakukan secara deskriftif untuk melihat daya tarik wisata yang ada
disekitar kawasan sungai Aek Godang. Aktivitas wisatawan dan masyarakat sekitar
kawasan sungai berupa limbah rumah tangga, rekreasi (pemandian), pertanian,
perikanan dapat menyebabkan perubahan pada kualitas air baik secara fisika, kimia
dan biologi. Aktivitas wisata memiliki pengaruh terhadap Kualitas air disekitar
kawasan sungai Aek Godang, maka dari itu perlu dilakukannya Pengelolaan terhadap
Pengelolaan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Potensi wisata
sungai Aek Godang
Kualitas Air Analisis Potensi
Studi Potensi Dan Pengaruh Aktvitas Wisata Sungai Aek Godang Kota Panyabungan
Kabupaten Mandailing Natal Kawasan Wisata Sungai
Aek Godang
Analisis Deeskriptif
Aktivitas Wisatawan dan Masyarakat sekitar kawasan
TINJAUAN PUSTAKA
Sungai
Sungai merupakan badan air bergerak dari tempat yang tinggi ketempat yang
lebih rendah melalui permukaan atau bawah tanah. Sungai dapat dibedakan menjadi
hulu, hilir dan muara. Sungai bagian hulu dicirikan dengan badan sungai yang
dangkal dan sempit, tebing curam dan tinggi, berair jernih dan mengalir cepat serta
mempunyai populasi biota yang sedikit. Sungai bagian hilir umumnya lebih lebar,
tebingnya curam atau landai, badan air dalam, keruh, aliran air lambat dan biota
populasi didalamnya banyak. Muara adalah bagian sungai yang berbatasan dengan
laut dan danau, mempunyai tebing landai dan dangkal, badan air dalam, keruh serta
mengalir lambat (Kordi dan Andi, 2010).
UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, menyatakan bahwa sungai
merupakan bentuk alur air permukaan yang harus dikelola secara menyeluruh,
terpadu berwawasan lingkungan hidup dengan mewujudkan kemanfaatan sumber
daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sungai
harus dilindungi dan dijaga kelestariannya, ditingkatkan fungsi dan kemanfaatannya,
dan dikendalikan dampak negatif terhadap lingkungannya. Sungai harus
dimanfaatkan sesuai dengan peruntukkannya, dalam rangka mewujudkan
kemanfaatan sungai serta mengendalikan kerusakan sungai, perlu ditetapkan garis
sempadan sungai, yaitu garis batas perlindungan sungai. Garis sempadan sungai ini
selanjutnya akan menjadi acuan pokok dalam kegiatan pemanfaatan dan
perlindungan sungai serta sebagai batas permukiman di wilayah sepanjang sungai
Sungai Batang Gadis
Sungai-sungai di Kabupaten Mandailing Natal beraliran pendek, terjal, dan
sempit, sehingga sulit untuk digunakan sebagai sarana transportasi. Sungai Batang
Gadis sebagian dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik (hydromini) dan untuk
irigasi. Alur sungai senantiasa bergerak secara horisontal dan jalur sungai
berpindah-pindah (bergerak) secara terus-menerus.
Sungai Batang gadis merupakan daerah aliran sungai. Wilayah Mandailing
Natal terdapat 6 (enam) DAS, yaitu: DAS Batang Gadis, DAS Batang Batahan, DAS
Batang Natal, DAS Batang Tabuyung, DAS Batang Bintuas, DAS Batang Toru.
DAS yang terbesar adalah DAS Batang Gadis dengan luas 369.963 Ha atau sekitar
55,88% dari luas wilayah Kabupaten Mandailing Natal. Keenam DAS bermuara ke
Pantai Barat (Samudera Indonesia).
Sungai Batang Gadis merupakan sungai utama terpanjang dan terbesar di
Kabupaten Mandailing Natal. Dimana hampir menjelajahi seluruh kabupaten ini.
Mulai dari hulunya di Ulu Pakantan Muara Sipongi, melewati beberapa kecamatan
dan akhirnya bermuara di Kecamatan Muara Batang Gadis. Sungai ini sangat
berpengaruh untuk roda kehidupan masyarakat Mandailing Natal, untuk mengairi
sawah-sawah yang luas , mata pencaharian utama penduduk, dll (Midora
dan Anggraeni, 2006).
Wisata Sungai
UU No 9 tahun 1990 (Menteri Dalam Negeri, 1990), beberapa istilah yang
berhubungan dengan kegiatan pariwisata antara lain :
1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang
daya tarik wisata.
2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk
pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha – usaha yang terkait di
bidang tersebut.
4. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan
pariwisata.
5. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa
pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata,
usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut.
6. Objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata.
7. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau
disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
Menurut Kelly (1996) dalam Sulaksmi (2007) menyatakan bahwa bentuk
wisata antara lain : ekowisata (ecotourism), wisata alam (nature tourism), wisata
petualangan (adventure tourism), wisata berdasarkan waktu (gateway and stay) dan
wisata Budaya (cultural tourism).
Pariwisata di Indonesia dimulai pada awal tahun enam puluhan. Istilah ini
semakin menjadi pembicaraan, terutama setelah Presiden Suharto menyampaikan
kata sambutan dalam pertemuan ramah tamah dengan para peserta seminar dan rapat
kerja kepariwisataan tanggal 27 Nopember 1982 di istana negara (Pendit, 1994).
Untuk menyamakan pemahaman mengenai istilah-istilah dan pengertian pariwisata,
di Indonesia mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun
sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya
tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut. Wisata adalah kegiatan
perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta
bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata (Kartawan, 2004).
Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli
daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi
pariwisata daerah diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi negara.
Pembangunan ekonomi, majunya industri pariwisata suatu daerah sangat bergantung
kepada jumlah wisatawan yang datang, karena itu harus ditunjang dengan
peningkatan pemanfaatan Daerah Tujuan Wisata (DTW) sehingga industri pariwisata
akan berkembang dengan baik. Negara Indonesia yang memiliki pemandangan alam
yang indah sangat mendukung bagi berkembangnya sektor industri pariwisata di
Indonesia (Meta, 2002).
Konsep pemanfaatan, wisata dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok
yaitu (Fandeli, 2000., META, 2002 dalam Yulianda, 2007) :
a. Wisata alam (nature tourism), merupakan aktivitas wisata yang ditujukan pada
pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya.
b. Wisata budaya (cultural tourism), merupakan wisata dengan kekayaan budaya
sebagai objek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan.
c. Ekowisata (Ecotourism,), merupakan wisata berorientasi pada lingkungan untuk
menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam/lingkungan dan
Menurut Damanik dan Weber (2006) menyatakan bahwa potensi kawasan
ekowisata di Indonesia sangat besar. Objek tersebut tersebar di darat (dalam kawasan
hutan konservasi) maupun di laut (dalam bentuk taman nasional laut). Potensi
ekowisata terdiri dari beberapa elemen penawaran wisata yang sering disebut sebagai
triple A yang terdiri dari atraksi, aksesibilitas dan amenitas. Atraksi dapat dibagi
menjadi tiga yakni alam, budaya dan buatan. Atraksi alam meliputi pemandangan
alam seperti danau Kelimutu atau Gunung Bromo.
Atrakasi budaya meliputi peninggalan sejarah seperti Candi Prambanan, adat
istiadat masyarkat seperti: Pasar Terapung di Kalimantan. Aksesiblitas mencakup
infrastruktur transportasi yang menghubungkan wisatawan ”dari”, ”ke” dan ”selama
di” daerah tujuan wisata (Inskeep, 1994). Amenitas adalah infrastruktur yang
sebenarnya tidak langsung terkait dengan pariwisata tetapi sering menjadi bagian
dari kebutuhan wisatawan seperti, bank, telekomunikasi, buku panduan wisata dan
seni pertunjukan.
Menurut Razzak dan Surianti (2011) menyatakan bahwa untuk membedakan
pengcrtian antara wisata, wisatawan, pariwisata, keparirwisataan, usaha pariwisata
obyek dan daya tarik wisata, serta kawasan wisata, studi ini akan menggunakan
definisi yang ditetapkan dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan (pasal 1), yaitu:
1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara
3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah,
dan Pemerintah Daerah.
4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan
bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan
setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat
setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha
5. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan,
dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan
manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
6. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi
pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.
7. Kawasan pariwisata Kawasan Strategis Pariwisata adalah kawasan yang
memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan
pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek,
seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya
alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.
8. Wisata kesehatan adalah perjalanan seseorang wisatawan dengan tujuan tertentuj
untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari dimana ia tinggal
demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani, dengan
mengunjungi tempat peristirahatan, seperti mata air panas yang mengandung
mineralyang dapat menyembuhkan, tempat yang mempunyai iklim udara
menyehatkanatau tempat-tempat yang menyediakan fasilitas-fasilitas kesehatan
Potensi, Objek dan Daya Tarik Wisata
Menurut Undang-undang (UU) Nomor 9 tahun 1990, wisata adalah kegiatan
perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta
bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Potensi wisata
adalah mengenai kandungan gejala alam dari suatu kawasan yang dapat dijadikan
sebagai obyek dan daya tarik suatu perjalanan wisata.
Potensi wisata yang dikemukaan Yoeti (1997) yaitu objek pariwisata yang
dapat dilihat, disaksikan, dilakukan atau dirasakan. Obyek tersebut dapat berupa:
1. Berasal dari alam, dapat dilihat dan disaksikan secara bebas (pada tempat-tempat
tertentu harus bayar untuk masuk, seperti cagar alam, kebun raya, dan lain-lain)
seperti: iklim, pemandangan, vegetasi hutan, flora dan fauna, sumber kesehatan.
2. Merupakan hasil kebudayaan suatu bangsa yang dapat dilihat, disaksikan, dan
dipelajari seperti: monumen dan peninggalan masa lalu, tempat-tempat budaya,
dan perayaan-perayaan tradisional.
UU No. 9 tahun 1990 menyatakan bahwa objek dan daya tarik wisata adalah
segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata yang terdiri atas:
a) Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud
keadaan alam serta flora dan fauna.
b) Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum,
peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata
tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi dan tempat hiburan.
1. Atraksi wisata alam, buatan (hasil karya manusia) atau kegiatan yang merupakan
alasan utama kunjungan.
2. Fasilitas-fasilitas dan pelayanan yang dibutuhkan oleh wisatawan di daerah tujuan
wisata.
3. Akomodasi, makanan, dan minuman tidak hanya tersedia dalam bentuk fisik,
tetapi juga dapat menciptakan perasaan hangat dan memberikan kenangan pada
lingkungan setempat.
4. Aksesibilitas (jalan dan transportasi) merupakan salah satu faktor kesuksesan
daerah tujuan wisata.
5. Faktor-faktor pendukung seperti kegiatan pemasaran, pengembangan dan
koordinasi.
Atraksi wisata adalah sesuatu yang dapat dilihat atau disaksikan melalui suatu
pertunjukan (shows) yang khusus diselenggarakan untuk wisatawan. Atraksi wisata
dibedakan dengan obyek wisata, karena atraksi wisata untuk menyaksikan harus
dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan obyek wisata dapat dilihat tanpa
dipersiapkan terlebih dahulu, seperti danau, pemandangan, pantai, gunung, candi,
monument, dan lain-lain (Yoeti, 1997).
Parameter Kualitas Air
Pengelolaan yang dilakukan adalah pemantauan dan interpretasi data kualitas
air, mencakup kualitas fisika, kimia, dan biologi. Kepedulian tentang keadaan
lingkungan hidup, kualitas air menjadi bagian yang penting dalam isu pengembangan
sumberdaya air. Kualitas air dalam hal ini mencakup keadaan fisik, kimia dan biologi
yang dapat mempengaruhi ketersediaan air untuk kehidupan manusia, pertanian,
dengan kuantitas air, karakteristik fisik terpenting yang dapat mempengaruhi kualitas
air. Dengan demikian, berpengaruh pula pada ketersediaan untuk berbagai
pemanfaatan seperti tersebut diatas (Asdak, 2002).
1. Suhu
Suhu atau temperatur suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang
(Latitude), ketinggian dari permukaan laut (Altitude), waktu (hari), sirkulasi udara,
penutupan awan, dan aliran serta kedalaman badan air. Perubahan suhu berpengaruh
terhadap proses fisika, kimia, biologi badan air. Suhu juga sangat berperan
mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Peningkatan suhu mengakibatkan
peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatilisasi. Peningkatan suhu
juga meneyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air, misalnya gas O2, CO2, N2,
CH4
Pengukuran suhu air merupakan hal yang mutlak dilakukan, hal ini
disebabkan karena kelarutan dari berbagai jenis gas dalam air serta semua aktivitas
biologi-fisiologis di dalam ekosistem air sangat dipengaruhi oleh suhu (Barus,
2004).
( Haslam, 1995 dalam Effendi 2003).
2. Arus
Menurut Barus (2004) Arus air adalah faktor yang mempunyai peranan
sangat penting baik pada perairan lotik maupun perairan lentik. Hal ini berhubungan
dengan penyebaran organisme, gas-gas terlarut dan mineral yang terdapat di dalam
air. Kecepatan aliran air akan bervariasi secara vertikal. Arus air yang pada perairan
lotik umumnya bersifat turbulen, yaitu arus air yang bergerak ke segala arah sehigga air akan terdistribusi ke seluruh bagian dari perairan tersebut. Selain itu dikenal arur
3. pH
Derajat lebih dikenal dengan pH. pH (puissance negative de H), yaitu
logaritma dari kepekaan ion-ion H (hydrogen) yang terlepas dalam suatu cairan.
Derajat keasaman atau pH air menunujukan aktivitas ion hydrogen dalam larutan
tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hydrogen (dalam mol/liter) pada
suhu tertentu ( Kordi dan Andi, 2010).
Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion hydrogen dalam suatu larutan,
didefenisikan sebagai logaritma dari resifprokal aktivitas ion hidrogen dan secara
matematis dinyatakan sebagai pH= log l/H- dimana H- adalah banyaknya ion
hydrogen dalam mol/liter larutan. Kemampuan air untuk mengikat atau melepaskan
ion Hidrogen akan menunjukkan apakah larutan tersebut bersifat asam atau basa
(Barus, 2004).
4. Dissolved Oxygen (DO)
Oksigen dapat menjadi faktor pembatas dalam penentuan kehadiran mahluk
hidup dalam suatu badan air. Dalam air deras, biasanya oksigen tidak menjadi faktor
pembatas. Dalam sungai yang jernih dan deras kepekaan oksigen mencapai
kejenuhan. Jika air berjalan lambat atau ada pencemar maka oksigen yang terlarut
mungkin dibawah kejenuhan, sehingga oksigen kembali menjadi faktor pembatas ,
kepekaan oksigen terlarut bergantung kepada: suhu, kehadiran tanaman fotosintesis,
tingkat penetrasi cahaya yang tergantung kepada kedalaman dan kekeruhan dalam
air, tingkat kederasan aliran air, jumlah bahan organik yang diuraikan dalam air
seperti sampah, ganggang mati atu limbah industri (Sastrawijaya, 2000).
Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam
organisme air. Umumnya kelarutan oksigen dalam air sangat terbatas. Dibandingkan
dengan kadar oksigen di udara yang mempunyai konsentrasi sebanyak 21% volum
air hanya mampu menyerap oksigen sebnayak 1% volume saja. Sumber utama
oksigen terlarut dalam air adalah difusi oksigen dari udara melalui kontak antara
permukaan air dengan udara dan dari proses fotosintesis, selanjutnya air kehilangan
oksigen melalui pelepasan dari permukaan ke atmosfir dan melalui kegiatan respirasi
dari semua organisme air ( Barus, 2004).
5. Biochemical Oxygen Demand (BOD
Nilai BOD (Biochemical Oxygen Demand) menyatakan jumlah oksigen yang
dibutuhkan mikroorganisme aerobik dalam proses penguraian senyawa organik yang
diukur pada temperatur 20
5)
o
6. Kecerahan
C (Forstner, 1990). Dalam proses oksidasi secara
biologis ini tentu saja dibutuhkan waktu yang lebih lama jika dibandingkan dengan
oksidasi secara kimiawi. Faktor-faktor yang mempengaruhi BOD adalah jumlah
senyawa organic yang akan diuraikan, tersedianya mikroorganisme aerob yang
mampu menguraikan senyawa organik tersebut dan tersedianya sejumlah oksigen
yang dibutuhkna dalam proses penguraian (Barus, 2004).
Penentuan kecerahan air dengan keping Secchi adalah berdasarkan batas
pandangan ke dalam air untuk melihat warna putih yang berada dalam air. Semakin
keruh suatu badan air akan semakin dekat batas pandangan, sebaliknya kalau air
jernih akan jauh batas pandangan tersebut. Keping Secchi berupa suatu kepingan
yang berwarna hitam-putih, yang dibenamkan ke dalam air. Keping itu berupa suatu
piringan yang diameternya sekitar 25 cm. piringan ini dapart dibuat dari plat logam
meletakkan tali dan logam pemberatnya. Tali inilah yang berfungsi sebagai penentu
kedalaman (Suin, 2002).
7. Colifaecal
Organisme indikator yang biasa digunakan adalah bakteri coliform. Coliform
didefenisikan sebagai bakteri aerobik atau anerobik fakultatif, Gram negative, tidak
membentuk endospora, berbentuk batang, memfermentasikan laktosa membentuk
gas setelah ditumbuhkan di Lactose broth selama 48 jam pada suhu 35o
Berbagai metode untuk mengidentifikasi bakteri patogen di perairan telah
banyak dikembangkan. Akan tetapi, penentuan semua jenis bakteri patogen ini
membutuhkan waktu dan biaya yang besar, sehingga penentuan grup bakteri
colifaecal dianggap sudah cukup baik dalam menilai tingkat higienitas perairan. Escherichia coli adalah salah satu bakteri coliform total yang ditemukan dalam tinja
manusia, selain Escherichia coli, bakteri patogen juga terdapat dalam tinja
manusia. Keberadaan Escherichia coli di perairan secara berlimpah menggambarkan
bahwa perairan tersebut tercemar oleh kotoran manusia, yang mungkin juga disertai
dengan cemaran bakteri patogen (Effendi, 2003).
C. air yang
layak untuk diminum seharusnya sama sekali tidak mengandung coliform (nol
coliform per 100 ml) (Puspaningrum, 2008).
Pengaruh Aktivitas Wisata
Dampak negatif dari kegiatan wisata terjadi apabila tingkat penggunaan lebih
besar daripada kemampuan lingkungan untuk mengatasi hal tersebut. Aktivitas yang
dilakukan oleh pelaku wisata, produk perencanaan dan sistem pengelolaan wisata
serta kondisi sarana dan prasarana dapat mempengaruhi terjadinya intensitas dampak
Menurut Harthayasa (2002) pada umumnya wisatawan melakukan kegiatan
wisata tergantung dengan kondisi atraksi dari obyek wisatanya. Memberdayakan
obyek wisata tidak banyak membutuhkan dana, karena tinggal melakukan
pendekatan dan koordinasi dengan masyarakat setempat. Masalah cukup berat adalah
memberikan pemahaman dan pengertian kepada masyarakat bahwa keikutsertaan
dan peran serta langsung dari mereka akan punya andil dan besar dalam
meningkatkan kepariwisataan secara makro maupun kehidupan atau kesejahteraan
masyarakat sendiri secara mikro.
Menurut Ridwan (2012) dalam Aria (2014) Pengembangan pariwisata dapat
menimbulkan kerusakan besar pada ekosistem. Kerusakan dan masalah ekosistem
yang ditimbulkan dapat berupa sedimentasi. Bangunan yang dibuat kadang-kadang
menghalangi arus sungai dan drainase serta pencemaran langsung yang disebabkan
oleh limbah hotel dan restoran. Masalah lingkungan terbesar bagi bangunan dan
fasilitas pariwisata adalah penggunaan energi dan pembuangan limbah. Sampah
padat yang dihasilkan dari pembangunan dan konstruksi sarana akomodasi menjadi
limbah beracun yang mencemari air, udara dan tanah.
Contoh objek wisata yang menarik untuk dikembangkan adalah objek wisata
sungai. Hal ini menarik tergantung pada pengelolannya, misalkan dikelola sebagai
paket-paket wisata air, rekreasi air maupun arena arung jeram. Tingkat kebersihan
ataupun lingkungan sekitarnya adalah hal yang penting dan selalu terjaga
(Harthayasa, 2002).
Analisis kesesuaian wisata merupakan analisis yang dimaksudkan untuk
mengetahui kesesuian wisata pada suatu kawasan dalam penggunaan lahan pada
kawasan tersebut. Analisis ini juga digunakan dalam potensi wisata Sungai Aek
Godang. Kesesuain wisata ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesesuain wisata
sungai di Aek Godang Kota Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal .
Menurut Yulianda (2007) dalam Azis dkk (2012) menyatakan bahwa setiap
parameter memiliki bobot dan skor, dimana pemberian bobot berdasarkan tingkat
kepentingan suatu parameter terhadap perencanaan kawasan wisata. bobot yang
diberikan adalah 5 (lima), 3 (tiga), dan 1 (satu). Kriteria untuk masing-masing
pembobotan adalah sebagai berikut :
1. Pemberian bobot 5: hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa unsur parameter
sangat diperlukan atau parameter kunci.
2. Pemberian bobot 3: hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa unsur parameter
sedikit diperlukan atau parameter yang cukup penting.
3. Pemberian bobot 1: hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa unsur parameter
dalam unsur penilaian tidak begitu diperlukan tetapi harus selalu ada atau
parameter ini tidak penting.
Menurut Yulianda (2007) menyatakan bahwa setiap kegiatan wisata
memiliki persyaratan-persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan
kawasan objek wisata yang akan dikembangkan. Masing-masing jenis kegiatan
wisata memiliki parameter kesesuaian yang berbeda-beda antara kegiatan wisata
yang satu dengan jenis kegiatan wisata yang lainnya. Parameter kegiatan tersebut
disusun dalam kelas kesesuaian untuk masing-masing jenis kegiatan wisata.
Daya dukung alam diartikan sebagai kemampuan alam untuk mendukung
kehidupan untuk manusia. Berkurangnya daya dukung alam akan berakibatkan pula
terhadap kemampuan alam untuk mendukung kehidupan manusia. Oleh karena itu
daya dukung alam harus di jaga agar tetap dapat memberikan dukungannya bagi
kehidupan manusia. Daya dukung alam perlu dijaga karena daya dukung alam dapat
berkurang atau menyusut sejalan dengan berputarnya waktu dan pesatnya ilmu
pengetahuan dan teknologi serta kemajuan industry (Wardhana, 2004).
Daya dukung lingkungan tergantung pada kebutuhan dan nilai yang
didfinisikan sendiri oleh masyarakat . Penentuan daya dukung juga tergantung pada
berbagai penilaian mengenai tingkat daya tamping pada berbagai penilaian mengenai
tingkat daya tampung kawasan yang rusak akibat wisatawan. Ketika tingkat daya
tamping ekowisata dibuat, metode untuk mengkontrol pengunjung perlu
diimplementasikan yang mencangkup kemampuan untuk mendukung jumlah
pengunjung, menjaga jumlah konstan pengunjung (Khair, 2006).
Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014.
Penelitian ini dilaksanakan di daerah Wisata Sungai Aek Godang Kota Panyabungan,
Kabupaten Mandailing Natal. Pengambilan Sampel dilakukan pada bulan Mei
sampai Agustus di 2 stasiun. Analisis sampel air dilakukan di Balai Teknik
Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Medan. Lokasi Penelitian
disajikan Pada Gambar 2.
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan adalah kamera digital, GPS, buku dan alat tulis
untuk menulis dan Kalkulator, keping secchi, cool box, alat tulis, Bola, Meteran dan
peralatan analisa kualitas air seperti DO meter, thermometer dan pH meter.
Bahan yang digunakan adalah kuisioner untuk mendapatkan data sekunder
maupun data primer, akuades dan es untuk sampel air sungai.
Pengambilan Data
Data yang dikumpulkan di lapangan adalah data primer dan data sekunder.
Data primer yang diambil adalah data parameter fisika, kimia, biolgi air sungai Aek
Godang dan data umum masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah pesisir tersebut;
contoh : nama, jenis kelamin, umur, pendidikan dan data kondisi sosial ekonomi
masyarakat yang dilakukan melalui wawancara kepada masyarakat sekitar,
pengunjung dan instansi pemerintahan yang terkait dengan kuisioner. Data yang
nilainya langsung didapat dari lapangan meliputi nilai temperatur, pH, arus,
kecerahan, oksigen terlarut, serta hasil kuisioner terhadap pengunjung dan penduduk
sekitar. Data lain seperti Colifaecal hasilnya diperoleh melalui analisis laboratorium.
Data sekunder yang diambil adalah melalui studi literatur (studi pustaka),
jurnal penelitian di lokasi lain dan buku-buku yang terkait dengan penelitian ini. Data
yang dikumpulkan meliputi kondisi sumberdaya alam, keadaan umum kawasan serta
kondisi sosial masyarakat.
Penentuan stasiun berdasarkan perbedaan aktivitas (pemanfaatan sungai) oleh
masyarakat. Ditetapkan 2 (dua) stasiun pengamatan dimana pada setiap stasiun ada 1
(satu) titik dengan 3 (tiga) kali pengulangan dengan kriteria seperti terlihat pada
deskripsi area.
Deskripsi Area
1. Stasiun 1
Gambar 3. Stasiun 1
Stasiun ini terletak di Desa Ulu Pungkut, Kabupaten Mandailing Natal. Yang
secara geografis terletak pada 00o37.421’ LU dan 99o
2. Stasiun 2
47.034’ LS Daerah ini
merupakan daerah yang belum dijumpai aktivitas wisata.
Stasiun ini terletak di Kecamatan Aek Godang, Kota Panyabungan,
Kabupaten Mandailing Natal yang secara geografis terletak pada 00o48.366’ LU dan
00o
Pengukuran Faktor Fisika, Kimia, dan Biologi Perairan
34.26’ LS. Pada daerah ini banyak dijumpai aktivitas masyarakat dan wisata.
Pengukuran parameter fisika dan kimia air dilakukan dengan dua cara, yakni
secara langsung (insitu) dan secara tidak langsung (eksitu). Pengukuran langsung
dilapangan (insitu) dilakukan terhadap parameter kekeruhan, suhu, pH dan DO,
sedangkan analisis kandungan Colifaecal dalam air dilakukan di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Medan. Parameter kualitas air dan metode analisis
pengukuran tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Parameter Kualitas Air Dan Metode Analisis
Parameter Satuan Metode Analisi/Alat Lokasi
Fisika
Suhu 0C Thermometer In situ
Kecepatan Arus
m/det Bola Duga In situ
Kedalaman m Tali dan Meteran In situ
Kimia
pH - pH meter In situ
DO mg/l DO meter In situ
BOD5 mg/l - Ex situ
Biologi
Analisis atraksi kegiatan wisata
Analisis atraksi kegiatan wisata dikembangkan berdasarkan analisis potensi
yang dimiliki dengan cara menginventarisasi atraksi di Sungai Aek Godang sehingga
ditemukan suatu alternatif dalam pengembangan potensi wisata. Pemberian bobot
pada setiap kriteria menurut pedoman ADO-ODTWA Dirjen PHKA 2003 adalah
berbeda-beda.
Tabel 2. Kriteria Penilaian daya Tarik (Bobot 6)
No Unsur/Sub Unsur Nilai
Keunikan sumber daya alam:
a. Gua b. Flora
c. Fauna d. Adat istiadat e. Bendungan
Banyaknya sumber daya alam yang menonjol:
Kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan: a. Menikmati keindahan alam b. Melihat flora dan fauna c. Trekki ng
d. Penelitian/ pendidikan e. Berkemah
Kebersihan lokasi objek wisata Tidak ada pengaruh dari:
a. Industry
a. Udara yang bersih dan sejuk b. Bebas dari bau yang mengganggu c. Bebas dari kebisingan
d. Tidak ada lintas yang mengganggu e. Pelayanan terhadap pengunjung
yang baik
Tabel 3. Kriteria Prasarana Sarana dan Prasarana Penunjang (Bobot 3)
2 Prasarana Penunjang
a. Kantor pos b. Puskesmas
c. Jaringan air minum d. Jaringan listrik e. Jaringan telepon
50 40 30 20 10
Sumber: Dirjen PHKA 2003
Tabel 4. Kriteria Penilaian Aksebilitas (bobot 5)
No Unsur/Sub Unsur Nilai
Sumber: Dirjen PHKA 2003
Karsudi dkk.,(2010) menyatakan setelah dilakukan perbandingan, maka akan
diperoleh indeks kelayakan dalam persen. Indeks kelayakan suatu kawasan
ekowisata adalah sebagai berikut:
-Tingkat kelayakan > 66,6% : layak dikembangkan, dengan kriteria suatu kawasan
wisata yang memiliki potensi, sarana dan prasarana yang tinggi berdasarkan
parameter yang telah ditetapkan serta didukung oleh aksesibilitas yang memadai.
-Tingkat kelayakan 33,3 % - 66,6 % : belum layak dikembangkan, dengan kriteria
suatu kawasan wisata yang memiliki potensi, saran dan prasarana yang sedang
berdasarkan parameter yang telah ditetapkan serta didukung oleh aksesibilitas yang
-Tingkat kelayakan < 33,3% : tidak layak dikembangkan, dengan kriteria suatu
kawasan wisata yang memiliki potensi, sarana dan prasarana yang rendah
berdasarkan parameter yang telah ditetapkan serta aksesibilitas yang kurang
memadai.
Pengunjung
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode purposive
sampling (sampel dengan sengaja), yaitu cara pengambilan sampel dengan cara disengaja dengan tujuan sampel tersebut dapat mewakili setiap unsur yang ada dalam
populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan yang berkunjung ke
kawasan Sungai Aek Godang dalam waktu satu bulan. Pemilihan sampel harus
representatif atau mewakili populasi dengan kriteria cukup dewasa (umur 17 tahun
ke atas), sehat jasmani dan mampu berkomuniaksi dengan baik. Menurut Arikunto
(2002) jika subjek penelitian atau wisatawan kurang dari 100 maka lebih baik
diambil semuanya sebagai sampel dan jika jumlah sampel lebih dari 100 maka
sampel dapat diambil antara 10%-15% sebagai ukuran sampel. Dengan rumus Slovin
diacu dalam Nugraha (2007)
�= �
1 +� (�)2
Keterangan :
n = Ukuran sampel yang dibutuhkan
N = Ukuran populasi
e = Margin error yang diperkenankan (10%-15%)
Kriteria nilai kenyamanan obyek wisata menurut kriteria yang ditetapkan oleh
a. >80% = Sangat nyaman
b. 60%-79% = Lebih dari nyaman
c. 40%-59% = Nyaman
d. 20%-39% = Kurang nyaman
e. <20% = Tidak nyaman
Indeks Kesesuaian Wisata
Analisis kesesuaian wisata menggunakan matriks kesesuaian yang disusun
berdasarkan kepentingan setiap parameter untuk mendukung kegiatan pada daerah
tersebut. Rumus yang digunakan untuk kesesuaian wisata rekreasi pantai adalah
modifikasi dari (Yulianda, 2007):
IKW = ∑� Ni
N max�x 100%
Keterangan:
IKW = Indeks Kesesuaian Wisata (Sesuai: 77,78%-100%, Sesuai Bersyarat:
55,56% -<77,78%, Tidak Sesuai: <55,56).
Ni = Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor)
Nmaks = Nilai maksimum dari kategori wisata
Berdasarkan matriks kesesuaian, selanjutnya dilakukan penyusunan
kelas-kelas kesesuaian untuk kegiatan wisata rekreasi pantai. Dalam penelitian ini, kelas-kelas
kesesuaian dibagi menjadi 3 kelas kesesuaian meliputi sangat sesuai (S1), sesuai (S2)
dan tidak sesuai (S3). Matriks kesesuaian wisata untuk kategori wisata sungai dapat
43
Tabel 5. Matriks Kesesuaian Wisata Kategori Wisata Sungai
Sumber: Modifikasi dari Yulianda, 2007
No Parameter Bobot Kategori S1 Skor Kategori S2 Skor Kategori S3 Skor Kategori N Skor
Analisis Daya Dukung
Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung pengembangan
ekowisata alam adalah dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan (DDK).
DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di
kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada
alam dan manusia. Perhitungan DDK dalam
bentuk rumus adalah sebagai berikut (Yulianda, 2007) :
Keterangan :
DDK : Daya Dukung Kawasan
K : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area
Lp : Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan
Lt : Unit area untuk kategori tertentu
Wt : Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu
hari
Wp : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu
Potensi ekologis pengunjung ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan jenis
kegiatan yang akan dikembangkan. Luas suatu area yang dapat digunakan oleh
pengunjung mempertimbangkan kemampuan alam mentolerir pengunjung sehingga
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Analisis Kualitas Air
Hasil analisis kualitas air Sungai Aek Godang pada setiap pengambilan
sampel dapat dilihat di Lampiran 4. Parameter pengamatan yang digunakan dalam
penentuan kualitas air di Sungai Aek Godang ini terdiri atas delapan (8) parameter,
yang meliputi pengukuran arus, pH, suhu, Dissolved Oxygen (DO), Biochemical Oxygen Demand (BOD5
Tabel 6. Rata-rata hasil analisis kualitas air
), penetrasi cahaya, kekeruhan, serta Colifaecal. Rata-rata
hasil analisis kualitas air dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.
No Parameter Satuan
Persepsi dan Prilaku Pengunjung Terhadap Tempat Wisata
Berdasarkan data yang diperoleh selama penelitian, diketahui nilai tingkat
kenyamanan pengunjung mempunyai persentase sebesar 78,94% menyatakan obyek
wisata sungai Aek Godang nyaman, dan sisanya sebanyak 21,05% menyatakan
obyek wisata sungai Aek Godang tidak nyaman. Persepsi kenyamanan pengunjung
Gambar 5.Persepsi kenyamanan pengunjung
Data tingkat kepuasan pengunjung, yakni sebesar 44,73% menyatakan cukup
puas dengan keadaan obyek wisata sungai Aek Godang saat ini, sedangkan 52,63%
menyatakan puas, dan satu orang menyatakan tidak puas. Tabulasi kuisioner
penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 6. Persepsi kepuasan pengunjung dapat
dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Persepsi kepuasan pengunjung
Data prilaku pengunjung terhadap peraturan dan larangan membuang sampah
sembarangan di tempat wisata yakni sebesar 97,60% menyatakan membuang sampah
sembarangan dan 2,63% tidak membuang sampah sembarangan. Sebanyak 71,05%
pengunjung membuang sampah pada tempatnya dan 28,93% tidak membuang 78,94%
nyaman tidak nyaman
P
cukup puas puas tidak puas
sampah pada tempatnya. Sebanyak 50 % pernah membuang sampah dan sebanyak
50% tidak membuang sampah.
Gambar 7. Prilaku pengunjung
Persepsi Pengelola Terhadap Wilayah Kelolanya
Berdasarkan data yang diperoleh, 100% pengelola menyatakan adanya
larangan membuang sampah. Sebanyak 33,60% pengelola menyatakan bahwa
pengunjung membuang sampah pada tempatnya dan sebanyak 66,60% pengelola
menyatakan pengunjung tidak membuang sampah pada tempatnya di obyek wisata
sungai Aek Godang. Persepsi pengelola di Sungai Aek Godang dapat dilihat pada
Gambar 8.
Potensi Wisata Sungai Aek Godang
Jenis-jenis potensi wisata air Sungai Aek Godang Di Kota Panyabungan
Kabupaten Mandailing Natal terdiri dari: Pemandian Sungai, Bendungan dan
Panorama Alam. Unsur-unsur daya tarik yang terdapat pada masing-masing objek
wisata.
Daya Tarik
Penilaian Kriteria Daya Tarik Wisata Sungai Aek Godang dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Penilaian Kriteria Daya Tarik
No Unsur-unsur Jumlah Uraian Bobot* Nilai Skor
Total* * 1 Keunikan Sumberdaya
Alam
3 Flora,Adat Istiadat, Bendungan
6 20 120
2 Banyaknya
sumberdaya alam yang menonjol
4 Batuan,Sungai, Adat Istiadat, Air
6 25 150
3 Kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan
2 Menikmati keindahan alam,
penelitian/pendidikan
6 15 90
4 Kebersihan lokasi
objek wisata
4 Industri,jalan ramai, sampah, vandalisme
*Sesuai Kriteria Penilaian dari Dirjen PHKA tahun 2003 untuk Daya Tarik *Hasil kali antara bobot dengan nilai
Penilaian Sarana dan Prasarana
Kriteria penilaian sarana dan prasarana secara langsung dan tidak langsung
menunjang suatu kegiatan wisata. Kriteria sarana dan prasarana Objek Wisata Sungai
Tabel 8 . Penilaian Kriteria Sarana dan Prasarana
3 Jaringan Telepon, Jaringan Listri dan Jaringan Air Minum
3 40 120
Jumlah 70 210
*Sesuai Kriteria Penilaian dari Dirjen PHKA tahun 2003 Untuk Sarana dan Prasarana Penunjang * Hasil kali antara bobot dengan nilai
Aksebilitas
Penilaian Kriteria Aksebilitas Sungai Aek Godang dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Penilaian Kriteria Aksebilitas
No Unsur-unsur Uraian Bobot* Nilai Skor
Total** 1 Kondisi jarak dari pusat
kota:
cukup 5 25 125
2 Tipe jalan <5 km 5 30 150
3 Waktu tempuh dari pusat
kota
1-2 jam 5 30 150
Jumlah 425
*Sesuai Kriteria Penilaian dari Dirjen PHKA tahun 2003 untuk Aksebilitas *Hasil kali antara bobot dengan nilai
Penilaian keseluruhan terhadap komponen-komponen wisata di kawasan
wisata Sungai Aek Godang dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Penilaian keseluruhan komponen-komponen
No Unsur-unsur Bobot* Nilai Skor
*Sesuai criteria penilaian dari Dirjen PHKA tahun 2003
**Hasil penilaian terhadapa terhadap objek dan daya tarik wisata ***perkalian antara bobot dengan nilai
****skor tertinggi untuk setiap kriteria
Indeks Kesesuaian Wisata
Nilai Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) Sungai Aek Godang disajikan pada
Tabel 11 dan penghitungan nilai Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) disajikan pada
Lampiran 11.
Tabel 11. Indeks Kesesuaian Wisata (IKW)
Lokasi Pengamatan Total Skor IKW (%) Tingkat Kesesuaian
Stasiun 2 145 74,56% S2
Pembahasan
Kualitas Air
Hasil penelitian yang telah dilakukan (Tabel 6) menunjukkan bahwa arus di
stasiun 1 sebesar 0,5 m/detik dan kecepatan arus di stasiun 2 sebesar 1,95 m/detik.
Kecepatan arus tertinggi terdapat pada stasiun 2. Kecepatan arus dalam suatu badan
sungai tidak dapat ditentukan dengan pasti karena arus pada suatu sungai sangat
mudah berubah, menurut Barus (2004) sangat sulit membuat suatu batasan mengenai
kecepatan arus karena di suatu ekosistem air sangat berfluktuasi dari periode ke
periode tergantung dari fluktuasi aliran air serta kondisi substrat yang ada. Pada
musim penghujan akan mempengaruhi kecepatan arus.
Hasil pengukuran pH air sungai yang dilakukan di sungai Aek Godang
menunjukkan pH tertinggi berada pada stasiun 2, yaitu sebesar 6,5, sedangkan pada
stasiun 1 yaitu sebesar 4,08. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun
sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan
menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi (Barus, 2004).
Hasil penelitian yang telah dilakukan, suhu pada stasiun 1 yaitu 22,3°C
dan di stasiun 2 yaitu 23°C kedua stasiun tidak terlalu tinggi karena belum adanya
sekeliling mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kelarutan oksigen dalam air.
Dengan demikian, kelarutan oksigen dalam air akan menurun sesuai dengan
meningkatnya suhu (Connel dan Miller, 2006).
Nilai oksigen terlarut terendah terdapat pada stasiun 2, yaitu 5,6 mg/l,
sedangkan untuk nilai oksigen terlarut tertinggi berada pada stasiun 1, yaitu 6 mg/l.
Jumlah oksigen terlarut pada stasiun 1 dan 2 berbeda disebabkan oleh adanya
perbedaan aktivitas yang terjadi.
Aktivitas yang berlangsung di sepanjang Sungai Aek Godang baik aktivitas
wisata maupun aktivitas masyarakat berpotensi mengakibatkan turunnya nilai
oksigen terlarut yang ada pada sungai tersebut. Hal ini dikarenakan selama
beraktivitas pengunjung sering kali membuang sampah ke dalam sungai sehingga
dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas air sungai. Tingginya nilai
oksigen terlarut pada kedua stasiun penelitian tersebut dikarenakan kedangkalan
sungai, sehingga penetrasi cahaya matahari mampu mencapai dasar sungai (Effendi,
2003).
Hasil peneletian yang telah dilakukan, nilai BOD5 terbesar terdapat di stasiun
1 yaitu 1,45 mg/l. Sedangkan pada stasiun 2 yaitu 0,70 mg/l (Tabel 6). Nilai BOD5
pada kedua stasiun penelitian masih memenuhi baku mutu kualitas air. Nilai BOD5
dari kedua stasiun tersebut tergolong kecil sehingga menandakan bahwa beban
perairan di sungai tersebut tidak begitu besar. BOD5 diperlukan untuk menentukan
beban pencemaran air buangan penduduk atau industri dan pengolahan biologis bagi
air yang tercemar. jika perairan yang memiliki BOD5 lebih dari 10 mg/l dianggap
Sungai Aek Godang belum tercemar dan tergolong masih layak dan aman bagi
wisatawan yang mandi di Sungai Aek Godang.
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan, kecerahan stasiun 1 yaitu 40 cm,
pada stasiun 2 yaitu 40 cm. Karateristik sungai yang dangkal menyebabakan cahaya
matahari dapat masuk hingga ke bagian paling dalam perairan. Menurut Ariadi dan
Dewi (2008), pertumbuhan bakteri akan sangat dipengaruhi oleh berbagai kondisi
yang ada termasuk pengaruh dari lingkungan luar seperti cahaya matahari.
Hasil pengukuran (Tabel 6) di dua stasiun penelitian, diketahui bahwa total
Colifaecal di sungai Aek Godang masih memenuhi baku mutu seperti yang
tercantum dalam PP No. 82 tahun 2001, dan masih dapat dikategorikan aman bagi
kegiatan wisata. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, stasiun 1
memiliki nilai total Colifaecal yang paling rendah. Total Colifaecal pada stasiun 1
yang merupakan daerah yang tidak terdapat aktivitas manusia menunjukkan angka
sebesar 72,366/ml. Hal ini dikarenakan lingkungan dengan pemukiman dan aktivitas
penduduk yang masih sangat jarang sehingga buangan-bungan limbah juga masih
sangat sedikit.
Nilai Colifaecal atau kepadatan Colifaecal tertinggi ditemukan di stasiun 2, yaitu sebesar 72,933/ml. Lokasi ini merupakan lokasi dengan tingkat aktivitas wisata
yang paling tinggi. Selain itu juga banyak terdapat pemukiman masyarakat,
penginapan, serta pondok-pondok yang disewakan kepada pengunjung. Menurut
Aria (2010) aktivitas manusia yang tinggi disekitar stasiun 2 ini menyebabkan
masuknya buangan-buangan organik seperti limbah domestik ke dalam badan sungai.
500 bakteri Coli, memungkinkan terjadinya penyakit gastroenteristis yang
memungkinkan terjadinya demam, diare, septimia dan penyakit-penyakit lainnya.
Sungai Aek Godang masih tergolong baik dan masih sesuai dengan Baku Mutu PP
N0. 82 tahun 2001.
Persepsi dan Prilaku Pengunjung Terhadap Tempat Wisata
Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara (Razzak dan Surianti, 2011). Berdasarkan
data yang diperoleh selama penelitian ( Gambar 5), diketahui nilai tingkat
kenyamanan pengunjung di Objek Wisata Sungai Aek Godang yaitu 78,94%
menyatakan obyek wisata sungai Aek Godang nyaman, dan sisanya sebanyak
21,05% menunjukkan obyek wisata sungai Aek Godang tidak nyaman.
Keindahan alam yang dapat dinikmati oleh pengunjung obyek wisata sungai
Aek Godang yaitu aliran sungai yang masih sangat terjaga kebersihannya dan
Bendungan Sungai Aek Godang. Selain itu juga terdapat pondok-pondok yang bisa
disewa oleh pengunjung untuk bersantai di pinggir sungai.
Hasil penelitian yang telah dilakukan (Gambar 6) menunjukkan data tingkat
kepuasan pengunjung yaitu sebesar 44,73% menunjukkan cukup puas dengan
keadaan obyek wisata sungai Aek Godang saat ini, sedangkan 52,63% menyatakan
puas, dan satu orang menyatakan tidak puas. Tabulasi kuisioner penelitian ini dapat
Gambar 6. Ini terlihat dari banyaknya wisatwan yang kembali datang ke Sungai Aek
Godang untuk menikmati keindahan alam.
Data prilaku pengunjung terhadap peraturan dan larangan membuang sampah
sembarangan di tempat wisata yaitu 97,60% menyatakan membuang sampah
sembarangan dan 2,63% tidak membuang sampah sembarangan. Sebanyak 71,05%
pengunjung membuang sampah pada tempatnya dan 28,93% tidak membuang
sampah pada tempatnya. Sebanyak 50 % pernah membuang sampah dan sebanyak
50% tidak membuang sampah. Tingkat kebersihan lingkungan sekitarnya adalah hal
yang penting dan harus dijaga (Harthayasa, 2002).
Perilaku pengunjung sangat erat kaitannya dengan kualitas air suatu sungai.
Menurut Ridwan (2012) aktivitas pengunjung seperti membuang sampah
sembarangan juga menjadi ancaman pengembangan kawasan. Perilaku pengunjung
yang masih membuang sampah sembarangan tentu saja akan menjadi ancaman yang
sangat serius karena dapat berdampak pada penurunan kualitas air sungai, hal ini
juga harus didukung oleh kesadaran pengunjung itu sendiri agar tidak membuang
sampah sembarangan.
Kegiatan pariwisata berbasis sungai memiliki peluang terjadinya pencemaran
apabila pengelola lambat dalam mengantisipasi berbagai aktivitas-aktivitas yang bisa
mengakibatkan pencemaran khusunya sampah yang dihasilkan oleh pengunjung
(Aria, 2010). Data jumlah pengunjung kawasan wisata Sungai Aek Godang yang
didapat dari pengelola menunjukkan sekitar 250 orang megunjungi kawasan wisata
ini pada hari libur biasa atau hari minggu. Angka ini bisa meningkat ketika libur hari
Persepsi Pengelola Terhadap Wilayah Kelolanya
Lokasi wisata Sungai Aek Godang adalah lokasi wisata yang baru dibuka
pada bulan Agustus tahun 2009. Pengelola mempunyai pondok-pondok yang
disewakan kepada pengunjung lebih dari 10 pondok. Berdasarkan data yang
diperoleh, 100% pengelola menyatakan adanya larangan membuang sampah.
Sebanyak 33,60% pengelola menyatakan bahwa pengunjung membuang sampah
pada tempatnya dan sebanyak 66,60% pengelola menyatakan pengunjung tidak
membuang sampah pada tempatnya di obyek wisata sungai Aek Godang. Pengelola
menyatakan telah menyediakan toilet yang dapat digunakan oleh pengunjung dan
menyediakan Septic tank sebagai wadah tempat menampung limbah yang dihasilkan
dari toilet, sehingga limbah yang dihasilkan tidak langsung dibuang ke badan sungai.
Hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan, partisipasi pengunjung dalam
menjaga kebersihan dan kelestarian sungai masih sangat kurang. Ini terlihat dengan
masih ditemukannya pengunjung yang membuang sampah-sampah yang dihasilkan
selama berada dikawasan wisata secara langsung ke sungai dan membiarkan di jalan.
Jenis sampah yang dibuang oleh para pengunjung didominasi oleh sampah-sampah
anorganik, seperti botol bekas minuman, plastik bekas makanan, plastik kemasan
sabun dan limbah organik seperti sisa detergen.
Menurut pengelola wisata Sungai Aek Godang area yang dijadikan tempat
kegiatan wisata di Sungai Aek Godang adalah sekitar 1 Ha, sedangkan yang
dimanfaatkan untuk area pemandian adalah 300 m2. Himbauan agar tidak membuang
sampah juga sangat diperlukan untuk menggugah kesadaran pengunjung.
Himbauan-himbauan tersebut seharusnya tidak hanya berupa Himbauan-himbauan pasif seperti papan
Selain itu juga jarak antar tempat sampah masih terlalu jauh. Diperlukan
penambahan jumlah tempat sampah agar jarak antar tempat sampah tidak terlalu jauh
sehingga pengunjung dapat menjangkaunya dengan lebih mudah.
Penilaian Potensi Wisata Sungai Aek Godang
Penilaian potensi onjek dan daya tarik wisata alam dilakukan dengan cara
pengamntan langsung di sepanjang jalur Sungai Aek Godang. Komponen yang
dinilai adalah daya tarik lokasi wisata, aksebilitasuntuk mencapai lokasi, serta sarana
dan prasarana penunjung yang mendukung perkembangan lokasi wisata.
Daya Tarik
Daya tarik merupakan faktor yang membuat orang berkeinginan untuk
mengunjungi dan melihat secara langsung ke tempat yang mempunyai daya tarik
tersebut. Menurut PHKA (2003) daya tarik adalah modal utama yang memungkinkan
datangnya pengunjung. Kriteria daya tarik ini yaitu : keunikan, variasi kegiatan, jenis
sumberdaya yang menonjol, keamanan dan kenyamanan. Unsur-unsur daya tarik
dapat dilihat pada Tabel 7.
Berdasarkan Penilaian pada Tabel 7diketahui bahwa kegiatan wisata alam
yang dapat dilakukan memiliki skor terendah yaitu 90 sedangkan Kebersihan lokasi
objek wisata, Banyaknya sumberdaya alam yang menonjol dan Kenyamanan yaitu
150.
Berikut adalah penjelasan terhadap unsur untuk criteria daya tarik kawasan
wisata Sungai Aek Godang:
1.Keunikan sumber daya alam
Keunikan sumber daya alam merupakan ciri khas yang dimiliki oleh suatu